BAB I PENGANTAR. peraturan yang tegas dan ketat serta mementingkan sertifikasi kelayakan di seluruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Research Design case

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

AD Page 1 of 5

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

2017, No Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Gauthama,2014

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

MEDAN FLIGHT ACADEMY BAB 1 PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubung

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBllK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan.

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

2016, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KUNJUNGAN KE GARUDA MAINTENANCE FACILITY (GMF) AEROASIA JAKARTA, 04 MARET 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MAINTENANCE REPAIR AND OVERHOUL INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 20 April 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peningkatan permintaan jumlah penumpang Sumber : Cetak Biru Transportasi Udara. Universitas Sumatera Utara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang S

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Advisory Circular 92-01

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dipungkiri lagi bahwa kebutuhan kita akan berbagai informasi menjadi sesuatu yang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tamb

Pendampingan School Development Plant

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

2 memungkinkan perusahaan dapat merencanakan serta mendisain pelayanan yang paling mendekati keinginan pelanggan. Konsep kompetensi dapat dibagi menja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan penangganan pesawat udara untuk dioperasikan dan setelah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis

BAB II TINJAUAN UMUM STPI

pemegang buku pedoman pendidikan dan/atau pelatihan personel bandar udara, kondisi dimaksud antara lain :

Menimbang : a. bahwa Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 072 TAHUN 2018 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481]

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi. Di era teknologi informasi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 19 /PBI/2009 TENTANG SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO BAGI PENGURUS DAN PEJABAT BANK UMUM

LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM KERJA DAN PEARAWATAN GOVERNOR PADA PESAWAT LATIH PIPER DAKOTA PA DI SEKOLAH TINGGI PENERBANGAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

bagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut akan membentuk suatu keunggulan dari suatu perusahaan

2017, No Indonesia Nomor 58 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa International Civil Aviation Organization (ICAO)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia penerbangan merupakan sebuah industri yang sangat penuh dengan peraturan yang tegas dan ketat serta mementingkan sertifikasi kelayakan di seluruh aspeknya, dan hal tersebut tentu saja dimulai dari sekolah penerbangan sebagai institusi yang menghasilkan output para professional di bidang penerbangan. STPI Curug sebagai sebuah sekolah penerbangan yang ada di Indonesia berdiri pada tahun 1952 dan merupakan sebuah institusi pendidikan penerbangan yang berada di bawah pengawasan Dirjen. Perhubungan Udara Departemen Perhubungan Republik Indonesia dengan tujuan awal sebagai sarana pendidikan dan pelatihan di bidang penerbangan yang meliputi pendidikan untuk penerbang (pilot) baik pesawat maupun helikopter, teknik penerbangan, keselamatan penerbangan dan manajemen penerbangan. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan latihan di STPI Curug materi pendidikan dan pelatihan yang diberikan di tiap-tiap program studi serta manual dan standarisasi perawatan dan perbaikan pesawat latih ditetapkan oleh Dirjen Perhubungan Udara yang mengacu pada Indonesian Civil Aviation Safety Regulations (CASR). Berkaitan dengan hal tersebut Dirjen Perhubungan Udara mengadopsi rangkaian standarisasi minimum dari ICAO dan secara rutin memperoleh audit dari ICAO. 1

2 STPI Curug merupakan satu-satunya sekolah penerbangan yang memiliki fasilitas pendidikan dan pelatihan penerbangan terlengkap di Indonesia, mulai dari program studi sampai peralatan dan infrastruktur. Khusus untuk mendukung dan juga menjamin ketersediaan serta kelaikan peralatan dan fasilitas penunjang pendidikan dan latihan STPI Curug memiliki sebuah departemen perawatan yang bernama Unit Bengkel Pesawat Udara atau yang disebut Aircraft Maintenance Department (AMD) yang memiliki fungsi dan tugas pokok yaitu melaksanakan perawatan dan perbaikan pesawat udara serta penyediaan fasilitas pelatihan bagi pendidikan (STPI Curug, 2008). Pada bulan Maret 2005 STPI Curug memperoleh kunjungan dari Northrop Rice Inc. USA (NRUSA) selaku konsultan dan lembaga pendidikan dan pelatihan penerbangan yang diakui kredibilitasnya secara internasional dalam industri penerbangan dengan tujuan melakukan kunjungan lokasi dan audit kepada STPI berkaitan dengan MOU yang telah disepakati sebelumnya antara Ketua STPI Curug saat itu dengan CEO dari NRUSA mengenai rencana pengembangan dan peningkatan mutu STPI agar dapat memenuhi standar internasional. Dari hasil kunjungan tersebut diperoleh sejumlah informasi termasuk mengenai kelemahan STPI Curug sebagai sebuah Sekolah Penerbangan khususnya pada Departemen Perawatan dan Perbaikan Pesawat (AMD), antara lain belum memiliki Part 145 Certificate hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu hanya 25% dari pesawat yang ada layak untuk digunakan sebagai pesawat latih, ketersediaan peralatan dan alat bantu latihan banyak yang sudah mencapai depresiasi maksimum dan dikategorikan hampir tidak layak

3 untuk memenuhi standar latihan yang berakibat pada terbatasnya kewenangan dari departemen tersebut untuk mengeluarkan approval bahwa pesawat latih yang telah diperbaiki/dirawat layak untuk digunakan. Hal ini menyebabkan terhambatnya STPI Curug untuk mendapatkan sertifikasi internasional. Departemen AMD STPI Curug sebagai unit pendukung utama dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan latihan di STPI Curug secara langsung turut bertanggungjawab terhadap kualitas dari para alumni STPI Curug, yang berdasarkan data secara regional di kawasan Asia seperti China, India serta di negara-negara ASEAN seperti Malaysia permintaan akan alumni STPI Curug cukup tinggi (WiranataKusumah, 2009). Berkaitan dengan hal tersebut berdasarkan data pendukung dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir terdapat peningkatan sebesar 300% dengan pertumbuhan rata-rata 42,8% hingga 71,4% per tahun untuk jumlah penumpang yang diangkut serta pergerakan pesawat terbang di Indonesia (STPI Curug, 2007). Sebagai bagian dari lembaga pendidikan penerbangan terlengkap di Indonesia AMD STPI Curug seharusnya dapat menjadi acuan bagi sekolah tinggi-sekolah tinggi penerbangan lain di Indonesia khususnya dalam hal perawatan dan perbaikan peralatan serta fasilitas penunjang pendidikan dan secara umum berkaitan dengan kemampuan memenuhi permintaan pasar akan kualitas dari para alumninya. Namun dengan kondisi dan keadaan baik dari segi peralatan, fasilitas maupun sumber daya manusia menempatkan departemen tersebut pada kondisi perlunya megalami perubahan yang mengarah pada peningkatan kualitas secara menyeluruh.

4 Masalah-masalah yang terdapat di departemen tersebut jelas membutuhkan perhatian khusus dan untuk dapat melaksanakan perubahan di departemen tersebut membutuhkan karakter pemimpin yang benar-benar menguasai tentang aircraft maintenance serta dapat menyusun dan mengimplementasikan rencana dan strategi kerja dengan jelas baik jangka pendek maupun jangka panjang. Khusus mengenai kemampuan menyusun dan mengimplementasikan rencana dan strategi kerja Fiedler (http://en.wikipedia.org/wiki/leadership#action_oriented_team_leadership_skills) menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan tersebut termasuk dalam jenis situational leadership. Berdasarkan hal tersebut Kepala STPI Curug pada tahun 2006 melakukan perubahan jajaran manajemennya dengan menunjuk M. Subiat Wiranata Kusumah sebagai Kepala AMD, dimana beliau pada posisi sebelumnya berhasil memprakarsai diperolehnya sertifikasi Part 147 Certificate untuk Departemen Pendidikan di STPI Curug yang menyatakan bahwa kegiatan pendidikan dan pelatihan di STPI Curug sudah memenuhi standar internasional. Mengacu pada hal tersebut dan dikaitkan dengan teori tipe kepemimpinan dari Fred Fiedler maka Bapak M. Subiat Wiranata Kusumah diasumsikan memiliki tipe kepemimpinan situational leadership, yang diharapkan dapat menyusun dan mengimplementasikan strategi manajemen yang baik sehingga membawa perubahan bagi departemen AMD STPI Curug. Dari paparan di atas muncul asumsi bahwa Bapak Wiranata Kusumah akan melakukan perubahan di AMD STPI Curug khususnya pada Departemen AMD. Namun dari asumsi tersebut masih menimbulkan sejumlah pertanyaan, mampukah

5 Bapak Wiranata Kusumah melakukan perubahan di AMD STPI Curug, dan sejauh mana perubahan yang telah dilakukan? Berdasarkan tipe kepemimpinan yang beliau miliki, bagaimana beliau menyusun dan menerapkan manajemen strategi dalam upaya untuk melakukan perubahan? Dan yang terakhir adalah bagaimana cara Bapak Wiranata Kusumah mengatur dan mengatasi resistensi / penolakan yang terjadi dalam proses perubahan yang dilakukan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang Kepemimpinan Dalam Memimpin Perubahan. Case Study : Departemen AMD STPI Curug, yang akan mengungkap tentang langkah-langkah yang beliau lakukan dalam menyelaraskan antara gaya kepemimpinan yang dimiliki dengan langkah-langkah strategis yang harus beliau susun secara bertahap untuk mencapai rencana jangka panjang yang telah ditetapkan dan kemungkinan timbulnya dampak dari perubahan manajemen dalam hal ini pola dan sistem kerja di Departemen yang beliau pimpin. 1.2 Rumusan Permasalahan Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk membahas mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh seorang Kepala Departemen AMD beliau dihadapkan pada sebuah kondisi dimana Departemen yang beliau pimpin harus memperoleh Part 145 Certificate yang berfungsi untuk menyatakan bahwa AMD STPI Curug layak untuk beroperasi dan memenuhi standar internasional serta dengan memiliki Part 145 Certificate dapat menjadi salah satu pemenuhan persyaratan untuk AMD STPI Curug menjadi sebuah SBU yang nantinya dapat meminimalisir biaya perbaikan dan perawatan yang harus dibebankan kepada Negara. Namun persyaratan

6 yang harus dipenuhi oleh AMD jauh dari standar, mulai dari sumber daya manusia yang sebagian besar hanya lulusan STM, peralatan dan alat bantu banyak yang sudah mencapai depresiasi maksimum sampai dengan fasilitas-fasilitas yang sudah tidak terawat ditambah dengan pola kerja/kebiasaan di Departemen tersebut yang sangat penuh dengan birokrasi. 1.3 Learning Objectives 1. Memberikan gambaran rinci akan masalah-masalah dan langkah-langkah strategis yang harus disusun dan dilakukan oleh seorang Kepala Departemen dalam upaya mencapai sebuah tujuan perubahan yang menyeluruh. 2. Sebagai kajian untuk menambah wawasan tentang kinerja Departemen Perawatan dan Perbaikan Pesawat (AMD) STPI Curug serta dapat memberikan solusi (menjadi rujukan) bila terjadi masalah serupa. 3. Mengetahui seberapa besar perubahan dan nilai tambah yang dihasilkan oleh seorang Kepala Departemen melalui gaya kepemimpinan dan penyusunan serta penerapan langkah-langkah strategis yang dilakukan, selain itu juga bagaimana seorang Kepala Departemen mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya dampak dari perubahan yang dilakukan serta dampaknya bagi departemen-departemen lain. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penulisan case study ini dibatasi pada permasalahan yang dihadapi oleh Pak Subiat Wiranata Kusumah sebagai Kepala Departemen

7 Perawatan dan Perbaikan Pesawat (AMD) STPI Curug pada periode tahun 2006-2009 dan juga upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, serta upaya Pak Wiranata Kusumah mengelola dampak dari perubahan yang terjadi di AMD STPI Curug sebagai divisi pendukung (supporting activities) dari kegiatan-kegiatan utama (primary activities) yang dilakukan oleh divisi lain. Penulisan case study ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan dan nilai tambah yang dihasilkan oleh seorang Kepala Departemen melalui gaya kepemimpinan dan langkah-langkah strategis yang dilakukan serta antisipasi yang dilakukan terhadap kemungkinan timbulnya dampak dari perubahan manajemen yang dilakukan. Pembatasan ini dilakukan untuk menjaga agar pembahasan serta analisis yang dilakukan tidak menyimpang atau meluas pada masalah lain. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam hal pemahaman mengenai kajian per bab dalam penelitian ini, berikut adalah garis besar pembagian tiap babnya. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang topik, permasalahan yang diangkat, ruang lingkup, serta tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai sejumlah studi literatur yang digunakan dalam tesis ini meliputi kepemimpinan, manajemen strategis, manajemen perubahan serta budaya organisasi yang akan digunakan dalam pembahasan permasalahan dalam penelitian ini. BAB III METODOLOGI Bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi research design, metode penelitian, jenis case study, kerangka berpikir, variabel penelitian, jenis dan sumber data serta metode analisis. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini dijelaskan mengenai kondisi Departemen AMD STPI Curug sepenuhnya dari kurun waktu tahun 2006-2009, meliputi adanya pergantian Kepala Departemen, penerapan gaya kepemimpinan, langkah-langkah strategis yang diterapkan sampai dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam departemen tersebut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan mengenai kesimpulan-kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan penelitian case study ini secara keseluruhan dan juga menyampaikan mengenai saran-saran yang dapat diimplementasikan sebagai dasar pengembangan di masa mendatang, serta lesson learnt yang dapat diambil dari penelitian ini.