Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Pengusahaan Tanaman Kedelai di Lahan Hutan Jati Wilayah Jawa Timur

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

1 Universitas Indonesia

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

Titik Poin Agribisnis Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai AGRO INOVASI I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Budidaya Kedelai

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN SL-PTT KEDELAI DI PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Program Studi Agribisnis, Fakutas Pertanian, Universitas Trunojoyo Telp

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Ekonomi Kedelai di Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hutan. Kegiatan budidaya tersebut diperkirakan akan dapat membawa keuntungan

Transkripsi:

AgroinovasI Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya. Konsumsi per kapita pada tahun 2011 sebesar 9,87 kg dan diperkirakan meningkat menjadi 9.97 kg pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung meningkat. Kebutuhan kedelai pada tahun 2011 sebesar 2,466 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,890 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1.576.000 juta ton. Hanya sekitar 64% dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus menerus, mengingat potensi lahan cukup luas, teknologi telah tersedia dan SDM handal cukup tersedia. Upaya untuk menekan laju impor tersebut dapat ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Dari berbagai faktor penting untuk pengembangan kedelai yang terpenting adalah harga jual kedelai di tingkat petani. Pada kondisi panen raya harga kedelai jatuh antara Rp 3.750,- Rp 4.000,- pada tingkat harga yang seperti ini komoditas kedelai tidak mempunyai nilai kompetitif dengan komoditas pangan lain seperti jagung dan kacang tanah, yang pada akhirnya petani enggan menanam kedelai. Harga kedelai yang cukup menarik dan mempunyai nilai kompetitif dengan komoditas lain apabila harga kedelai Rp 6.500,- Rp 7.500,-. Mengingat Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam negeri untuk menekan laju impor. Profile Kedelai Saat Ini Data statistik dari FAO menunjukkan bahwa selama periode 1990-1995, areal panen kedelai masih meningkat dari 1,33 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1,48 juta ha pada tahun 1995, atau meningkat rata-rata 2,06 persen per tahun. Sejak tahun

AgroinovasI 1995, terjadi penurunan areal panen secara tajam dari sekitar 1,48 juta ha menjadi sekitar 0,83 juta ha pada tahun 2000, atau menurun rata-rata 11,00 persen per tahun. Selama periode 2000 2004, areal panen kedelai masih terus menurun rata-rata 9,66 persen per tahun. Secara keseluruhan, selama periode 15 tahun terakhir (1990 2004) luas areal kedelai di Indonesia menurun tajam dari sekitar 1,33 juta ha pada tahun 1990 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004, atau turun rata-rata 6,14 persen per tahun. Dan pada periode tahun 2007 ada suatu peningkatan luas areal seiring dengan meningkatnya harga kedelai dari Rp 3000,- tahun 2007 menjadi Rp 6000,- yakni dari 0,5 juta ha menjadi 0,65 juta ha (Gambar 1). 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 L UAS PANEN (J uta Ha) PRODUKTIVITAS (Ton/Ha) PRODUKSI (J uta Ton) 0 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 1 Perkembangan areal, produktivitas, dan produksi kedelai di Indonesia, 1990 2010 Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk makanan ringan (snack). Data statistik FAO menunjukkan bahwa konsumsi per kapita kedelai selama 1½ dekade terakhir menurun dari sekitar 11,38 kg/kapita pada tahun 1990 menjadi sekitar 8,97 kg/kapita pada tahun 2004, atau menurun rata-rata 1,69 persen per tahun, penurunan terjadi sejak tahun 1995. Selama periode 1995 2000, konsumsi per kapita menurun dari 11,82 kg/kapita pada tahun 1995 menjadi 10,92 kg/kapita pada tahun 2000, atau turun rata-rata 1,57 persen per tahun. Selanjutnya, penurunan paling tajam terjadi pada periode 2000 2004, yaitu rata-rata 4,81 persen per tahun. Penurunan total konsumsi jauh lebih rendah dari pada penurunan produksi. Implikasinya ialah bahwa tanpa terobosan yang berarti, Indonesia akan menghadapi defisit yang makin besar. Artinya, bahwa Indonesia akan makin tergantung dengan impor untuk menutupi defisit Indonesia selalu mempunyai net impor yang meningkat

AgroinovasI dari sekitar 0,54 juta ton pada tahun 1990 menjadi sekitar 2,466 juta ton pada tahun 2011. Mengingat penurunan produksi kedelai jauh lebih tajam dari pada penurunan total konsumsi, maka ke depan impor untuk menutupi defisit diperkirakan akan terus meningkat. Padahal Indonesia pernah berswasembada kedelai sebelum tahun 1976, dengan indeks swasembada lebih besar dari satu (Swastika 1997) Peningkatan produksi kedelai menuju swasembada merupakan salah satu program utama empat sukses Kementerian Pertanian, yang harus didukung oleh semua pihak yang terkait, untuk mewujudkan pencapaian swasembada kedelai. Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka lebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Saat ini produktivitas nasional kedelai baru mencapai 1,3 t/ha dengan kisaran 0,6-2,0 t/ha di tingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian sudah mencapai 1,7-3,2 t/ha. Angkaangka ini menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas kedelai di tingkat petani masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi. Perluasan area tanam melalui ektensifikasi terutama diarahkan di lahan sawah maupun kering di luar Jawa. Kebutuhan akan pangan/kedelai yang terus meningkat tidak dapat mengandalkan lahan yang ada sekarang, apalagi dengan sulitnya membendung konversi lahan. Oleh karena itu, diperlukan terobosan pemikiran dan tindakan dalam perluasan areal tanam melalui pemanfaatan lahan hutan/perkebunan untuk penanaman kedelai. Potensi Pengembangan Kedelai di Lahan Hutan Pemanfaatan ruang di antara pohon di hutan jati, cukup potensial dikembangkan untuk produksi kedelai. Potret kedelai di areal hutan jati di bawah kepemilikan Perum Perhutani, telah diobservasi oleh peneliti Balitkabi pada tanggal 5 10 April di daerah Bojonegoro, Ngawi, Blitar, Malang, Jember dan Banyuwangi. Hasil observasi menyimpulkan bahwa produktivitas tanaman kedelai di kawasan hutan jati masih berpotensi untuk ditingkatkan. Potensi lahan Perum Perhutani yang dikelola sebagai hutan produksi adalah sebagai berikut : Tabel 1 : Hutan produksi Perum Perhutani No Keterangan Luas (ha) 1 Perhutani I (Jawa Tengah) 546.290 2 Perhutani II (Jawa Timur) 809.959 3 Perhutani III (Jawa Barat) 411.055 Total 1,767.304 Berdasarkan hasil survey Tim Puslitbangtan potensi hutan yang dikelola Perum Perhutani yang sesuai untuk pertanaman tanaman pangan termasuk kedelai adalah seluas 290.103 ha, dengan rincian Perum Perhutani I Jawa Tengah 108.000

AgroinovasI ha, Perum Perhutani II Jawa Timur 111.000 ha dan Perum Perhutani III Jawa Barat 71.103 ha. Sedang potensi lahan hutan kayu putih yang bersifat permanen, yang dapat digunakan untuk produksi kedelai sepanjang tahun seluas 27.303 ha, dengan rincian di Perum Perhutani I Jawa Tengah 6.062 ha, Perum Perhutani II Jawa Timur 13.441 ha, dan Perum Perhutani III Jawa Barat 7.800 ha. Jika dilihat dari potensi areal hutan yang dapat ditanami kedelai hanya 290.103 ha cukup luas dan akan sangat bermanfaat dan sumbangan kedelai di hutan diperuntukkan untuk produksi benih dan menghidupkan program Jabalsim. Kendala Pengembangan Kedelai di Lahan Hutan Penguasaan teknologi petani hutan yang tergabung dalam LMDH belum sepenuhnya menerapkan teknik budidaya tanam kedelai dengan benar, sehingga tingkat produktivitas masih rendah. Oleh karena itu peningkatan kemampuan teknologi budidaya kedelai di kawasan hutan perlu ditingkatkan melalui pelatihan atau pendampingan teknologi oleh penyuluh pertanian. Nilai kompetitif / daya saing kedelai terhadap tanaman jagung atau kacang tanah lebih rendah, hal ini menyebabkan gairah petani untuk menanam kedelai kurang tertarik dan areal produksi berkurang/turun yang pada akhirnya produksi kedelai menurun. Nilai daya saing kedelai untuk dapat unggul dari jagung/kacang tanah, harga kedelai harus Rp 5000,-/kg dan dengan produktivitas 2,1 ton/ha. Sedang jika harga kedelai per kg Rp 7000,- maka produktivitas harus mencapai 1,5 ton/ha. Dari perhitungan ini maka penetapan harga dasar kedelai memegang peran yang sangat penting. Upaya pencapaian target luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi harus didukung oleh kesiapan teknologi produksi dan dukungan kebijakan untuk memberikan insentif untuk petani LMDH (bantuan benih dan sarana produksi, jaminan harga yang menarik, penampungan hasil panen malalui peran BULOG). Tanpa ada kebijakan tersebut di atas pencapaian target produksi kedelai akan sulit dicapai dan program swasembada kedelai tidak akan pernah tercapai. Inovasi Teknologi Produksi Kedelai Dalam rangka untuk peningkatan produktivitas kedelai di kawasan hutan jati muda, yang umumnya terkendala dengan naungan pohon jati menghalangi masuknya sinar matahari yang tidak dapat penuh diterima tanaman kedelai. Proses ini akan mengganggu proses fotosintesa, dan menyebabkan tanaman etiolasi. Untuk pertanaman pohon jati umur 1 sampai 2 tahun tidak bermasalah, namun setelah pohon jati berumur 3-5 tahun masalah naungan mengganggu pertumbuhan tanaman kedelai. Kawasan hutan yang sangat berpotensi untuk pengembangan kedelai adalah hutan kayu putih, hutan kayu putih bisa dikatakan lahan permanen untuk produksi kedelai sepanjang tahun. Keuntungan lahan hutan kayu putih selalu adalah pohon kayu putih selalu dipangkas daunnya untuk produksi minyak kayu putih, sehingga lahan di antara tegakkan kayu putih dapat ditanami kedelai

AgroinovasI sepanjang tahun karena sinar matahari untuk fotosintesa daun kedelai tidak ternaungi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 bekerjasama dengan BPTP Jawa Tengah telah mengadakan penelitian terapan berupa adaptasi varietas unggul baru dan penelitian galur harapan kedelai tahan terhadap naungan. Gelar teknologi kedelai hutan di antara tegakan kayu jati dan kayu putih telah dilaksanakan di Desa Jengrik, Desa Sidolaju, Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi tahun 2011, di KPH Telawa, Boyolali kedelai di antara tegakan kayu jati dan kedelai di antara tegakan kayu putih KPH Madiun di Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. Teknologi yang diimplementasikan budidaya kedelai di lahan jati dan kayu putih pada pola tanam kedua setelah jagung, padi gogo atau kacang hijau adalah : 1. Benih bermutu daya tumbuh >90%, 2. Varietas yang ditanam Wilis, Kaba, Argomulyo dan Grobogan, 3. Tanah ada yang diolah dan ada yang tidak diolah, 4. Saluran drainasi 4 8 m, 5. Jarak tanam 40 cm x 15 cm, 6. pemupukan dengan 50 kg Urea/ha, SP36 100 kg/ ha dan 100 kg KCl/ha, 7. pengendalian gulma dilakukan pada umur 2-3 minggu dan 4-5 minggu, pengendalian hama dan penyakit didasarkan atas dasar hasil pemantauan. Arahan Bapak Menteri Pertanian pada awal 2011, Litbang diharapkan untuk terus mengidentifikasi pusat-pusat produksi tanaman pangan, termasuk kedelai. Hasil penelusuran potensi hutan Perum Perhutani untuk tanaman kedelai seluas 290.103 ha, untuk bisa dimanfaatkan secara optimal. Dr Haryono Kepala menegaskan bahwa Badan Litbang Pertanian terus berupaya untuk memantapkan dan meningkatkan program diseminasi hasil-hasil penelitian, baik kepada pemangku kepentingan (stakeholder) maupun pengguna teknologi (beneficiaries). Dengan perderasan program tersebut, diharapkan berbagai inovasi hasil litbang dapat sesegera mungkin diketahui dan diadopsi oleh pengguna. Gelar Teknologi Budidaya Kedelai di Kawasan Hutan Jati merupakan kegiatan diseminasi. Hasil Demfarm pengembangan kedelai di kawasan hutan jati di KPH Ngawi pada areal seluas 5 Gambar 1. Pertanaman kedelai di antara lorong pohon Jati umur 3 tahun di Ngawi ( hasil 1,5 2 t/ha)

AgroinovasI Gambar 2. Pertanaman gelar teknologi kedelai di hutan jati, Kabupaten Ngawi ha pada musim tanam Februari Mei 2011, menunjukkan hasil biji kedelai yang diperoleh 1.80 t/ha (pada tingkat populasi kedelai sekitar 75% dari populasi normal). Pada bulan Oktober 2011 yang lalu, dilakukan perluasan pengembangan budidaya kedelai di kawasan hutan jati yang mencakup 8.5 ha; di wilayah LMDH Wono Rukun Lestari, petak 57F dan 58B, RPH : Sidolaju, BKPH : Kedunggalar, KPH Ngawi. Teknologi budidaya kedelai untuk kawasan hutan jati berumur 1 hingga 5 tahun telah disusun dan diaplikasikan. Varietas yang diuji terdiri dari varietas berbiji besar (varietas Anjasmoro, Grobogan dan Argomulyo) serta varietas berbiji sedang yakni Wilis dan Kaba). Pada tanggal 9 Januari 2012 Bapak Menteri Pertanian, Bapak Bupati Ngawi, Kepala, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur dan Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani telah melakukan panen perdana kedelai di kawasan hutan dan diteruskan temu wicara di hadapan sekitar 600 orang terdiri dari para petani LMDH, penyuluh Pertanian, petugas kehutanan dan para undangan. Temu Wicara diawali dengan sambutan Bapak Bupati Kepala Daerah Kabupaten Ngawi yang mengatakan bahwa kabupaten Ngawi merupakan salah satu lumbung pangan yang cukup potensial di Jawa Timur. Oleh karena itu Bupati sangat mendukung kegiatan ini utamanya untuk peningkatan pemanfaatan lahan hutan untuk produksi pangan. Menteri Pertanian Dr. Suswono dalam kata sambutannya menekankan kita harus mendukung program empat sukses Kementerian Pertanian yang salah satunya adalah pencapaian swasembada kedelai pada tahun 2014. Demfarm kedelai di kawasan hutan jati yang seperti kita lihat bersama, bahwa keragaan tanaman kedelai di hutan jati cukup baik dan dapat diprediksi hasilnya dapat mencapai sekitar 2 t/ha, hal ini sekaligus menjawab keraguan bahwa di kawasan hutan bisa ditanami tanaman pangan khususnya kedelai dan hasilnya cukup menjanjikan.

AgroinovasI Gambar 3. Penjelasan peneliti kepada bapak Menteri Pertanian dan bapak Kepala Badan Litbang Pertanian tentang panen perdana kedelai hutan 2012 Gambar 4. Panen perdana kedelai di kawasan hutan oleh Menteri Pertanian di Ngawi 2012

AgroinovasI V. KAWASAN HUTAN SEBAGAI SUMBER BENIH KEDELAI Pengembangan tanaman kedelai di kawasan hutan sangat potensial untuk perbenihan karena : 1) menghidupkan jalur benih antar lapang dan antar musim, 2) kedelai di hutan di tanam pada bulan Februari-Maret dan panen pada bulan Mei/ Juni. 3) pola tanam kedelai sawah di tanam Juni/Juli dapat diharapkan benih dari produksi hutan, 4) kualitas benih dari hutan cukup baik, kadar air, daya tumbuh baik karena tanpa disimpan dalam waktu yang lama, 5) harga kedelai lebih baik karena untuk benih. Potensi hutan kayu putih potensi untuk produksi benih karena selalu di pangkas daunnya untuk minyak kayu putih. Pemangkasan daun tanaman kayu putih memberikan ruang dan cahaya matahari bisa masuk di antara pohon kayu putih. Artinya, lahan di bawah tegakan hutan kayu putih, berpotensi untuk produksi kedelai secara permanen atau sepanjang tahun. Berbeda dengan kawasan hutan jati, kawasan hutan jati hanya dapat ditanami pada tegakan pohon jati pada umur 0 5 tahun, lebih dari 5 tahun kanopi pohon jati sudah menutup. Hasil penelitian produksi kedelai di kawasan hutan dapat mencapai 1,5 2 t/ha. Dukungan Kebijakan Untuk mewujudkan impian kedelai hutan sebagai sumber benih diperlukan dukungan kebijakan diperlukan untuk memberikan insentif kepada petani berupa akses, modal, sarana produksi (benih, pupuk, pestisida), peningkatan pengetahuan tentang inovasi teknologi terkini (Pelatihan, Penyuluhan). Kebijakan penting lainnya adalah penetapan harga jual yang menarik, pembatasan impor atau diberlakukan tarif impor, meningkatkan peran BUMN untuk menampung hasil kedelai dengan harga yang layak pada saat panen raya, dukungan pengambil kebijakan di daerah untuk mendorong pengembangan kedelai dan menampung hasil panen kedelai. Perlu sinkronisasi program dengan GP3K (Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi), dimana pelaku atau pengelola GP3K adalah Perum Perhutani, PT SHS, PT Pertani dan Petrokimia.