BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi Kasus. mengenai nervus medianus adalah neuropati tekanan(entrapment

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Carpal tunnel syndrome

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu menarik perhatian bagi seseorang fisioterapis, problem permasalahan

2. KLARIFIKASI ISTILAH

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. De Quervain Syndrome Dextra, meliputi: (1) pengkajian data, (2) pelaksanaan

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

BAB III PROSES FISIOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

BAB I PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang

BAB II PEMBAHASAN. dalam praktek sehari-hari. Istilah terowongan kapal digunakan karena daerah yang

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fascia telapak tangan adalah sinambung dengan fascia punggung

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN. umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

Prinsip Kerja Ultrasound Therapy

BAB I PENDAHULUAN. untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotive),

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSO. PROF. DR. R SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

PROTOKOL STUDI KASUS. : RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. : Tn. Biran Kusdomo. : Delanggu RT 03, RW 11,klaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi. Seolah-olah hidup manusia sudah sangat tergantung pada

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ET CAUSA MYOGENIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDOME ( CTS ) DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA

BAB II CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tingkatan intra sel sampai aktual yang setiap hari dilakukan oleh. manusia untuk beraktifitas atau bergerak 1.

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RS AL dr. RAMELAN SURABAYA

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kasus 1. Carpal tunnel syndrome a. Definisi Carpal tunnel syndrome(cts) Salah satu penyakit yang paling sering mengenai nervus medianus adalah neuropati tekanan(entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal(carpal tunnel) dan menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibujari, telunjuk,jari tengah dan setengah sisi radial jari manis(rambe,2004). Tanda dan gejala yang terjadi pada sindrom ini dikarenakan adanya penekanan saraf medianus pada pergelangan tangan dengan manifestasi rasa tidak nyaman dan nyeri yang juga dapat mengurangi aktifitas sehari-hari(dimitrios,2004). Carpal tunnel syndrome adalah suatu neuropati yang sering ditemukan, biasanya unilateral pada tahap awal dan dapat menjadi bilateral. Gejala yang ditimbulkan umumnya dimulai dengan gejala sensorik walaupun pada akhirnya dapat pula menimbulkkan gejala motorik. Pada awalnya gejala yang sering dijumpai adalah rasa nyeri, tebal(numbness), dan rasa seperti aliran listrik(tingling) pada daerah yang diinervasi oleh nervus medianus. Seringkali gejala ini timbul di malam hari yang menyebabkan penderita terbangun dari tidurnya. Sebagian besar penderita biasanya baru mencari 7

8 pengobatan setelah gejala yang timbul berlangsung selama beberapa minggu. Kadang-kadang pijatan atau menggoyang-goyangkan tangan dapat mengurangi gejalanya, tetapi bila diabaikan penyakit ini dapat berlangsung terus secara progresif dan semakin meburuk(wiqcek, 2007). b. Etiologi Etiologi merupakan teori dan atau pengetahuan yang membahas tentang faktor-faktor penyebab penyakit, mekanisme masuknya, dan bagaimana penyebab asal mula serta gangguannya(dorland, 2002). Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan polar. Dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik N. Medianus bervariasi antara dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal N. Medianus sering terjepit. N. Medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari N. median sehingga menghasilkan rasa kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia atau hipestesia dari carpal tunnel sydrome(huldani,2013). Terdapat beberapa kunci co-morbiditas atau human factor yang berpotensi meningkatkan risiko CTS. Pertimbangan utama meliputi usia lanjut, jenis kelamin perempuan, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain termasuk kehamilan, pekerjaan yang spesifik, cedera karena gerakan berulang dan kumulatif, sejarah keluarga yang kuat, gangguan medis tertentu seperti hipotiroidisme, penyakit autoimun, penyakit rematologi,

9 arthritis, penyakit ginjal, trauma, predisposisi anatomi di pergelangan tangan dan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat dalam kerja manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan tingkat keparahan yang lebih besar(huldani,2013). c. Patologi Patologi merupakan ilmu yang membahas tentang gangguan khususnya perubahan structural dan fungsional pada jaringan ataupun sampai organ tubuh yang disebabkan oleh penyakit(dorland, 2002). Ada beberapa hipotesa mengenai patogenese dari CTS. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan didalamnya yaitu nervus medianus. Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan flexor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakkibatkan peninggian tekanan intrafasiculer lalau diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sebab yang timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut(mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lamakelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang

mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh(megerian, 2007). 10 Pada CTS akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keaadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berklanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga saraf terganggu. Akibatnya terjadi kerusakan pada saraf tersebut. Tekanan langsung pada saraf perifer dapat pula mmenimbulkkan invaginasi nodus ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu(megerian, 2007). d. Tanda dan gejala Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia, tebal(numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik(tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari(rambe, 2004). Carpal tunnel syndrome memiliki dua bentuk yaitu akut dan kronis. Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan

11 motorik dengan perubahan trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam carpal tunnel syndrome. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar(oppones pollicis dan abductor pollicis brevis) dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus. e. Prognosis Prognosis merupakan pengetahuan yang akan membahas kejadian mendatang atau perkiran keadaan akhir yang mungkin dikarenakan dari serangan penyakit. Dapat juga suatu prospek yang berkaitan dengan kesembuhan dari penyakit sebagaimana dimana diperkirakan oleh sifat penyakit tersebut(dorland, 2002). 1) Quo ad vitam: Bonam, CTS tidak menyebabkan kematian. 2) Quo ad sanam: Bonam, dapat sembuh dengan terapi dan latihan teratur.

12 3) Quo ad fungsionam: Dubia, karena tergantung dari berat ringannya derajat nyeri yang dirasakan pasien. 4) Quo ad cosmeticam: Bonam, biasanya tidak mengganggu penampilan pasien. f. Diagnosa banding Adalah penentuan yang mana dari dua atau lebih penyakit atau kondisi yang dimiliki pasien dengan sistemastis membenadingkan dan mengkontraskan temuan klinis atasnya. Diagnosa banding dari carpal tunnel syndrome antara lain: 1) Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya. 2) Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah. 3) Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal. 4) de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari.

13 5) Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah(huldani,2013). 2. Anatomi Fungsional Pergelangan tangan dibentuk dan disusun oleh beberapa jaringan yang terdiri dari: tulang, otot, tendon, ligamen, kapsul sendi, dan saraf yang menginervasinya. Akan dibahas beberapa jaringan yang berhubungan serta berpengaruh terhadap timbulnya keluhan pada kasus carpal tunnel syndrome(cts) dan juga penyembuhan yang dilakukan. a. Tulang Beberapa tulang yang membentuk pergelangan tangan dan daerah disekitarnya, antara lain adalah sebagai berikut: 1) Tulang radius Tulang radius atau pengumpil adalah tulang lateral lengan bawah, ujung atasnya bersendi dengan humeri pada articulation cubiti dengan ulna pada articulation radioulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan os scaphoideum dan os lunatum pada articulation carpalis dan dengan ulna pada articulation radioulnaris distal. Pada ujung atas radius terdapat caput berbentuk bulat kecil yang disebut caput radii. Kemudian terdapat corpus radii yang merupakan badan dari os radius. Pada bagian distal terdapat tonjolan yang disebut processus styloideus(putz R dan Reinhard Pabst, 2007).

14 2) Tulang ulna Tulang ulna atau hasta adalah tulang medial lengan bawah, ujung atasnya bersendi dengan humerus pada articulation cubiti dan dengan caput radii pada articulation ulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan radius pada articulation ulnaris distalis tetapi dipisahkan dari articulation radiocarpalis dengan facies articularis. Bagian proximal ulna terdapat tonjolan besar yang disebut processus olecranii. Kemudian badan tulang ulna disebut corpus ulnae, sedangkan pada distal terdapat tonjolan pada permukaan medial yang disebut processus styloideus(putz R dan Reinhard Pabst, 2007). 3) Tulang-tulang carpalia Tulang carpal atau tulang pergelangan tangan terdiri dari delapan tulang yang dibagi dalam dua deretan yaitu deretan proksimal terdapat os. navikulare, os. Lunatum, os. triquitrum, os. fisiformis. Serta deretan distalis terdapat os. trapezium, os. trapezoid, os. capitatum, os. Hamatum(Putz R dan Reinhard Pabst, 2007). Gambar 2.1 Anatomi tulang tangan (Paulsen & Waschke, 2013)

15 b. Sendi Sendi merupakan struktur khusus pada tubuh sebagai penghubung antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan. Sendi yang terdapat pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya antara lain adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Anatomi sendi tangan (Sobota, 2002) Keterangan gambar: 1) Distal radio ulnar 2) Articulatio radio carpalis 3) Articulatio medial carpalis 4) Carpo meta carpal (CMC) 5) Meta carpo phalangeal (MCP) 6) Proximal interphalang 7) Distal interphalang

16 c. Saraf Nervus medianus adalah percabangan dari flexus brachialis yang keluar dari vertebra C6, C7,C8, dan T1. Dengan dua buah caput yaitu caput medial dari fasckulus medialis dan caput lateral dari fasiculus lateralis. Kedua kaput tersebut bersatu pada tepi bawah otot pectoralis minor. Dalam lengan serabut saraf ini tidak bercabang. Truncus berjalan turun sepanjang arteri brachialis dan melewati sisi volar lengan bawah dan bercabang masuk ke canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm. Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33% dari individu, seluruh flexor policis brevis menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak 2% dari penduduk, m. policis adduktor juga menerima persarafan N. Medianus. Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf medianus dapat mempersarafi permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal proximal(huldani,2013).

17 Otot-otot pada lengan bawah yang diinervasi oleh nervus medianus antara lain: m. flexor carpi radialis, m. flexor digitorum provundus, m. flexor pollicis longus, m. flexor pollicis brevis, m. pronator teres, m. palmaris longus, m. opponens pollicis. Cabang serabut sensorik melewati kulit sisi palmar dari ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan sepertiga radial jari manis. Nervus medianus menginervasi otot-otot bagian flexor lengan bawah dan otot-otot flexor pergelangan tangan sampai dengan jari-jari sehingga apabila ada lesi yang mengenai nervus medianus akan terjadi gangguan berupa pengurangan sensoris pada bagian polar lengan bawah, daerah palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan sepertiga jari manis. d. Otot Otot merupakan sebuah jaringan dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak aktif stabilisasi tulang. Berikut adalah otot-otot pada pergelangan tangan sampai jari-jari beserta origo, insertio, inervasi, dan fungsinnya: 1) M. Fleksor Carpiradialis a) Origo: epicondilus medialis humeri, fascia antebrachii b) Insertio: permukaan palmar dasar os. metacarpi II dan III c) Fungsi: palmar flexi dan abduksi tangan pada pergelangan tangan

18 2) M. Fleksor digitorum profundus a) Origo: Dua pertiga proximal faciesnanterior ulnae, membrana interossea. b) Insertio: Basis phalangis distalis jari II-V c) Fungsi: Palmar flexi pada pergelangan tangan, adduksi pada metacarpophalangeal 2-4, flexi pada sendi-sendi jari II-IV 3) M. Flexor pollicis longus a) Origo: Facies anterior radii disebelah distal tuberositas radii. b) Insertio: Basis phalangis distalis ibujari tangan c) Fungsi: Palmar flexi pada pergelangan tanagan, adduksi dan oposisi pada ibu jari, flexi ibu jari. 4) M. Flexor pollicis brevis a) Origo: Retinaculum musculorum flexorum b) Insertio: Os. sesamoid bagian radial sendi metacarpophalangeal ibu jari. c) Fungsi: Oposisi dan adduksi ibu jari, fleksi ibu jari 5) M. Abductor pollicis brevis a) Origo: Retinakulum fleksorum, tuberositas ossis skapoid b) Insertio: Os. sesamoid bagian radial sendi metakrpophalangeal ibu jari. c) Fungsi: Abduksi dan oposisi ibu jari, flexi sendi dasar ibu jari

19 6) M. Pronator teres a) Origo: Pada caput humeral di epicondilus medialis humeri dan pada caput ulna di processus coronoideus ulna. b) Insertio: sepertiga tengah radius bagian lateral. c) Fungsi: Pronasi pergelangan tangan 7) M. Palmaris longus a) Origo: Epicondilus medialis humeri, fascia antebrachii b) Insertio: Aponeurosis palmar c) Fungsi: Palmar flexi dan penegangan aponeurosis Palmaris(Putz R dan Reinhard pabst, 2007) B. Deskripsi Problematika Fisioterapi Dilihat dari segi fisioterapi kondisi CTS ini menyebabkan beberapa problematika fisioterapi antara lain sebagai berikut: 1. Impairment Impairment merupakan timbulnya gangguan kapasitas fisik yang dapat mengganggu saat melakukan aktifitas fungsional dasar dan berhubungan dengan penyakit yang diderita. Pada kasus CTS ini timbul kondisi-kondisi sebagai berikut: a. Nyeri Nyeri yang timbul pada kasus ini disebabkan karena adanya penekanan pada retinakulum dan penjepitan pada nervus medianus yang berakibat terjadinya peninggian tekanan pada intravesikuler. Sehingga

20 aliran darah vena intravesikuler melambat dan terjadi peregangan pada ligamen. Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu, nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri gerak. Masing-masing klasifikasi dilakukan pemeriksaan. b. Paresthesia Timbul karena adanya penjepitan pada nervus medianus yang berakibat kurangnya suplai aliran darah ke otot-otot yang disarafi oleh nervus medianus. c. Penurunan kekuatan otot Pada kondisi carpal tunnel syndrome ini penurunan kekuatan otot disebabkan karena adanya rasa nyeri. Apabila nyeri tersebut terjadi dalam kurun waktu yang lama maka akan mengakibatkan otot dalam keadaan inaktif atau penggunaannya tidak maksimal sehingga menyebabkan elastisitas otot berkurang dan terjadi penurunan kekuatan otot pada daerah sekitar pergelangan tangan. d. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi Munculnya rasa nyeri pada saat digerakkan, membuat penderita dalam kasus ini akan merasa takut atau berhati-hati untuk menggerakkan tangannya terutama saat melakukan gerakan fleksi dan ekstensi. Apabila hal tersebut dibiarkan terjadi dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan penurunan stabilitas dari jaringan sekitar pergelangan tangan dan dapat menghambat dari pergerakan sendi pergelangan tangan itu sendiri.

21 e. Atrofi Pada kasus CTS ini akan muncul atrofi yang biasanya terjadi karena immobilisasi yang terlalu lama dilakukan oleh penderita CTS dan pada tahap lanjut akan dijumpai atrofi pada otot-otot tenar. 2. Functional limitation Terganggunya aktifitas seseorang untuk melakukan aktifitas fungsionalnya sehari-hari yang berhubungan dengan kemandirian disebabkan oleh adanya gangguan musculoskeletal mengakibatkan seseorang tersebut tidak dapat melakukan aktifitas fungsionalnya secara mandiri. Dilihat dari impairment yang ada maka penderita merasakan mengalami gangguan dan tidak nyaman dalam melakukan aktifitas fungsionalnya sehari-hari seperti mencuci, memasak, perawatan diri, mengangkat barang, dan lain-lain. 3. Disability Disability merupakan gangguan atau keterbatasan seseorang untuk melakukan aktivitas fungsionalnya yang berhubungan dengan individu lain atau masyarakat sosial dalam melakukan komunikasi. Hal ini terjadi karena adanya gabungan gangguan dari impairment dan fungsional limitation. Aktifitas keseharian yang dilakukan penderita carpal tunnel syndrome yang dilakukan dengan menggunakan tangan juga pasti akan terganggu, misalnya seperti pada kasus ini penderita merupakan seorang ibu rumah tangga yang setiap hari harus melakukan aktifitas membersihkan rumah

22 dengan memegang sapu, mencuci perabot rumah tangga dan pakaian, dan memegang benda-benda kecil lainnya. C. Teknologi Interverensi Fisioterapi Teknologi interverensi fisioterapi yang dapat digunakan untuk penanganan pada pasien dengan kondisi carpal tunnel syndrome dengan menggunakan modalitas sebagai berikut: US dan Teknik neurodinamik. 1. Ultrasound Ultrasound adalah modalitas fisioterapi dengan menggunakan gelombang suara dengan getaran mekanis dengan membentuk gelombang longitudinal yang berjalan melalui medium tertentu dengan frekuensi yang variable. Berdasarkan frekuensinya bunyi atau suara dibagi menjadi, infra sonik (< 20 Herzt), audio sonik (20-20.000 Herzt), dan ultra sonik (> 20.000 Herzt). Ultrasound terbagi menjadi 2 bagian, thermal ultra sound dan non thermal ultra sound (Nurhayati, Lesmana, 2007). Ultrasound adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz, dan yang digunakan dalam fisioterapi adalah 0,5 MHz dengan tujuan untuk menimbulkan efek terapeutik melalui proses tertentu (Nasution, 2006). a. Generator US Mesin US merupakan suatu generator yang menghasilkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi (high frequency alternating current) yang mencapai 0,5-3 MHz. Arus ini berjalan menembus kabel koaksial pada tranduser yang kemudian dikonversikan menjadi vibrasi oleh adanya efek

23 piezoelektrik. Efek piezoelektrik ini pertama kali diperkenalkan oleh Pierre dan Jacques Curie tahun 1880, yang diperoleh dari vibrasi Kristal atau dari produk sintesis kristal keramik berupa barium maupun lead zirconate titanate. Kristal ini dibentuk dengan ketebalan 2-3 mm melingkar dengan axis elektrik, kenudian dieratkan pada bagian dalam permukaan tranduser. Saat dialiri arus atau beda potensial, Kristal ini akan mengalami vibrasi baik secara kompresi maupun ekspansi dengan frekuensi sama dengan sinyal elektrik yang datang. Umumnya frekuensi yang dihasilkan oleh generator adalah 1 dan 3 MHz. b. Efek-efek biofisika US 1) Efek mekanik Getaran US menyebabkan kompresi dan ekspansi dalam jaringan tubuh. Oleh karena itu efek mekanik disebut juga efek mikro massage, oleh karena pantulan gelombang suara terjadi pada peralihan antara jaringan-jaringan. Efek ini terjadi dengan energi continous maupun pulsed. Efek mekanis mempunyai pengaruh perubahan besar sel darah merah 0.02%, perubahan permeabilitas membrane sel jaringan, peningkatan proses metabolisme. 2) Efek piezoelektrik Karena adanya efek piezoelektrik maka terjadi perubahan muatan elektrostatik pada membran sel maka dapat mengikat ionin. Efek piezoelektrik antara lain dapat meningkatkan metabolism dan dimanfaatkan untuk penyambungan tulang.

24 3) Efek panas Mikro massage dari jaringan-jaringan menimbulkan panas akibat pergeseran. Efek panas ini merupakan efek yang terbaik dari US jumlah panas yang dihasilkan berbeda untuk berbagai jaringan. Ini tergantung pada sejumlah faktor misalnya bentuk. Ultrasound (continous atau pulsed), intensitas dan durasi pengobatan. Efek fisiologi dari US thermal dan implikasi klinisnya antara lain, meningkatkan konduksi saraf motor maupun sensor dengan meningkatkan ambang rangsang nyeri. Mempengaruhi aktivitas kontraktil dari otot rangka, mengurangi spasme otot yang secara sekunder menyebabkan nyeri. Meningkatkan ekstensibilitas collagen dari tendon, kapsul sendi dan soft tissue. Implikasi klinik, mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot, menurunkan peradangan kronik. 4) Efek non thermal Efek non thermal US terjadi dari gelombang suara berpulsa. Efek ini akan meningkat sejalan dengan peningkatan frekuensi (MHz) dan intensitasnya. Umumnya pulsa gelombang ini memiliki rasio 1:4 (20%), 1:1 (50%), 1:9 (10%). Sehingga pemberian US berpulsa selama 5 menit dengan rasio 1:4 berarti bahwa pasien akan menerima gelombang US selama 11/4 menit. Efek non thermal US dihasilkan oleh vibrasi mekanik menghasilkan, acoustic steaming, yakni arus tak langsung yang terjadi pada membran sel.

25 5) Mikro massage Merupakan gerakan oscillator dari sel jaringan. Sehingga efek non thermal US dapat mengurangi oedema, nyeri, dan spasme otot, memperbaiki aliran darah serta menginduksi perbaikan non-union bone, regenerasi jaringan dan perbaikan jaringan lunak. c. Dosis Intensitas untuk terapi US ini berkisar antara 0-2 W/cm 2. Agar diperhatikan bahwa pemberian US dengan intensitas tinggi dapat mengakibatkan terjadinya trauma jaringan. d. Metode 1) Kontak langsung Metode kontak langsung ini paling banyak digunakan, agar mendapatkan kontak yang sempurna antara tranduser dengan kulit diperlukan kontak medium. Kontak medium yang dipakai dapat berupa minyak, gel, pasta, oli emulsions. 2) Kontak tidak langsung a) Sub aqual (dalam air) Bagian tubuh yang diterapi dan tranduser dimasukkan ke dalam bak atau wadah yang berisikan air masak dengan menempatkan tranduser pada jarak tertentu. b) Water pillow Di sini yang digunakan adalah kantong plastik atau karet yang diisi air kira-kira ¾ dari isi kantong tersebut. Kantong ini dapat

26 menempel dengan baik pada permukaan tubuh yang tidak rata baik pada tranduser maupun pada sisi dimana kantong menempel kulit. e. Indikasi Berikut merupakan beberapa kondisi yang merupakan indikasi dari pemberian terapi US: 1) Kontraktur dan scar tissue dari efek thermal 2) Nyeri dari efek thermal 3) Spasme dari efek thermal 4) Bursitis dan tendinitis dari efek thermal dan non thermal 5) Phonophorosis 6) Penyembuhan jaringan 7) Kerobekan tendon 8) Kelainan-kelainan jaringan tulang 9) Kelainan-kelainan sendi dan tendon f. Kontra indikasi Berikut merupakan beberapa kondisi yang merupakan kontra indikasi dari pemberian terapi US: Pada penyakit jantung atau penderita dengan alat pemicu jantung, uterus wanita hamil, terapi secara langsung pada mata, spinal cord atau sinus carotid, pasien dengan gangguan sensasi, tumor maligna, insufisiensi sirkulasi darah, thrombosis, tromboplebitis, dan infeksi akut.

27 2. Teknik neurodinamik Neurodinamik adalah suatu teknik mobilisasi pada sistem saraf sebagai suatu pendekatan untuk pengobatan nyeri fisiologis dengan cara mekanik pada jaringan saraf(shacklock, 2005). Teknik ini menggunakan metode untuk mengurangi nyeri dengan cara pemberian tekanan pada jaringan saraf yang diharapkan dapat melepaskan jaringan saraf dari jepitan atau entraptment. Mobilisasi saraf meliputi gerakan berulang dari segmen yang mengalami gangguan, serta kombinasigerakan dari segmen sisi distal dan proksimalnya(dimitrios, 2004). a. Efek teknik neurodinamik 1) Melepaskan iritasi saraf karena adanya penjebakan saraf yang terjadi. 2) Meningkatkan kelenturan pada saraf. 3) Mobilisasi jaringan lunak. 4) Normalisasi sirkulasi darah di jaringan saraf(shacklock, 2005). b. Indikasi neurodinamik Pemberian mobilisasi saraf secara umum adalah pada kelainan saraf tepi yang konduksinya masih baik tetapi sensitifitasnya terganggu seperti parestesia, kesemutan dan kondisi nyeri yang bersifat tajam, menjalar pada daerah dermatomnya(shacklock, 2005).

28 c. Kontra indikasi neurodinamik Kontra indikasi secara umum dari teknik neurodinamik adalah kondisi yang iritable, peradangan yang masih baru dan nyeri hebat, tumor, dan gejala lesi medulla spinalis(shacklock, 2005). d. Metode ULTT 1 digunakan untuk memberikan provokasi pada nervus medianus dengan teknik. 1) depresi shoulder dan abduksi 110 o 2) dorsal fleksi, 3) supinasi, 4) rotasi shoulder kearah lateral, 5) ekstensi elbow, 6) kemudian lateral fleksi leher kearah berlawanan dari sisi yang sakit. Gambar 2.3 ULTT 1 nervus medianus(shaklock, 2005)