BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK JARING CANTRANG YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI SEKITAR PULAU TIMOR. (SNAPPER (Lutjanus sp.) FISHERIES IN KUPANG REGENCY OF EAST NUSA TENGGARA PROVINCE)

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rizka Oktafiani*), Asriyanto, dan Pramonowibowo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

7 KAPASITAS FASILITAS

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

PENGARUH LAMA PENARIKAN PADA PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP CANTRANG TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN BRONDONG.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah administrasi Kota Cirebon 37,35 km2 dengan batas-batas :

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon tidak stabil, dari tahun 2008-2012. Jumlah armada terbanyak adalah pada tahun 2008, 2011, dan 2012 yaitu sebanyak 238 buah, sedangkan pada tahun 2009 jumlah armadanya sebanyak 214 buah dan pada tahun 2010 sebanyak 232 buah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun 2008-2012 Tahun Jumlah Motor Kapal Motor (unit) (unit) Tempel <5 5-10 10-20 20-30 30-50 50-100 100-200 (unit) GT GT GT GT GT GT GT 2008 238-184 - - 54 - - - 2009 214 145 - - - - 69 - - 2010 232-146 - 4 55 17 9 1 2011 238-141 7 2 55 19 12 2 2012 238-141 7 2 55 19 12 2 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Nelayan kota Cirebon menggunakan beragam jenis alat tangkap yang terdiri dari pukat tarik, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap, alat pengumpul dan alat penangkap, dan lain-lain. Dari data yang didapat pada tahun 2008-2012 nelayan kota Cirebon banyak menggunakan alat tangkap jaring insang dan pukat kantong. Menurut informasi dari nelayan Cangkol bahwa peningkatan alat tangkap pancing ulur terjadi pada tahun 2006 khususnya setelah adanya rumpon. Pangkalan pendaratan ikan (PPI) Cangkol Kelurahan Lemahwungkuk Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, memiliki 33 nelayan yang terdiri dari 27 orang pemilik perahu kapal dan 6 orang ABK. PPI Cangkol memiliki tempat pelelangan ikan (TPI), tetapi TPI tersebut belum dimanfaatkan secara optimal mengingat hasil tangkapan nelayan dijual langsung kepada bakul. Selanjutnya 26

27 bakul menimbang hasil tangkapan tersebut untuk membayar retribusi yang dilanjutkan dengan proses penyortiran terhadap jenis, kualitas, bobot dan ukuran ikan tertentu untuk dieksport melalui eksportir yang berada di PPN Kejawanan. Perairan laut Cangkol memiliki satu rangkaian apartemen ikan yang merupakan bantuan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Satu rangkaian apartemen ikan yang terdapat di perairan kota Cirebon terdiri dari 20 koloni atau 100 modul. Penempatan apartemen ikan di perairan Cangkol dilaksanakan pada tanggal 13 April 2012. Apartemen ikan diletakkan pada kedalaman 20 23 m dengan jarak 43 km dari pantai Cangkol. Adapun titik koordinat lokasi apartemen ikan di kota Cirebon Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2. Titik koordinat lokasi apartemen ikan (Cirebon) Koloni Titik Koordinat Kedalaman LS BT 1 06 o 30 41,3 108 o 51 30,4 20-23 m 2 06 o 30 68,8 108 o 51 48,8 20-23 m 3 06 o 30 69,3 108 o 51 48,8 20-23 m 4 06 o 30 69,2 108 o 51 49,0 20-23 m 5 06 o 30 69,0 108 o 51 49,3 20-23 m 6 06 o 30 41,5 108 o 51 49,3 20-23 m 7 06 o 30 41,6 108 o 51 28,7 20-23 m 8 06 o 30 71,5 108 o 51 51,8 20-23 m 9 06 o 30 71,1 108 o 51 57,8 20-23 m 10 06 o 30 71,0 108 o 51 52,2 20-23 m 11 06 o 30 70,8 108 o 51 51,8 20-23 m 12 06 o 30 41,7 108 o 51 31,7 20-23 m 13 06 o 30 41,6 108 o 51 31,5 20-23 m 14 06 o 30 41,8 108 o 51 31,7 20-23 m 15 06 o 30 41,8 108 o 51 31,9 20-23 m 16 06 o 30 49,9 108 o 51 31,2 20-23 m 17 06 o 30 41,3 108 o 5 1 31,3 20-23 m 18 06 o 30 42,4 108 o 51 31,7 20-23 m 19 06 o 30 42,4 108 o 51 31,9 20-23 m 20 06 o 30 73,2 108 o 51 52,9 20-23 m Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat 2012

28 Keadaan pantai Cangkol sangat buruk karena di pesisir pantai terdapat tumpukan sampah rumah tangga yang sengaja dibuang oleh masyarakat di sekitar pantai. Hingga di perairan yang berjarak 5 km dari pantai masih terlihat sampah yang terbawa oleh arus. Kadar garam di perairan Cangkol pada kedalaman 20 m adalah 28 ppt. Perubahan kadar garam ini dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Perairan Cangkol pada kedalaman 20 m memiliki suhu kedalaman 24 o C dan memiliki suhu permukaan 25 o C pada pukul 08.00 WIB. 4.2. Pengoperasian Pancing Ulur Pancing ulur merupakan alat tangkap yang sederhana karena hanya terdiri dari tali pancing, mata pancing dan umpan. Alat tangkap pancing ulur ini merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Satu unit pancing ulur yang digunakan oleh nelayan Cangkol adalah : Tali pancing terbuat dari nylon No. 40 atau 50 Mata pancing terbuat dari bahan stainless Satu buah pemberat timah seberat 100 gram Penggulung tali dari plastik berdiameter 15 cm Umpan Pemasangan bagian-bagian pancing dimulai dengan memasukkan umpan ke mata pancing. Mata pancing diikat pada tali pancing ulur lalu dipasang pemberat dengan menggunakan tali cabang yang terikat pada tali pancing ulur. Pemberat dipasang diatas mata pancing sekitar 30 cm dari mata pancing. Lengkaplah satu unit pancing ulur yang siap dioperasikan. Desain kontruksi pancing ulur dapat dilihat pada Lampiran 3. Umpan yang digunakan oleh nelayan Cangkol adalah udang tambak hidup (Vanamei sp). Udang yang digunakan untuk umpan biasanya udang yang berukuran sedang. Untuk satu kali trip melaut nelayan Cangkol membutuhkan udang tambak hidup sebanyak 1 kg atau sebanyak 300 ekor udang hidup (Lampiran 4).

29 Mata pancing yang digunakan oleh nelayan cangkol bernomor 8, 9, atau 10. Bahan utama dari mata pancing yang digunakan adalah berbahan utama stainless, sedangkan tali pancing yang digunakan bernomor 40 atau 50, dengan bahan utama dari nylon. Kapal pancing yang digunakan berukuran 3 GT dengan menggunakan 2 buah mesin tempel yang berukuran 25 PK. Adapun mesin yang biasa digunakan adalah mesin Dongfeng. Menurut nelayan Cangkol selain harganya terjangkau juga spareparetnya mudah di dapat. Kapal yang digunakan nelayan Cangkol berbahan dasar kayu jati, dengan ukuran panjang 8-10 m, lebar 2,5-3,0 m, dan tinggi 0,85-1,25 m. Pada bagian dalam kapal digunakan untuk menyimpan alat tangkap yang akan digunakan yaitu pancing ulur dan tempat peletakkan hasil tangkapan ikan. Kontruksi dan desain kapal yang digunakan disajikan pada Lampiran 5. Nelayan pancing ulur berjumlah 2-3 orang dalam satu perahu yang terdiri dari satu orang pemilik kapal dan dua orang ABK. Pembagian tugas bagi nelayan adalah satu orang sebagai juru mudi merangkap sebagai pemancing dan yang lainnya bertugas sebagai pemancing. Pengoperasian pancing ulur dimulai dengan persiapan terlebih dahulu. Persiapan pada pancing ulur dibagi menjadi dua bagian yaitu persiapan di darat dan persiapan di laut. Persiapan didarat meliputi pengisian dan pengecekan bahan bakar, pengecekan mesin dan perahu, pengecekan alat tangkap dan lain-lain. Persiapan di laut meliputi pengaturan tali pancing dan tempat hasil tangkapan yang telah disediakan. Operasi penangkapan diawali dengan berlayar menuju fishing ground, jarak fishing ground dari pantai adalah 43 km pada kedalaman 20 m. Penangkapan ikan di sekitar apartemen ikan berada pada titik 06 o 30'49,9" S dan 108 o 52'57,8" T atau pada jarak ± 1,92 km dari apartemen ikan, sedangkan untuk pemancingan di luar apartemen ikan pada titik koordinat 06 o 30' 44" S dan 108 o 44'30,6" T atau pada jarak ± 13,04 km dari apartemen ikan. Pengoperasian pancing ulur dimulai sejak malam hingga sore hari atau dari pukul 00.00-17.00 WIB jika situasi dan kondisi alam mendukung. Jika saat musim angin barat pengoperasian dilakukan dari

30 pukul 00.00-14.00 WIB. Pengoprasian dimulai pukul 00.00, sampai di fishing ground pukul 06.00, langsung dilakuan penangkapan hingga pukul 11.00, kemudian pukul 11.00 kembali melaut menuju ke fishing base atau PPI Cangkol. Pengoperasian dimulai dengan mempersiapkan alat tangkap pancing ulur dan pemasangan umpan ke mata pancing ulur, persiapan tahap awal ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Kemudian tahapan selanjutnya adalah mempersiapkan alat tangkap pancing ulur ( setting) yaitu mengulur alat tangkap pancing ulur perlahan-lahan keperairan, tali yang diulurkan keperairan sekitar 18m kemudian mengikat ujung tali pada salah satu ujung kanan atau kiri perahu. Selama setting, perahu dalam keadaan diam dan jangkar perahu berada di dasar perairan. Tali pancing ulur yang telah diulurkan didiamkan sampai ada ikan yang tertangkap, jika umpan tidak tertangkap setelah menunggu selama 3 menit lalu pancing ulur ditarik oleh nelayan untuk melihat apakah umpan yang dipasang dimata pancing masih ada atau tidak. Jika umpan sudah tidak ada dimata pancing maka nelayan akan memasangkan umpan udang hidup di mata pancing lalu mengulurkan tali pancing ulur ke perairan kembali. Pada saat umpan dimakan ikan dan mengetahui bahwa ikan sudah tertangkap maka nelayan akan menarik pancing tersebut. Saat penarikan tali pancing harus sesuai dengan gerakan ikan, bila terasa ikan melawan maka penarikan dihentikan sejenak, dan bila ikan sudah mulai kelelahan maka penarikkan bisa diteruskan. Setelah itu ikan diangkat keatas perahu maka ikan segera dilepas dari pancing dan pancing tersebut diberi umpan kembali lalu diulurkan ke perairan. 4.3. Komposisi Hasil Tangkapan 4.3.1. Jenis dan Bobot Ikan Hasil Tangkapan Hasil identifikasi ikan tangkapan pancing ulur di sekitar apartemen ikan dan di luar apartemen ikan selama 15 trip diperoleh 11 jenis ikan. Hasil tangkapan dibagi kedalam dua kategori yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan ( by catch). Adapun jenis-jenis ikan yang didapat dapat dilihat pada Tabel 3.

31 Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan pancing ulur di PPI Cangkol, sasaran utama dari target penangkapan ikan dengan alat tangkap pancing ulur adalah ikan jenaha ( Lutjanus russelli), kakap merah ( Lutjanus sanguineus), dan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus). Sesuai pernyataan dari Genisa (1999) bahwa ikan kakap merah dan kerapu merupakan jenis ikan laut ekonomis penting yang memiliki permintaan cukup tinggi di Singapura, sedangkan jenaha merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis sedang. Tabel 3. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Di Sekitar Apartemen Ikan Di Luar Apartemen Ikan Ikan Utama By Catch Ikan Utama By Catch Ikan Jenaha (Lutjanus russelli) Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Lencam (Lethrinus lentjam) Tanda-tanda (Lutjanus fulviflamma) Kerong-kerong (Therapon theraps) Barakuda (Sphyraena barracuda) Kwee (Caranx tille) Ikan Jenaha (Lutjanus russelli) Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Tanda-tanda (Lutjanus fulviflamma) Barakuda (Sphyraena barracuda) Kwee (Caranx tille) Kaci (Plectorhynchus pictus) Kembung (Rastrelliger brachysoma) Kurisi (Nemipterus hexodon) Jenis ikan hasil tangkapan di sekitar apartemen ikan lebih banyak dibandingkan hasil tangkapan di luar apartemen ikan. Hasil tangkapan di sekitar apartemen ikan mendapatkan 10 jenis ikan, sedangkan hasil tangkapan di luar apartemen ikan hanya mendapatkan 7 jenis ikan. Hal ini disebabkan karena apartemen ikan menjadi tempat ikan-ikan kecil berlindung dan untuk mencari makan.

32 Tabel 4. Bobot dan Jumlah Individu Ikan Hasil Tangkapan Jenis Ikan Bobot Total (kg) Di Sekitar Apartemen Ikan Rerata Bobot (kg/trip) Jumlah Ikan (ekor) Rerata Jumlah Ikan (ekor/trip) Bobot Total (kg) Di Luar Apartemen Ikan Rerata Bobot (kg/trip) Jumlah Ikan (ekor) Rerata Jumlah Ikan (ekor/trip) Ikan Utama By Catch 203,31 13,6 617 41 109,86 7,3 391 26 57,35 4,0 143 10 75,67 5,0 100 7 Jumlah 260,66 17,6 760 51 185,53 12,3 491 33 Hasil tangkapan di sekitar apartemen ikan selain mendapatkan jenis ikan yang lebih beragam, jumlah individu ikannya lebih banyak dibandingkan dengan hasil tangkapan di luar apartemen ikan. Hasil tangkapan utama yang didapat dari alat tangkap pancing ulur di sekitar apartemen ikan berjumlah 617 ekor (81,2%) selama 15 trip, sedangkan hasil tangkapan sampingan ( by catch) berjumlah 143 ekor (18,8%). Hal ini dikarenakan apartemen ikan merupakan tempat berpijah bagi ikan-ikan dewasa ( spawning ground), tempat menempelnya telur ikan serta areal perlindungan asuhan dan pembesaran bagi anak-anak ikan (nursery ground) (Budhiman 2011). Jumlah ikan utama yang didapat dari hasil tangkapan di luar apartemen ikan adalah 391 ekor (79,6%) dan hasil tangkapan sampingannya ( by catch) berjumlah 100 ekor (20,4%). Jumlah hasil tangkapan ini lebih kecil dibandingkan hasil tangkapan di sekitar apartemen ikan. Hal ini disebabkan karena ikan-ikan kecil lebih banyak yang berlindung di sekitar apartemen ikan. Ikan kecil ini selanjutnya akan menjadi makanan ikan besar yang terdiri dari ikan predator. Perbedaan hasil tangkapan ini dapat dilihat pada Gambar 10. Perbandingan bobot hasil tangkapan dengan menggunakan pancing ulur dapat dilihat pada Lampiran 8.

33 Jumlah Ikan (ekor) 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jenaha Kakap Merah Kerapu Macan Lencam Tanda-tanda Kerong-kerong Barakuda Kwee Kurisi Kembung Kaci Jenis Ikan yang Tertangkap Menggunakan fish apartment Tanpa menggunakan fish apartment Gambar 1. Jumlah Ikan Hasil Tangkapan Total bobot hasil tangkapan pancing ulur di sekitar apartemen ikan sebesar 260,66 kg (58,6%). Jumlah bobot total hasil tangkapan utama sebanyak 203,31 kg (78%) dan hasil tangkapan sampingan ( by catch) memiliki bobot total sebanyak 57,35 kg (22%). Hasil tangkapan utama terbesar adalah ikan jenaha (Lutjanus russelli) sebesar 51,8%. Hasil tangkapan sampingan terbesar adalah ikan tandatanda (Lutjanus fulviflamma) sebesar 11%. Walaupun ikan tanda-tanda (Lutjanus fulviflamma) yang tertangkap jumlahnya cukup banyak tetapi ikan ini bukan merupakan hasil tangkapan utama karena tidak memiliki nilai ekonomi tinggi dan tidak setiap trip penangkapan mendapatkan ikan ini. Dilihat dari bobot total, hasil tangkapan pancing ulur di luar apartemen ikan lebih kecil dibandingkan dengan hasil tangkapan pancing ulur di sekitar apartemen ikan. Bobot total hasil tangkapan di luar apartemen ikan sebanyak 185,53 kg (41,4%). Bobot total hasil tangkapan utama sebanyak 59,2% sedangkan bobot total hasil tangkapan sampingan sebanyak 40,8%. Hasil tangkapan sampingan yang paling banyak jumlah individunya adalah ikan tanda-tanda (Lutjanus fulviflamma) sebesar 74 ekor (15,1%) dengan bobot ikan sebesar 25,64 kg (13,8%). Jika dilihat dari bobot total hasil tangkapan sampingan, yang terbesar adalah ikan kwee (Caranx tille) yaitu memiliki bobot total sebesar 44,97 kg

34 (24,2%) dengan jumlah individu sebanyak 20 ekor ikan (4,1%). Hal ini disebabkan karena ikan kwee (Caranx tille) memiliki bobot rata-rata sebesar 2,25 kg / ekor. Untuk total bobot setiap jenis ikan per tripnya dapat dilihat pada Lampiran 9. 59,29 75,67 109,86 203,31 Bobot ikan utama disekitar fish apartment Bobot ikan utama diluar fish apartment Bobot by catch disekitar fish apartment Bobot by catch diluar fish apartment Gambar 2. Bobot Ikan Hasil Tangkapan Teknologi penangkapan ikan dapat dikategorikan ramah lingkungan apabila alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi, artinya alat tangkap tersebut diupayakan hanya menangkap ikan/organisme yang menjadi sasaran utama penangkapan saja (Monintja 2000). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pancing ulur banyak menangkap ikan utama dibandingkan ikan sampingan ( by catch). Hal ini menunjukkan bahwa pancing ulur tergolong dalam alat tangkap yang ramah lingkungan. Bobot total ikan utama yang didapat berbeda-beda setiap tripnya. Bobot total ikan jenaha yang paling besar dari hasil tangkapan pancing ulur di sekitar apartemen ikan adalah sebesar 22,17 kg yang tertangkap pada trip ke 8, sedangkan ikan jenaha yang paling sedikit tertangkap yaitu pada trip ke 2 sebesar 2,1 kg. Ikan kakap yang paling banyak tertangkap pada trip ke 11 yaitu sebesar 9,51 kg, sedangkan untuk kerapu macan yang paling banyak tertangkap pada trip ke 5

35 sebesar 6,5 kg. Ikan jenaha yang banyak tertangkap pancing ulur diluar apartemen ikan sebesar 10,01 kg pada trip ke 6, untuk ikan kakap merah yang banyak tertangkap pada trip ke 6 sebesar 2,77 kg dan untuk ikan kerapu macan yang banyak tertangkap sebesar 1,69 kg pada trip ke 5. Hal ini mungkin disebabkan karena perubahan arus dan gelombang, menurut Limbong (2008) bahwa daerah pertemuan antara arus panas dan arus dingin merupakan daerah yang banyak organisme dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 9. Selama penelitian, produksi hasil tangkapan pancing ulur di sekitar apartemen ikan sebesar 260,66 kg. Produksi yang paling besar dihasilkan pada trip ke 5 sebesar 28,68 kg sedangkan untuk produksi terkecil pada trip ke 15 sebesar 8,66kg. Produksi hasil tangkapan pancing ulur di luar apartemen ikan sebesar 185,53 kg dengan rata-rata sebesar 12,37 kg. Untuk produksi terbanyak didapat pada trip ke 8 dengan jumlah 29,03 kg dan untuk hasil tangkapan terkecil sebesar 6,61 kg pada trip ke 4. Produksi ikan hasil tangkapan disajikan pada Lampiran 10. 4.3.2.Ukuran Panjang Ikan Hasil tangkapan yang didapat selama penelitian menunjukkan bahwa ikanikan utama yang tertangkap memiliki keragaman ukuran panjang ikan setiap tripnya. Hasil tangkapan pancing ulur di sekitar apartemen ikan untuk ikan jenaha (Lutjanus russelli) memiliki ukuran panjang ikan mulai dari 19,4-52,6 cm. Ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) yang tertangkap memiliki ukuran mulai dari 19,3 39,8 cm, sedangkan untuk ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)ukuran panjang ikan mulai dari 16,6 43,7 cm. Ukuran panjang ikan jenaha ( Lutjanus russelli) yang tertangkap oleh pancing ulur di luar apartemen ikan mulai dari 16,3 48,4 cm. Ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) yang tertangkap memiliki ukuran panjang ikan mulai dari 22,5 34,3 cm. Sedangkan untuk ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang tertangkap memiliki ukuran panjang ikan mulai dari 19,7 38,2 cm. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 11.

36 Ukuran panjang ikan sampingan ( by catch) yang tertangkap selama penelitian bermacam-macam, mulai dari yang terkecil 16,4 cm hingga yang terbesar 69,2 cm. Untuk ikan hasil tangkapan pancing ulur di sekitar apartemen ikan, ikan yang ukurannya terpanjang adalah ikan barakuda dengan panjang 69 cm, dan untuk ikan yang ukurannya terpendek yaitu ikan kerong-kerong dengan panjang 16,4 cm. Untuk ikan hasil tangkapan pancing ulur di luar apartemen ikan, ikan yang ukurannya terpanjang adalah ikan barakuda (Sphyraena barracuda)dengan panjang 69,2 cm dan ikan yang ukurannya terkecil adalah ikan tanda-tanda (Lutjanus fulviflamma) dengan panjang ikan 20,2 cm. Untuk lebih jelas, ukuran ikan sampingan (by catch) dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil wawancara dengan nelayan PPI Cangkol mendapat kesimpulan bahwa ikan-ikan hasil tangkapan nelayan dibagi dalam tiga kelas ukuran yaitu ikan berukuran besar, ikan berukuran sedang, dan ikan berukuran kecil. Ikan berukuran besar yaitu ikan yang memiliki panjang total > 30 cm, ikan berukuran sedang memiliki panjang total 20 30 cm, dan ikan berukuran kecil memiliki panjang total < 20 cm. Hasil tangkapan pancing ulur di sekitar apartemen ikan menunjukkan bahwa ikan yang paling banyak tertangkap adalah ikan dengan ukuran sedang. Ikan jenaha (Lutjanus russelli) yang tertangkap dalam ukuran kecil sebanyak 1 ekor dan ikan jenaha (Lutjanus russelli) yang tertangkap dalam ukuran besar berjumlah 83 ekor. Adapun perbandingan hasil tangkapan utama di sekitar apartemen ikan untuk ukuran kecil, sedang, dan besar dapat dilihat pada Gambar 12. panjang ikan (cm) 400 300 200 100 0 377 83 67 32 33 1 1 7 16 Jenaha Kakap Merah Kerapu Macan Jenis Ikan Utama kecil sedang Besar Gambar 3. Ukuran Panjang Hasil Tangkapan Ikan Di sekitar Apartemen Ikan

37 Ikan yang banyak tertangkap dari hasil tangkapan di luar apartemen ikan adalah ikan yang berukuran sedang, dimana yang banyak tertangkap berukuran sedang adalah ikan jenaha (Lutjanus russelli). Ikan jenaha (Lutjanus russelli) berukuran sedang berjumlah 312 ekor. Selanjutnya ikan yang paling banyak tertangkap berukuran sedang adalah ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan jumlah 27 ekor ikan, lalu untuk ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) berukuran sedang sebanyak 12 ekor. Adapun perbandingan hasil tangkapan utama di luar apartemen ikan dengan ukuran kecil, sedang, dan besar dapat dilihat pada Gambar 13. 350 300 312 Panjang Ikan (cm) 250 200 150 100 50 0 21 27 6 12 0 3 2 8 Jenaha Kakap Merah Kerapu Macan Jenis Ikan Utama Kecil Sedang Besar Gambar 4. Ukuran Panjang Hasil Tangkapan Ikan Di luar Apartemen Ikan Dari data penelitian dapat disimpulkan bahwa proporsi hasil tangkapan ikan jenaha (Lutjanus russelli) berukuran besar yang tertangkap pancing ulur di sekitar apartemen ikan sebesar 81,8 %, sedangkan ikan kakap merah (Lutjanus sanguineus) sebesar 32 % dan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sebesar 28,5 %. Adapun untuk ikan utama hasil tangkapan pancing ulur di luar apartemen ikan, yang memiliki nilai proporsi tertinggi dengan ukuran ikan besar adalah ikan jenaha (Lutjanus russelli) yaitu 6,2 %, selanjutnya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sebanyak 21,6 %, dan ikan kakap merah

38 (Lutjanus sanguineus) sebanyak 20 %. Proporsi ikan hasil tangkapan utama disajikan pada Lampiran 13. Secara keseluruhan tidak ada perbedaan ukuran ikan utama yang tertangkap di sekitar apartemen ikan dengan di luar apartemen ikan. 4.4. Analisis Jumlah dan Bobot Ikan yang Tertangkap 4.4.1.Analisis Jumlah Ikan yang Tertangkap Jumlah ikan yang tertangkap adalah jumlah dari spesies ikan yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Jumlah ikan yang tertangkap tergantung pada daerah penangkapan, alat tangkap yang digunakan dan musim saat penangkapan. Seperti dinyatakan oleh Sulistiyarto et al. (2007) bahwa musim mempengaruhi jenis dan kelimpahan ikan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah individu ikan yang tertangkap oleh pancing ulur di sekitar apartemen ikan lebih banyak dibandingkan dengan hasil tangkapan pancing ulur di luar apartemen ikan. Analisis jumlah ikan yang tertangkap dapat dihitung dengan menggunakan rumus t-student. Hasil analisis jumlah ikan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Jumlah Individu Ikan Alat Bantu Rata-rata jumlah Penangkapan individu ikan utama Rata-rata jumlah individu ikan sampingan (ekor) (ekor) Di sekitar apartemen ikan 41 a 10 A Di luar apartemen ikan 26 b 7 B Keterangan: Angka rata-rata yang diakhiri dengan huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan ada perbedaan dengan t-student taraf 5% Rata-rata jumlah individu ikan yang tertangkap di sekitar apartemen ikan lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan di luar apartemen ikan. Nilai t- hitung jumlah individu ikan yang tertangkap sebesar 4,31 menunjukkan nilai yang lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 2,048 (Lampiran 13). Hal tersebut menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima, berarti jumlah individu yang tertangkap di sekitar apartemen ikan dan di luar apartemen ikan berbeda nyata. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa alat bantu apartemen ikan memberikan pengaruh terhadap jumlah individu ikan yang tertangkap. Hal ini diduga karena

39 apartemen ikan berperan pula sebagai alat bentu penangkapan yang bertujuan untuk mengumpulkan ikan pada suatu tempat. Subani (1986) menyatakan bahwa rumpon merupakan alat tambahan yang dapat digunakan sebagai pengumpul ikan pada suatu tempat atau titik untuk kemudian dilakukan operasi penangkapan berdasarkan alat tangkap yang dikehendaki. 4.4.2.Analisis Bobot Ikan Hasil Tangkapan Bobot ikan hasil tangkapan merupakan bobot total dari spesies ikan yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan atau dapat pula dikatakan produksi hasil tangkapan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot total ikan yang tertangkap oleh pancing ulur di sekitar apartemen ikan lebih banyak dibandingkan dengan hasil tangkapan pancing ulur di luar apartemen ikan. Analisis bobot ikan yang tertangkap telah dianalisis dengan menggunakan rumus t-student. Hasil analisis bobot ikan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil analisis bobot ikan Alat Bantu Penangkapan Rata-rata bobot ikan utama Rata-rata bobot ikan sampingan (by catch) Di sekitar apartemen ikan 13,6 a 3,8 B Di luar apartemen ikan 7,3 b 5,0 A Keterangan: Angka rata-rata yang diakhiri dengan huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan ada perbedaan dengan t-student taraf 5% Rata-rata bobot total ikan yang tertangkap di sekitar apartemen ikan lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan di luar apartemen ikan.namun demikian, dilihat dari hasil tangkapan sampingan ( by catch), hasil tangkapan di luar apartemen ikan memiliki rata-rata bobot ikan yang lebih besar. Rata-rata hasil tangkapan pancing ulur di luar apartemen ikan, mendapatkan rata-rata bobot ikan sampingan ( by catch) sebesar 5,0 kg sedangkan untuk rata-rata bobot ikan sampingan hasil tangkapan di sekitar apartemen ikan adalah 3,8 kg. Nilai t-hitung bobot ikan yang tertangkap sebesar 3,28 menunjukkan nilai yang lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 2,048 (Lampiran 14). Hal tersebut menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima, berarti bobot hasil tangkapan di

40 sekitar apartemen ikan dan di luar apartemen ikan berbeda nyata. Dari hail ini dapat disimpulkan bahwa alat bantu apartemen ikan selain memberikan pengaruh terhadap jumlah individu ikan yang tertangkap, juga memberikan pengaruh terhadap bobot ikan hasil tangkapan. Hal ini disebabkan karena adanya rantai makanan yang baik di sekitar apartemen ikan, seperti aktifitas rantai makanan yang terjadi di rumpon. Rumpon dapat menciptakan suatu hubungan makan dan dimakan, dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga sejak rumpon dipasang di perairan, kemudian datangnya hewan kecil seperti zooplankton, mendekatnya ikan-ikan kecil untuk mencari makan dan datangnya ikan-ikan besar untuk memangsa ikan kecil (Zulkarnain 2002). 4.5. Efektivitas Penangkapan Ikan di sektar Apartemen Ikan Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil yang telah dicapai terhadap suatu tujuan. Efektivitas sama dengan hasil yang telah dicapai atau telah didapatkan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam persen (Jeujanan 2008). Efektivitas hasil penangkapan adalah suatu kemampuan dalam kegiatan penangkapan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimum sesuai dengan tujuan penangkapan. Apartemen ikan merupakan salah satu alat bantu untuk pengkayaan stok yang ditujukan untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan. Dilihat dari fungsinya apartemen ikan ini bertujuan untuk daerah konservasi. Efektivitas hasil penangkapan dapat dilihat dari dua parameter yaitu bobot rata-rata hasil tangkapan dan jumlah individu hasil tangkapan untuk setiap trip. Adapun bobot rata-rata hasil tangkapan dan jumlah individu hasil tangkapan di sekitar apartemen ikan dan di luar apartemen ikan dapat dilihat pada Tabel 7.

41 Tabel 7. Efektivitas Hasil Penangkapan Ikan di sekitar Apartemen Ikan dan di luar Apartemen Ikan Lokasi Rata-rata bobot hasil tangkapan (kg/trip) Jumlah individu hasil tangkapan (ekor/trip) Di sekitar apartemen ikan 17,38 a 51 A Di luar apartemen ikan 12,39 b 33 B Keterangan : Angka rata-rata yang diakhiri dengan huruf yang berbeda pada lajur yang sama menunjukkan ada perbedaan dengan t-student taraf 5% Hasil tangkapan disekitar apartemen ikan berdasarkan rata-rata bobot hasil tangkapan yaitu 17,38 kg/trip, sedangkan berdasarkan jumlah individu hasil tangkapan yaitu 51 ekor/trip. Nilai tersebut dapat dinyatakan cukup tinggi. Hasil tangkapan di luar apartemen ikan berdasarkan rata-rata bobot hasil tangkapan sebesar 12,39 kg/trip dan berdasarkan jumlah individu hasil tangkapan sebesar 33 ekor/trip. Hal ini menujukkan bahwa nilai efektivitas hasil tangkapan di sekitar apartemen ikan lebih tinggi dibandingkan nilai efektivitas di luar apartemen ikan. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pemancingan di sekitar apartemen ikan lebih efektif dibandingkan dengan pemancingan di luar apartemen ikan. Hal ini dapat disebabkan karena apartemen ikan memikat ikan agar berada di sekitar fish apartment, sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Menurut Monintja dan Zulkarnain (1995) tujuan pemasangan rumpon yaitu untuk memikat ikan agar mendekat pada rumpon sehingga memudahkan penangkapan ikan tersebut.