BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil perhitungan skor warna kuning telur puyuh disajikan pada Tabel 7.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG KULIT PISANG SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG JAGUNG TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagai sumber kalsium bagi ransum ternak. Berbagai jenis kerang

Tingkat Kelangsungan Hidup

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang Peralatan dan Perlengkapan Pakan dan Air Minum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

TINJAUAN PUSTAKA. (2001) adalah sebagai Kingdom Animalia, Subkingdom Metazoa, Phylum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan bobot telur ayam ras yang disimpan pada suhu ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi

PENDAHULUAN. Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting. dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang lengkap bagi pertumbuhan makhluk hidup baru. Menurut Whitaker and

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Telur Pertama Burung Puyuh (Coturnix coturnix javonica) Dengan PemberianTepung Daun Pepaya (Carica papaya L) Dalam Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tebal Cangkang Rataan hasil pengamatan tebal cangkang telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh. Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Total ------------------------------ (mm) -------------------------- 1 0.37 0.37 0.29 0.35 0.38 1.76 2 0.36 0.36 0.33 0.35 0.22 1.62 3 0.32 0.34 0.35 0.40 0.34 1.75 4 0.38 0.31 0.41 0.35 0.37 1.82 Total 1.43 1.38 1.38 1.45 1.31 6.95 Rataan 0.36 0.35 0.35 0.36 0.33 Keterangan: P0 = Ransum tanpa (0%) tepung cangkang keong mas; P1 = Ransum dengan 1% tepung cangkang keong mas; P2 = Ransum dengan 2% tepung cangkang keong mas; P3 = Ransum dengan 3% tepung cangkang keong mas; P4 = Ransum dengan 4% tepung cangkang keong mas. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan tepung cangkang keong mas dalam ransum tidak perpengaruh nyata (P>0.05) terhadap tebal cangkang telur puyuh. Hal tersebut disebabkan oleh karena mineral Ca dari tepung cangkang keong mas dapat mengimbangi mineral Ca yang terdapat pada kapur, sehingga menyebabkan tebal cangkang telur relatif sama. Rataan tebal cangkang yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 0.33-0.36 mm. Hal ini sejalan dengan apa yang di kemukakan oleh Mozin (2006) yang meneliti tentang kulitas fisik telur puyuh dengan menggunakan campuran tepung bekicot dan tepung darah sebagai substitusi tepung ikan, dimana memperoleh rata-rata tebal cangkang telur 0.26-0.30 mm. Selanjutnya Nugroho

dan Mayun (1989) bahwa komposisi kulit dan selaput telur puyuh adalah 20.7%, dimana tebal kulit telur adalah 0.197 mm dan selaput telur 0.063 mm. Penggunaan tepung cangkang keong mas sampai 4% dalam ransum pada penelitian ini diperoleh tebal cangkang telur puyuh berkisar antara 0.33-0.36 mm, hal ini masih sesuai dengan standar untuk tebal cangkang telur puyuh. Davis dkk. (2002) menyatakan bahwa apabila tebal cangkang kurang dari 0.33 mm, telur akan lebih mudah pecah. Ketebalan cangkang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas telur, karena cangkang dapat melindungi isi telur. Ketebalan cangkang telur banyak dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam ransum yang akan menentukan ketersediaan garam-garam kalsium dalam darah untuk pembentukan telur (Yuwanta, 2004). Selanjutnya Achmanu (2010) menyatakan bahwa semakin tebal cangkang telur berarti kandungan Ca juga semakin tinggi. Ketebalan cangkang telur juga dipengaruhi oleh umur ternak, temperatur lingkungan, tingkat produksi telur, penyakit, genetik dan imbangan energi dan protein ransum. Amrullah (2003) menyatakan bahwa ada peran protein terhadap ketebalan kerabang telur. Lebih lanjut Djulardi, dkk (2004) menyatakan bahwa untuk menghasilkan kerabang yang berkualitas, pemberian protein dalam pakan harus diimbangi dengan pemberian energi dan mineral. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, suhu lingkungan yang tinggi juga dapat mempengaruhi kualitas fisik telur, terutama suhu di atas 29 o C. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sudaryani (1996) bahwa suhu yang tinggi akan mempengaruhi kualitas putih telur dan mengurangi kekuatan dan ketebalan cangkang telur.

4.1 Berat Cangkang Rataan hasil pengamatan berat cangkang telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan Berat cangkang telur puyuh Ulangan Perlakuan Total P0 P1 P2 P3 P4 --------------------------- (gram/butir) ------------------------ 1 1.24 1.05 0.84 1.32 1.41 5.86 2 1.11 1.07 1.29 1.24 1.31 6.02 3 1.09 1.24 1.0 1.19 1.38 5.09 4 1.08 1.18 1.09 1.46 1.27 6.08 Total 4.52 4.54 4.22 5.21 5.37 23.86 Rataan 1.13 bc 1.14 bc 1.06 b 1.30 ab 1.34 a keterangan: Superskrip dengan hurup yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05). P0 = Ransum tanpa (0%) tepung cangkang keong mas; P1 = Ransum dengan 1% tepung cangkang keong mas; P2 = Ransum dengan 2% tepung cangkang keong mas; P3 = Ransum dengan 3% tepung cangkang keong mas; P4 = Ransum dengan 4% tepung cangkang keong mas. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung cangkang keong mas berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap berat cangkang telur puyuh. Hal ini disebabkan karena tepung cangkang keong mas dalam ransum dapat dimanfaatkan oleh puyuh untuk pembentukan cangkang telur puyuh. Faktor lain yang dapat mempengaruhi berat cangkang telur adalah besar telur yang dihasilkan. Karena telur yang lebih besar, permukaan cangkangnya juga lebih luas. Sehingga bahan pembentuk cangkangnya menyebar keseluruh area permukaan telur yang menyebabkan cangkangnya menjadi lebih berat. Hasil uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa perlakuan P4 (ransum dengan 4% tepung cangkang keong mas dalam ransum) nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0, P1 dan P2, namun tidak berbeda nyata

dibandingkan perlakuan P3. Adapun rataan berat cangkang telur puyuh masingmasing perlakuan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu P4; P3; P1; P0 dan P2 dengan nilai masing-masing 1.34; 1.30; 1.14; 1.13 dan 1.06 g/butir. Melihat dari hasil penelitian ini tampaknya penggunaan 4% tepung cangkang keong mas dalam ransum dapat meningkatkan berat cangkang telur puyuh. Hal ini disebabkan karena kandungan mineral organik asal hewan yang terdapat pada tepung cangkang keong mas, terutama mineral kalsium (Ca) dapat diserap dengan baik untuk pembentukan cangkang/kulit telur. Dimana komposisi mineral tertinggi pada cangkang telur adalah mineral kalsium. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Soeparno et al. (2001) dalam Mozin (2006) bahwa komposisi cangkang terdiri atas 98.2% kalsium, 0.9% magnesium dan 0.9% fosfor (pada cangkang dalam bentuk fosfat). Selanjutnya Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa kalsium berperan dalam pembentukan cangkang telur. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi kalsium seperti pernyataan Tillman et al. (1984) bahwa konsumsi kalsium dipengaruhi oleh umur, bangsa, konsumsi pakan, dan status fisiologis. Selanjutnya dinyatakan bahwa berat telur, tebal kerabang, dan specific gravity dipengaruhi oleh konsumsi kalsium. Penggunaan mineral kalsium harus diikuti dengan penambahan mineral phosfor. Pernyataan Yuniarti et al. (2008) bahwa penggunaan kalsium (Ca) dosis tinggi tanpa diikuti dengan fosfor (P) dalam takaran yang seimbang dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan kalsium. Selanjutnya Wiradimadja et al. (2004) bahwa kadar kalsium ransum yang berkisar antara 2.36-2.94% dengan imbangan

kadar fosfor (P) tersedia 0.5-0.57% sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan pembentukan cangkang telur. 4.3 Berat Telur Tabel 11. Rataan hasil pengamatan berat telur puyuh selama penelitian disajikan pada Tabel 11. Rataan Berat Telur Puyuh. Ulangan Perlakuan Total P0 P1 P2 P3 P4 --------------------------- (gram/butir) ----------------------- 1 8.86 8.78 7.38 8.25 9.58 42.85 2 8.90 7.99 9.55 9.29 8.05 43.78 3 8.39 8.02 8.89 8.07 9.40 42.77 4 8.97 8.78 8.34 10.07 9.43 46.22 Total 35.12 33.57 34.16 36.31 36.64 175.62 Rataan 8.78 8.39 8.54 9.08 9.12 Keterangan : P0 = Ransum tanpa (0%) tepung cangkang keong mas; P1 = Ransum dengan 1% tepung cangkang keong mas; P2 = Ransum dengan 2% tepung cangkang keong mas; P3 = Ransum dengan 3% tepung cangkang keong mas; P4 = Ransum dengan 4% tepung cangkang keong mas. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung cangkang keong mas dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap berat telur puyuh. Perlakuan tidak berpengaruh disebabkan karena bahan-bahan penyusun ransum yang digunakan sebagai sumber protein komposisinya hampir sama. Sehingga menyebabkan komposisi asam-asam amino penyusun ransum tidak dapat mempengaruhi peningkatan berat telur puyuh. Dimana berat telur puyuh sebagian besar dipengaruhi oleh konsumsi protein. Seperti pernyataan Amrullah (2003) bahwa meningkatnya jumlah asupan protein yang seimbang akan meningkatkan ukuran telur yang lebih cepat. Selanjutnya menyatakan bahwa begitu pentingnya kebutuhan telur akan protein, sehingga kekurangan protein

akan mengakibatkan menurunnya besar telur dan albumen telur yang akan berpengaruh pada berat telur puyuh yang dihasilkan. Selain kualitas ransum, peningkatan bobot telur juga dipengaruhi oleh kuantitas ransum yang dikonsumsi (Selvy dalam Mozin 2006). Pernyataan lain menyebutkan bahwa terpenuhinya kebutuhan kalsium dan konsumsi ransum pada periode produksi akan sangat menentukan besarnya massa kalsium cangkang yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap meningkatnya berat telur dan kualitas cangkang telur (Rolland et al. 1978). Rataan berat telur puyuh yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 8.39-9.12 g/butir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1995) bahwa telur puyuh mempunyai berat 7-8% dari berat induk, yaitu berkisar antara 7-11 g/butir. Beberapa pernyataan tentang berat telur puyuh. sebagai contoh Achmanu dkk. (2010) menyatakan bahwa nilai rataan setiap berat telur puyuh yang dihasilkan berkisar antara 9.22-9.34 g/butir; Rasyaf (1985) menyatakan bahwa berat telur puyuh Coturnix-coturnix japonica dengan warna burik berkisar antara 9-10 g/butir; Benjamin et al. (1960) bahwa berat telur puyuh bervariasi antara 11.35-12.95g/butir; Elvira dkk (1994) bahwa berat telur puyuh rata-rata 11.23 g/butir. Berat telur puyuh yang diperoleh pada penelitian ini masih normal jika dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Berat telur puyuh juga dipengaruhi oleh masa periode bertelur, seperti pernyataan Nugoroho dan Mayun (1990) bahwa telur puyuh pada masa produksi 4 minggu pertama adalah 8.9 gram dan berat telur yang maksimal adalah 10.8 gram pada periode bertelur 28 minggu.

Melihat dari hasil penelitian bahwa penggunaan tepung cangkang keong mas berpengaruh terhadap peningkatan berat cangkang telur puyuh yang dihasilkan pada perlakuan P4 (ransum dengan 4% tepung cangkang keong mas). Namun peningkatan berat cangkang tersebut tidak dapat mempengaruhi berat telur puyuh yang dihasilkan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa selisih antara berat cangkang telur puyuh relatif kecil, yaitu berkisar antara 0.21-0.28 gr/butir. Sehingga selisih berat cangkang tersebut tidak dapat mempengaruhi berat telur puyuh antar perlakuan.