1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009

dokumen-dokumen yang mirip
INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

HASIL OBSERVASI BULAN SABIT JANUARI 2007 JANUARI 2008 RUKYATUL HILAL INDONESIA

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 14 NOVEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 OKTOBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 13 OKTOBER 2015 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1437 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 4 NOVEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1435 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 OKTOBER 2010 PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1431 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H

Variasi Lokal Dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia Pada

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 7 AGUSTUS 2013 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 12 MARET 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1434 H

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM 10 AGUSTUS 2010 PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1431 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 19 JULI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 8 JULI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 5 OKTOBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1434 H

KRITERIA VISIBILITAS HILAL RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) (KONSEP, KRITERIA, DAN IMPLEMENTASI)

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 29 APRIL 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 16 DAN RABU, 17 JUNI 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SELASA, 3 DESEMBER 2013 M PENENTU AWAL BULAN SHAFAR 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 16 SEPTEMBER 2012 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 22 DESEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 1 DAN 2 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SENIN, 18 DAN SELASA, 19 MEI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 29 MEI 2014 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT DAN SABTU, 27 DAN 28 JUNI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RAMADLAN 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 18 AGUSTUS 2012 M PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 1 MARET 2014 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL ULA 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU DAN KAMIS, 10 DAN 11 APRIL 2013 M PENENTU AWAL BULAN JUMADITS TSANIYAH 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 31 JANUARI 2014 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1435 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 DAN SENIN, 11 JANUARI 2016 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AKHIR 1437 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 10 FEBRUARI 2013 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1434 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM SABTU, 15 AGUSTUS 2015 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM AHAD, 19 APRIL 2015 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM JUMAT, 20 DAN SABTU, 21 MARET 2015 M PENENTU AWAL BULAN JUMADAL AKHIRAH 1436 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM KAMIS, 16 DAN JUMAT, 17 JULI 2015 M PENENTU AWAL BULAN SYAWAL 1436 H

Kapan Idul Adha 1436 H?

JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1433 H (2012 M)

KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN FOTO 1. : Wakil Ketua Majelis Tarjih Tajdid PP. Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III PEMIKIRAN MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN KAMARIAH ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB III SISTEM HISAB ALMANAK NAUTIKA DAN ASTRONOMICAL ALGORITHMS JEAN MEEUS. Astronomical Algortihms karya Jean Meeus. Pembahasan lebih memfokuskan

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

MAKALAH ISLAM. Fenomena Gerhana 2014

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

KONSEP BEST TIME DALAM OBSERVASI HILAL MENURUT MODEL VISIBILITAS KASTNER

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 25 NOVEMBER 2011 M PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1433 H

PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 27 DAN 28 SEPTEMBER 2011 M PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 31 JULI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAMADHAN 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 3 DAN 4 APRIL 2011 M PENENTU AWAL BULAN JUMADIL ULA 1432 H

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 5 MARET 2011 M PENENTU AWAL BULAN RABI UTS TSANI 1432 H

PETA KONSEP. Revolu si. Rotasi. Mataha ri TATA SURYA. satelit buata n. satelit. alami. satelit. Bulan. palapa. Kalender Masehi. Revolu si.

GERHANA BULAN TOTAL 15 JUNI 2011 (16 JUNI 2011 DINI HARI DI INDONESIA)

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 1 DAN 2 JULI 2011 M PENENTU AWAL BULAN SYA BAN 1432 H

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN KETINGGIAN HILAL PERSPEKTIF ALMANAK NAUTIKA DAN EPHEMERIS

CATATAN DISKUSI DIKLAT 8 JAM PERHITUNGAN JADWAL SHALAT DAN ARAH KIBLAT PC PEMUDA MUHAMMADIYAH GOMBONG GOMBONG, 24 MEI 2009

ALGORITMA PENENTUAN HARI BERBASIS KPK

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari

Inilah Hisab 1 syawal 1430 dan prediksi 1 Syawwal 1430 H diperbagai negara «MUSLI...

Avivah Yamani langitselatan. doi: /m9.figshare GERHANA BULAN di Indonesia. langitselatan.com gerhana.info

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Sabar Nurohman Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

Sistem Penanggalan Hijriyah/Islam

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

PRA RANCANGAN SATELIT MISI TUNGGAL HILALSAT. Untuk Keperluan Verifikasi Sistem Kalender Hijriah dan Penentuan Hari Hari Raya Keagamaan

PENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M)

Modul Pelatihan HISAB - RUKYAT AWAL BULAN HIJRIYAH

Meridian Greenwich. Bujur

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

INFORMASI PRAKIRAAN HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 20 SEPTEMBER 2017 M (PENENTU AWAL BULAN MUHARRAM 1439 H)

INFORMASI PRAKIRAAN HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 DAN 24 JULI 2017 M (PENENTU AWAL BULAN DZULQO DAH 1438 H)

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB III SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. Demak pada tahun 1987 setelah menerima beasiswa OFP (Offersis Felope

Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

ANALISIS VISIBILITAS HILAL PENENTU AWAL RAMADHAN DAN SYAWAL 1433 H DENGAN MODEL FUNGSI VISIBILITAS KASTNER

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

Transkripsi:

Risalah Elektronik RHI Nomor 2 Volume I Tahun 13 H 1 ZULHIJJAH 13 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 29 I. PENDAHULUAN Sistem kalender yang digunakan Umat Islam, selanjutnya dinamakan Kalender Hijriyyah, telah ditegaskan dasar dasarnya dalam Al Qur an sebagai kalender yang murni didasarkan pada peredaran Bulan di langit (kalender lunar atau qamariyyah) 1. Setahun kalender terdiri dari 12 bulan (lunasi) 2 dimana sebagian berumur 29 hari dan sebagian lagi berumur 3 hari. Transisi/pergantian antar bulan (lunasi) merujuk pada eksistensi hilaal 3, yakni Bulan dalam fase sabit yang terkecil (termuda) sehingga bentuknya mirip sehelai benang yang melengkung. Juga digarisbawahi bahwa jika dibandingkan dengan sistem kalender lain terutama kalender kalender Julian (kalender surya atau syamsiyyah), maka setiap 3 tahun Julian ekivalen dengan 39 tahun Islam 5. Dalam risalah ini akan dipaparkan awal lunasi Zulhijjah tahun 13 H, khususnya untuk wilayah Indonesia dan Asia Tenggara. Awal lunasi didasarkan secara komprehensif pada metode perhitungan (hisab) yang bisa dipertanggungjawabkan karena merupakan model matematis yang berdasarkan pada tabulasi dan analisis data hasil pengamatan hilaal (rukyat) yang diakuisisi LP2IF RHI dalam kurun waktu Januari 27 Oktober 28. Lunasi Hijriyyah 13 H secara astronomis merupakan Islamic Lunation ke 171 terhitung Muharram 1 H (Juli 22 TU ). II. KAIDAH Kaidah yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Transisi/pergantian hari dalam kalender Hijriyyah terjadi pada saat terbenamnya Matahari (ghurub asy Syams) secara lokalitas. 2. Saat terjadinya konjungsi (ijtima ) antara Bulan dan Matahari ditetapkan secara mutlak sebagai tanggal 29 Qamariyyah 7. 3. Perhitungan berdasarkan model visibilitas RHI yang berbentuk persamaan : ad,29 DAz 2 2,99 DAz + 1,738 dimana a D = selisih tinggi antara pusat cakram Bulan dan pusat cakram Matahari pada saat Matahari terbenam dan DAz = selisih azimuth antara pusat cakram Matahari dan pusat cakram Bulan. Model visibilitas RHI mengacu pada kondisi toposentrik (mar i), mengabaikan refraksi atmosfer (airless) serta Matahari/Bulan terbit dan terbenam secara geometrik.. Hilaal didefinisikan sebagai Bulan sabit yang terbenam dalam rentang waktu 27 menit hingga 2 menit setelah terbenamnya Matahari, dalam kondisi toposentrik (mar i), mengabaikan refraksi atmosfer (airless) serta Matahari/Bulan terbit dan terbenam secara geometrik. 1 Q.S. Yunus : 5. 2 Q.S. at Taubah : 3. 3 Q,S, al Baqarah :185, 189. Adalah kalender yang mengacu kepada Julius Caesar, yakni orang yang pertama kali menerapkannya. Ini adalah kalender solar yang terpengaruh oleh kalender Mesir. Julius Caesar menetapkan bahwa 1 tahun terdiri dari 35 hari jam, yakni nilai periode tropis Matahari. Berdasarkan penyelidikan Umar Khayyam dkk di Observatorium Nizamiyah, Baghdad, pada masa daulah Bani Abbasiyah, periode tropis Matahari sebenarnya adalah 35 hari 5 jam 8 menit detik. Perbaikan diusulkan jauh hari kemudian oleh Paus Gregorius sehingga kalender ini kemudian lebih dikenal sebagai kalender Gregorian. 5 Q.S. al Kahfi :. TU : Tarikh Umum, transliterasi dari Common Era (CE) yang digunakan untuk memerikan kalender surya. 7 Kaidah ini diusulkan oleh Hendro Setyanto dari Observatorium Bosscha, Bandung. Halaman 1 dari 5

III. KONJUNGSI (IJTIMA ) Konjungsi (ijtima ) antara Bulan dan Matahari akan terjadi pada hari Selasa 17 Oktober 29 pukul 2:1 WIB. Pada saat konjungsi Matahari dan Bulan sama sama menempati garis bujur ekliptika 23 o. Pada saat konjungsi Matahari memiliki deklinasi 18 o 5 dan ascensio recta (RA) 232 o 12 sementara Bulan memiliki deklinasi 22 o 3 dan ascensio recta (RA) 231 o. Sehingga baik Matahari maupun Bulan sama sama berada di sebelah selatan ekuator langit dan menempati gugusan bintang Libra. Pada saat konjungsi terjadi, jarak sudut (elongasi) Matahari dengan Bulan sebesar 3 o 5 atau lebih besar dari diameter masing masing pusat cakram Matahari dan Bulan yakni o 3 sehingga tidak memungkinkan terjadinya Gerhana Matahari. Dengan demikian peristiwa konjungsi ini tidak bisa dilihat secara kasat mata. Dihitung sejak 1 Muharram 1 H (15 Juli 22 TU) maka hari terjadinya konjungsi merupakan Hijri Day Number (HDN) ke 5715. Periode sinodis Bulan untuk lunasi ini akan bernilai 29 hari 1 jam 9 menit, atau lebih besar dari nilai rata ratanya yang sebesar 29 hari 12 jam menit. Untuk konteks Indonesia, maka tanggal 29 Zulqa idah berlaku pada 1 November 29 saat ghurub hingga 17 November 29 saat ghurub. Dengan demikian penentuan 1 Zulhijjah 13 H dilaksanakan pada Selasa 17 November 29 saat Matahari terbenam. IV. PETA HILAAL Peta hilaal untuk Indonesia merupakan gabungan antara peta dasar yang mengandung elemen tinggi hilaal dengan peta lanjut yang mengandung elemen visibilitas hilaal berdasarkan model visibilitas RHI. Peta disusun dengan aloritma Jean Meeus untuk elevasi permukaan laut rata rata ( m dpl), dalam kondisi toposentrik (mar i) dengan memperhitungkan refraksi atmosfer (untuk tinggi hilaal) namun nir atmosfer (untuk visibilitas RHI). 1 8 vis.rhi 3 2 Lintang -2 - - -8-1 5-12 95 1 15 11 115 12 1 13 135 1 Bujur Gambar 1 Peta Garis Tinggi dan Visibilitas Hilaal RHI Pada gambar 1 di atas garis hitam tak terputus mewakili garis tinggi hilaal, yakni garis yang menghubungkan titik titik dengan ketinggian hilaal yang sama pada saat terbenamnya Matahari. Dan garis biru putus putus menunjukkan garis visibilitas RHI, yakni garis yang menghubungkan titik titik dimana a D [,29 DAz 2 2,99 DAz + 1,738] =. Halaman 2 dari 5

V. POTENSI VISIBILITAS HILAAL Pada gambar 1 di atas nampak Indonesia dilintasi garis visibilitas RHI yang memanjang dari Samudera Pasifik dan menerus ke tenggara melintasi sebagian pulau Irian untuk kemudian berbelok ke barat daya menuju Laut Arafuru. Wilayah yang berada di sebelah barat garis ini berpotensi bisa mengamati hilaal meski dengan persyaratan tertentu (yakni dengan cuaca cerah mendekati sempurna, pengamatan menggunakan alat bantu optik dan dilaksanakan oleh pengamat yang berpengalaman). Sehingga hilaal berpotensi terlihat di seluruh wilayah Indonesia kecuali di sebagian kecil propinsi Papua (yakni daerah Jayapura dan sekitarnya). Sementara tinggi hilaal di seluruh wilayah Indonesia memiliki rentang nilai antara o o hingga,5 - selatan - Gambar 2 Bentuk sabit hilaal menurut model visibilitas RHI utara Gambar 2 menunjukkan bentuk Bulan jika dilihat dari salah satu titik pengamatan di Indonesia yakni kota Yogyakarta (DIY) yang memiliki elevasi 11 m dpl. Nampak Bulan memiliki panjang sabit 9 o dengan bentuk melengkung ke arah selatan. Bulan akan terbenam dalam 2 menit setelah terbenamnya Matahari sehingga memenuhi definisi hilaal. Jika kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi, hilaal akan nampak menit setelah terbenamnya Matahari jika dilihat dengan alat optik dan baru bisa dilihat dengan mata telanjang dalam 2 menit setelah Matahari terbenam. Sehingga hilaal hanya bisa dilihat dengan alat bantu optik. Bandingkan dengan berikut : - selatan - utara Gambar 3 Bentuk sabit menurut model visibilitas RHI dalam 2 jam pasca fenomena dalam gambar 2 yang menunjukkan bentuk Bulan dilihat dari lokasi yang sama namun pada 2 jam berikutnya (atau tepatnya Rabu 18 November 29 saat Matahari terbenam). Saat itu Bulan terbenam 78 menit setelah terbenamnya Matahari sehingga sebenarnya sudah berada di luar definisi hilaal. Bulan akan memiliki elemen panjang sabit 153 o. Jika kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi, Bulan sabit ini akan nampak 1 menit sebelum terbenamnya Matahari dan baru bisa dilihat dengan mata telanjang 2 menit sebelum Matahari terbenam. Halaman 3 dari 5

VI. 1 ZULHIJJAH 13 H Dari sisi rukyat, pada Selasa 17 November 29 dipastikan hilaal berpotensi teramati di seluruh wilayah Indonesia terkecuali sebagian Papua karena probabilitasnya di antara 5% dengan75 % 8. Sementara dari sisi hisab, dengan menggunakan sistem hakiki bittahqiq (kontemporer) yang berlandaskan pada model visibilitas RHI, di seluruh wilayah Indonesia nilai visibilitas hilaal sudah berada di atas batas model visibilitas hilaal RHI. Dengan demikian disimpulkan, bahwa 1 Zulhijjah 13 H akan dimulai pada Selasa 17 November 29 saat Matahari terbenam. Atau dalam bahasa yang lebih umum, 1 Zulhijjah 13 H bertepatan dengan Rabu 18 November 29. VII. PETA HILAAL TUA Hilaal tua merupakan istilah untuk Bulan dalam fase sabit yang identik dengan hilaal, namun terjadi sebelum peristiwa konjungsi dengan sifat yang terbalik, yakni hanya bisa dilihat sebelum terbitnya Matahari. Hilaal tua tidak memiliki implikasi legal sehingga tidak berpengaruh terhadap penentuan awal lunasi kalender Hijriyyah, namun dari sisi ilmu pengetahuan observasi hilaal tua sangat bermanfaat untuk memperkaya dan mempertajam pengetahuan tentang hilaal. Karena konjungsi terjadi pada Selasa 17 November 29 pukul 2:1 WIB maka hilaal tua hanya bisa diobservasi pada Senin 1 November 29 pada saat Matahari terbit. Peta hilaal tua untuk Indonesia merupakan peta dasar yang mengandung elemen tinggi hilaal tua. Peta disusun dengan aloritma Jean Meeus untuk elevasi permukaan laut rata rata ( m dpl), dalam kondisi toposentrik (mar i) dengan memperhitungkan refraksi atmosfer (untuk tinggi hilaal) namun nir atmosfer (untuk visibilitas RHI). 1 8 9 1 2 Lintang -2 - - -8-1 -12 95 1 15 11 115 12 1 13 135 1 Bujur Gambar Peta Garis Tinggi Hilaal Tua Pada gambar 1 di atas garis hitam tak terputus mewakili garis tinggi hilaal tua, yakni garis yang menghubungkan titik titik dengan ketinggian hilaal tua yang sama pada saat terbitnya Matahari. Nampak bahwa tinggi hilaal tua memiliki rentang dari 9 o hingga 1,5 o. 8 Hilaal bisa diobservasi pada kondisi yang paling ekstrim jika probabilitas visibilitasnya minimal 5 %, dengan menggunakan alat bantu optik dan membutuhkan kondisi langit yang sempurna (cerah sekali). Halaman dari 5

VIII. POTENSI VISIBILITAS HILAAL TUA - utara - Gambar 5 Bentuk sabit tua menurut model visibilitas RHI selatan Gambar 5 menunjukkan bentuk Bulan jika dilihat dari salah satu titik pengamatan di Indonesia yakni kota Yogyakarta (DIY) yang memiliki elevasi 11 m dpl. Nampak Bulan memiliki panjang sabit 11 o dengan bentuk melengkung ke atas. Matahari akan terbit dalam 5 menit setelah terbitnya Bulan sehingga Bulan sebenarnya masih dalam kondisi Bulan sabit tua atau berada di luar definisi hilaal tua. Jika kondisi yang dipersyaratkan terpenuhi, Bulan sabit tua ini akan mulai tidak nampak 1 menit sebelum terbitnya Matahari bila diamati dengan mata telanjang namun masih bisa dilihat hingga 1 menit setelah Matahari terbit jika menggunakan alat optik. Sehingga Bulan sabit tua bisa dilihat baik dengan mata maupun dengan alat bantu optik. IX. KESIMPULAN 1 Zulhijjah 13 H akan dimulai pada Selasa 17 November 29 saat Matahari terbenam. Atau dalam bahasa lebih umum, 1 Zulhijjah 13 H bertepatan dengan Rabu 18 November 29. Disiapkan oleh Muh. Ma rufin Sudibyo, koordinator RHI wilayah Kebumen, Jawa Tengah. Halaman 5 dari 5