BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

BAB II LANDASAN TEORI

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

BAB 3 LANDASAN TEORI

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya.

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

Perencanaan Produksi SAP ERP

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

BAB II BAHAN RUJUKAN

TEKNIK Vol. V, No. 1 Januari 2011 Hal 1-12

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE


Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal

PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005).

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG)

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

USULAN PENJADWALAN KENDARAANSHUTTLE PT. X DENGAN MODIFIKASI ALGORITMA N-JOBS M-MESIN PARALEL UNTUK MENGURANGI JUMLAH KENDARAAN *

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA

ABSTRAK Giffler dan Thompson

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

KEPENTINGAN STRATEGIS PENJADWALAN JANGKA PENDEK

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISA DAN HASIL

PENGEMBANGAN PENJADUALAN JOB SHOP INSERTED IDLE TIME DENGAN SCHEDULLING GRAPH UNTUK MEMINIMASI BIAYA TARDINESS & EARLINESS

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

PERANCANGAN PROSES 81

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

Penjadwalan Kelompok Buku Cerita Menggunakan Algoritma Modrak (2010) dengan Kriteria Minimisasi Makespan *

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah tertentu dalam setiap periode waktu tertentu. Untuk itu, perlu dibuat suatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

Tugas Akhir SCHEDULING PROSES CETAK PADA PT. PERCETAKAN UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU DEADLINE MAJALAH. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

EVALUASI PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MESIN LAS POTONG PLASTIK PADA BENGKEL MESIN FAMILY TECHNIC

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk membandingkan metode, dasar penelitian dan sasaran tujuan penelitian baik yang terdahulu maupun yang akan peneliti lakukan. 2.1.1. Penelitian Terdahulu Penerapan sistem informasi penjadwalan produksi pada CV. Eko Joyo dapat meminimalkan maximum tardiness karena rata-rata maximum tardiness yang diperoleh dengan menggunakan metode konvensional (tanpa menggunakan sistem informasi penjadwalan produksi) menunjukkan waktu lebih besar dibandingkan metode baru pada dengan menggunakan sistem informasi penjadwalan produksi dengan metode EDD (Rudyanto dan Arifin 2010). Fauzie (2011) melakukan penelitian pada industri tekstil PT Kusuma Hadi Sentosa di Surakarta yaitu mengatasi masalah produksi yang terlambat dengan menggunakan penjadwalan flow shop pada persiapan tenun di departemen weaving. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan microsoft excel dan metode penjadwalan First Come First Served (FCFS) dan Earliest Dua Date (EDD) sehingga dapat memenuhi due date dengan memperhatikan tanggal masuk dan pengiriman serta waktu proses dari setiap kain pada mesin. Alpriesta (2013) melakukan penelitian pada PT Bejana Mas Perkasa, Nanggulan- Kulon Progo, Yogyakarta yang mempunyai masalah keterlambatan pada proses produksi dan belum terdapatnya penjadwalan produksi. Permasalahan tersebut diselesaikan penulis dengan menggunakan metode Lot Splitting dan Earliest Dua Date (EDD) dalam pembuatan prosedur penjadwalan guna meminimasi keterlambatan. Penjadwalan dilakukan dengan program bantu microsoft excel. Keterlambatan produksi yang terjadi pada bengkel knalpot AMAN Purbalingga diakibatkan karena bengkel tersebut tidak mempunyai sistem penjadwalan produksi. Usulan penjadwalan yang dilakukan oleh Sandianto (2014), merupakan usulan produksi yang menggunakan Forward Scheduling dengan skala prioritas EDD (Earliest Due Date) dengan menyisipkan order baru. Hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk gant chart. 5

2.1.2. Penelitian Sekarang Pada penelitian ini akan dibuat gambar kerja yang digunakan sebagai acuan dalam proses machining, membuat BOM (Bill Of Material) yang berfungsi untuk mendata komponen yang dikerjakan, dan menentukan kegiatan penjadwalan yang efisien dengan membandingkan metode shortest processing time dan longest processing time sehingga dapat ditentukan due date secara pasti dalam pembuatan mesin las potong plastik kepada custumer. Dalam pembuatan jadwal proses machining menggunakan software microsoft exel sehingga pembagian job dan minimasi flowtime pada setiap mesin dapat dilakukan. 6

Tabel 2. 1. Perbandingan Penelitian terdahulu dengan sekarang Penulis Tahun Tempat Metode Tujuan Rudyanto dan Arifin 2010 CV. Eko Joyo Earliest Dua Date (EDD) Minimasi keterlambatan yang terjadi. Fauzie 2011 PT. KHS, Surakarta First Come First Served (FCFS) dan Earliest Dua Date (EDD) Memenuhi due date dengan memperhatikan tanggal masuk dan pengiriman serta waktu proses dari setiap kain pada mesin. Alpriesta 2013 PT. BMP, Yogyakarta Lot Splitting dan Earliest Dua Date (EDD) Pembuatan prosedur penjadwalan guna meminimasi keterlambatan yang terjadi. Sandianto 2014 Bengkel Knalpot AMAN Purbalingga Prioritas Earliest Dua Date (EDD) dengan adanya penyisipan order baru Pembuatan penjadwalan produksi yang optimal sehingga masalah keterlambatan produksi tidak terjadi. 7

Tabel 2. 2. Lanjutan Penulis Tahun Tempat Metode Tujuan David 2016 Bengkel Mesin Family Technic, Surakarta Pembuatan gambar teknik, BOM (Bill Of Material), priority rule,spt (shortest processing time) dan LPT (longest processing time) Evaluasi proses produksi dengan membuat gambar teknik, membuat BOM (Bill Of Material), priority rule dan membandingan metode SPT dan LPT sehingga dapat diketahui due date secara pasti. 8

2.2. Dasar Teori Dasar teori digunakan untuk membantu menyelesaikan penelitian. Dasar teori sebagai acuan dan panduan sehingga peneliti dapat melihat berbagai metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. 2.2.1. Definisi Gambar Teknik Gambar teknik adalah gambar yang terdiri dari simbol, garis, dan tulisan tegak yang bersifat tegas. Digunakan untuk memberikan penjelasan lengkap tentang suatu benda atau konstruksi, berdasarkan ketentuan dan standard teknik yang sudah disepakati oleh badan standardisasi, baik itu nasional maupun internasional. Gambar yang bersifat teknis yang berhubungan dengan teknik disebut juga gambar teknik. Di dunia ini badan standard yang sering kita dengar diantaranya JIS kependekan dari Japanese Industrial Standard merupakan badan standardisasi jepang. ISO kependekan dari International Organisation for Standardization merupakan badan standardisasi internasional yang bermarkas di Geneva, Swiss. Standard iso merupakan standard yang paling banyak dipakai diseluruh dunia. Dan masih banyak lagi badan standardisasi termasuk di indonesia ada SNI yaitu standard nasional indonesia. Dari pembuatannya gambar teknik bisa dibuat secara manual atau dengan alat. Gambar teknik manual dibuat dengan tangan dan tanpa bantuan alat gambar. Alat untuk menggambar teknik salah satunya meja gambar. Dan yang pasti adalah komputer dengan software AutoCAD. Gambar teknik menggambar secara dua dimensional obyek 3 dimensi pada bidang datar. Gambar teknik tidak begitu mudah dipahami dan hanya diperuntukkan bagi orang yang berpengalaman. Kendati demikian gambar teknik merupakan gambar yang paling baik untuk menggambar obyek sampai dengan detail detailnya. (Sudibyo,1989) 2.2.2. Fungsi dan Tujuan Gambar Teknik Gambar terknik memiliki fungsi sebagai gambar yang memuat segala informasi teknis dari suatu benda. Fungsinya dalah menerangkan data teknis yang mencakup diantaranya ukuran dan dimensi benda, visualisasi suatu benda, material yang digunakan, alur proses suatu pekerjaan, dan lain sebagainya, yang 9

berfungsi memudahkan dalam proses pembuatan suatu benda, proyek, atau suatu konstruksi. Gambar teknik biasanya ditemui pada gambar mekanikal, gambar elektrikal, arsitektur, gambar piping dan instrumen, serta masih banyak lagi yang lainnya. Gambar 2. 1. Contoh Gambar Teknik Setiap gambar itu memiliki maksud dan tujuan masing-masing, tapi dimana setiap gambar itu akan berbeda fungsi dan tujuan, tetapi secara garis besar, fungsi dan tujuan gambar teknik adalah : a. Penyampaian Informasi. b. Penyimpanan dan penggunaan keterangan (data teknis). c. Cara-cara pemikiran (perencanaan) data penyiapan informasi. Fungsi gambar yang sangat mendasar adalah sebagai sebuah alat untuk menyatakan maksud atau pemikiran dari seseorang. Oleh karena gambar sering dipakai sebagai alat komunikasi yang pokok di kalangan orang-orang teknik maka gambar disebut sebagai bahasa teknik atau bahasa untuk sarjana teknik. Penerusan informasi adalah fungsi yang penting untuk bahasa maupun gambar. Gambar bagaimanapun juga merupakan bahasa teknik, oleh karena itu diharapkan bahwa gambar harus meneruskan keterangan-keterangan secara tepat dan objektif. 10

Dalam penyampaian informasi dengan lisan (suara), kalimat yang pendek, ringkas dan jelas harus mewakili semua yang ingin dikemukakan oleh pembicara, sehingga pendengar akan mudah mengerti dengan apa yang dimaksud oleh pembicara. Begitu pun dalam penyampaian informasi dengan gambar (visual), informasi yang ringkas, lengkap dan mudah dimengerti oleh pembaca. Dalam gambar informasiinformasi yang ingin diutarakan diberikan dengan lambang-lambang tertentu. Maka dari itu dibuatlah standar lambang-lambang yang digunakan secara umum agar semua kalangan pembaca, dari manapun orang itu berasal akan mengerti dengan apa yang diutarakan penulis. Penyampaian informasi dengan gambar harus sesingkat-singkatnya, selengkaplengkapnya dan sejelas-jelasnya. Penyampaian informasi dengan gambar banyak memakai simbol-simbol standar, maka penting bagi penulis maupun pembaca agar mengetahui dan memahami apa maksud dari lamabang-lambang yang tertera. Tujuan penggunaan gambar teknik adalah untuk menterjemahkan gambar desain menjadi gambar terukur sehingga dapat dipahami orang lain, terutama oleh pelaksana, bagian produksi, menghitung biaya, penggunaan material dan lain sebagainya. 2.2.3. Standard Ketebalan Garis pada Gambar Teknik Sebelum mulai menggambar perlu diketahui dan diingat, bahwa ketebalan garis gambar sangat penting dan wajib diketahui. Disamping ketebalan garis jenis jenis garis yang digunakan di gambar teknik pun beragam dan wajib diketahui. Fungsi ketebalan garis dan jenis garis pada gambar teknik adalah : a. Untuk memisahkan garis benda dengan garis dimensi b. Menegaskan mana garis benda dan mana garis maya c. Menegaskan garis potongan pada gambar d. Menegaskan scope pekerjaan dari suatu gambar Pengaturan ketebalan garis serta jenis garis gambar yang sesuai akan membuat gambar anda terlihat lebih profesional dan mudah dibaca. Untuk mengetahui macam ketebalan garis serta jenis-jenis garis pada gambar teknik. 11

Tabel 2. 3. Tabel Ketebalan Garis dan Jenis Garis 2.2.4. Proyeksi Gambar Teknik Proyeksi adalah penggambaran yang menunjukkan suatu objek yang terlihat dari depan, kanan, kiri, atas, atau bawah. Pandangan proyeksi diposisikan sejajar dan saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain sesuai dengan aturan - aturan standar. Standar ini sudah diakui di seluruh dunia dan sudah menjadi patokan paten dalam menggambar. 12

a. Proyeksi Eropa Proyeksi ini sering juga disebut proyeksi ISO, proyeksi sudut pertama atau proyeksi kuadran satu. Pandangan Atas berada dibawah pandangan depan, pandangan kiri berada disisi kanan pandangan depan, pandangan kanan berada di samping kiri pandangan depan. Gambar 2. 2. Proyeksi Eropa Dari gambar diatas terlihat bahwa peletakan pandangan dari proyeksi Eropa adalah kebalikan dari pandangan aslinya. Yang atas ada dibawah yang bawah diatas begitupun yang kiri ada di kanan dan yang kanan ada di kiri. 13

b. Proyeksi Amerika Proyeksi ini sering disebut proyeksi kuadran tiga atau proyeksi sudut ketiga. Merupakan sebuah proyeksi yang menempatkan pandangan sesuai dengan orientasinya. Yaitu penempatan pandangan atas, kanan, kiri, dan bawah sesuai letaknya. Gambar 2. 3. Proyeksi Amerika Gambar diatas merupakan penggambaran proyeksi amerika. Dimana tampak atas berada diatas, tampak kanan berada di kanan, tampak kiri berada di kiri dan tampak bawah berada di bawah, sesuai dengan orientasinya. 14

2.2.5. Standard Potongan Gambar Teknik Gambar detail serta potongan pada gambar teknik fungsinya untuk memberikan informasi yang lebih jelas mengenai bentuk, kontur, serta tingkat kerumitan sebuah benda. Macam potongan pada gambar teknik diantaranya : a. Potongan penuh atau istilah asingnya full section adalah potongan yang garis potongnya lurus memotong keseluruhan benda. Gambar 2. 4. Potongan Penuh b. Potongan separuh atau half section adalah potongan yang garis potongnya memotong separuh benda. Dan separuh lainnya adalah gambar tampak luar dari benda itu sendiri. 15

Gambar 2. 5. Potongan Separuh c. Potongan meloncat atau offset section adalah potongan yang dibuat sedemikian rupa dan dipotong melompat untuk menjelaskan detail lain yang terlewatkan. Gambar 2. 6. Potongan Meloncat 16

d. Potongan sobekan atau istilah asingnya break-out section merupakan potongan yang garis potongnya menyobek sebagian dari benda. Gambar 2. 7. Potongan Sobekan 2.2.6. Definisi BOM (Bill Of Material) Di dalam industri manufaktur suatu perusahaan terdapat daftar kebutuhan yang harus dipenuhi untuk melakukan proses produksi yang dinamakan Bill of Materials seperti komponen atau barang untuk kebutuhan proses atau manufaktur untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, daftar barang tersebut dapat di sesuaikan dengan jumlah kebutuhan produksi yang akan dibutuhkan untuk menghasilkan barang jadi atau setengah jadi sesuai yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Pada industri manufaktur dalam skala besar, seperti perusahaan elektronik seperti Handphone mempunyai struktur komponen seperti baterai, speaker, tombol, lampu, layar mini dan lain sebagainya. Di sini peran Bill Of Materials adalah mengontrol dan mendaftar komponen komponen tersebut yang selanjutnya digunakan untuk menentukan harga jual produk yang akan di jual, maksudnya masing-masing komponen yang telah dibeli dengan harga tertentu, perusahaan dapat mengambil keputusan berapa harga produk jadi yang telah dirakitnya akan dipasarkan. (Educooling, 2015) 17

Dalam pembuatan bill of material memiliki teknik untuk membentuknya, adapun komponen-komponen yang terdapat atau indikator apa saja yang harus di ketahui sebelum pembuatan bill of material: a. Menentukan tipe atau jenis bill of material yang sesuai dengan produk yang akan di buat. b. Data-data valid yang akan di gunakan sebagai referensi dalam pembentukan bill of material. c. Pahami dan kuasai sistem atau aplikasi yang di gunakan untuk pembuatan bill of material (contoh aplikasi : SAAP, IFS, Aplikasi berbasis Web base, dan lainlain). d. Tentukan penomoran sebagai pengganti kode suatu barang atau gambar, biasanya setiap perusahaan memiliki format khusus dalam penomoran kode barang. e. Pahami dan kuasai struktur level komponen / barang sebelum di bentuk. f. Pahami dan kuasai proses yang terdapat di dalam suatu komponen. (contoh: welding proses, painting proses, machining proses dan lain-lain) g. Tentukan dan identifikasi item / barang sesuai fungsinya (contoh: barang di beli atau tidak dibeli, barang di perlu di proses atau tidak di proses dan lainlain). h. Lakukan validasi setelah terbentuk dengan melakukan pengecekan. i. Lakukan pengecekan berkala untuk memastikan bill of material benar. Berbagai macam definisi BOM a. Sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. BOM tidak hanya menspesifikasi produk tapi juga berguna untuk pembebanan biaya dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. b. Sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. c. Sebuah daftar hierarki dari material (component, subassembles, ingredent.) yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah produk, menunjukkan jumlah setiap item yang dibutuhkan. Informasi-informasi lain mungkin juga dimasukkan dalam BOM untuk planning dan costing. 18

d. Sebuah daftar dari komponen-komponen yang menyusun sebuah sistem. Contohnya, sebuah BOM dari sebuah RUMAH terdiri dari semen, balok, kayu, atap, pintu, jendela, listrik, pemanas dkk. Setiap subassembly juga terdiri dari sebuah BOM; sistem pemanas disusun dari perapian, salutan pipa, dll. e. Dokumen yang digunakan oleh sebuah perusahaan manufaktur atau bisnis lainnya untuk meminta material dari inventory yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. BOM menunjukkan spesifikasi dari setiap item dan wakil dari perusahaan kepada pelanggan. Penghasil industri barang dan bahan mentah dapat mendapat mengetahui kebiasaan membeli pelangganpelanggannya dari informasi-informasi dalam BOM. BOM juga digunakan untuk keperluan accounting dengan tujuan untuk mengkalkulasi harga dari produk yang dibuat. Gambar 2. 8. BOM (Bill Of Material) 19

2.2.7. Manfaat BOM a. Sebagai alat pengendali produksi yang menspesifikasikan bahan-bahan kandungan yang penting dari suatu produk (bahan-bahan mentah dan komponen), pesanan yang harus digabungkan dan seberapa banyak yang dibutuhkan untuk membuat satu batch b. Untuk peramalan (forecasting) barang yang keluar masuk dan inventori maupun transaksi produksi dan bisa menghasilkan pesanan-pesanan produksi dari pesanan pelanggan c. Menghitung berapa banyak yang dapat diproduksi berdasarkan segala keterbatasan sumber daya yang ada pada saat kita ini. Apabila sumber daya yang ada tidak mencukupi, sistem dapat menghitung lagi berapa sumber daya yang diperlukan sekaligus membantu dalam proses pengadaan barang. Ketika hendak mendistribusikan hasil produksi, sistem juga dapat menentukan cara pembuatan dan pengangkutan yang optimal kepada tujuan yang ditentukan pelanggan. Dalam proses ini segala aspek yang berhubungan dengan keuangan akan tercatat dalam sistem tersebut termasuk menghitung berapa biaya produksi. d. Menjamin bahwa jumlah bahan yang tepat telah dikirim ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat. 2.2.8. Planning BOM a. Untuk keperluan peramalan dan perencanaan digunakan pendekatan Planning terhadap struktur produk atau BOM sehingga dikenal dengan adanya Planning BOM. Planning BOM adalah suatu pengelompokkan pembuatan dari item-item dan kejadian-kejadian dalam format BOM. Planning BOM tidak menggambarkan produk aktual yang akan dibuat tetapi menggambarkan produk bayangan (pseuda product) atau produk gabungan (composite product) yang diciptakan untuk: b. Memudahkan dan meningkatkan akurasi peramalan penjualan c. Mengurangi jumlah produk akhir d. Membuat proses perencanaan dan penjadwalan menjadi lebih akurat e. Menyederhanakan pemasukan pesanan pelanggan f. Menciptakan sistem pemeliharaan dan penyimpanan data yang lebih efisien dan fleksibel g. Melakukan penjadwalan tingkat dua 20

2.2.9. Tujuan Planning BOM a. Mengijinkan perencana untuk memenuhi tujuan-tujuan operasional maupun non operasional lainnya b. Memudahkan penjadwalan produksi induk (MPS) atau perencanaan material (MRP) c. Pendekatan planning BOM akan efektif apabila terdapat perubahan proses yang meningkat dan lingkungan yang kompetitif serta dinamik. 2.2.10. Definisi Penjadwalan Menurut Thomas E. Morton dan David W. Pentico (2001) penjadwalan merupakan proses pengorganisasian, pemilihan, dan penentuan waktu penggunaan sumber daya yang ada untuk menghasilkan output seperti yang diharapkan dalam waktu yang diharapkan pula. Penjadwalan merupakan bagian strategis proses perencanaan dan pengendalian produksi serta merupakan rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian sumber baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan. Pada pengalokasian sumber daya terdapat tujuan penting yang akan dicapai proses penjadwalan. Menurut Bedworth (2002), terdapat dua target yang ingin dicapai melalui penjadwalan, yaitu jumlah output yang dihasilkan dan batas waktu penyelesaian yang telah ditetapkan (due date). Kedua target ini dinyatakan melalui kriteria penjadwalan seperti minimum makespan (keseluruhan waktu yang digunakan dalam proses produksi), minimum mean flow time (rata-rata waktu proses produksi), minimum mean lateness (rata-rata keterlambatan), minimum tardiness (keterlambatan), minimum mean tardiness (rata-rata keterlambatan), minimasi number of tardy (jumlah keterlambatan) dan sebagainya. Morton (2001) juga mendefinisikan penjadwalan sebagai pengambilan keputusan tentang penyesuaian aktivitas dan sumber daya dalam rangka menyelesaikan sekumpulan pekerjaan agar tepat pada waktunya dan mempunyai 8 kualitas seperti yang diinginkan. Keputusan yang dibuat dalam penjadwalan meliputi : a. Pengurutan pekerjaan (sequencing), b. Waktu mulai dan selesai pekerjaan (timing), dan c. Urutan operasi untuk suatu pekerjaan (routing). 21

Persoalan penjadwalan timbul apabila terdapat beberapa job yang harus diproses secara bersamaan, sedangkan jumlah mesin dan peralatan yang dimiliki terbatas. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki diperlukan adanya penjadwalan sumber-sumber tersebut secara efisien. Menurut Kenneth R. Baker (1974), penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber-sumber atau mesin-mesin yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Definisi lain, menurut Conway (2001), penjadwalan adalah proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin tertentu dan pengurutan didefinisikan sebagai proses pembuatan produk pada satu mesin dalam jangka waktu tertentu. Input untuk suatu penjadwalan mencangkup urutan ketergantungan antar operasi, waktu proses untuk masing-masing operasi, serta fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap operasi. 2.2.11. Tujuan Penjadwalan Penjadwalan memiliki beberapa tujuan. Namun tujuan tersebut dapat saling berkontradiksi. Oleh karena itu, upaya pengoptimasian penjadwalan sangat diperlukan. Adapun tujuan penjadwalan produksi (Steven Nahmias, 1997) antara lain: a. Memenuhi waktu pesanan. b. Meminimumkan waktu set-up, waktu work in process, dan idle time. c. Menghasilkan tingkat kegunaan mesin atau pekerja yang tinggi. d. Menetapkan informasi pekerjaan yang e. Meminimumkan biaya produksi dan tenaga kerja. Penjadwalan juga bertujuan untuk pendapatkan nilai yang lebih baik sesuai yang diharapkan. Bedworth mendefinisikan beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan sebagai berikut (Bedworth, 1987): a. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitasnya dapat meningkat, b. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain, 22

c. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi biaya denda (penalty), dan d. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan. 2.2.12. Elemen Penjadwalan Dalam proses operasi terdapat tiga elemen penjadwalan yaitu job, operasi, dan mesin. Ketiga elemen tersebut dijelaskan sebagai berikut (Baker, 2009). a. Job Job dapat didefinisikan sebagi suatu pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mendapatkan suatu produk. Job biasanya terdiri dari beberapa operasi yang harus dikerjakan (minimal 1 operasi). Manajemen melalui perencanaan yang telah dibuat atau berdasarkan pesanan dari pelanggan, memberikan job kepada bagian shop floor untuk dikerjakan. Informasi yang dimiliki oleh suatu job ketika datang ke bagian shop floor biasanya adalah operasi-operasi yang harus dilakukan didalamnya (dari bagian engineering), saat job harus diselesaikan dan saat job mulai dapat dikerjakan. b. Operasi Operasi adalah bagian proses dari job untuk menyelesaikan suatu job. Operasioperasi dalam job diurutkan dalam suatu urutan pengerjaan tertentu. Urutan tersebut ditentukan pada saat perencanaan proses. Suatu operasi baru dapat dikerjakan apabila operasi atau proses yang mendahuluinya sudah dikerjakan terlebih dahulu. Tabel waktu operasi berisikan informasi mengenai urutan pengerjaan dan jenis mesin yang digunakan dalam setiap operasi. Setiap operasi memiliki waktu proses. Waktu proses operasi adalah waktu pengerjaan yang diperlukan untuk melakukan operasi tersebut. Waktu proses operasi untuk suatu job biasanya telah diketahui sebelumnya dan mempunyai besar tertentu. Waktu proses operasi ditampilkan juga dalam bentuk tabel yang dikenal dengan tabel waktu operasi. c. Mesin Mesin adalah sumber daya yang diperlukan untuk mengerjakan proses penyelesaian suatu job. Setiap mesin hanya dapat memproses satu tugas pada satu saat tertentu. 23

2.2.13. Klasifikasi Penjadwalan Penjadwalan produksi menurut Pinedo dan Chao (1999) dibagi menjadi beberapa kriteria yaitu: a. Berdasarkan mesin yang dipergunakan dalam proses: i. Penjadwalan pada mesin tunggal (single machine shop). ii. Penjadwalan pada mesin jamak (m machine). b. Berdasarkan pola kedatangan job: i. Penjadwalan statis, dimana job datang bersamaan dan siap dikerjakan pada mesin yang tidak bekerja. ii. Penjadwalan dinamis, dimana kedatangan job tidak menentu. c. Berdasarkan pola aliran proses: i. Penjadwalan Flow Shop Tiap job atau pesanan memiliki rute pengerjaan (routing) yang sama. Aliran bisa bersifat diskrit, kontinu, maupun semikontinu. Proses produksi dengan aliran flowshop berarti proses produksi dengan pola aliran identik dari satu mesin ke mesin lain atau dengan kata lain job akan diproses seluruhnya mengalir pada arah jalur produk yang sama. Sebagai contoh, misalkan terdapat 2 job dan 3 mesin. Data waktu proses untuk permasalahan tersebut disajikan dalam bentuk tabel 2.4 dibawah ini. Sedangkan aliran jobnya ditunjukkan pada gambar 2.9. Tabel 2. 4. Waktu proses tiap job dalam mesin Gambar 2. 9. Jalur Proses Flowshop 24

ii. Penjadwalan Job Shop Proses produksi dengan aliran jobshop berarti proses produksi dengan pola aliran atau rute proses pada tiap mesin yang spesifik untuk setiap pekerjaan, dan mungkin berbeda untuk tiap job. Akibat aliran proses yang tidak searah ini, maka setiap job yang akan diproses pada satu mesin dapat merupakan job yang baru atau job dalam proses, dan job yang keluar dari suatu mesin dapat merupakan job tadi atau job dalam proses. Gambar 2. 10. Jalur Proses Jobshop iii. Assembly Line Hampir serupa dengan flow shop, akan tetapi proses hanya meliputi bagian perakitan dengan volume yang tinggi dan karakteristik produk yang sedikit. Tidak ditemui buffer inventory, kecuali pada bagian awal lini perakitan. d. Berdasarkan sifat informasi yang diterima i. Penjadwalan deterministik yaitu informasi yang diperoleh pasti, misalnya informasi tentang pekerjaan dan mesin seperti waktu kedatangan pekerjaan dan waktu proses. ii. Penjadwalan stokastik yaitu informasi yang diperoleh tidak pasti tetapi memiliki kecenderungan yang jelas atau menyangkut adanya distribusi probabilitas tertentu. 2.2.14. Istilah dan Notasi Umum dalam Penjadwalan Dalam pembahasan mengenai masalah penjadwalan akan dijumpai beberapa istilah, Baker (2009) menyebutkan sebagai berikut: a. Pekerjaan/ job (i) Pekerjaan yang datang dari konsumen atau aktivitas yang akan dilakukan pada lantai produksi. b. Waktu siap/ ready time (ri) Waktu dimana suatu pekerjaan/jobdapat dikerjakan. 25

c. Waktu proses/ processing time (ti) Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan. d. Batas waktu/ due date (di) Batas waktu yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan harus selesai dikerjakan. e. Waktu alir/ flow time (Fi) Rentang waktu antara saat suatu pekerjaan dapat dimulai (available) dan saat pekerjaan tersebut selesai dikerjakan. f. Waktu penyelesaian/ completion time (Ci) Rentang waktu antara awal pekerjaan pada pekerjaan pertama (t = 0) dan selesainya pekerjaan tersebut. g. Kelambatan/ lateness (Li) Selesih antara waktu penyelesaian pekerjaan dengan batas waktunya Li= Ci di. Terdapat tiga kemungkinan yakni: Li < 0, terjadi jika pekerjaan selesai sebelum batas waktu yang ditentukan. Li = 0, terjadi jika pekerjaan selesai tepat pada waktu yang ditentukan. Li > 0, terjadi jika pekerjaan selesai setelah batas waktu yang ditentukan atau terlambat. h. Kelambatan positif/ tardiness (Ti) Ukuran kelembatan yang positifti= max [0,Li] Hal tersebut terjadi jika pekerjaan selesai setelah waktu yang ditentukan, sehingga pekerjaan tersebut dikategorikan sebagai pekerjaan yang terlambat. i. Kelambatan negatif/ earliness (Ei) Ukuran kelambatan yang negatif Ei= max [-Li,0] Hal tersebut terjadi jika pekerjaan selesai sebelum waktu yang ditentukan, sehingga pekerjaan tersebut dikategorikan sebagai pekerjaan terlalu cepat selesai. j. Kelonggaran/ slack (Sli) Waktu yang tersisa dari suatu pekerjaan yaitu selisih antara batas waktu dengan waktu prosesnya Sli= di ti. 2.2.15. Metode Penjadwalan Menurut Ginting (2009) ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam penjadwalan antara lain : 26

a. Metode Forward Metode ini menjadwalakan proses kerja dalam setiap sumber daya mulai sejak awal produksi dimulai (saat t= 0) sampai dapat diselesaikan keseruhan produk yang direncanakan atau dengan kata lain produksi penjadwalan operasi bergerak searah dengan pergerakan waktu. Keunggulan metode ini adalah minimunya flow time sedangakan kekurangan dari metode ini adalah adanya kemungkinan untuk melewati due date. b. Metode Backward Metode ini menjadwalkan produksi mulai dari batas akhir diselesaikannya keseluruhan produk (due date) kemudian mundur ke belakang sampai didapat waktu dimulainya produksi. Keunggulan dari metode ini adalah tidak adanya produksi yang terlambat. (due date terpenuhi) sedangkan kelemahan dari metode ini adalah penjadwalan tidak dapat mendeteksi adanya sumber daya yang menganggur sehingga utilitas sumber daya yang ada tidak dapat maksimum. 2.2.16. Aturan Prioritas Aturan prioritas (dispatching rules) digunakan untuk memilih satu operasi diantara operasi operasi yang mengalami konflik pada mesin M pada setiap tahap,sebagai alternatif penugasan operasi mana yang akan dilakukan terlebih dahulu. Menurut Baker (1974) ada beberapa macam aturan prioritas atau penugasan order, yaitu : a. First Come First Served (FCFS) FCFS adalah aturan penjadwalan yang digunakan dengan cara memilih operasi yang siap lebih awal. b. Shortest Processing Time (SPT) SPT adalah aturan penjadwalan yang digunakan dengan cara memilih operasi dengan waktu terpendek atau tercepat untuk dikerjakan terlebih dahulu. c. Longest Processing Time (LPT) LPT adalah aturan penjadwalan yang digunakan dengan cara memilih operasi dengan waktu terpanjang atau terlama untuk dikerjakan terlebih dahulu. d. Earliest Due Date (EDD) EDD adalah aturan penjadwalan yang dengan cara memilih operasi dengan due date lebih awal. 27

e. Critical Ratio (CR) CR adalah aturan penjadwalan memiliki operasi dengan mendahulukan pekerjaan dengan ratio terbesar. Ratio pekerjaan ke i ditentukan dengan membagi waktu yang masih tersedia hingga due date dibagi waktu proses ke i. 2.2.17. Kriteria Optimasi Beberapa kriteria optimalitas dalam proses penjadwalan adalah sebagai berikut : a. Berhubungan dengan Waktu Beberapa kriteria optimalitas yang dapat digunakan adalah : i. Minimasi Mean Flow Time Kriteria ini menunjukkan rata-rata waktu yang digunakan setiap komponen dilantai produksi. ii. Minimasi Makespan Makespan adalah sejumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh proses pada semua komponen yang dijadwalkan mulai dari saat pemrosesan komponen pertama sampai komponen terakhir selesai diproses. iii. Pemenuhan Due Date Due date adalah batas waktu yang ditetapkan konsumen agar seluruh produk yang dipesannya sudah siap. Pihak produsen selalu berusaha untuk memenuhi due date tersebut terutama untuk produk-produk yang kritis. b. Berhubungan dengan Ongkos Kriteria ini lebih mengarah ke biaya produksi seperti biaya persediaan, biaya pinalti dan sebagainya dan tidak memperhatikan kriteria waktu yang ada sehingga dengan suatu penjadwalan produksi tertentu diharapkan mendapatkan ongkos yang minimal. c. Kriteria Gabungan Beberapa kriteria optimalitas tersebut dapat digabungkan dan dikombinasikan menjadi beberapa kriteria yang benar-benar diperlukan. 28

2.2.18. Diagram Gantt Masalah penjadwalan sebenarnya masalah murni pengalokasian dan dengan bantuan model matematis akan dapat ditentukan solusi optimal. Model model penjadwalan akan memberikan rumusan masalah yang sistematik berikut dengan solusi yang diharapkan. Sebagai alat bantu yang digunakan dalam menyelesaiakan masalah penjadwalan dikenal satu model yang sederhana dan umum digunakan secara luas yakni diagram Gantt (Gantt chart). Diagram Gantt merupakan grafik hubungan antara alokasi sumber daya dengan waktu. Gantt chart terdiri dari 2 jenis yaitu Machine Oriented Gantt Chart dan Job Oriented Gantt Chart seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11. (a) dan Gambar 2.11. (b). Gambar 2. 11. Diagram Gantt Dari diagram Gantt dapat diketahui urutan dari job yang memberikan kriteria penjadwalan terbaik, misalnya waktu pemrosesan tersingkat, penggunaan mesin yang memiliki waktu proses tertinggi, waktu tunggu minimum dan lain-lain. Keuntungan menggunakan diagram gantt adalah sebagai berikut. a. Dalam situasi keterbatasan sumber, penggunaan diagram gantt memungkinkan evaluasi lebih awal mengenai penggunaan sumber daya seperti yang telah direncanakan. b. Kemajuan pekerjaan mudah diperiksa pada setiap waktu karena sudah tergambar dengan jelas. c. Semua pekerjaan diperlihatkan secara grafis dalam suatu diagram yang mudah dipahami (Ginting, 2009). 29