V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ANALISIS DAN SINTESIS

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Rencana Tata Ruang Wilayah. pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Hal tersebut telah digariskan dalam

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1 Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tujuan... 5

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MERAUKE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. meliputi pengumpulan data, analisis data sampel. B. Alat Dan Bahan

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

*39929 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2002 (63/2002) TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

BAB VI R E K O M E N D A S I

KAJIAN HUTAN KOTA DALAM PENGEMBANGAN KOTA DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

Momentum, Vol. 11, No. 2, Okt 2015, Hal ISSN , e-issn KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PALANGKA RAYA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi ekologis tetapi juga sosial ekonomis. Fungsi ekologis sebagai paru-paru kota, penyerap air hujan, pengendali iklim mikro, habitat flora dan fauna mencegah erosi dan lain sebagainya. Fungsi estetis ruang terbuka hijau yaitu ruang terbuka hijau menjadi unsur arsitektural dan keindahan sebagai elemen penyempurna perancangan kota yang membanggakan warga kota. Evaluasi ruang terbuka hijau melalui tiga bentuk yaitu jalur hijau jalan, taman kota, dan hutan kota. Dari hasil obsevasi lapangan dan pengumpulan data, ketersediaan ruang terbuka hijau yang berada di Kecamatan Jepara belum sesuai dengan Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah. Kecamatan Jepara mempunyai luas sebesar 2.466,699 hektar dan ruang terbuka hijau yang tersedia sebesar 193,932 hektar terdiri dari luas jalur hijau jalan (jalan kolektor dan jalan lokal) 71,461 hektar, taman kota (RTH pertamanan dan RTH olahraga) sebesar 118,816 hektar dan luas hutan kota sebesar 3,7 hektar. Persentase dari keseluruhan luas ruang terbuka hijau di Kecamatan Jepara 7,86%. Data sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat dilihat pada Tabel 10. 40

41 Tabel 10. Sebaran RTH di Kabupaten Jpara No Jenis RTH Luas RTH Eksisting (Ha) Jepara Pecangaan Tahunan Total Luas (Ha) % Luas A. RTH PERTANIAN 1 Sawah yang dipertahankan 462,168 1666,022 1148,206 3276,396 2 Tegalan 730,927 152,202 783,609 1666,738 3 Kebun 234,077 662,812 428,034 1324,923 6268,057 91,85012 B. RTH PERTAMANAN 1 Taman Kota / Tugu / Monumen 14,35 0,97 1,24 16,56 0,242665 C. RTH OLAHRAGA 1 Lapangan 4,15 0,76 1,62 6,53 2 Rumput 100,316 29,821 13,289 143,426 149,956 2,197408 D. RTH JALUR HIJAU 1 Jalur Hijau Jalan a. Jalan Kolektor 7,926 7 7,27 22,196 b. Jalan Lokal 63,49 37,31 81,61 182,41 2 Rawa/Danau/Kolam 163,652-16,852 180,504 385,11 5,64328 E. RTH PEMAKAMAN 1 Makam Kawasan Mantingan - - 0,84 0,84 0,012309 F. RTH KEHUTANAN 1 Hutan Kota 3,7 - - 3,7 0,054219 Total Luas Kawasan RTH Eksisting Sumber : 1. Peta Tutupan Lahan Eksisting RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 2. Identifikasi RTH dilapangan dan Data Sekunder 6824,223 100 Sebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Jepara terdiri dari jalur hijau jalan, taman kota, dan hutan kota. 1. Jalur Hijau Jalan Kecamatan Jepara Salah satu aspek yang tidak luput dari program penghijauan yakni fasilitas jalan raya. Kehadiran jalur hijau jalan sangat penting bagi penciptaan lingkungan yang menyenangkan bagi pengguna jalan. Selain itu jalur hijau jalan/tanaman tepi jalan berfungsi sebagai pengatur iklim lingkungan, penyuplai oksigen, dan menjaga keseimbangan ekologi. Jalur hijau jalan/tanaman tepi jalan juga bisa mengurangi faktor pembatas yaitu dapat mengurangi kebisingan, menyaring udara kotor, menahan tiupan angin kencang, menahan panas sinar matahari. Kehadiran

42 jalur hijau jalan di Kecamatan Jepara sangatlah dibutuhkan, mengingat tingginya suhu udara di Kecamatan Jepara akan mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Kondisi eksisting jalur hijau jalan yang berada pada ruas-ruas jalan di Kecamatan Jepara ternyata beberapa jalan memiliki memiliki ketersediaan tanaman yang cukup baik,tetapi ada juga ruas jalan yang sedikit kurang mendapat perhatian tentang jalur hijau dan bahkan ada beberapa ruas jalan yang tidak ditanami tanaman sama sekali. Objek pengamatan jalur hijau jalan di Kecamatan Jepara ini dilakukan pada ruas jalan utama yang yang dibagi ke dalam tiga kriteria jalan yaitu jalan besar, jalan sedang dan jalan kecil. a. Jalan kolektor primer / jalan besar Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antara pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal yang mempunyai lebar jalan 8-11 meter. Sedangkan Departemen Pekerja Umum (2010), untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20-30% dari ruang milik jalan sesuai dengan klas jalan. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Jenis tanaman khas daerah setempat yang disukai oleh burung-burung dan tingkat evapotranspirasi rendah disarankan sebagai komponen utama jalur hijau jalan.

43 Salah satu jalan kolektor primer yang mempunyai peranan penting di daerah pantai utara Jawa adalah Jalan KH. Wakhid Hasyim. Jalan KH. Wakhid Hasyim (gambar 11) merupakan jalan penghubung antara Kabupaten Jepara dengan Kabupaten lain, seperti kabupaten Kudus, Demak, dan Pati. Jalan ini mempunyai lebar 8 meter dengan bahu jalan sebesar 2 meter yang difungsikan sebagai trotoar. Trotoar di jalan ini digunakan para pejalan kaki dan diisi oleh berbagai jenis tanaman, seperti Palem raja, Glodokan tiang, dan Teh-tehan. Sebagai satu-satunya jalan yang menjadi penghubung beberapa kabupaten, lalulintas kendaraan di Jalan KH. Wakhid Hasyim menjadi sangat padat. Dengan kondisi seperti ini membuat jalan tersebut menjadi tidak nyaman untuk dilintasi karena banyaknya polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Gambar 11. Jl. KH. Wakhid Hasyim Dari observasi yang telah dilakukan, kondisi jalur hijau jalan KH. Wakhid Hasyim belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum (2010) tentang jalur hijau jalan. Tanaman seperti Palem Raja dan Glodokan tiang tidak cocok untuk untuk dijadikan sebagai pengisi jalur hijau jalan, karena jenis tanaman ini tidak mempunyai tajuk yang lebar, bermassa daun sedikit sehingga tidak dapat digunakan

44 sebagai tanaman peneduh. Jenis tanaman yang sebaiknya dijadikan sebagai pengisi di sepanjang ruas jalan KH. Wakhid Hasyim adalah Angsana dan Teh-tehan sebagai pembatas dengan jarak tanam rapat. Tanaman angsana mempunyai fungsi sebagai peneduh, karena mempunyai tajuk yang lebar, batang yang kuat, dan bermassa daun padat. Selain itu, tanaman Angsana juga dapat menyerap polusi udara yang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Tanaman Teh-tehan mempunyai fungsi sebagai peredam kebisingan yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. b. Jalan lokal primer / jalan sedang Jalan lokal primer menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan dengan lebar 4-6 meter. Sedangkan Departemen Pekerja Umum (2010), untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20-30% dari ruang milik jalan sesuai dengan klas jalan. Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Jenis tanaman khas daerah setempat yang disukai oleh burung-burung dan tingkat evapotranspirasi rendah disarankan sebagai komponen utama jalur hijau jalan. Salah satu jalan lokal primer yang

45 mempunyai peranan sebagai penghubung antar kecamatan adalah Jalan Jendral Anton Soejarwo. Kondisi jalur hijau di ruas jalan Jendral Anton Soejarwo (gambar 12) yang mempunyai lebar 5 meter dan lebar bahu jalan 1,5 meter sama sekali tidak di tanami oleh tanaman dan tidak ada penerangan untuk jalan tersebut. Jenis vegetasi yang dapat dijumpai adalah rumput yang tumbuh secara liar. Dengan kondisi jalan seperti ini menyebabkan area di ruas jalan Jendral Anton Soejarwo menjadi sangat panas pada waktu siang hari dan pada malam hari kondisi jalan tersebut menjadi sangat gelap. Gambar 12. Jl. Jendral Anton Soejarwo Dari hasil observasi yang telah dilakukan Jalan Anton Soejarwo merupakan jalan yang menghubungkan antar kecamatan belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum (2010). Kondisi jalan yang setiap hari dilintasi oleh kendaraan bermotor membuat kondisi jalan Jendral Anton Soejarwo menjadi tidak nyaman karena banyak polusi udara yang yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Selain itu, fasilitas penerangan di jalan ini sangat minim, sehingga jalan menjadi sangat gelap pada malam hari. Pengadaan penanaman dan fasilitas penerangan sangat dibutuhkan untuk jalan ini.

46 Penanaman perlu dilakukan, karena tanaman mempunyai fungsi sebagai pengurai gas emisi kendaraan bermotor, peredam kebisingan, dan fungsi estetika. Pemilihan jenis tanaman perlu menjadi bahan pertimbangan agar tanaman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jenis tanaman yang cocok untuk jalan Jendral Anton Soejarwo adalah Mahoni dan Bougenvil. Tanaman Mahoni mempunyai fungsi sebagai peneduh, penyerap polusi udara dan pemecah angin, sedangkan tanaman Bougenvil mempunyai fungsi sebagai peredam kebisingan dan fungsi estetika. c. Jalan lingkungan primer / jalan kecil Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan pedesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan pedesaan yang mempunyai lebar 3-5 meter. Salah satu jalan lingkungan primer yang menjadi penghubung antar desa adalah jalan Ratu Kalinyamatan. Jalan Ratu Kalinyamatan (gambar 13) adalah jalan yang menghubungkan antar desa dengan lebar 3 meter. Kondisi eksisting pada jalan Ratu Kalinyamatan ini sama sekali tidak ada tanaman dan lampu penerangan yang berada di ruas jalan tersebut, sehingga pada siang hari jalan tersebut menjadi panas dan pada malam hari kondisi jalan manjadi gelap.

47 Gambar 13. Jl Ratu Kalinyamatan Dari observasi yang telah dilakukan, kondisi jalur hijau jalan Ratu Kalinyamatan belum sesuai dengan Peraturan Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum (2010) tentang jalur hijau jalan. Di sepanjang jalan tersebut sama sekali tidak di tanaman tepi jalan. Jenis tanaman yang sebaiknya dijadikan sebagai pengisi di sepanjang ruas jalan Ratu Kalinyamatan adalah Angsana sebagai tanaman peneduh dan Tehtehan sebagai pembatas dengan jarak tanam rapat. Tanaman angsana mempunyai fungsi sebagai peneduh, karena mempunyai tajuk yang lebar, batang yang kuat, dan bermassa daun padat. Selain itu, tanaman Angsana juga dapat menyerap polusi udara yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Tanaman Teh-tehan mempunyai fungsi sebagai peredam kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. 2. Taman Kota Jepara Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang taman kota, lahan yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota. Taman kota (gambar 14, 15, dan 16) di Kecamatan Jepara mempunyai luas sebesar 118,816 hektar yang terdiri dari taman Alun-alun, taman Kerang, dan Traffic Island. Kondisi taman kota yang berada di Kecamatan Jepara

48 sudah tertata, ditanami berbagai macam jenis tanaman, dan terdapat fasilitas yang bisa digunakan oleh masyarkat setempat seperti tempat duduk, lapangan olahraga, dan tempat bermain untuk anak. Jenis tanaman yang terdapat di taman kota Kecamatan Jepara adalah Bougenvil, Glodokan tiang, Palem, Sansivera, Pucuk merah, Teh-tehan, Beringin, dan Rumput gajah mini. Gambar 14. Taman Alun-alun Kecamatan Jepara Gambar 15. Taman Kerang Kecamatan Jepara

49 Gambar 16. Traffic Island Dari hasil observasi yang telah dilakukan kondisi taman yang berada di Kecamatan Jepara sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No 5 Tahun (2008) tentang taman kota, yaitu lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota. Taman kota yang berada di Kecamatan Jepara mempunyai fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat, seperti track jogging, tempat duduk, dan lapangan rumput dapat digunakan oleh masyarakat untuk berolah raga dan bersosialisasi. Kondisi taman yang di isi berbagai jenis variasi tanaman seperti pohon, perdu/semak, dan penutup tanah yang mampu memberikan fungsi ekologis, sosial, kesehatan dan estetika pada pengguna ruang terbuka hijau taman kota yang berada di Kecamatan Jepara. 3. Hutan Kota Menurut Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 tentang hutan kota, suatu lahan yang berisi pepohonan kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang dan mempunyai fungsi sebagai menjaga iklim

50 mikro, sebagai daerah resapan air, menjaga kelestarian dan keaneka ragaman hayati lokal. Hutan kota (gambar 16) di Kecamatan Jepara berada di Kelurahan Ujung Batu dengan luas 3,7 hektar dan ditanami berbagai jenis tanaman seperti Cemara, Ketapang dan Rumput gajah mini. Kondisi tanaman hutan kota yang berada di Kecamatan Jepara dapat tumbuh dengan baik, hal ini bisa dilihat dari kondisi fisik tanaman seperti tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, tanaman tidak terjangkit oleh hama dan penyakit. Gambar 17. Hutan Kota Kecamatan Jepara Dari hasil observasi yang telah dilakukan, hutan kota yang berada di Kecamata Jepara merupakan jenis hutan kota bergerombol atau menumpuk. Hutan kota yang berbentuk bergerombol adalah hutan kota yang komunitas tumbuhnya terkonsentrasi pada satu area dengan jarak tanam rapat dan tidak beraturan yang mempunyai fungsi sebagai pengatur iklim mikro,daerah resapan air dan tempat hidup untuk satwa liar. Dilihat dari fungsi dan kondisi tanaman, hutan kota yang berada di Kecamatan Jepara sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 yang mengatur tentang hutan kota.

51 B. Persepsi Masyarakat Tentang Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Peran masyarakat sangat penting dalam perkembangan kota, dan tidak ketinggalan pula dalam perkembangan ruang terbuka hijau. Masyarakat secara sadar maupun tidak sadar sangat bergantung pada tuang terbuka hijau yang ada. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap ruang terbuka hijau sangat diperlukan karena langsung bersinggungan dan merupakan suatu kebutuhan. Persepsi masyarakat dibagi menjadi tiga tema yaitu identitas responden (Tabel 11), kondisi Kecamatan Jepara (Tabel 12) dan ruang terbuka hijau (Tabel 13). Analisis penduduk yang berada di Kecamatan Jepara dapar diketahui dengan melihat parameter usia, pendidikan dan jenis pekerjaannya. Hasil analisis menggunakan kuisioer dengan 40 responden. Berdasarkan tabel 11, persentase responden menurut umur 15-20 tahun yaitu 10%, 21-40 tahun yaitu sebanyak 47,5%, 41-60 tahun sebanyak 42,5% dan umur lebih dari 60 tahun sebanyak 0%. Berdasarkan jenis pekerjaannya sebagian responden bekerja sebagai wiraswasta, hal ini dapat dilihat pada tabel dengan persentase 50% pekerjaan responden sebagai wiraswasta. Pekerjaan sebagai nelayan menempati posisi kedua dengan persentase 17,5% dari total responden. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap jawaban responden dalam menjawab kuisioner, karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kepedulian terhadap lingkungan di Kecamatan Jepara. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan SMA sederajat yaitu sebanyak 42,5% kemudian S1 sebanyak 22,5%.

52 Tabel 11. Identitas responden Identitas Jumlah (%) 1. Jenis Pekerjaan a. PNS 4 10 b. Wiraswasta 20 50 c. Petani 1 2,5 d. Nelayan 7 17,5 e. Pelajar 3 7,5 f. Lainnya 5 12,5 2. Pendidikan Terakhir a. SD 3 7,5 b. SMP 5 12,5 c. SMA 17 42,5 d. Diploma 5 12,5 e. S1 9 22,5 f. Lainnya 1 2,5 3. Umur a. 15-20 4 10 b. 21-40 19 47,5 c. 41-60 17 42,5 d. >61 - Sumber: wawancara responden, 2016 Berdasarkan tabel 12, persepsi masyarakat tentang kondisi Kecamatan Jepara sebagian besar reponden menjawab panas dengan persentase 77,5% dan terbanyak kedua menjawab berdebu dengan persentase 12,5%. Pertanyaan selanjutnya tentang kondisi taman kota, hutan kota dan jalur hijau jalan yang berada pada Kecamatan Jepara, sebagian besar responden menjawab masih perlu perlu penataan dan perawatan dengan persentase taman kota sebesar 77,5%, hutan kota sebesar 67,5% dan jalur hijau jalan sebesar 80%.

53 Tabel 12. Persepsi Masyarakat Tentang Kondisi Lingkungan Kecamatan Jepara Pertanyaan Jumlah (%) 1. Bagaimanakah kondisi lingkungan Kecamatan Jepara saat ini? a. Panas 31 77,5 b. Berdebu 5 12,5 c. Banyak polusi 3 7,5 d. Sejuk 1 2,5 Lainnya. 2. Bagaimana kondisi RTH taman kota yang berada di Kecamatan Jepara? a. Sudah tertata dengan baik 6 15 b. Masih perlu penataan dan perawatan 31 77,5 c. Beberapa tanaman tidak sesuai penempatan 2 5 d. Tidak sesuai dan perlu penataan ulang 1 2,5 Lainnya.. 3. Bagaimana kondisi RTH hutan kota yang berada di Kecamatan Jepara? a. Sudah tertata dan terawatt dengan baik 7 17,5 b. Masih perlu perawatan dan penataan 27 67,5 c. Beberapa tanaman tidak sesuai penempatan 5 12,5 d. Tidak sesuai dan perlu penataan ulang 1 2,5 Lainnya.. 4. Bagaimana kondisi RTH jalur hijau jalan yang berada di Kecamatan Jepara a. Sudah tertata dan terawat dengan baik 4 10 b. Masih perlu perawatan dan dan penataan 32 80 c. Beberapa tanaman tidak sesuai dengan penempatan. 2 5 d. Tidak sesuai dan perlu penataan ulang 2 5 Lainnya Berdasarkan tabel 13, untuk pertanyaan no 1 sebagian masyarakat menjawab ruang kosong yang di isi oleh tanaman atau tumbuhan sebesar 60%, pertanyaan no 2 sebagian masyarakat menjawab tanaman berbentuk pohon besar dengan persentase 50%, pertanyaan no 3 sebagian masyarakat menjawab jalur hijau jalan dengan persentase 42,5%, pertanyaan no 4 sebagian masyarakat menjawab pinggir jalan sebesar 50% dan pertanyaan no 5 sebagian masyarakat

54 menjawab menciptakan keindahan dan kenyamanan sebesar 50%. Dari hasil kuesioner tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi Kecamatan Jepara khususnya pada jalur hijau masih membutuhkan tanaman berbentuk pohon sebagai peneduh untuk para pengguna jalan. Tabel 13. Persepsi masyarakat tentang RTH dan lokasi RTH Pertanyaan Jumlah (%) 1. Apakah pengetian RTH menurut anda? a. Ruang kosong yang di isi oleh tanaman atau tumbuhan 24 60 b. Kumpulan pepohonan dalam areal tertentu 12 30 c. Kumpulan pohon yang menyebar dan atau dalam 3 7,5 gerombolan kecil Lainnya.. 1 2,5 2. Jenis tanaman apakah yang sebaiknya ditanam di Kecamatan Jepara? a. Tanaman berbentuk pohon besar 20 50 b. Tanaman perdu 3 7,5 c. Tanaman produksi/buah-buahan 5 12,5 d. Tanaman hias 12 30 Lainnya 3. Dalam model bentuk RTH apakah yang anda inginkan? a. Hutan kota 9 22,5 b. Taman kota 14 35 c. Jalur hijau jalan 17 42,5 Lainnya 4. Lokasi manakah yang baik untuk dijadikan RTH? a. Alun-alun 2 5 b. Dipinggir jalan 20 50 c. Setiap lahan kosong 12 30 d. Setiap kelurahan 6 15 Lainnya. 5. Menurut anda, apa manfaat RTH yang berada di Kecamatan Jepara? a. Menciptakan keindahan dan kenyamanan 28 70 b. Menyerap konsentrat polutan 9 22,5 c. Sebagai peneduh bagi pengguna RTH 3 7,5 Dari hasil kuesioner yang dibagi menjadi 3 (tiga) tema, yaitu identitas responden, kondisi lingkungan Kecamatan Jepara, dan persepsi masyarakat

55 tentang Ruang Tebuka Hijau (RTH). Dalam memilih jawaban tingkat pedidikan sangat mempengaruhi tingkat pemahaman responden tentang ruang terbuka hijau. Masyarakat Kecamatan Jepara umumnya sudah mengetahui tentang pengertian dan kebutuhan ruang terbuka hijau. Hal ini bisa dilihat dari besarnya persetase jawaban yang di pilih oleh responden yaitu, 50% responden menginginkan penanaman di pinggir jalan, 42,5% responden memilih ruang terbuka hijau dalam bentuk jalur hijau jalan, dan 50% responden menyarankan tanaman berbentuk pohon besar. Dari hasil kuesioner tersebut masyarakat Kecamatan Jepara menginginkan penambahan tanaman dalam bentuk pohon besar yang ditanam di sepanjang jalur hijau Kecamatan Jepara. Hal ini disebabkan karena kondisi jalur hijau jalan yang berada di Kecamatan Jepara belum sepenuhnya di isi oleh tanaman, sehingga kondisi jalan menjadi panas dan banyak polusi yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Hasil kuesioner tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan pemerintah setempat untuk menambah jumlah taman di sepanjang jalan agar masyarakat mandapatkan manfaat dan merasa nyaman saat melintasi jalan yang berada di Kecamatan Jepara.