Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

Pengaruh Pemberian Silase Biomassa Jagung...Eman Sulaeman

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

Pengembangan Kapasitas, Kesimpulan & Rekomendasi DIFS Live Pakan Sapi Perah WORKSHOP PENUTUPAN DIFS LIVE PROJECT JAKARTA, NOVEMBER 21, 2017

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

1 I PENDAHULUAN. sapi perah sehingga kebutuhan susu tidak terpenuhi, dan untuk memenuhi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

1 III METODE PENELITIAN. (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jabar yang telah mengikuti program

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INOVASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK PADA PENYULUHAN PEMBUATAN SILASE UNTUK TERNAK DOMBA

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

Willyan Djaja, S. Kuswaryan, dan U.H. Tanuwiria Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI. Disusun oleh: DEDDI HARIANTO NIM:

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

KHARISMA ANINDYA PUTRI H

SILASE SEBAGAI PAKAN SUPLEMEN SAPI PENGGEMUKAN PADA MUSIM KEMARAU DI DESA USAPINONOT

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Teknologi Pakan, Kandang dan Bibit...Fitrya Russanti

MATERI DAN METODE. Metode

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan manusia.

Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

PENGUATAN PENYEDIAAN PAKAN TERNAK MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI Hi~fer. Suryahadi. Pusat Studi Hewan Tropika/Centras LPPM-IPB PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

PENGARUH IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT DAN SUPLEMENTASI UREA TERHADAP KECERNAAN SERAT KASAR, ASETAT DARAH DAN LEMAK SUSU SAPI Friesian Holstein

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

PENGARUH PENGGANTIAN KONSENTRAT DENGAN AMPAS AREN FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN SERAT KASAR DOMBA EKOR TIPIS JANTAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

METODE. Materi. Metode

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN LAKTOSA DAN AIR PADA SUSU SAPI PERAH SKRIPSI.

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penambahan kolin klorida pada pakan terhadap kadar

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI SERAT KASAR TERHADAP PRODUKSI DAN LEMAK SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN RAKYAT KABUPATEN KLATEN SKRIPSI.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

PERBAIKAN MUTU PAKAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUSU SAPI PERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN

TAMPILAN GLUKOSA DARAH DAN LAKTOSA SUSU AKIBAT SUPLEMENTASI UREA DAN IMBANGAN HIJAUAN DENGAN KONSENTRAT YANG BERBEDA PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

POTENSI PEMBERIAN FORMULA PAKAN KONSENTRAT KOMERSIALTERHADAP KONSUMSI DAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

PENGARUH PENAMBAHAN FITASE DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica)

Transkripsi:

MANFAAT FINANSIAL PENGGUNAAN RANSUM BERBASIS SILASE BIOMASA JAGUNG PADA PETERNAKAN SAPI PERAH FINANCIAL BENEFITS OF BIOMASS SILAGE RATION CORN BASED ON SMALL HOLDER DAIRY FARMS Andrian Lutfiady*, Rochadi Tawaf**, dan Hasni Arief** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: andloet@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2014 hingga 14 November 2014 di peternakan sapi perah rakyat Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan besarnya manfaat finansial yang diperoleh dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum pada ternak sapi perah. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan informan kunci berjumlah 12 orang diantaranya 11 orang peternak dan 1 orang pihak yang mewadahi dilaksanakannya Demo Research Silage Program. Berdasarkan hasil analisis anggaran parsial, nilai net income change pada tiap peternak bervariasi. Pada informan kunci yang berjumlah 11 orang, ada 7 orang yang mendapatkan nilai net income change positif dan 4 orang mendapatkan nilai net income change negatif dengan besar nilai net income change dari masing-masing peternak adalah sebagai berikut. Anang sebesar Rp2.445,37/ekor/hari; Nandang sebesar Rp -12.561,08/ekor/hari: Enos sebesar Rp 5.655,75/ekor/hari; Tisnawati sebesar Rp -10.800,50/ekor/hari; Rusman sebesar Rp 15.330,65/ekor/hari; Yunan sebesar Rp4.992,86/ekor/hari; Ade sebesar Rp -6.113,48/ekor/hari; Dedi sebesar Rp9.351,13/ekor/hari; Carman sebesar Rp13.497,40/ekor/hari; Mamat sebesar Rp-2.198,96/ekor/hari; Ujang sebesar Rp10.974,49/ekor/hari. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa secara keseluruhan penggunaan ransum berbasis silase biomasa jagung memberikan manfaat finansial pada peternak sapi perah. Kata kunci: net income change, silase biomasa jagung ABSTRACT This research had been conducted from October 14th, 2014 until November 14th, 2014 at small holder dairy farm Ciater, Subang. The aim of this study is to determine how and how much the financial benefits derived from the used of biomass corn silage in the ration on dairy cattle. Case study method is used in this research, with 12 informant, 11 farmers and a person from Demo research Silage Program. Based on the result of the partial budget analysis, the changes in the value of net income per farmer was varied. From 11 farmers, there are 7 farmers get positive net income change and 4 farmers get negative net income change. The value of net income changes for each farmer is Anang IDR 2,445.37/head/day; Ade IDR -6,113.48/head/day; Nandang IDR-12,561.08/head/day; Enos IDR 5,655.75/head/day; Dedi IDR 9,351.13/head/day; Rusman IDR 15,330.65/head/day; Yunan IDR 4,992.86/head/day; Carman IDR 13,497.40/head/day; Tisnawati IDR -10,800.50/head/day; Mamat IDR -2,198.96/head/day;

Ujang IDR 10,974.49/head/day. Based from all value of net income change, the biomass silage ration corn gives financial benefits for small holder dairy farmers. Keywords: net income change, silage corn biomass PENDAHULUAN Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2013 menyebutkan bahwa populasi sapi perah di Indonesia hanya sekitar 636.064 ekor dengan pertumbuhan 3,94 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah tersebut, sekitar 98 persen terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal ini beralasan karena Industri Pengolahan Susu masih terpusat di Pulau Jawa. Menurut data Kementrian Perindustrian Tahun 2013, total kebutuhan bahan baku susu tercatat 3,2 juta ton per tahun, sedangkan pasokan dari peternak lokal hanya 690.000 ton yang dihasilkan oleh sekitar 597.135 ekor sapi perah. Artinya, hanya 21% bahan baku industri susu olahan yang bisa dipenuhi oleh peternak, sedangkan 79% masih harus diimpor. Saat ini peternak sapi perah lokal hanya bisa memenuhi sedikit kebutuhan susu dalam negeri. Angka ini terus merosot seiring dengan banyaknya peternak yang meninggalkan usahanya. Banyak diantaranya karena alasan biaya produksi yang relatif tinggi, sementara produksi dari usaha ternaknya berbanding terbalik. Salah satu upaya untuk menekan biaya produksi, dipilih bahan pakan dengan nutrien yang sesuai kebutuhan ternak dengan harga jual yang cukup rendah, salah satu diantaranya tanaman jagung. Tanaman jagung memiliki potensi sebagai sumber makanan ternak, namun tidak semua bagian dari tanaman jagung yang memiliki serat kasar, palatabilitas, dan daya cerna yang tinggi. Oleh karena itu, tanaman jagung perlu diberi perlakuan secara biologis yaitu diolah menjadi silase. Silase dapat mengawetkan tanaman jagung sehingga kadar nutriennya tidak menurun dan bisa digunakan pada saat kekurangan hijauan. Selain itu, peningkatan daya cerna silase jagung, membuat kandungan zat nutrisi yang ada di dalamnya menjadi lebih mudah tercerna dan dapat berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan. Banyak penelitian mengenai silase biomasa jagung yang telah dilaksanakan di Indonesia. Salah satunya adalah Demo Research Silage Program yang telah selesai dilaksanakan oleh Yayasan Sahabat Cipta pada Januari Maret Tahun 2014 berlokasi di peternakan sapi perah rakyat Kecamatan Ciater Kabupaten Subang Jawa Barat. Penelitian Demo Research Silage Program bermaksud memperkenalkan silase biomasa jagung kepada peternak sapi perah rakyat

untuk bisa mengatasi permasalahan langkanya hijauan pada musim kemarau. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ransum berbasis biomasa jagung dapat menahan penurunan produksi dan kualitas susu sapi Friesian Holstein pada bulan laktasi akhir. Artinya, penggunaan ransum berbasis biomasa jagung pada sapi perah terbukti berpengaruh terhadap produksi dan kualitas susu yang dihasilkan. Meningkatnya produksi susu yang menggunakan ransum dengan silase jagung ini dapat meningkatkan pendapatan peternak dari hasil penjualan susu tersebut, namun perlu dipertimbangkan tambahan biaya akibat peningkatan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan silase biomasa jagung tersebut. Sampai saat ini belum ada informasi yang jelas, apakah peningkatan biaya pembuatan silase biomasa jagung dapat ditutupi oleh peningkatan produksi susu. Uraian di atas menjadi dasar ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian mengenai Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Biomasa Jagung Pada Peternakan Sapi Perah. Penelitian dilaksanakan di peternakan sapi perah Ciater Jawa Barat. Penelitian ini pula bermaksud melanjutkan penelitian Demo Research Silage Program, karena seperti yang telah diutarakan dalam paragraf sebelumnya, bahwa belum ada informasi yang jelas terkait hasil dari penelitian Demo Research Silage Program mengenai penambahan biaya dan keuntungan yang diperoleh peternak akibat penggunaan silase berbasis biomasa jagung pada peternakan sapi perah rakyat. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, mulai tanggal 14 Oktober 2014 14 November 2014. Penelitian dilaksanakan di kandang peternakan sapi perah rakyat yang megikuti Demo Research Silage Program. Objek Penelitian Objek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah benda, hal, dsb yang dijadikan sasaran untuk diteliti. Sejalan dengan pengertian tersebut, Arikunto (2006) mengemukakan bahwa objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Bertitik tolak dari hal tersebut bahwa objek penelitian ini adalah untuk melihat manfaat finansial dari penggunaan ransum berbasis silase biomasa jagung pada peternakan sapi perah. Adapun peternak yang mengikuti Demo Research Silage Program,

seakan-akan merupakan objek penelitian, sebenarnya adalah subjek penelitian (tempat menghimpun informasi yang diperlukan dalam penelitian ini). Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus. Pertimbangan digunakannya studi kasus adalah karena peneliti ingin memperoleh informasi secara rinci dan menyeluruh mengenai manfaat finansial yang didapat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum pada peternakan sapi perah. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Paturochman (2012) bahwa studi kasus merupakan metode penelitian yang mempertahankan keutuhan unit analisis yang diteliti Teknik Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan informan kunci yang berjumlah 12 orang. Operasionalisasi Variabel 1. Komponen tambahan biaya, adalah komponen biaya yang timbul sebagai akibat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum, berupa biaya silase biomasa jagung. Biaya silase biomasa jagung adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan silase biomasa jagung selama 3 bulan yang dinyatakan dalam satuan Rp/ Kg 2. Komponen biaya yang hilang, adalah komponen biaya yang tergantikan sebagai akibat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum. 3. Komponen tambahan pendapatan, adalah komponen pendapatan yang timbul sebagai akibat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum. 4. Komponen pendapatan yang hilang, adalah komponen pendapatan yang tergantikan sebagai akibat dari penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum selama 3 bulan dan dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp). Analisis Data Penelitian ini menggunakan 2 analisis data, yaitu (1) Analisis deskriptif kualitatif dan (2) Analisis anggaran parsial (partial budget analysis) menurut Prawirokusumo (1990), adalah prosedur penelitian yang hanya menghitung perubahan-perubahan biaya dan keuntungan akibat adanya usul perubahan suatu usaha (sebagian).

HASIL DAN PEMBAHASAN Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase Biomasa Jagung Pada Peternakan Sapi Perah Hasil penelitian ini menunjukkan nilai net income change yang bervariasi dari tiap peternak. Hal tersebut disebabkan oleh selisih antara jumlah biaya dari penggunaan silase dan tanpa silase lebih besar dibandingkan dengan selisih antara pendapatan dengan penggunaan silase dan tanpa silase. Hal ini terlihat dari sisi produksi, seluruh peternak tidak mendapatkan kenaikan produksi susu sebagai akibat dari penggunaan silase berbasis biomasa jagung, kecuali Peternak Rusman. Disamping itu, biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan ransum berbasis silase biomasa jagung lebih kecil daripada biaya pakan yang sebelumnya digunakan oleh peternak. Selain itu faktor bulan laktasi yang berbeda pada tiap sapi perlakuan bisa menjadi faktor bervariasinya nilai net income change tersebut. Berikut merupakan hasil perhitungan net income change dari tiap peternak. Tabel 11. Nilai Net Income Change Tiap Peternak No Nama Perlakuan Nilai net income change Kesimpulan Peternak 1. Anang R1 Rp 2.445,37/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial 2. Nandang R1 Rp -12.561,08/ ekor/ hari Tidak memberikan manfaat finansial 3. Enos R1 Rp 5.655,75/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial 4. Tisnawati R2 Rp -10.800,50/ ekor/ hari Tidak memberikan manfaat finansial 5. Ade R2, R3 Rp -12.226,96/ 2 ekor/ hari Tidak memberikan manfaat finansial 6. Rusman R2, R3 Rp 30.661,30/ 2 ekor/ hari Memberikan manfaat finansial 7. Yunan R2, R3 Rp 9.985,73/ 2 ekor/ hari Memberikan manfaat finansial 8. Dedi R3 Rp 9.351,13/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial 9. Carman R4 Rp 13.497,40/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial 10. Mamat R4 Rp -4.397,93/2 ekor/ hari Tidak memberikan manfaat finansial 11. Ujang R4 Rp 10.974,49/ ekor/ hari Memberikan manfaat finansial Berdasarkan nilai net income change pada Tabel, didapat hasil yang bervariasi. Jika dilihat satu demi satu, tiap peternak memiliki komponen nilai perhitungan net income change yang berbeda (dapat dilihat selengkapnya pada bagian lampiran perhitungan nilai net income change). Secara keseluruhan, tidak ada peternak yang mendapatkan komponen tambahan

pendapatan lebih besar dari komponen berkurangnya pendapatan. Meskipun demikian, terdapat hasil perhitungan nilai net income change yang positif. Hal tersebut jika dilihat dari hasil perhitungan, kemungkinan disebabkan karena adanya penghematan biaya akibat penggunaan silase biomasa jagung pada tiap perlakuan dengan komposisi ransum yang berbeda. Penurunan pendapatan yang dialami peternak pada tiap perlakuan mungkin disebabkan terjadi karena beberapa faktor. Jika dikaitkan dengan faktor pakan, produksi susu yang menurun adalah akibat dari penggunaan silase dalam ransum. Namun bila dipandang lebih jauh aspek teknisnya dan dikaitkan dengan faktor laktasi, penurunan produksi dan kualitas susu tersebut (dapat dilihat pada lampiran produksi dan kualitas susu dengan atau tidak menggunakan silase) kemungkinan diakibatkan karena sapi sudah melewati masa puncak laktasi. Masa laktasi adalah masa sapi itu sedang menghasilkan susu antara waktu beranak dengan masa kering. Produksi susu per hari mulai menurun setelah laktasi 2 bulan. Demikian pula kadar lemak susu mulai menurun setelah 1-2 bulan masa laktasi, dan setelah 2-3 bulan masa laktasi maka kadar lemak susu mulai konstan dan naik sedikit (Sudono, 1999). Pada peternak dengan perlakuan R1 dengan komposisi ransum 60% Silase-0 + 40% rumput + 0% konsentrat, tiap peternak mengalami penurunan pendapatan akibat penggunaan silase biomassa jagung. Namun, penurunan pendapatan tersebut diiringi dengan penurunan biaya yang dikeluarkan, sehingga tetap mendapatkan keuntungan, terkecuali peternak Nandang. Peternak Nandang mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp 20.850,32/ekor/hari, sedangkan biaya yang dihemat adalah sebesar Rp 8.289,23/ekor/hari. Dengan demikian Peternak Nandang mengalami penurunan pendapatan yang lebih besar dan tidak sebanding dengan pengeluaran biaya, sehingga diduga itu menyebabkan net income change menjadi negatif. Peternak Nandang mendapatkan perolehan nilai terendah diantara tiap peternak yang mendapat perlakuan R1, juga diantara 11 peternak yang mengikuti Demo Research Silage Program. Perbedaan tiap peternak mengenai jumlah ekor sapi yang mendapat perlakuan didasarkan pada kepemilikan jumlah sapi laktasi ke-2 sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Ade, Rusman dan Yunan memiliki 2 ekor sapi perah laktasi ke-2 pada saat Demo Research Silage Program belum dilaksanakan, sehingga 2 ekor sapi milik mereka digunakan, dan itulah sebabnya 3 orang peternak tersebut mendapatkan 2 perlakuan yang berbeda. Sementara itu 8 peternak yang lain hanya memiliki 1 ekor sapi perah laktasi ke-2. Selain hal tersebut, keinginan peternak mengikuti Demo Research Silage Program merupakan faktor keikutsertaan 11 peternak tersebut diantara seluruh peternak di wilayah Ciater, Subang.

Pada peternak yang mendapat perlakuan R2 dengan komposisi ransum 60% Silase-1 + 10% rumput + 30% konsentrat atau R3 dengan komposisi ransum 60% Silase-2 + 20% rumput + 20% konsentrat atau yang mendapat 2 perlakuan R2 dan R3, peternak Rusman mendapatkan nilai net income change tertinggi sebesar Rp30.661,30/2ekor/hari atau senilai dengan Rp 15.330,65/ekor/hari. Hal tersebut disebabkan akibat pengurangan biaya pakan yang semula Rp 135.600/2 ekor/hari menjadi Rp 94.934,22/2ekor/hari, artinya ada penghematan biaya sebesar Rp 40.665,78/2 ekor/hari atau Rp 20.332,89/ekor/hari. Penghematan biaya tersebut adalah yang terbesar dibandingkan dengan peternak lain yang mendapat perlakuan R2 atau R3 atau R2 dan R3. Pada perlakuan R4 dengan komposisi ransum 60% Silase-3 + 30% rumput + 10% konsentrat, hanya peternak Mamat yang mendapatkan nilai net income change negatif yaitu senilai Rp -4.397,93/2 ekor/hari atau senilai dengan besaran Rp -2.198,96/ekor/hari. Hal tersebut diakibatkan karena penurunan pendapatan sebesar Rp 12.677,59/2 ekor/hari lebih tinggi dibandingkan dengan biaya dihemat sebesar Rp 8.279,66/ 2 ekor/hari. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai net income change pada tiap peternak menunjukkan nilai terbesar pada peternak Rusman dengan nilai Rp30.661,30/2ekor/hari atau senilai dengan Rp 15.330,65/ ekor/ hari. Sedangkan nilai net income change terendah adalah pada peternak Nandang dengan nilai Rp-12.561,08/ekor/hari. Secara keseluruhan didapat 4 peternak yang memberikan nilai net income change negatif, dan sisanya yaitu 7 peternak memberikan nilai net income change positif. Keempat peternak yang mendapatkan nilai negatif adalah 1 peternak dengan perlakuan R1, 1 peternak dengan perlakuan R2, 1 peternak dengan perlakuan R2, R3, dan 1 peternak dengan perlakuan R4. Secara garis besar, dilihat dari sudut pandang per perlakuan, R4 adalah perlakuan terbaik karena menghasilkan manfaat finansial diatas perlakuan lainnya. Peternak Rusman memang mendapatkan perlakuan R3 dengan nilai net income change tertinggi, namun nilai net income change dari 3 peternak lain yang mendapat perlakuan R3 masih dibawah dari yang mendapatkan perlakuan R4. Kemudian meskipun ada 1 orang peternak yang mendapatkan nilai net income change negatif, perlakuan R4 tetap menjadi perlakuan yang terbaik yang memberikan manfaat fnansial. Hal itu disebabkan karena nilai net income change negatif yang didapat peternak Mamat masih lebih besar dibandingkan dengan nilai net income change negatif yang didapat peternak Nandang pada perlakuan R1, peternak Tisnawati pada perlakuan R2, dan peternak Ade pada perlakuan R2 dan R3. Perlakuan R4 menjadi perlakuan yang

direkomendasikan untuk penerapan di lapangan dengan komposisi ransum 60% S3 (70% cacahan jagung + 30% konsentrat) + 30% rumput + 10% konsentrat. SIMPULAN 1) Terdapat 7 orang peternak menghasilkan nilai net income change positif, dan sisanya 4 orang peternak menghasilkan nilai net income change negatif. Hal tersebut memberikan makna bahwa penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum terhadap sapi perah memberikan manfaat finansial. 2) Berikut merupakan besar manfaat finansial yang didapat oleh tiap peternak. Anang sebesar Rp2.445,37/ekor/hari; Nandang sebesar Rp-12.561,08/ekor/hari: Enos sebesar Rp5.655,75/ekor/hari; Tisnawati sebesar Rp-10.800,50/ekor/hari; Rusman sebesar Rp15.330,65/ekor/hari; Ade sebesar Rp-6.113,48/ekor/hari Yunan sebesar Rp4.992,86/ekor/hari; Dedi sebesar Rp9.351,13/ekor/hari; Carman sebesar Rp13.497,40/ekor/hari; Mamat sebesar Rp-2.198,96/ekor/hari; Ujang sebesar Rp10.974,49/ekor/hari. Nilai net income change positif mamberikan makna bahwa peternak mendapatkan keuntungan dengan besaran nilai net income change hasil perhitungan, akibat penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum. Selanjutnya, nilai net income change negatif memberikan makna bahwa peternak mendapatkan kerugian dengan besaran nilai net income change hasil perhitungan, akibat penggunaan silase biomasa jagung dalam ransum. UCAPAN TERIMA KASIH Terima Kasih kepada Dr. Ir. H. Rochadi Tawaf, M.S., pembimbing utama dan pembimbing anggota Dr. Hasni Arief, S.Pt, M.P., yang tak pernah lelah untuk membimbing, mendukung dan meluangkan waktunya bagi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Yayasan Sahabat Cipta dan KPSBU yang sudah memfasilitasi dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian Tahun 2014.

DAFTAR PUSTAKA Arikanto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2013. Populasi Sapi Perah Menurut Provinsi dari tahun 2009 hingga tahun 2013. [Online]. Available at www.deptan.go.id/infoeksekutif/nak/pdf-eisnak2013/pop_sapiperah_prop_2013.pdf Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Balai Pustaka. Jakarta. Paturochman, M. 2012. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel (Untuk Penelitian Sosial Ekonomi). Bandung: Unpad Press. Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usaha Tani. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Sudono, Adi. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor