BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
The Difference of Total Protein Level between Bodybuilding Enthusiasts and Aerobic Gymnastic Enthusiast

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicapai salah satunya dengan menjaga tingkat kesehatan dan kebugaran

The Difference of Ureum Level between Bodybuilding Enthusiasts and Aerobic Gymnastic Enthusiast

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

BAB IV METODE PENELITIAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

1. LEMBAR INFORMASI PENELITIAN PERBEDAAN KADAR PROTEIN TOTAL, ALBUMIN, UREUM, DAN KREATININ ANTARA PENGGIAT BODYBUILDING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Umur. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Kadar Hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dapat dibagi berdasar jenis metabolisme otot, mayoritas olahraga

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

MEMBANDINGKAN METABOLISME TRIGLISERIDA ANTARA KONSUMSI MIE AYAM DAN LONTONG PECAL

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Metabolisme Protein - 2

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

RINGKASAN. commit to user

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

BAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany &

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BAB 3 KERANGKA KONSEP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, TRIGLISERIDA, DAN UREA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH GIZI ZAT BESI

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

protein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. menomorduakan kesehatan dan menjadi gaya hidup masyarakat Jakarta.

NUTRISI PADA ATLET dr. Ermita I.Ilyas, MS

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Adonis Fitness pada tanggal 2-9 Agustus 2016 dan dilakukan di Sanggar Senam Adinda pada tanggal 16-30 Agustus 2016, didapatkan 20 penggiat bodybuilding dan 20 penggiat senam aerobik sebagai subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel penelitian 20 penggiat bodybuilding dan 20 penggiat senam aerobik guna mengetahui perbedaan kadar protein total yang telah dilakukan pemeriksaan kadar protein total di Balai Laboratorium Yogyakarta. Dari penelitian diperoleh data kuantitatif kadar protein total pada penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik. Untuk mengetahui perbedaan kadar protein total antara penggiat bodybuilding dengan penggiat senam aerobik, didapatkan 20 sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi untuk setiap kelompoknya dan hasilnya disajikan pada lampiran. 55

(gr/dl) 56 1. Kadar Protein Total Penggiat Bodybuilding dan Penggiat Senam Aerobik 10 Perbedaan Kadar Protein Total 8 6 4 2 0 Masing-masing 20 Responden Bodybuilding Senam Aerobik Gambar 2. Grafik kadar protein total penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik Dari data diatas dapat disimpulkan kadar protein total antara penggiat bodybuilding dan senam aerobik cenderung sama dan fluktiatif. Tabel 4. Deskriptif kadar protein total pada penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik dengan nilai rujukan normal 6.0 8.0 gr/dl Aktivitas N Kadar Protein Total (gr/dl) Minimum Maxsimum Mean Penggiat bodybuilding Penggiat senam aerobik 20 7.08 8.57 7.71 20 6.80 8.81 7.63 Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil minimum dan ratarata(mean) kadar protein total pada penggiat bodybuilding lebih tinggi

57 daripada penggiat senam aerobik, sedangkan hasil maksimum didapatkan pada penggiat senam aerobik lebih tinggi daripada penggiat bodybuilding. 2. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan metode analitis. a. Metode Deskriptif Tabel 5. Deskriptif kadar protein total pada penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik Metode Deskriptif Penggiat Aktivitas Penggiat Senam Kriteria distribusi data Bodybuilding Aerobik normal Koefisien 5,4% 7,6% Nilai koefisien Varians varians < 30% Rasio Skewness 0,41 0,83 Nilai rasio skewness -2 s/d 2 Rasio -0,54-0,82 Nilai rasio Kurtosis kurtosis -2 s/d 2 Melihat Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Histogram miring kiri miring kiri miring kiri maupun kanan, maupun kanan, maupun kanan, tidak terlalu tidak terlalu tidak terlalu tinggi atau tinggi atau tinggi atau rendah rendah rendah Keterangan Normal Normal Normal Normal Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa uji normalitas data dengan metode deskriptif dari variabel penggiat bodybuilding maupun senam aerobik hasilnya normal.

58 b. Metode Analitis Tabel 6. Deskriptif kadar protein total pada penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik Metode Analitis Aktivitas Kriteria Keterangan Penggiat Bodybuilding Penggiat Senam Aerobik distribusi data normal Shapiro-Wilk 0,695 0,297 P > 0,05 Normal Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa uji normalitas data dengan menggunakan metode analitis dari variabel penggiat bodybuilding maupun senam aerobik hasilnya normal. Untuk kesepakatan metode analitis akan dipakai sebagai metode untuk menguji normalitas data, jika dibandingkan dengan menghitung nilai koefisien varians, rasio skewness, rasio kurtosis,dan melihat histogram metode analitis lebih objektif dan sensitif. Selanjutnya berdasarkan kedua uji normalitas dengan metode deskriptif maupun analitis didapatkan hasil normal, oleh karena itu uji hipotesis data menggunakan independen t-test. 3. Independen t-test Adalah uji hipotesis komparatif variabel numerik berdistribusi normal dua kelompok tidak berpasangan. Adapun langkah-langkah melakukan uji independen t-test sebagai berikut 1. Memeriksa syarat uji independen t-test yatu data wajib berdistribusi normal dan varian data boleh sama atau berbeda. 2. Jika memenuhi syarat diatas, maka dipilih uji independen t-test.

59 3. Jika tidak memenuhi syarat dilakukan dahulu transformasi data. 4. Jika hasil transformasi data berdistribusi normal, maka dipakai uji independen t-test. 5. Jika hasil transformasi data berdistribusi tidak normal, maka dipakai uji Mann-Whitney. Tabel 7. Hasil uji independent t-test perbedaan kadar protein total pada penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik Analisis Hasil (Significancy) Levene s Test 0,053 T-test 0,603 Berdasarkan data diatas, didapatkan interpretasi outputnya: 1. Menguji varians Dari data levene s test diatas didapatkan nilai significancy 0,053. Karena nilai p > 0,05 maka varians data kedua kelompok sama. 2. Uji T-test Dari data diatas didapatkan nilai significancy 0,603. Karena nilai P > 0,05 maka H0 menjadi diterima sedangkan H1 ditolak. Kesimpulan dari uji hipotesis Perbedaan kadar protein total antara penggiat bodybuilding dengan senam aerobik menggunakan uji hipotesis independent t-test adalah tidak ada perbedaan kadar protein total antara penggiat bodybuilding dengan penggiat senam aerobik.

60 B. Pembahasan 1. Pengaruh Asupan Protein dan Suplemen Terhadap Kadar Protein Total Pencernaan Protein dimulai di dalam lambung, di lambung pepsin menguraikan beberapa ikatan peptida, kemudian pencernaan akhir asam amino terjadi di tiga tempat: lumen usus halus, brush border, dan sitoplasma sel-sel mukosa (Ganong. 2008). Metabolisme protein berlanjut di organ hati, hadi berperan dalam mengolah, menyintesis, dan memetabolisme berbagai zat, salah satu zat yang dimetabolisme adalah protein. Fungsi hati sebagai metabolisme protein diantaranya adalah deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan ammonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, dan sintesis senyawa lain dari asam amino. Organ hati menghasilkan kira-kira 90% dari semua protein plasma, kecuali gamma globulin. Gamma globulin adalah antibodi yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Protein plasma adalah campuran kompleks yang mencakup albumin, imunoglonbulin, protein sederhana, dan protein terkonjagasi misalnya glikoprotein dan lipoprotein (Guyton and Hall, 2008). Komponen dari protein plasma mayoritas albumin dan ditambah dengan imunoglobulin, fibrinogen, protrombin, dan tromboplastin merupakan komponen penyusun seluruh konsentrasi dari protein total (Marshall, 2012). Tes protein total berguna untuk mengukur jumlah total dari berbagai jenis protein dalam cairan (plasma) dari darah. Dua protein

61 yang mendominasi yang ditemukan dalam darah yaitu albumin dan globulin. Berdasarkan dari data statistik didapatkan bahwa kadar protein total maksimum penggiat senam aerobik lebih tinggi dari penggiat bodybuilding dari kadar normal 6.0-8.0 gr/dl. Keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh asupan protein pada penggiat bodybuilding dan senam aerobik, antara lain makanan yang mengandung sumber protein tinggi untuk meningkatkan massa otot, tidak hanya protein yang dibuthkan tetapi juga karbohidrat dalam jumlah cukup untuk cadangan energi didalam otot (Husaini, 2000). Banyak orang dewasa atau bahkan remaja (terutama atlet atau binaragawan) mengonsumsi asupan protein yang tinggi, terutama karena ingin meningkatkan massa otot dan kekuatan otot. Penggiat bodybuilding biasanya mengonsumsi asupan protein yang berlebih untuk pembentukan otot, seperti makanan sumber protein dan suplemen, sedangkan penggiat senam aerobik kebanyakan tidak mengonsumsi suplemen protein. Contoh makanan sumber protein yang dikonsumsi pada penggiat bodybuilding adalah dada ayam 1-2 kg/hari, putih telur ayam ½-1 kg/hari, dan daging sapi tanpa lemak ½-1 kg/hari. Suplemen yang termasuk sumber energi dan protein adalah whey protein, whey gainer, dan amino (Putri, 2011). Selain itu kadar protein total yang tinggi juga dipengaruhi oleh diet tinggi protein. Didapatkan dari hasil anamnesis pada penelitian ini beberapa responden penggiat senam aerobik memiliki gaya hidup

62 kurang sehat antara jumlah karbohidrat, protein, dan lemak tidak seimbang seperti mengonsumsi tinggi protein rendah karbohidrat rendah lemak dan susu tinggi protein rendah karbohidrat rendah serat. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi tingginya kadar protein total dalam darah, dikarenakan proses metabolisme yang tidak seimbang di dalam tubuh dan akan berdampak buruk bagi tubuh. Kadar protein total yang tinggi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi diantaranya hepatitis, HIV, dan multiple myeloma. Dalam penelitian ini responden mengakui tidak memiliki atau pernah mengalami penyakit tersebut, masih terdapat kemungkinan responden lupa atau tidak jujur dengan kondisi dirinya. Sekitar 40% dari protein total protein adalah globulin kelompok yang heterogen. Termasuk enzim, antibodi, hormon, protein pembawa, dan berbagai jenis lain dari protein. Jika didapatkan protein total abnormal, dan responden belum mengeluhkan gejala pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk mengidentifikasi protein spesifik abnormal rendah atau tinggi sehingga diagnosis spesifik dapat dibuat. Beberapa contoh tindak lanjut tes meliputi elektroforesis protein dan immunoglobulin kuantitatif (Carey, 2016). Nilai mimimum dan nilai rata-rata (mean) kadar protein total pada penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik diatas menunjukkan hasil masih dalam batas normal, meskipun kadar rata-rata protein total pada penggiat bodybuilding lebih tinggi dari penggiat

63 senam aerobik. Dapat dikatakan bahwa penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik rata-rata mengonsumsi protein yang cukup untuk kebutuhan metabolisme masing-masing. Sintesis protein otot dapat merespon meningkatnya asupan protein setelah latihan anerobik maupun aerobik dan akan mencapai stimulasi maksimal setelah konsumsi 20 gr berkualitas tinggi protein. Sedikitnya perubahan fosforilasi pada reseptor protein untuk mengaktifkan mekanisme translasi menunjukkan peningkatan proses anabolisme otot dengan mengonsumsi protein setelah latihan. Stimulasi oksidasi leusin setelah konsumsi 20 gr dan 40 gr protein menunjukkan bahwa dosis ini merupakan kelebihan protein. Dapat disimpulkan bahwa 20 gr utuh protein berkualitas tinggi cukup untuk memaksimalkan respon anabolik pada penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik yang dikonsumsi setelah latihan (Moore, 2009). Pemeriksaan kadar protein total sering dinilai sebagai bagian dari evaluasi status kesehatan seseorang secara berkala. Pengukuran protein total dapat mencerminkan status gizi dan dapat digunakan untuk menyaring dan membantu mendiagnosis penyakit ginjal atau penyakit hati. 2. Perbedaan Kadar Protein Total Berdasarkan data Statistik Hasil dari data statistik menunjukkan bahwa hasil hipotesis dari penelitian ini H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan kadar protein total antara penggiat bodybuilding dengan

64 penggiat senam aerobik. Berdasarkan hasil data statistik berkebalikan dengan hipotesis yang diinginkan dan berdasarkan dengan teori bahwa ada perbedaan kadar protein total antara penggiat bodybuilding yang mengonsumsi lebih banyak protein dan suplemen dengan penggiat senam aerobik yang kebanyakan tidak mengonsumsi suplemen. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi peningkatan kadar protein total seseorang kadar protein total yang rendah dapat dipengaruhi oleh gangguan hati, gangguan ginjal, diet rendah protein atau gangguan dimana protein tidak dicerna atau diserap dengan baik, kadar protein yang rendah dapat dilihat pada gizi buruk dan dengan kondisi yang menyebabkan malabsorpsi, seperti celiac disease atau inflammatory bowel disease (IBD). Kadar protein total yang tinggi dipengaruhi adanya peradangan kronis atau infeksi seperti hepatitis virus atau HIV, dehidrasi, diet tinggi protein, dan gangguan sumsum tulang seperti multiple myeloma. Faktorfaktor tersebut mungkin tidak disadari responden, sehingga saat dilakukan anamnesis, responden merasa tidak mempunyai faktor-faktor tersebut (Carey, 2016). Jadi, dapat disimpulkan kadar protein total antara penggiat bodybuilding dengan penggiat senam aerobik berbeda secara klinis dari hasil rata-rata penggiat bodybuilding 7.71 gr/dl dan penggiat senam aerobik 7.63 gr/dl, namun tidak berbeda secara statistik dikarenakan nilai significancy uji independent t-test p = 0.603 ( p<0.05).

65 C. Kesulitan Penelitian Penelitian ini masih memiliki kelemahan dan keterbatasan antara lain: 1. Besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium kadar protein total pada responden penelitian yaitu penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik. 2. Tempat penelitian kurang mendukung untuk dijadikan tempat penelitian, dikarenakan responden yang hadir kurang begitu banyak dan jarak tempuh ke tempat penelitian yang jauh juga menjadi kesulitan peneliti dalam mengantar sampel darah ke laboratorium dimana sampel harus segera diantar maksimal 3 jam setelah pengambilan 3. Penelitian ini memiliki keterbatasan waktu, karena waktu yang dimiliki oleh petugas untuk mengambil darah sampel sangat sulit untuk disesuikan dengan jadwal pengambilan darah sampel (penggiat bodybuilding dan penggiat senam aerobik). 4. Keterbatasan waktu yang dimiliki responden menyebabkan proses anamnesis dan informed consent kurang mendalam. 5. Penelitian ini tidak mengamati keseluruhan faktor-faktor perancu dari parameter kadar protein total.