HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Data Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada sebelum dan sesudah perlakuan berupa hasil pengukuran status gizi, pemeriksaan profil lipid (kadar kolesterol total, kolesterol-ldl, kolesterol-hdl) dan asupan makanan. Hasil penelitian menyajikan karakteristik subjek, deskripsi data hasil penelitian, uji persyaratan analisis data, penguji hipotesis dan pembahasan. Karakteristik data subjek penelitian, disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian No Karakteristik St Gizi Normal St Gizi Gemuk Frek Senam Frek Senam Satu Tiga Satu % % kali kali kali % Tiga kali % 1 Usia tahun tahun Total Jenis Kelamin -Laki-laki Perempuan Total Status Gizi -Normal Gemuk Total Lama Menderita DM tipe tahun tahun tahun tahun tahun Total Sumber : Data Primer, 2015 Berdasarkan Tabel 4.1, pasien DM tipe 2 di poliklinik RSUP dr Hasan Sadikin Bandung yang menjadi subjek penelitian commit to rata-rata user berusia tahun sebanyak 23 56

2 orang, jenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang dan laki-laki 3 orang. Subjek penelitian yang diambil sebanyak 28 orang, memiliki status gizi normal sebanyak 14 orang dan status gizi gemuk sebanyak 14 orang dengan lama menderita DM tipe 2 sejak satu tahun lamanya sebanyak 18 orang. 2. Deskripsi Data Deskripsi data hasil penelitian berupa status gizi dan kadar profil lipid berupa pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol-ldl dan kolesterol-hdl pada pasien DM tipe 2 di poliklinik RSUP dr Hasan Sadikin Bandung memiliki status gizi normal dan status gizi gemuk yang melakukan senam diabetes jenis seri dua selama 8 minggu, didapat dengan simple random sampling. a. Status Gizi Deskripsi data status gizi berdasarkan nilai rata-rata IMT sebelum dan sesudah perlakuan senam diabetes jenis seri dua subjek penelitian pada kelompok senam frekuensi satu kali dan tiga kali dalam seminggu disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.2. Deskripsi IMT Sebelum dan Sesudah Senam Diabetes Berdasarkan Status Gizi dan Frekuensi Senam Pada Subjek Penelitian Status Gizi Frekuensi Senam Statistik Sebelum Sesudah Perubahan (kg/m 2 ) (per minggu) IMT IMT Normal Satu kali Mean 22,39 22,27 0,21 Sd 1,60 1,42 0,27 Min 19,6 19,8 0,00 Max 23,8 23,3 0,70 Tiga kali Mean 22,84 22,87 0,04 Sd 1,38 1,48 0,41 Min 20,4 20,3-0,6 Max 24,1 24,5 0,4 Gemuk Satu kali Mean 29,14 29,12 0,01 Sd 1,15 1,22 0,38 Min 26,6 26,4-0,4 Max 29,8 29,75 0,7 Tiga kali Mean 26,96 27,04-0,03 Sd 1,72 1,76 0,3 Min 25,3 25,5-0,5 Max 29,3 29,3 0,5 Sumber : Data Primer, 2015 ( Lampiran 13 dan 18) Berdasarkan Tabel 4.2. menunjukkan bahwa nilai rata-rata IMT yang menentukan status gizi masing-masing kelompok perlakuan mengalami perubahan. Penurunan 57

3 IMT terjadi pada tiga kelompok, status gizi normal yang melakukan senam satu kali dalam seminggu mengalami penurunan terbesar, yaitu 0,21 ± 0,27kg/m 2 dan kelompok status gizi gemuk yang melakukan senam satu kali dalam seminggu mengalami penurunan terendah sebesar 0,01±0,38 kg/m 2. Peningkatan IMT terjadi pada kelompok status gizi gemuk yang melakukan senam tiga kali sebesar 0,03±0,3kg/m 2. Gambaran perubahan nilai rata-rata IMT untuk masing-masing kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.1, IMT (kg/m 2 ) Nilai Rata-Rata IMT Frek Satu kali Frek Tiga Kali Frek satu kali Frek tiga kali St Gizi Normal St Gizi Gemuk Hasil IMT pretest Hasil IMT postest Perubahan Gambar 4.1, Grafik Nilai Rata-Rata Perubahan IMT Pada Tiap Kelompok Perlakuan b. Kadar Kolesterol Total Deskripsi hasil pemeriksaan kadar kolesterol total pada Tabel 4.3. yang menyajikan rata-rata nilai kadar kolesterol total sebelum dan sesudah senam diabetes jenis seri dua berdasarkan status gizi dan frekuensi senam pada pasien DM tipe 2. 58

4 Tabel 4.3. Deskripsi Data Kadar Kolesterol Total Berdasarkan Status Gizi Dan Frekuensi Senam Status Gizi Frekuensi Senam Statistik Sebelum Sesudah Perubahan ( kg/m 2 ) (per minggu) Normal Satu kali Mean 213,14 213,00 0,14 Sd 29,44 19,49 19,65 Min Max Tiga kali Mean 209,00 197,14 11,86 Sd 29,02 24,32 39,51 Min Max Gemuk Satu kali Mean 197,14 181,29 15,86 Sd 19,23 16,90 19,84 Min Max Tiga Kali Mean 215,14 218,14-3,00 Sd 39,84 51,29 30,78 Min Max Sumber : Data Primer, 2015 ( Lampiran 13 dan 18) Berdasarkan Tabel 4.3. bahwa tiga kelompok perlakuan mengalami penurunan nilai rata-rata kadar kolesterol total, kelompok status gizi gemuk yang melakukan senam satu kali dalam seminggu mengalami penurunan terbesar nilai rata-rata kadar kolesterol total 15,86 ± 19,84 mg/dl. Kelompok pasien DM tipe 2 status gizi gemuk yang melakukan senam tiga kali dalam seminggu mengalami peningkatan kadar kolesterol total sebesar 3,00 ± 30,78 mg/dl. c. Kadar Kolesterol- LDL Deskripsi nilai rata-rata sebelum dan sesudah kadar kolesterol-ldl pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes jenis seri dua berdasarkan status gizi dan frekuensi senam, disajikan pada Tabel

5 Tabel 4.4. Deskripsi Data Kadar Kolesterol-LDL Berdasarkan Status Gizi Dan Frekuensi Senam Status Gizi ( kg/m 2 ) Frekuensi Senam (Per minggu) Statistik Sebelum Sesudah Perubahan Normal 1 kali Mean 152,29 145,71 6,57 Sd 26,24 21,82 8,92 Min Max kali Mean 131, ,71 Sd 27,51 24,97 37,29 Min Max Gemuk 1 kali Mean 136,71 122,14 14,57 Sd 19,95 14,92 21,59 Min Max kali Mean 145,57 145,71-0,14 Sd 36,71 45,79 26,48 Min Max Sumber : Data Primer 2015 ( Lampiran 13 dan 18) Berdasarkan Tabel 4.4, menunjukkan penurunan nilai rata-rata kadar kolesterol- LDL pada tiga kelompok perlakuan, kelompok status gizi gemuk yang melakukan senam satu kali dalam seminggu mengalami penurunan terbesar 14,57±21,59 mg/dl. Kelompok pasien DM tipe 2 status gizi gemuk yang melakukan senam tiga kali dalam seminggu mengalami peningkatan kadar kolesterol-ldl sebesar 0,14± 26,48 mg/dl. d. Kadar HDL Deskripsi nilai rata-rata kadar kolesterol-hdl sebelum dan sesudah melakukan senam diabetes jenis seri dua pada pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi dan frekuensi senam, disajikan pada Tabel

6 Tabel 4.5. Deskripsi Data Kadar Kolesterol-HDL Berdasarkan Status Gizi Dan Frekuensi Senam Status Gizi (kg/m 2 ) Frekuensi Senam (per minggu) Statistik Sebelum Sesudah Perubahan Normal 1 kali Mean 50,57 49,86-0,71 Sd 5,71 8,57 5,12 Min Max kali Mean 69 67,86-1,14 Sd 17,45 13,53 8,30 Min Max Gemuk 1 kali Mean 47,43 51,29 3,86 Sd 11,54 9,50 6,62 Min Max kali Mean 60, ,86 Sd 12,88 12,58 7,27 Min Max Sumber : Data Primer, 2015 (Lampiran 13 dan 18) Berdasarkan Tabel 4.5. bahwa kelompok yang memiliki status gizi normal, baik melakukan senam satu kali dan tiga kali dalam seminggu mengalami penurunan nilai rata-rata kadar kolesterol-hdl. Kelompok status gizi normal yang melakukan senam tiga kali dalam seminggu mengalami penurunan nilai rata-rata kadar kolesterol-hdl terbesar, yaitu 1,14 ± 8,30 mg/dl. Kelompok pasien DM tipe 2 yang mengalami peningkatan nilai rata-rata kolesterol-hdl adalah status gizi gemuk, baik yang melakukan senam satu kali dan tiga kali dalam seminggu. Kelompok status gizi gemuk yang melakukan senam satu kali dalam seminggu mengalami peningkatan kadar kolesterol-hdl terbesar, yaitu 3,86 ± 6,62 mg/dl. e. Asupan Makanan Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Selama penelitian asupan makanan diperoleh dengan melakukan recall 24 jam sebanyak tiga kali, yaitu minggu pertama, ketiga dan ketujuh. Deskripsi rata-rata asupan makanan pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes jenis seri 2, disajikan pada Tabel

7 Tabel 4.6. Deskripsi rata-rata asupan makanan pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes Zat Gizi Kelompok Perlakuan Mean SD Min Max Energi St gizi normal dan senam 1X 1283,89 159, ,8 1546,3 St gizi normal dan senam 3X 1324,10 267, ,6 1736,6 St gizi gemuk dan senam 1X 1518,92 268, ,1 1856,4 St gizi gemuk dan senam 3X 1347,91 194, ,8 1566,2 Protein St gizi normal dan senam 1X 41,15 6,32 34,8 52,67 St gizi normal dan senam 3X 42,04 7,56 29,73 52,9 St gizi gemuk dan senam 1X 50,64 13,69 31,07 71,77 St gizi gemuk dan senam 3X 42,70 5,56 31,33 48,87 Karbohidrat St gizi normal dan senam 1X 181,17 26,49 154,4 230,37 St gizi normal dan senam 3X 202,04 41,81 156,4 270,63 St gizi gemuk dan senam 1X 207,41 45,13 154,1 279,57 St gizi gemuk dan senam 3X 195,30 34,07 137,4 231,77 Lemak St gizi normal dan senam 1X 45,42 8, ,4 St gizi normal dan senam 3X 40,73 11,56 26,5 58,7 St gizi gemuk dan senam 1X 53,66 14,96 33,3 77 St gizi gemuk dan senam 3X 45,65 11,33 31,7 64,2 kolesterol St gizi normal dan senam 1X 152,32 79,19 98,9 327,7 St gizi normal dan senam 3X 153,82 68,72 79,7 281,1 St gizi gemuk dan senam 1X 156,54 58,42 86,4 233,9 St gizi gemuk dan senam 3X 125,85 47, ,4 Serat St gizi normal dan senam 1X 10,46 2,78 7,3 13,5 St gizi normal dan senam 3X 11,81 4,08 5,7 19,3 St gizi gemuk dan senam 1X 10,53 1,35 8,8 12,5 St gizi gemuk dan senam 3X 11,51 3,45 5,9 14,9 Sumber : Data Primer, 2015 (Lampiran 10 dan 13) Tabel 4.6. menunjukkan hasil rata-rata asupan makan subjek penelitian tertinggi pada kelompok status gizi gemuk yang melakukan senam satu kali dalam seminggu, yaitu energi 1518,92±268,35kal, protein 50,64 ± 13,69gr, Karbohidrat (KH) 207,41±45,13 gr, lemak 53,66±14,96 gr, kolesterol 156,54±58,42 mg dan serat 10,53+1,35 mg. Hasil asupan energi pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes berkisar 1029,8-1856,4 kal dengan kebutuhan berkisar kal, asupan protein berkisar 29,73-71,77 gr dengan kebutuhan berkisar gr, asupan KH berkisar 137,4-279,57 gr dengan commit kebutuhan to user berkisar gr, asupan lemak 62

8 berkisar 26,5-77 gr dengan kebutuhan berkisar gr, asupan kolesterol 79,7 281 mg dengan kebutuhan <200 mg dan asupan serat berkisar 5,7-19,3 mg dengan kebutuhan > 20 mg. 3. Pengujian prasyarat analisis Untuk memenuhi persyaratan analisis statistik terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan terhadap data penelitian. Uji persyaratan pada penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji shapiro- wilk karena data yang diambil kurang dari 50, Uji shapiro - wilk dilakukan sebelum analisis data pada masing-masing variabel perlakuan. Tabel 4.7, menunjukkan hasil uji nornalitas berdasarkan status gizi. Tabel 4.7, Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Status Gizi Status Variabel Dependent Gizi Shapiro-Wilk (kg/m 2 ) Statistik Df Sig. Kolesterol Total Normal 0, ,149 Gemuk 0, ,955 Kolesterol_LDL Normal 0, ,202 Gemuk 0, ,963 Kolesterol- HDL Normal 0, ,306 Gemuk 0, ,413 Sumber : Data Primer,2015 (Lampiran 14) Tabel 4.8, menunjukkan hasil uji normalitas berdasarkan frekuensi senam pada subjek penelitian Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Frekuensi Senam Variabel Dependent Frekuensi Shapiro-Wilk Senam Statistik Df Sig. Kolesterol Total Satu kali 0, ,106 Tiga kali 0, ,266 Log_selisih_LDL Satu kali 0, ,509 Tiga kali 0, ,748 Kolesterol-HDL Satu kali 0, ,265 Tiga kali 0, ,711 Sumber : Data Primer, 2015 (Lampiran 14) * Kolesterol-LDL hasil transformasi commit data to user 63

9 Data dikatakan normal jika nilai probabilitas >0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel depend memiliki nilai >0,05, maka data yang diuji berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui variansi data bersifat homogen atau heterogen. Uji homogenitas yang digunakan adalah levene test dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hasil uji homogenitas Variabel Dependent disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Variabel Dependent Taraf Sig Taraf Sig (α ) Keterangan diperoleh Kolesterol-Total 0,168 0,05 Homogen Log-Kolesterol- LDL 0,949 0,05 Homogen Kolesterol- HDL 0,785 0,05 Homogen Sumber : data primer, 2015 (Lampiran 15) Berdasarkan tabel 4.3. menunjukkan hasil pengujian homogenitas bahwa data bersifat homogen. Jika data kelompok bersifat homogen maka uji lanjut maupun uji F-nya menggunakan kriteria homogen. 4. Pengujian Hipotesis a. Hasil Perubahan Kadar Profil lipid Sebelum dan Sesudah Senam Diabetes Setelah uji prasyarat analisis, untuk mengetahui perubahan profil lipid baik kolesterol total, kolesterol-ldl dan kolesterol-hdl sebelum dan sesudah senam diabetes pada kelompok perlakuan maka di uji T test. 1) Kadar Kolesterol total Hasil perubahan kadar kolesterol total disajikan pada Tabel Tabel Nilai Rata-Rata Perubahan Kadar Kolesterol Total Darah Berdasarkan Kategori Status Gizi dan Frekuensi Senam Status Gizi (kg/m 2 ) Normal Gemuk Frekuensi Senam Satu kali Tiga kali Satu kali Tiga kali Kolest Total (mg/dl) sebelum 213,14 ±29,44 209,01 ± 29,02 197,14 ± 19,23 215,14 ± 39,84 Kolest Total (mg/dl) sesudah 213 ± 19,49 197,14 ± 24,32 181,29 ± 16,90 218,14 ± 51,29 Perubahan 0,14 ± 19,65 11,86 ± 39,51 15,86 ± 19,84-3,00 ± 30,78 p value 0,985 0,079 0,457 0,805 Sumber : Data Primer, 2015 (Lampiran 13 dan 18) 64

10 Tabel menunjukkan perubahan nilai rata-rata kolesterol total sebelum dan sesudah pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes jenis seri dua selama delapan minggu secara statistic tidak bermakna. Perubahan kadar kolesterol total yang terbaik pada kelompok status gizi normal yang melakukan senam diabetes tiga kali dalam seminggu sebesar p= 0,079. Gambaran perubahan nilai rata-rata kadar kolesterol total sesudah senam pada masing-masing kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar kali 3 Kali 1 kali 3 kali St Gizi Normal St Gizi Gemuk p value senam Gambar 4.2. Grafik Perubahan nilai rata-rata kadar kolesterol total sesudah 2) Kadar Kolesterol-LDL Perubahan nilai rata-rata kolesterol LDL pada masing-masing kelompok perlakuan berdasarkan status gizi dan frekuensi senam disajikan pada Tabel 4.11 Tabel Nilai Rata-Rata Perubahan Kadar Kolesterol-LDL Berdasarkan Kategori Status Gizi Dan Frekuensi Senam Status Gizi (kg/m 2 ) Normal Gemuk Frekuensi Senam Satu kali Tiga kali Satu kali Tiga kali Kolest- LDL (mg/dl) sebelum 152,29 ±26,24 131,71 ± 27,51 136,71± 19,95 145,57± 36,71 Kolest -LDL (mg/dl) sesudah 145,71 ± 21, ± 24,97 122,14 ± 14,92 145,71 ± 45,79 Perubahan p value 6,57 ± 8,92 0,099 8,71 ± 37,29 0,559 14,57 ± 21,59 0,124-0,14 ± 26,48 0,989 Sumber : Data Primer, 2015 ( Lampiran 13 dan 18) Tabel menyajikan perubahan nilai rata-rata kolesterol LDL sebelum dan sesudah setelah melakukan senam diabetes jenis seri dua selama delapan minggu tidak bermakna. Perubahan nilai rata-rata kolesterol LDL yang terbaik pada 65

11 kelompok status gizi normal yang melakukan senam diabetes satu kali dalam seminggu sebesar p= 0,099. Gambaran perubahan nilai rata-rata kadar kolesterol-ldl sesudah senam pada masing-masing kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar kali 3 Kali 1 kali 3 kali St Gizi Normal St Gizi Gemuk p value senam. Gambar 4.3. Grafik Perubahan nilai rata-rata kadar kolesterol-ldl sesudah 3) Kadar Kolesterol-HDL Perubahan nilai rata-rata kolesterol-hdl pada masing-masing kelompok perlakuan berdasarkan status gizi dan frekuensi senam disajikan pada Tabel 4.12 Tabel Nilai Rata-Rata Perubahan Kadar Kolesterol-HDL Darah Berdasarkan Kategori Status Gizi dan Frekuensi Senam Status Gizi (kg/m 2 ) Normal Gemuk Frekuensi Senam Satu kali Tiga kali Satu kali Tiga kali Sebelum Kolest Total (mg/dl) 50,57 ± 5,71 69± 17,45 47,43± 11,54 60,14± 12,88 Sesudah Kolest Total (mg/dl) 49,86 ± 8,57 67,86± 13,53 51,29± 9,50 62,± 12,58 Perubahan -0,71 ± 5,12-1,14± 8,30 3,86 ± 6,62 1,86± 7,27 p Value 0,725 0,728 0,174 0,524 Sumber : Data Primer 2015 (Lampiran 13 dan 18) Berdasarkan Tabel bahwa perubahan nilai rata-rata kolesterol-hdl sebelum dan sesudah terjadi pada semua kelompok perlakuan senam diabetes jenis seri dua selama delapan minggu tidak bermakna. Perubahan nilai rata-rata kolesterol- HDL yang terbaik pada kelompok status gizi gemuk yang melakukan senam diabetes satu kali dalam seminggu sebesar p= 0,

12 Gambaran perubahan nilai rata-rata kadar kolesterol-hdl sesudah senam pada masing-masing kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.4. p value Perubahan Kolesterol-HDL p value kali 3 Kali 1 kali 3 kali St Gizi Normal St Gizi Gemuk Gambar 4.4. Grafik Perubahan Nilai Rata-Rata Kadar Kolesterol-HDL Sesudah Senam Diabetes. b. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprentasi analisis variansi. Pengujian hipotesis diawali dengan uji analisis variansi dua jalur, yaitu untuk melihat perbedaan profil lipid berdasarkan status gizi normal dan status gizi gemuk serta frekuensi senam diabetes satu kali dalam seminggu dan tiga kali dalam seminggu. Apabila uji Anava menghasilkan kesimpulan ada pengaruh pada kelompok yang dibandingkan, maka dilanjutkan uji Post Hock untuk mengetahui pengaruh kelompok yang lebih baik. Hasil pengujian hipotesis dengan metode analisis anava dua jalur faktorial 2x2 dipaparkan berdasarkan variabel dependent. 1) Kolesterol total Ringkasan hasil analisis data kadar kolesterol total yang diperlukan untuk pengujian hipotesis berdasarkan sumber variansi status gizi dan frekuensi senam disajikan pada Tabel

13 Tabel Ringkasan Hasil Analisis Variansi Dua Faktor (Status Gizi dan Frekuensi) Kadar Kolesterol Total Sumber Variasi Df SS MS F hit F tab Sig St Gizi Senam St Gizi* Senam Error Total ,286 89, , ,572 56,714 1,286 89, , ,107 0,002 0,002 1,989 4,260 4,260 4,260 0,969 0,745 0,171 Sumber : Data Primer, 2015 (Lampiran 16) 2) Kolesterol-LDL Ringkasan hasil analisis data kadar kolesterol-ldl yang diperlukan untuk pengujian hipotesis berdasarkan sumber variansi status gizi dan frekuensi senam, disajikan pada Tabel Tabel Ringkasan Hasil Analisis Variansi Dua Faktor (Status Gizi dan Frekuensi Senam) Kadar Kolesterol-LDL Sumber Variasi Df SS MS F hit F tab Sig St gizi 1 0,006 0,006 0,025 4,325 0,786 Senam 1 0,288 0,288 1,297 4,325 0,270 St gizi * Senam 1 0,081 0,081 0,367 4,325 0,552 Error 18 3,995 0,222 Total 21 4,39 Sumber : Data Primer, 2015 (Lampiran 16) 3) Kolesterol-HDL Ringkasan hasil analisis data kadar kolesterol-hdl yang diperlukan untuk pengujian hipotesis berdasarkan sumber variansi status gizi dan frekuensi senam, disajikan pada Tabel Tabel Ringkasan Hasil Analisis Variansi Dua Faktor Kadar Kolesterol-HDL Sumber Variasi Df SS MS F hit F tab Sig St Gizi senam St gizi * senam Error Total ,321 10,321 4, , , ,321 10,321 4,321 47,917 2,094 0,215 0,090 4,260 4,260 4,260 0,161 0,647 0,767 Sumber : Data Primer, 2015 (Lampiran 16) 68

14 Hasil uji analisis variansi dua jalur factorial 2x2 berdasarkan sumber status gizi dan frekuensi senam, dipaparkan sebagai berikut: 1) Pengujian Hipotesis Pertama ( Ada perbedaan status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes ) 1) Kadar Kolesterol Total Hasil analisis uji anava yang disajikan pada Tabel.13. diperoleh nilai statistik F hit kolesterol-total = 0,002, sedangkan F tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 24 adalah 4,260. Hal ini berarti F- hit < F -tabel = 0,002 < 4,260, dengan p= 0,969, dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang tidak nyata pada status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap penurunan kadar kolesterol total pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 2) Kadar Kolesterol-LDL Tabel menunjukkan hasil analisis data uji anava diperoleh F hit kolesterol- LDL = 0,025, sedangkan F tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 21 adalah 4,325. Hal ini berarti F- hit < F -tabel = 0,025 < 4,325 dengan p= 0,786, dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, bahwa ada perbedaan yang tidak nyata pada status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap penurunan kadar kolesterol-ldl pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 3) Kadar Kolesterol-HDL Tabel menunjukkan hasil analisis data uji anava diperoleh F hit kolesterol- HDL = 2,094, sedangkan F tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 24 adalah 4,260, Hal ini berarti F- hit < F -tabel = 2,094< 4,260 dengan p=0,161, dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, berarti ada perbedaan yang tidak nyata pada status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap peningkatan kadar kolesterol-hdl pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. Hasil pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan, bahwa ada perbedaan yang tidak nyata pada status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap penurunan kadar kolesterol total dan kadar koesterol-ldl serta peningkatan HDL pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 69

15 2) Pengujian Hipotesis Kedua ( Ada perbedaan antara frekuensi senam diabetes satu kali dalam seminggu dan tiga kali dalam seminggu terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes) 1) Kolesterol Total Pada Tabel menunjukkan hasil analisis uji anava diperoleh F hit kolesterol-total = 0,109, sedangkan F tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 24 adalah 4,260. Hal ini berarti F- hit < F -tabel kolesterol-total = 0,109 < 4,260 dengan p=0,745, dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak yang berarti ada perbedaan yang tidak nyata antara frekuensi senam satu kali dan tiga kali dalam seminggu terhadap penurunan kadar kolesterol-total pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 2) Kadar Kolesterol -LDL Hasil analisis variansi kadar kolesterol-ldl berdasarkan frekuensi senam satu kali dan tiga kali dalam seminggu, disajikan pada Tabel 4.14 diperoleh F hit kolesterol-ldl = 1,297, sedangkan F tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 21 adalah 4,325. Hal ini berarti F- hit < F -tabel kolesterol-ldl = 1,297 < 4,325 dengan p=0,270, dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak yang berarti ada perbedaan yang tidak nyata antara frekuensi senam satu kali dan tiga kali dalam seminggu terhadap penurunan kadar kolesterol-ldl pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 3) Kolesterol-HDL Hasil analisis variansi pada Tabel diperoleh F hit kolesterol-hdl = 0,215, sedangkan F tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 24 adalah 4,260, Hal ini berarti F- hit < F -tabel = 0,215 < 4,260 dengan p=0,647, dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, berarti ada perbedaan yang tidak nyata antara frekuensi senam satu kali dan tiga kali dalam seminggu terhadap peningkatan kadar kolesterol-hdl pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang tidak nyata pada frekuensi senam satu kali commit dan tiga to kali user dalam seminggu terhadap penurunan 70

16 kadar kolesterol total dan HDL serta peningkatan kolesterol-ldl pasien DM tipe yang melakukan senam diabetes. a. Pengujian Hipotesis Ketiga (Ada pengaruh status gizi dan frekuensi senam diabetes terhadap perubahan kadar profil lipid darah pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes ). 1) Kadar Kolesterol Total Hasil analisis variansi penurunan kadar kolesterol total pada Tabel diperoleh f- hit = 1,989, sedangkan F tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 24 adalah 4,260, Hal ini berarti F- hit <F -tabel = 1,989 < 4,260 dengan p=0,171, demikian H 0 ditolak, menunjukkan bahwa ada pengaruh antara status gizi dan frekuensi senam terhadap penurunan kolesterol total pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 2) Kolesterol LDL Hasil analisis variansi penurunan kadar kolesterol-ldl pada Tabel diperoleh f- hit LDL = 0,367, sedangkan F t abel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 21 adalah 4,325. Hal ini berarti F- hit < F -tabel = 0,367 < 4,325 dengan p=0,552, dapat disimpulkan H 03 ditolak, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang tidak nyata antara status gizi dan frekuensi senam terhadap penurunan kolesterol-ldl pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 3) Kolesterol-HDL Hasil analisis variansi pada Tabel 4.15.menunjukkan peningkatan kadar kolesterol-hdl diperoleh f - hit HDL = 0,090, sedangkan F tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05 dengan dk 1 = 1 dan dk 2 = 21 adalah 4,325. Hal ini berarti F- hit < F -tabel = 0,090 < 4,325 dengan p= 0,767, dapat disimpulkan H 03 ditolak, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang tidak nyata antara status gizi dan frekuensi senam terhadap penurunan kolesterol-hdl pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara status gizi dan frekuensi senam terhadap penurunan commit kadar to user kolesterol total dan kadar koesterol-ldl serta peningkatan HDL pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 71

17 B. Pembahasan 1. Ada perbedaan status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes Penelitian ini dapat disimpulkan ada perbedaan yang tidak nyata antara status gizi normal dan status gizi gemuk terhadap penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, dan peningkatan kadar kolesterol-hdl pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes jenis seri dua. Penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol-ldl terjadi pada status gizi normal dan status gizi gemuk, dan peningkatan kadar kolesterol- HDL terjadi status gizi normal. Status gizi normal yang melakukan senam diabetes pada penelitian ini dapat menurunkan dan meningkatkan profil lipid, walaupun perubahan kolesterol total berkisar 0,14-15,86 mg/dl. Perubahan profil lipid pada status gizi dipengaruhi oleh asupan makanan dan aktifitas fisik. Status gizi merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan dalam menentukan kriteria proporsi tubuh seseorang, karena status gizi berkorelasi dengan jumlah total lemak tubuh pada manusia yang dapat menggambarkan status berat badan seseorang (Gibson, 2005). Status gizi adalah keadaan tubuh atau keadaan kesehatan sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik kuantitas maupun kualitas (Almatsier 2010; Supariasa et al., 2012). Pada penelitian ini asupan makanan yang diperhatikan adalah energi, protein, karbohidrat, lemak, kolesterol dan serat. Rata-rata asupan lemak subjek penelitian ini berkisar 40-53,66 g sesuai dengan kebutuhan lemak (36-58 g). Asupan kolesterol subjek penelitian berkisar 125,85 156,54 mg, termasuk asupan baik karena mg. Sedangkan rata-rata asupan serat 10,46 11,51 mg < 20 mg, hal ini subjek penelitian kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayuran dan buahbuahan. Adapun asupan serat yang cukup dapat penyebabkan perubahan pada kadar profil lipid, terutama kadar kolesterol-ldl (Brown et.al., 1999 cit., Murbawani.et.al, 2006). 72

18 Faktor lain yang mempengaruhi profil lipid pada pasien DM tipe 2 adalah kurang mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan. Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol dari bahan makanan dan makanan sehari-hari yang meninggikan dan menurunkan profil lipid seperti kolesterol total, kolesterol LDL dan kolesterol-hdl. Kebiasaan kurang mengkonsumsi jenis bahan makanan yang dapat membantu menurunkan kolesterol seperti serat dari sayuran, buah-buahan, dan kacang kedelai dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah (Guyton & Hall, 2007). Selama penelitian hasil asupan makanan cenderung terjadi peningkatan asupan energi, lemak dan kolesterol, hal ini disebabkan sebelum penelitian subjek telah menjalanin hari raya idul fitri dan dua minggu sebelum penelitian berakhir ada hari raya idul adha. Subjek penelitian banyak mengkonsumsi protein hewani, seperti daging sapi, daging kambing dan olahannya seperti gulai, sate, tongseng, yang dapat meningkatkan lemak dan kolesterol. Pada penelitian dilakukan konseling gizi untuk mengontrol faktor diet yang dapat mempengaruhi terhadap profil lipid dan kadar gula darah, materi yang disampaikan diet DM rendah Lemak dengan memperhatikan prinsip 3 j (jumlah,jam dan jenis makanan). Namun masih ada subjek penelitian belum paham dalam melaksanakan diet dan pemilihan bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Pada penelitian ini subjek yang status gizi gemuk yang melakukan senam tiga kali, cenderung terjadi peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol-ldl, dan penurunan kolesterol-hdl, karena disebabkan oleh meningkatnya pemecahan trigliserida dan proses lipolisis di jaringan lemak terutama di daerah visceral. Meningkatnya lipolisis berkaitan dengan meningkatnya aktifitas sisitem saraf simpatis, sehingga metabolism sel lemak visceral sangat aktif. Asam lemak bebas tinggi dalam plasma berperan terjadinya resistensi insulin di otot,hati dan pankreas. Meningkatnya asam lemak yang dibawa ke hati akan meningkatkan kadar trigliserida, menyebabkan berkembangnya small dense LDL dan menurunnya kolesterol-hdl (Sudoyo et al., 2006). Pada kegemukan respon sel beta pancreas terhadap peningkatan gula darah sering berkurang respon insulin pada target sel di seluruh tubuh termasuk otot berkurang jumlah dan keaktifannya (Ilyas, 2013) 2. Ada perbedaan antara frekuensi senam diabetes satu kali dalam seminggu dan tiga kali dalam seminggu terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes. 73

19 Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang tidak nyata antara frekuensi senam diabetes satu kali dalam seminggu dan tiga kali dalam seminggu terhadap perubahan kadar kolesterol total (p=0,745) pada pasien DM tipe 2. Penurunan kadar kolesterol total berkisar 0,14-15,86 mg/dl, terjadi pada kelompok status gizi normal yang melakukan senam diabetes satu kali dan tiga kali dalam seminggu, serta kelompok status gizi gemuk yang melakukan senam satu kali. Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan dilakukan Karinda,2013 terdapat perbedaan yang amat sangat bermakna profil lipid (kadar kolesterol total (p value = 0,000). Penelitian yang dilakukan Fatimah et.al, 201 bahwa senam aerobik tidak berpengaruh terhadap kadar kolesterol total. Sedangkan penelitian Damayanti, 2015 menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi senam dengan kadar kolesterol total ( p= 0,4). Berdasarkan Tabel 4.14, bahwa ada perbedaan yang tidak nyata antar kelompok pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes satu kali dan tiga kali terhadap penurunan kolesterol-ldl (p value=0,969>0,05), terjadi pada subjek penelitian. Penelitian ini sama dengan yang dilakukan Karinda, (2013) menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna profil lipid (kadar kolesterol total dan LDL) klien DM tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan intervensi senam sehat diabetes mellitus, LDL (p= 0,000). Pada penelitian ini perbedaan perubahan kadar kolesterol-ldl berkisar 6,57 14,57 mg/dl, perubahan tertinggi terjadi pada kelompok senam satu kali pada status gizi gemuk sehingga mengambarkan bahwa frekuensi senam satu kali dan tiga kali tidak terdapat perbedaan. Penelitian Sugeha et al.,(2013), bahwa ada perbedaan yang bermakna kadar HDL pada lansia yang melakukan senam. Berbeda dengan penelitian murbawani et al, (2006), bahwa profil lipid kelompok senam jantung tiga kali dalam seminggu tidak berbeda dengan satu kali dalam seminggu. Hasil penelitian Sari,( 2012), menunjukkan tidak ada pengaruh frekuensi olahraga terhadap kadar profil lipid sebelum dan setelah melakukan senam jantung pada wanita menopause. Hal ini menunjukkan bahwa, melakukan olahraga secara rutin dan teratur dapat bermanfaat terhadap proses regulasi kolesterol, yaitu menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida dalam darah, sedangkan kolesterol-hdl meningkat secara bermakna. 74

20 Perbedaan frekuensi senam satu kali dan tiga kali dalam seminggu yang tidak nyata terhadap perubahan profil lipid, disebabkan beberapa faktor, yaitu jenis kelamin, asupan lemak dan energi, IMT, gaya hidup, asupan kalsium, asupan serat dan kepatuhan olahraga pada pasien DM tipe 2, aktifitas lain setelah olahraga dan intensitas olahraga. Aktifitas lain setelah olahraga, rata-rata subjek penelitian adalah ibu rumah tangga dan pensiunan yang termasuk aktifitas ringan. Aktifitas setelah olahraga berbeda-beda dan tidak dilakukan monitoring. Selama kegiatan senam masih ada beberapa subjek yang tidak patuh dalam senam yaitu melakukan jeda untuk istirahat, hal disebabkan usia mereka cepat merasa capek. Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan rithmis gerakan menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti semua kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub diabetes. Senam diabetes dapat membantu memperbaiki profil lemak darah, menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan menaikkan High Density Lipoprotein (HDL) 45-46% serta memperbaiki sistem hemostatik dan tekanan darah (Santoso, 2006). Pada saat melakukan senam yang lama terjadi peningkatan asam lemak di dalam darah yang merupakan bahan baku pembentukan energy di dalam otot pada saat melakukan aktifitas. Pada penelitian ini secara deskripsi terjadi penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol-ldl, serta peningkatan kolesterol-hdl, menunjukkan bahwa senam dapat menurunkan profil lipid pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes, disebabkan kadar profil lipid darah dipengaruhi oleh beberapa aktivitas enzim, yaitu lipoprotein lipase (LPLa), lecithin cholesterolacyltransferase (LCATa), hepatic TG lipase (HTGa). Aktivitas enzim lipoprotein lipase pada jaringan lemak dan otot akan meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas seseorang. Meskipun mekanismenya belum jelas, namun olahraga mampu meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase. Oleh karena itu, jika intensitas yang dilakukan saat berolahraga kurang, maka aktivitas enzim lipoprotein lipase tidak akan meningkat, dan hal ini tentu tidak akan menurunkan kadar LDL (Guyton, 2007). Pada penelitian ini pengukuran denyut nadi sebelum, saat dan sesudah latihan dilakukan tetapi tidak perhatikan oleh peneliti, sehingga tidak dapat lebih tepat dalam menentukan intensitas latihan yang dilakukan. 75

21 3. Ada interaksi antara status gizi dan frekuensi senam diabetes jenis seri dua terhadap perubahan profil lipid pada pasien DM tipe 2 Tabel ringkasan analisis variansi dua faktor, terlihat bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor ada interaksi yang tidak nyata. Hasil penelitian ini didapat p value kadar kolesterol total, kolesterol-ldl dan kolesterol- HDL (p = 0,171, p = 0,552 dan p= 0,767) lebih besar 0,05, menunjukkan bahwa ada pengaruh interaksi yang tidak nyata antara status gizi normal dan status gizi gemuk yang melakukan senam satu kali dan tiga kali dalam seminggu terhadap penurunan kadar kolesterol total dan kadar koesterol-ldl serta peningkatan HDL pada pasien DM tipe 2. Hasil ini berarti pengungkapan kajian teori sampai hipotesis telah diungkapkan sesusai dengan prediksi peneliti. Dengan terjadinyapengaruh interaksi yang tidak nyata dalam penelitiann ini frekuensi senam dan status gizi terjadi persilangan di antara keduanya, ini disebabkan beberapa faktor penelitian, antara lain : kepatuhan selama melakukan senam, aktifitas lain setelah melakukan senam setiap subjek berbeda, kurang pengontrolan asupan makanan selama penelitian, pemahaman tentang pengetahuan gizi masih kurang walau telah diberi konseling gizi dan kemampuan penguasaan senam. Senam yang dilakukan menggunakan sistem aerobik meningkatkan kapasitas oksidatif otot rangka melalui peningkatan penggunaan asam lemak plasma dan peningkatan protein pembawa asam lemak. Senam meningkatkan volume mitokondria dan kerja lipoprotein lipase yang bertanggung jawab dalam katabolisme lemak selama aktivitas olahraga (Bruce, et al., 2004 cit., Rasidlamir et al., 2010). Senam dalam jangka waktu lama menyebabkan peningkatan oksidasi lemak dan penurunan trigliserida pada pasien DM tipe 2. Selain itu, peningkatan aktivitas lipoprotein lipase dapat meningkatan penyerapan trigliserida, ini merupakan salah satu penyebab perubahan positif yang terjadi pada profil lipid pasien DM tipe 2 setelah melakukan senam (RasidLamir et al., 2010). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh RashidLamir et al. (2012) pada 30 pasien wanita dengan DM tipe 2 yang berumur rata-rata 51 tahun yang menunjukkan bahwa latihan aerobik yang dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 1 76

22 bulan terbukti dapat meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL, trigliserida, kolesterol total dan BMI pada pasien DM tipe 2. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yang membuat hasil penelitian mempunyai kekurangan dan memerlukan penelitian yang lebih baik. 1. Waktu penelitian dilakukan selama 8 minggu, perlakuan dilakukan setelah hari raya idul fitri dan selesai seminggu setelah hari raya idul adha, sehingga mempengaruhi asupan makanan dan profil lipid subjek penelitian. 2. Konseling gizi pada pasien DM tipe 2 yang melakukan senam diabetes pemahaman dalam terapi diet dan pemilihan bahan makanan belum maksimal. Dimana pada hari raya idul adha masih mengkonsumsi makanan berlemak, seperti daging sapi,daging kambing dan olahannya (gulai, tongseng, sate dan jenis makana yang digoreng) sehingga mempengaruhi pemeriksaan profil lipid. 3. Denyut nadi sebelum,saat dan sesudah latihan tidak dilakukan sehingga tidak dapat dengan tepat menenntukkan intensitas latihan bagi pasien DM tipe Sarana dan prasarana yang terbatas,seperti biaya dan waktu penelitian. 77

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Poliklinik RSUP dr Hasan Sadikin Bandung, pemilihan dan penentuan lokasi berdasarkan atas pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data 91 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada Bab ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan hasil analisis data yang meliputi deskripsi data, hasil uji persyaratan, hasil analisis inferensial,

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan subyek pegawai swasta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES PENELITIAN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES Rifki Kapitan *, Musiana **, Mashaurani Yamin** Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia (WHO) Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung koroner merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak di pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit atau tersumbat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil dari peserta senam Kelompok Persatuan Diabetes Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diambil dari peserta senam Kelompok Persatuan Diabetes Indonesia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia telah terjadi perubahan pola penyakit akibat program kesehatan serta perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan pada masyarakat. Penyakit infeksi dan

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan dan obesitas menjadi masalah kesehatan yang serius di berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom kelainan metabolik dengan tanda terjadinya hiperglikemi yang disebabkan karena kelainan dari kerja insulin, sekresi

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik merupakan salah satu upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik merupakan salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang banyak dianut populasi di dunia dan membuat prevalensi DM terus meningkat secara global seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA Berdasarkan judul penelitian Hubungan Gaya Hidup Dan Tingkat Kebugaran jasmani Terhadap Risiko Sindrom Metabolik maka dapat dideskripsikan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain studi Penelitian ini merupakan penelitian yang memanfaatkan penelitian sebelumnya mengenai Pengaruh Asupan Asam Lemak Trans terhadap Profil Lipid Darah yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya perkembangan teknologi dan globalisasi budaya memberikan dampak bagi masyarakat, baik itu dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ tubuh secara bertahap menurun dari waktu ke waktu karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecenderungan negara di dunia dalam hal beban penyakit tidak menular (PTM) dan proporsi angka kematianptm juga terjadi di Indonesia yangditunjukkan dengan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25 57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 16 kali pertemuan setiap hari selasa, kamis, dan sabtu, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan menjadi salah satu hal penting dalam penentu kesehatan dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat masih rendah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita dimulai saat berkurang sampai berhenti fase menstruasi, ditandai dengan berhenti diproduksinya sel telur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini

I. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan disertai dengan peningkatan perekonomian mengubah gaya hidup masyarakat (terutama diperkotaan) dari traditional lifestyle menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak bisa bertugas dengan baik. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling ditakuti di dunia karena dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekrsi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan peningkatan kadar kolesterol plasma, trigliserida, dan Low Density Lipoprotein, atau ketiganya, atau kadar High Density Lipoprotein yang rendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member wanita BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Data-data yang diperlukan untuk analisis data dilakukan melalui test dan pengkuran terhadap 10 orang sampel penelitian, yakni para member

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Adonis Fitness pada tanggal 2-9 Agustus 2016 dan dilakukan di Sanggar Senam Adinda pada tanggal 16-30 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS Nadimin 1, Sri Dara Ayu 1, Sadariah 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelebihan berat badan saat ini merupakan masalah yang banyak terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur lebih dari 30 tahun

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani pengobatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar telah memasuki arus modernisasi. Hal ini menyebabkan pergeseran ataupun perubahan, terutama dalam gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM seluruh dunia sebanyak 171 juta penderita pada Tahun 2000, dan meningkat, menjadi 366 juta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya masalah kesehatan dipengaruhi oleh pola hidup, pola makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 81 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Ngampilan Yogyakarta. Kecamatan Ngampilan terdiri dari 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Ngampilan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah PERBEDAAN INTERVENSI SENAM DIABETES PADA DIET RENDAH GULA TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS USIA 35-70 TAHUN DI PUSKESMAS BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nurlika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol serum (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia

Lebih terperinci

AYU CANDRA RAHMAWATI J

AYU CANDRA RAHMAWATI J HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN RASIO ANTARA TOTAL KOLESTEROL DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus Diabetes adalah gangguan metabolisme kronis, ditandai dengan kadar gula darah tinggi, serta adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein akibat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi politik dan ekonomi mengakibatkan perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Dislipidemia Menurut Anwar (2004), dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipoprotein merupakan gabungan dari lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam keberhasilan sebuah penelitian, seorang peneliti harus bisa memecahkan suatu permasalahan dengan metode yang benar dan tepat serta sesuai dengan apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perhitungan pengukuran langsung dari 30 responden saat pre-test. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian a. Pre Test Data yang terkumpul merupakan datalingkar Lengan Atas, Lingkar Panggul dan Lingkar Pinggul yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh teh oolong terhadap kadar LDL dilakukan dengan menggunakan subjek penelitian sebanyak 30 orang dengan jenis kelamin laki-laki berumur 18 24 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kelainan sindrom metabolik dengan karakteristik dimana seseorang mengalami hiperglikemik kronis akibat kelainan sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Yogyakarta, Jln. Mlangi No.63 Nogotirto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci