Bab 5. Simpulan, Diskusi dan Saran

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI STRES DENGAN AGRESIVITAS PADA ANGGOTA KEPOLISIAN RESKRIM DI JAKARTA

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 3. Metode Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat yang dapat. mengenai pembegalan yang meresahkan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

BAB 3 METODE PENELITIAN

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP. Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK

PROSEDUR TETAP KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PROTAP/ 1 / X / 2010 TENTANG PENAGGULANGAN ANARKI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan. Berdasarkan laporan Statistik Kriminal 2014, jumlah kejadian kejahatan (total crime) di

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS ATLET BELADIRI KARATE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Rangkuman Penelitian Seluruh Subjek. dibuat table sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (COPING) DALAM PEMECAHAN KASUS PADA ANGGOTA RESERSE KRIMINAL DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR SEMARANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Penelitian ini menemukan hubungan antara tingkat stres kerja dengan salah

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan, sehingga menjadi orang yang terdidik. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Di negara kita ini pendidikan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

1. Bagaimana gambaran burnout pada anggota. 2. Mengapa terjadi burnout pada anggota polisi. 3. Bagaimana dampak burnout pada anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

Ringkasan. Putri, Risdiandari Sukirman Perbedaan Kematangan Emosi Ditinjau Dari Jenis

Transkripsi:

Bab 5 Simpulan, Diskusi dan Saran 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengolahan data tersebut ialah ada hubungan yang signifikan antara persepsi stres dengan tingkat agresivitas dengan nilai signifikasi 0,034 dan nilai korelasi r = -0,150. Hubungan yang signifikan tersebut namun memiliki nilai korelasi yang negatif yang berarti apabila persepsi stres tinggi maka tingkat agresifitas rendah, begitu juga sebaliknya apabila persepsi stres rendah maka agresi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa saat anggota kepolisian mempersepsikan adanya stres maka agresi yang dimiliki menurun, namun saat anggota kepolisian reskrim tidak mempersepsikan adanya stres maka agresi yang dimiliki tinggi. 5.2 Diskusi Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi stres dengan tingkat agresivitas pada anggota kepolisian reskrim di Jakarta. Menurut peneliti hubungan yang negatif tersebut terjadi karena ketika subjek mengalami stres, maka subjek akan melakukan upaya coping sebagai usaha untuk mengontrol, mengurangi atau belajar mengenai toleransi dengan ancaman yang menyebabkan stress (Feldman, 2005). Koping sendiri memiliki 3 bentuk, pertama adalah coping berdasarkan emosi yaitu usaha seseorang mengatur emosinya saat menghadapi stres dan mencari jalan untuk merubah persepsi mereka mengenai masalah tersebut (Feldman, 2005). Kemudian kedua adalah coping berdasarkan masalah yaitu memodifikasi sumber stres dengan cara merubah perilaku atau mengembangkan sebuah rencana untuk menghadapi stres (Feldman, 2005). Serta bentuk coping yang ketiga adalah religius, dimana menurut Rammohan, Rao & Subbakrishna (dalam Utami, 2012) melalui berdoa, ritual dan keyakinan agama dapat membantu seseorang dalam koping saat mengalami stres kehidupan. Hal ini terjadi karena melalui aktivitas tersebut akan muncul pengharapan dan kenyamanan. Dalam coping emosi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya ialah self-control yaitu usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan

(Wahyuni, 2013). Mengatur perasaan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dapat melakukan olahraga. Sebuah berita online menyatakan bahwa emosi negatif seperti stres atau sedih bisa diredakan dengan olahraga. Beberapa jenis olahraga tertentu bisa melepaskan hormon serotonin yang membuat merasa senang dan positif. Bahkan Mental Health Foundation, organisasi kesehatan non-profit di Inggris telah menunjukkan bukti bahwa olahraga baik untuk pengobatan depresi. Aktivitas fisik juga bisa menambah kepercayaan diri dan membuat berpikir positif (Hestianingsih, 2013). Olah raga ini diasumsikan digunakan oleh subyek untuk mengatasi stres yang dialami, karena dalam kesehariannya polisi tidak akan terlepas dari aktivitas fisik. Hal ini lah yang dapat mencegah berkembangnya stres menjadi agresivitas. Kemudian upaya mengatasi stres dapat dilakukan subjek dengan berfokus pada masalah. Berada dalam situasi stres karena sulit mendapatkan informasi yang diperlukan dari tersangka, maka subyek dapat mengatasinya stres yang dialami dengan mengubah perilakunya. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengubah pendekatan ke tersangka, jika tadinya mengancam dengan kekerasan maka diubah dengan pendekatan persuasif. Menggunakan kekerasan sebagai bagian dari prosedur penyelidikan dan penyelidikan, seperti yang tertuang dalam Undang nomor 8 tahun 1981 KUHP Pasal 5 ayat 1(a) dan pasal 7 ayat 1(a) yaitu penyelidikan adalah menerima laporan atau pengaduan seseorang tentang tindak pidana, mencari keterangan atau bukti menyuruh berhenti seseorang serta menanyakan tanda pengenal dan lain sebagainya. Sedangkan wewenang penyidik antara lain adalah melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan lain-lain. Sehingga hal ini merupakan hal yang wajar dan diasumsikan sering dilakukan oleh subjek, namun apa bila cara tersebut tidak efektif dan justru menimbulkan stres, maka akan diupayakan cara yang lain. Kondisi ini lah yang akhirnya membuat stres yang dialami subjek tidak berkembang ke arah agresivitas. Coping religius diasumsikan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, karena norma keagamaan sangat kental di Indonesia. Ketika subjek mempersepsikan adanya tekanan, maka upaya yang dilakukan adalah berdoa, bersembahyang atau melakukan ritual keagamaan yang lain. Saat ini lah subjek akan merasakan kedekatan dengan Tuhan, sehingga membuatnya menghindari perilaku yang secara sengaja menyakiti orang lain (agresivitas), seperti mencaci atau menghina orang lain atau perasaan marah yang ada didalam dirinya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh

Juniarly dan Hardjan (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi koping religius dan kesejahteraan subjektif, semakin rendah stres. Dengan kata lain stres dapat diprediksi berdasarkan koping religius dan kesejahteraan subjektif (Juniarly dan Hardjan, 2012). Hal inilah yang membuat subjek dalam penelitian ini tidak melakukan perilaku agresi meskipun ia sedang mempersepsikan adanya stres. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa PSS memiliki korelasi negatif di dalam dua dimensi agresi yaitu Verbal Aggression (VA) dan Anger (A), yang berarti semakin tinggi persepsi stres, maka semakin rendah agresivitas dan juga semakin rendah persepsi stres, maka semakin tinggi agresivitas. Hal ini dapat terjadi karena ketika subjek mempersepsikan adanya stres, maka subjek akan fokus ke dalam diri sendiri dan melakukan upaya reflektif (koping emosi atau koping masalah), sehingga menghindari interaksi dengan orang lain. Strategi coping yang berfokus emosi biasanya dilakukan bila individu menilai tidak ada yang dapat dilakukan terhadap situasi yang dihadapinya atau bila individu menilai situasinya memiliki tingkat ancaman yang tinggi. Maka strategi ini dapat disebut sebagai reaksi difensif (Primaldhi, 2008). Menurut Lazarus & Folkman (1984) Strategi Coping berfokus masalah merupakan tindakan yang ditampilkan oleh individu yang bertujuan untuk menimbulkan perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial terhadap hal yang menimbulkan stres tersebut. Individu melakukan coping jenis ini bila ia menilai bahwa situasinya mungkin dapat diubah atau situasi yang tingkat ancamannya sedang. Pada strategi coping jenis ini, individu mencoba memecahkan masalah yang sedang dihadapinya dengan melakukan perubahan trerhadap dirinya dan lingkungannya (dalam Primaldhi, 2008). Hal ini lah yang mungkin dapat menjadikan persepsi stres tinggi namun agresivitas rendah. Sebaliknya ketika subjek tidak sedang mempersepsikan adanya stres, maka akan banyak melakukan interaksi dengan orang lain. Hal ini dapat mendorong tingginya kemungkinan untuk melakukan verbal aggression dan menunjukkan anger. Verbal aggression sendiri banyak dilakukan dalam interaksi sehari-hari dalam bentuk humor. Karena dibungkus dengan humor, unsur verbal aggression tanpa disadari bahwa hal tersebut sebenarnya bertujuan untuk menyakiti orang lain. Hal itu membuat sulitnya mengenali verbal aggression disebabkan oleh tidak adanya bukti fisik dan biasanya terjadi dalam ruang lingkup teman dekat (Sasnida, 2012). Dalam interaksi tersebut terdapat juga kemungkinan subjek tersinggung dengan orang lain dan menunjukkan

kemarahan (Anger) kepada orang lain akibat penyataan-pernyataan yang kurang menyenangkan. Kemungkinan lain yang menyebabkan hubungan negatif yang signifikan antara persei stres dengan agresivitas ialah variabel lain yang lebih memiliki hubungan yang positif. Seperti hasil yang didapat oleh Nurmalia (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tipe kepribadian A memberikan hubungan yang positif sebesar 23,4% untuk agresivitas (Nurmalia, 2010). Selain itu, pengambilan data dilakukan peneliti dalam suasana bulan Ramadhan. Hal ini dapat menyebabkan tingkat agresivitas anggota kepolisian reskrim rendah, karena seperti yang diketahui bulan ramadhan ialah bulan dimana umat muslim berpuasa dan menahan hawa nafsu termasuk melakukan perilaku agresi. Meskipun dalam data kontrol penulis tidak meminta subjek menyebutkan agama, namun penduduk di Indonesia mayoritas adalah umat muslim, sehingga diasumsikan subjek dalam penelitian ini juga banyak yang tergolong sebagai Muslim. Menurut hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, tercatat sebanyak 207.176.162 penduduk Indonesia memeluk Agama Islam. Jika dihitung persentasenya jumlah 207.176.162 tersebut setara dengan 87,18% dari total penduduk Indonesia. Persentasesebesar itu juga merupakan rata-rata dari persentase penganut Islam di setiap propinsi(suryanto, 2013). Kemudian hasil penelitian ini menyatakan bahwa persepsi stres yang dimiliki anggota kepolisian reskrim masuk kedalam golongan tinggi. Hal ini disebabkan karena proses pengambilan data dilakukan pada masa Pemilu Presiden 2014. Subjek-subjek sendiri memiliki tugas menjaga keamanan saat pemilu berlangsung, dimana hal ini meningkatkan intensitas kesibukan subjek. Tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan tersebut dapat menyebabkan subjek mempersepsikan adanya tekanan yang tinggi. Dari hasil yang telah didapat dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara stress dengan dimensi Physical Aggression (PA) dan Hostility (H). Ketidakterkaitan antara stres dengan physical aggression dapat terjadi karena kekerasan fisik merupakan hal yang dibutuhkan subjek dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota kepolisian Reskrim. Sesuai dengan Protap Kapolri tentang Penanggulangan Anarki nomor 1 tahun 2009 nomor 2(f) yang menyebutkan menangani pelaku kejahatan anggota kepolisian memiliki prosedur yang sudah ditetapkan untuk bertindak apabila

pelaku kejahatan melakukan perlawanan fisik. Prosedur penanggulangannya seperti melumpuhkan dengan menggunakan tangan kosong lunak, tangan kosong keras, kendali tangan tumpul, senjata kimia contohnya gas air mata atau alat lain yangs sesuai standar Polri dan kendali dengan senjata api. Sebagai bagian dari tugas, meskipun subjek mempersepsikan ada atau tidaknya stres, maka kekerasan fisik tetap dapat terjadi. Ketidakterkaitan antara stres dengan hostility dapat terjadi karena saat melakukan penyelidikan anggota kepolisian reskrim memang seharusnya memiliki rasa ketidakpercayaan agar tidak mendapatkan bukti-bukti yang diragukan kebenarannya. Rasa ketidakpercayaan itu masuk kedalam dimensi Hostility. Seperti Physical Aggression, sebagai dari bagian pekerjaan maka hostility akan tetap ada meskipun subjek memperspesikan ada atau tidaknya stres. 5.3 Saran 5.3.1 Saran Teoritis Peneliti berasumsi bahwa konsep agresivitas pada anggota kepolisian berbeda dengan konsep agresivitas pada umumnya, perlu ada pertimbangan untuk penggunaan alat ukur yang sesuai untuk anggota kepolisian terutama anggota kepolisian reskrim, berdasarkan hasil diskusi yang teah dijelaskan sebelumnya. Kemudian dapat pula mengaitkan dengan lainnya seperti variabel tipe kepribadian yang memiliki hubungan positif dengan agresivitas, seperti hubungan persepsi stres dengan tipe kepribadian. Untuk penelitian yang akan dilakukan dimasa yang akan datang, akan lebih baik jika mempertimbangkan waktu dalam pengambilan data agar tidak memberikan dapak secara siginifikan terhadap hasil penelitian. Serta untuk hasil yang maksimal sebaiknya melakukan wawancara untuk menggali hasil yang lebih dalam pada subjek penelitian yang menalami persepsi tinggi dan agresivitas rendah untuk memahami fenomena yang sebenarnya terjadi. 5.3.2 Saran Praktis Saran praktis yang dapat peneliti berikan untuk anggota kepolisian ialah agar dapat lebih bisa mengontrol persepsi stres yang ada didiri masing-masing, agar dapat menjalani tugas dengan sebaik-baiknya. Cara mengontorol persepsi stres tersebut dapat

melakukan konseling dengan bagian psikologi yang ada dilingkungan kepolisian. Apabila didalam ruang lingkup kepolisian tidak ada program konseling, alangkah baiknya hal ini dapat menjadi perhatian para pimpinan yang menjabat untuk membuat program konseling agar para anggota kepolisian dapat menjalankan tugasnya dengan baik.