IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PROSES PEMBELAJARAN PADA GURU SD SE-GUGUS VII KECAMATAN SAWAN

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

IMPLEMENTASI TEKNIK UMPAN BALIK DALAM KEGIATAN KKG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU IPA MENYUSUN RPP

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN MIPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMP N 3 TALAMAU. Yasman 1) 1 SMP N 3 Talamau

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. { seriani, agung.marhaeni,

I Nyoman Denawan, Gd. Anggan Suhandana, Gede Rasben Dantes

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN METODE RESITASI PRA-PEMBELAJARAN. Djoko Santoso 1

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KELINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

Pendahuluan. Keywords: Mastery Learning, Student Activities, Result Of Learning

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

Samsuar SDN 001 Bintan Kecamatan Dumai Timur

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

PENGARUH SUPERVISI KLINIS TERHADAP KEMAMPUAN GURU MELAKSANAKAN PENGELOLAAN PROSES PEMBELAJARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM 2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LINDA ROSETA RISTIYANI K

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keywords: Class Action Research, Audio Visual Video Media, Learning Outcome

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : Self Regulated Learning (SRL), hasil belajar, respon siswa

3) Hasil pembelajaran yang menyangkut efektivitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran

PENERAPAN MODEL NHT DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn JURNAL. Oleh ASEP KURNIAWAN Rapani Asmaul Khair

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA ARTIKEL. Oleh : NI NENGAH TIRTA

DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 309

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 3, Nomor 3, Juli 2014 ISSN

BIMBINGAN KOLABORATIF KELOMPOK KERJA GURU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR

INTEGRASI GALERI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP UANG PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Keywords: Auditory Intellectually Repetition, manipulative media, Mathematics

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

ARTIKEL. Oleh : I MADE SEPTI ASTAWAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA MELALUI PUZZLES PICTURE GAME PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

ARTIKEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING SEPAKBOLA. Oleh Made Arya Sudita NIM

METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR KELAS IV

PENGGUNAAN METODE COMPLETE SENTENCE

Uni Harnika 1), Chumdari 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Selamet Riyadi 449 Surakarta 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PENGGUNAAN MEDIA UANG DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KALISABUK 2

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

ISSN Oleh. (I Dewa Made Warnita) Guru Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Selemadeg

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

HARLINA .

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Gede Nova Kertiana Putra 1, I Gede Sudirtha 2, I Made Gede Sunarya 3

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

278 Penerapan Metode Sosiodrama...

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS DI SEKOLAH DASAR ISLAM

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

Kata kunci: Model, Pembelajaran Tematik, Pengalaman

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SOKAWERA TAHUN AJARAN 2014/2015

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI ON THE JOB TRAINING DI SMP NEGERI 2 RANAH BATAHAN

PENGGUNAAN MEDIA DIORAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI)

Economic Education Analysis Journal

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN 07 TUIK BATANG KAPAS

Kun Andrasto Kepala SMA Negeri 2 Mataram.

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 2, Nomor 3, Mei 2013

ARTIKEL SKRIPSI OLEH PUTU AMIK WIANTARI NIM

Keywords: Creative Problem Solving, process skill, Natural Science

Rusmiaty Sitepu Guru SMP Negeri 8 Kota Tebing Tinggi Surel :

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SDN BLABAK 1 KANDAT KEDIRI

PENGAJARAN REMEDIAL KERJA KELOMPOK DALAM PENGUASAAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

Transkripsi:

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PROSES PEMBELAJARAN PADA GURU SD SE-GUGUS VII KECAMATAN SAWAN Luh Amani,Nyoman Dantes,Wayan Lasmawan Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia User ID/ email: luh.amani@pasca.undiksha.ac.id, dantes_nyoman@yahoo.com,lasmawan@pasca.undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian Tindakan Sekolah yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam merencanakan, melaksanakan proses, dan kelengkapan administrasi, serta mengetahui kendala yang dihadapi guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui supervisi klinis. Penelitian dilaksanakan dua siklus dengan subjek sebanyak 21 guru. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi untuk data kemampuan guru merencanakan proses dan melaksanakan proses. Data tersebut selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi supervisi klinis mampu meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses. Kata Kunci : Supervisi klinis, kemampuan guru mengelola proses. ABSTRACT The School Action Research which was done aimed at finding out the ability of the social subject teachers of elementary school in gugus VII Sawan sub-district in the academic year of 2012/2013 in planning, implementing the learning process, and administration completion, and also finding out the obstacles which were faced by social subject teachers though clinical supervision. This research was conducted in two cycles, in which, the subjects were 21 social subject teachers. The data collection was done by using observation method in order to find out the teachers ability in planning the learning process and implementing the learning process. Furthermore, the data was analyzed by using statistics descriptive method. The result of the research showed that the implementation of clinical supervision can improve the the teachers ability in managing the learning process. Keywords: Clinical supervision, the teachers ability in managing the learning process. PENDAHULUAN Pembelajaran seharusnya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif dalam suasana yang menyenangkan, menggairahkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk semua itu maka diperlukan adanya standar proses.

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 standar proses meliputi perencanaan proses, pelaksanaan proses, penilaian hasil, dan pengawasan proses untuk bisa terlaksananya proses yang efektif dan efisien. Tugas pokok guru adalah menyusun perencanaan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar siswa. Agar mutu pendidikan dapat dicapai secara optimal, maka pelaksanaan tugas pokok guru tersebut harus mendapat pengawasan baik dari pengawas sekolah maupun kepala sekolah. Pengawasan proses adalah salah satu bentuk penjaminan mutu yang dilakukan secara internal (sekolah) untuk memberikan layanan bagi terjadinya proses yang efektif dan efisien. Sebagai bentuk pengawasan eksternal oleh pengawas/penilik, supervisi akademik juga dapat difungsikan sebagai pengawasan internal, dan dalam kaitan dengan itu, pengawasan proses menjadi tanggungjawab Kepala Sekolah selaku supervisor, guru bersangkutan sebagai proses evaluasi dan refleksi diri, serta oleh sejawat (guru) sebagai bentuk kepedulian terhadap mutu bidang sejenis/serumpun. Pengawasan proses dilakukan pada aspek perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses, yang dilaksanakan pada awal, tengah, dan akhir semester. Permasalahan umum yang saat ini masih menimpa dunia pendidikan kita juga terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan yang dialami SD se gugus VII Kecamatan Sawan, yaitu di samping keterbatasan tenaga guru yang dimiliki tidak sesuai dengan jumlah guru yang diperlukan juga tingkat kemampuan guru dalam mengajar masih sangat rendah. Maka untuk mengatasi dan mengantisipasi rendahnya mutu pendidikan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan pada tingkat instruksional harus dimulai dari peningkatan kualitas layanan yang secara operasional dilaksanakan oleh guru. Hal ini berlandaskan pada pemikiran bahwa guru memegang peranan yang sangat vital dan strategis dalam upaya pengembangan dan pembaharuan pendidikan. Guru merupakan kunci utama proses pendidikan. Apapun kurikulum dan sarana yang dimiliki sekolah, pada akhirnya gurulah yang menggunakan dalam proses pendidikan. Untuk itu guru dituntut agar mampu memfasilitasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, memberikan motivasi kepada siswa, menyediakan iklim belajar yang kondusif, melakukan inovasiinovasi dalam, dan mampu mentransfer ilmu pengetahuan serta nilainilai kepada siswa. Oleh sebab itu keberhasilan program layanan pendidikan pada tingkat instruksional sangat tergantung pada kemampuan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk, karena segala bentuk kebijakan program pada akhirnya ditentukan oleh kinerja pihak yang berada pada garis terdepan yaitu guru. Untuk itu guru harus dikelola dengan baik sehingga mampu dan siap bekerja secara optimal. Untuk mewujudkan peningkatan kualitas profesi guru di bidang studi mata pelajaran IPS tidak akan terlepas adanya pembinaan dari pengawas sekolah, karena bertugas melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial di sekolah yang ditunjuk melalui kegiatan pemantauan, penilaian, pembinaan, serta pelaporan dan tindak lanjut. Tanggung jawab pengawas sekolah adalah meningkatkan mutu agar dapat mempertinggi mutu hasil belajar siswa serta meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kenyataan menunjukkan bahwa saat ini prestasi peserta didik atau nilai ulangan semester I dan II tahun pelajaran 2011/2012 di SD Se-Gugus VII masih jauh dari harapan. Sebagai indikator adalah hasil analisis tes peserta didik dengan

ketuntasan belajar kurang 75%. Demikian juga pencapaian nilai ujian akhir sekolah bidang studi IPS masih jauh dari KKM yang ditentukan. Dari hasil pengamatan langsung observasi awal, salah satu penyebabnya guru yang mengajar di sekolah tersebut belum mengetahui strategi dan teknik mengajar atau cara penerapan proses belajar-mengajar secara benar dan efektif, karena mayoritas guru-guru yang mengajar dalam penerapan metode/model kurang bervariasi dan menganggap kemampuan siswa sama dengan guru. Ternyata dalam melaksanakan banyak guru yang mengalami kesulitan, sehingga hasil belajar siswa kurang optimal. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat (Lasmawan, 2010:3). Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Kekurangmampuan guru dalam melaksanakan pada proses merupakan akibat dari terbatasnya guru dalam sistem memilih strategi dan kurangnya wawasan guru tentang pendekatan, strategi, metode, teknik mengajar, mengajar dalam pengetian mengatur lingkungan untuk membelajarkan peserta didik. Sesungguhnya semua guru mempunyai daya kesanggupan yang lebih besar daripada yang mereka pergunakan jika benar-benar diberi kesempatan, bimbingan, dan jalan untuk mengembangkan kesanggupankesanggupannya. Peranannya dalam kelas maupun dalam proses administrasi pendidikan tidak kurang pentingnya. Karena itu guru perlu diberikan bantuan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan dalam proses, sehingga dapat lebih meningkatkan keterampilan mengajar dan sikap profesionalisme. Fenomena tersebut menunjukkan adanya masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses yang segera dapat diatasinya. Ada beberapa aspek yang harus untuk diperhatikan dalam memilih dan menggunakan strategi membelajarkan pada peserta didik antara lain : (a) kompetensi atau indikator hasil belajar yang harus dikuasai peserta didik, (b) karakteristik bahan ajar, (c) kelas size dalam arti jumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar, (d) media dan alat bantu yang tersedia, (e) suasana dan iklim, serta (f) interaksi guru dengan peserta didik. Oleh karena itu diperlukan tindakan kegiatan Supervisi Klinis yang dilaksanakan oleh seorang pengawas sekolah yang menangani dan mempertimbangkan masalah yang dihadapi guru serta faktor-faktor yang menjadi penyebabnya melalui supervisi klinis. Supervisi klinis yang juga disebut supervisi kelas adalah suatu bentuk bimbingan atau bantuan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhan guru melalui siklus yang sistematis untuk meningkatkan proses belajar mengajar (La Sulo, Effendi, Godjali). Selanjutnya Suaidinmath (2010) juga menggungkapkan bahwa secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata. Supervisi klinis adalah supervisi yang memiliki ciri-ciri esensial sebagai berikut: (1) Bimbingan dari supervisor kepada guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi, sehingga prakarsa dan tanggung jawab pengembangan diri berada di tangan guru; (2) Hubungan interaksi dalam proses supervisi bersifat kolegial, sehingga intim

dan terbuka; (3) Meskipun unjuk kerja mengajar guru di kelas bersifat luas dan terintegrasi, tetapi sasaran supervisi terbatas pada apa yang dikontrakkan; (4) Sasaran supervisi diajukan oleh guru, dikaji dan disepakati bersama dalam kontrak; (5) Proses supervisi klinis melalui tiga tahapan: pertemuan pendahuluan, observasi kelas, dan pertemuan balikan; (6) Instrumen observasi ditentukan bersama oleh guru dan supervisor; (7) Balikan yang objektif dan spesifik diberikan dengan segera; (8) Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama; (9) Proses supervisi bersiklus. Prosedur yang harus ditempuh dalam melaksanakan supervisi klinis menurut Sahertian (2000:38) terdiri dari (a) pertemuan pendahuluan (b) observasi guru mengajar (c) pertemuan balikan, serta (d) tindak lanjut. Kemampuan mengelola kelas adalah kemampuan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan kemampuan guru untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal apabila terdapat gangguan dalam proses, baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara, maupun yang bersifat gangguan yang berkelanjutan. Tugas guru meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian, Ketiga hal itu merupakan rangkaian yang utuh dalam proses. Perencanaan adalah menyusun rencana tentang materi, bagaimana melaksanakan, dan bagaimana melaksanakan penilaian. Oleh karena itu esensi perencanaan adalah kesiapan yang diperlukan untuk berlangsungnya proses. Proses adalah interaksi antara pendidik dan pesreta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan peserta didik. Inti dari proses adalah efektivitasnya. Pembelajaran dikatakan efektif jika mencapai hasil yang diinginkan, sedangkan evaluasi adalah suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar siswa. Lasmawan (2010:126) mengemukakan pola IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pemahaman, nilai-moral, dan keterampilan-keterampilan sosial pada siswa. Guru mengupayakan menanamkan sikap, perilaku, nilai, dan moral kepada siswa, untuk bekal mereka hidup dalam masyarakat, dan bekal pengetahuan mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Melalui supervisi klinis yang yang berbentuk siklus dan bersifat kelegalitas, diharapkan kemampuan guru-guru dalam melaksanakan proses dapat meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang dipaparkan, maka permasalahannya adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Se- Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam merencanakan setelah mengikuti supervisi klinis? 2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Se- Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam melaksanakan proses setelah mengikuti supervisi klinis? 3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Se- Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam melengkapi administrasi setelah mengikuti supervisi klinis? 4. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam mengelola proses dengan menggunakan supervisi klinis? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII

Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam merencanakan proses setelah diadakan supervisi klinis. 2. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam melaksanakan proses setelah diadakan supervisi klinis. 3. Peningkatan kemampuan guru mata pelajaran IPS SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam melengkapi administrasi setelah diadakan supervisi klinis. 4. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Se-Gugus VII Kecamatan Sawan tahun pelajaran 2012/2013 dalam mengelola proses dengan menggunakan supervisi klinis. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang akan dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, tiap siklus ada 4 tahap yaitu 1) perencanaan tindakan, 2) implementasi tindakan, 3) observasi dan interpresentasi tindakan, dilanjutkan dengan analisis dan evaluasi, dan 4) refleksi. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan pertama digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan proses. Hal ini dilakukan dengan cara menilai pelaksanaan yang dilakukan oleh guru Adapun langkahlangkah yang akan ditempuh dalam siklus pertama adalah sebagai berikut. a. Peneliti menilai guru yang sedang melaksanakan proses dengan menggunakan Instrumen Penelitian Keterampilan Guru (APKG I). b. Guru menerima hasil penilaian dari peneliti, kemudian guru mendiskusikan bagian-bagaian pelaksanaan proses yang masih dianggap kurang. c. Mengadakan tindakan balikan d. Mengadakan tindak lanjut 2. Pelaksanaan Tindakan (Implementasi) Pelaksanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Peneliti menilai guru yang sedang melaksanakan proses dengan menggunakan Instrumen Penelitian Keterampilan Guru (APKG I). b. Guru menerima hasil penilaian dari peneliti, kemudian guru mendiskusikan bagian-bagaian pelaksanaan proses yang masih dianggap kurang. c. Mengadakan tindakan balikan d. Mengadakan tindak lanjut 3. Pengamatan / Observasi (Monitor Impelemtasi, dan Efek) Pengamatan dilaksanakan oleh peneliti, pengamatan diarahkan kepada : A. Memeriksa administrasi guru yang meliputi: 1) Program tahunan, 2) Program semester, 3) Silabus, 4) RPP, 5) Jurnal Harian, 6) Daftar Persensi Siswa, 7) Daftar Nilai, 8) Program Perbaikan dan pengayaan. B. Pelaksanaan proses yang meliputi: 1) Penguasaan materi, 2) Pendekatan atau strategi, 3) Pemanfaatan sumber atau media, 4) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa, 5) Penilaian proses dan hasil belajar, 6) Penggunaan bahasa. 4. Evaluasi dan Refleksi (Penjelasan Implementasi dan Revisi) Pada kegiatan tindakan balikan, peneliti mengikutsertakan semua guru kelas, dengan maksud sebagai pembinaan khusus penyusunan RPP. Guru yang dijadikan subyek penelitian dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya, yaitu membandingkan antara proses yang

dilaksanakan sebelum dilibatkan dalam penelitian tindakan sekolah dengan yang dilaksanakant setelah dilibatkan pada penelitian tindakan sekolah. Siklus II Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dengan penyempurnaan proses sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Subjek penelitian ini adalah para guru mata pelajaran IPS kelas IV, V, dan VI se-gugus VII Kecamatan Sawan dengan jumlah 21 orang. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Metode observasi digunakan untuk mencari data mengenai kemampuan guru mengelola proses. Metode observasi ini dilengkapi dengan instrumen yang berupa format observasi. Yang akan diobservasi dalam kegiatan supervisi klinis ini adalah kemampuan guru mengelola proses yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahuan 2007. Metode wawancara digunakan utnuk mengumpulkan data tentang kendalakendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan IPS. Metode wawancara dilengkapi dengan pedoman wawancara. Instrumen yang dibuat kemudian dikonsultasikan dengan ahli. Validasi yang dilakukan adalah validasi isi atau uji pakar. Mekanisme perhitungan tersebut adalah sebagai berikut: a) para pakar yang dipercaya menilai instrument per-butir, dengan menggunakan skala, b) dilakukan pengelompokan skala, c) hasil penilaian para pakar ditabulasi dalam bentuk matriks, d) dibuat tabulasi silang, e) dilakukan perhitungan validitas isi. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Data kemampuan guru mengelola proses dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti angka rata-rata (Mean) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:8). Tingkatan kemampuan guru mengelola proses dapat ditentukan dengan membandingkan M(%) atau ratarata persen ke dalam PAP skala lima. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dapat dicapai pada sebuah tindakan, maka perlu ditentukan kriteria keberhasilan yang dapat diamati dari indikator-indikator ketercapaian. Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat diukur dari ketercapaian peningkatan kemampuan guru dalam mengelola proses. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila kemampuan guru dalam mengelola proses berada pada kategori sangat baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan skenario yang telah ditentukan. Pada siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Pelaksanaan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru mengelola proses dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Pebruari. Secara rinci pertemuan I sampai pertemuan ke IV dituangkan dalam tabel berikut. Tabel 01 Pelaksanaan Tindakan Pertemuan I hingga Pertemuan IV No. Hari/Tanggal Pertemuan Materi 1 Sabtu, 5-1-2013 Menyusun RPP 2 Sabtu, 19-1-2013 Melaksanakan Proses Pembelajaran 3 Sabtu, 26-1-2013 Kelengkapan Administrasi 4 Sabtu, 2-2-2013 Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru mata pelajaran IPS dalam mengelola proses

Pelaksanaan observasi dan pemantauan dilakukan oleh peneliti dengan mengikuti prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan. Selama proses observasi berlangsung dilakukan pengamatan oleh peneliti dibantu oleh kepala sekolah. Hasil analisis data dilihat dari aspek merencanakan proses, melaksanakan proses, dan kelengkapan administrasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 02 Data Penelitian pada Siklus I merencanakan proses 78,28% melaksanakan proses 75,83% Kelengkapan administrasi guru 78,70% Dari Tabel 02 terlihat rata-rata kemampuan guru mengelola proses berada pada kategori baik. Untuk itu tindakan perlu dilanjutkan untuk mencapai kategori sangat baik. Maka dilanjutkan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Pada siklus II dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yang dilakukan pada bulan Pebruari sampai dengan Maret. Secara rinci pertemuan I sampai pertemuan ke IV dituangkan dalam tabel berikut. Tabel 03 Pelaksanaan Tindakan Pertemuan I hingga Pertemuan IV No. Hari/Tanggal Pertemuan Materi 1 Sabtu, 16-2-2013 Menyusun RPP 2 Sabtu, 26-2-2013 Melaksanakan Proses Pembelajaran 3 Sabtu, 2-3-2013 Kelengkapan Administrasi Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru mata 4 Sabtu, 9-3-2013 pelajaran IPS dalam mengelola proses Hasil analisis data dilihat dari aspek merencanakan proses, melaksanakan proses, dan kelengkapan administrasi dapat dilihat pada tabel berikut. merencanakan proses 92,19% Tabel 04 Data Penelitian pada Siklus II melaksanakan proses 97,38% Kelengkapan administrasi guru 95,32%

Dari Tabel 04 terlihat rata-rata kemampuan guru mengelola proses berada pada kategori sangat baik. Dengan demikian penelitian ini dihentikan dan dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil analisis dari siklus I ke siklus II terlihat dari adanya peningkatan rata-rata dan kriteria kemampuan guru mengelola proses baik dalam merencanakan proses, melaksanakan proses, maupun kelengkapan administrasi. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. No Siklus merencanakan proses 1 I 78,28% 2 II 92,19% Pada siklus I kemampuan guru dalam merencanakan proses berada pada kategori baik, dan berpengaruh pada kemampuan guru melaksanakan proses. Hal ini disebabkan karena selama ini guru tidak menyusun sendiri RPP yang digunakan pedoman dalam. RPP yang digunakan disusun bersama-sama baik di tingkat gugus maupun kecamatan. Sehingga RPP yang disusun belum tentu sesuai dengan karakteristik siswa di sekolah masing-masing. Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengelola proses adalah adalah sebagai berikut. (1) Kesulitan dalam pemilihan metode. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyajikan, padahal banyak jenis metode yang dapat dipilih agar siswa dapat memahami materi dengan lebih optimal. (2) Kesulitan dalam pemilihan media. Guru merasa kesulitan Tabel 05 Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I dan II melaksanakan proses 75,83% 97,38% Kelengkapan administrasi guru 78,70% 95,32% dalam pemilihan media, terutama tentang materi sejarah. Kendala-kendala tersebut di atas dengan cara sebagai berikut. (1) Membimbing guru bagaimana cara memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran. (2) Menggunakan media sederhana yang mudah diperoleh. Mislanya gambargambar yang bisa dibeli di toko atau mencari di internet. Kendala yang dihadapi peneliti pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut. (1) Guru belum mampu menyusun indikator yang menggunakan kata kerja operasional, disebabkan karena guru belum mengerti tentang pembagian kata kerja operasional menurut tingkatannya, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. (2) Sistematika materi yang disusun guru belum mengacu pada tujuan yang ditetapkan.

(3) Guru belum mampu memilih metode yang sesuai dengan materi, atau metode yang digunakan masih monoton/tidak inovatif. (4) Guru belum mampu memilih media yang tepat dengan karakteristik materi maupun peserta didik. (5) Soal yang disusun guru belum sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah sebagai berikut. (1) Memberikan penjelasan lebih mendalam tentang kata kerja operasional yang bisa digunakan dalam menyusun indikator maupun tujuan. (2) Memberikan penjelasan kepada guru tentang sistematika penyusunan materi yang harus mengacu kepada tujuan yang ditetapkan. (3) Memberikan penjelasan kepada guru tentang cara pemilihan metode yang sesuai dengan materi, dan memberikan tambahan pengetahuan tentang metode atau model inovatif yang dapat diterapkan. (4) Memberikan penjelasan kepada guru tentang cara pemilihan media yang tepat dengan karakteristik materi maupun peserta didik, dan memberikan motivasi untuk membuat media sendiri yang menarik, dan pemanfaatan lingkungan sebagai media dan sumber belajar. (5) Memberikan penjelasan kepada guru tentang cara pemilihan cara penyusunan soal yang benar. Setelah diberikan tindakan supervisi klinis yang lebih optimal lagi pada siklus II terlihat adanya peningkatan baik menyusun RPP, melaksanakan proses, maupun kelengkapan administrasi. Pada siklus II, guru diberikan penjelasan mengenai bagaimana menyusun RPP sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007, bagaimana melaksanakan proses yang baik, dan kelengkapan administrasi secara lebih mendalam. Setelah guru diberikan bimbingan secara lebih intensif melalui supervisi klinis, akhirnya guru mampu merencanakan proses yaitu menyusun RPP yang beririentasi pada Permendiknas No. 41 Tahun 2007, melaksanakan proses, dan melengkapi administrasi. Guru diberikan bimbingan berdasarkan kebutuhan guru tersebut. Hal ini sesuai dengan pengertian supervisi klinis yaitu suatu bentuk bimbingan atau bantuan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhan guru melalui siklus yang sistematis untuk meningkatkan proses belajar mengajar (La Sulo, Effendi, Godjali, 1994). Selama ini supervisi yang dilakukan pengawas lebih banyak berupa instruksi yang harus diikuti guru, tanpa ada interaksi atau diskusi. Melalui supervisi klinis yang dilakukan, guru merasa nyaman dalam memaparkan kesulitan-kesulitan yang dialami. Terjadi interaksi yang kondusif antara guru dengan peneliti, sehingga bimbingan dapat berjalan dengan lancar dan berhasil meningkatkan kemampuan guru. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS SD Gugus VII Kecamatan Sawan dalam merencanakan proses yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007. Hal ini terlihat dari tingkat kemampuan guru pada siklus I sebesar 78,28% yang tergolong baik, meningkat pada siklus II menjadi 92,19% yang tergolong sangat baik. Sepervisi klinis yang diterapkan mampu mengatasi kesulitan dan hambatan guru dalam merencanakan proses, karena sifatnya yang kolegial. Tidak ada lagi instruksi yang bersifat menekan, tetapi diskusi atau interaksi yang kondusif. 2. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS

SD Gugus VII Kecamatan Sawan dalam melaksanakan proses. Hal ini terlihat dari tingkat kemampuan guru melaksanakan proses pada siklus I sebesar 75,83% yang tergolong baik, meningkat pada siklus II menjadi 97,38% yang tergolong sangat baik. Melalui supervisi klinis yang bersifat kolegial, guru dengan leluasa mengemukakan kesulitannya dalam melaksanakan proses, sehingga peneliti bisa memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan akhirnya kemampuan guru lebih meningkat. 3. Penerapan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPS SD Gugus VII Kecamatan Sawan dalam melengkapi administrasi. Hal ini terlihat dari tingkat kelengkapan administrasi pada siklus I sebesar 78,70% yang tergolong baik, meningkat pada siklus II menjadi 95,32% yang tergolong sangat baik. 4. Penerapan supervisi klinis dapat mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru dalam mengelola IPS. Hal ini terlihat dari tingkat persentase pada siklus I sebesar 70,76% yang tergolong cukup, meningkat pada siklus II menjadi 94,67% yang tergolong sangat baik. Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Bagi peserta didik, diharapkan mengadakan refleksi diri mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan untuk selanjutnya diadakan perbaikan-perbaikan dan peningkatan-peningkatan dalam rangka mencapai prestasi belajar yang memuaskan. 2. Bagi guru, hendaknya mampu meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam persiapan melakukan layanan belajar. 3. Bagi kepala sekolah, hendaknya mampu mengembangkan berbagai kebijakan sekolah dalam rangka pengembangan manajemen berbasis sekolah dan sekaligus sebagai media strategis dalam menjalin kemitraan yang mutualis antara sekolah dengan pihak lain, dalam upaya melakukan berbagai inovasi dan perbaikanperbaikan kualitas guru, serta peningkatan profesionalisme staf (guru) di sekolahnya. 4. Bagi Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten, hendaknya mampu mengambil kebijakan pendidikan, khususnya berkait dengan pemberdayaan guru, serta turut memberi kontribusi dalam rangka peningkatan kualitas profesionalisme guru-guru pemegang mata pelajaran, sehingga mereka nantinya dapat menjadi tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional di bidangnya. 5. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang efektivitas model ini, terhadap kemampuan dan keterampilan guru, melalui penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih reliabel dan valid pada mata pelajaran lainnya. DAFTAR PUSTAKA La Sulo S.L, Effendi A.R, Godjali D. 1994. Supervisi Klinis. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Lasmawan, Wayan. 2010. Menelisik Pendidikan IPS. Singaraja :Mediakom Indonesia Press. Nasution, S. 2008. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Suaidinmath. 2010. SUPERVISI KLINIS:Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaannya. Tersedia pada http://www.suaidinmath.wordpress.co m. Diunduh pada tanggal 8 Oktober 2012. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara