1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA

STATUS, MASALAH, DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

EVALUASI BUDIDAYA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DENGAN MENINGKATKAN KEPADATAN TEBAR DI TAMBAK INTENSIF

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

VALIDASI LUAS LAHAN DAN PROFIL TAMBAK DI KABUPATEN BERAU

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

PRODUKTIVITAS UDANG PUTIH PADA TAMBAK INTENSIF DI TULANG BAWANG LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk

POTENSI DAN PROSPEK SERTA PERMASALAHAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau bagi Penyuluh Perikanan Barru, Maret 2017

PENGARUH PERGILIRAN PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PORTOFOLIO PEMBESARAN UDANG VANAME UNIT 16 ROI

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI UDANG WINDU DAN UDANG VANNAMEI SECARA INTENSIVE DI DESA BEURAWANG KECAMATAN JEUMPA KABUPATEN BIREUEN

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKAN DI TAMBAK INTENSIF

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI KEBERADAAN TEKNOLOGI TAMBAK INTENSIF DI KECAMATAN GANTARANG KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN: STUDI KASUS PT.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. SAY GROW INDONESIA

PT. SAY GROW INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAMEI POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN KEPADATAN BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TEKNOLOGI INTENSIF MENGGUNAKAN BENIH TOKOLAN

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TAMBAK PLASTIK MULSA UNTUK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang

TINGKAT KERJA OSMOTIK UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei PADA BUDIDAYA SISTEM INTENSIF DENGAN APLIKASI BIOFLOK DAN PERGILIRAN PAKAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

II. BAHAN DAN METODE

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI PADA KEGIATAN BUDIDAYA UDANG VANAME

VII. IMPLEMENTASI MODEL

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Transkripsi:

1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) KAJIAN ASPEK BIOLOGI DAN SOSIAL PADA BUDIDAYA UDANG VANAME SEMI-INTENSIF (STUDI KASUS BUDIDAYA UDANG VANAME DI DESA PUNAGA KECAMATAN MANGARABOMBANG, TAKAL AR, SUL AWESI SEL ATAN) ABSTRAK Nur Ansari Rangka dan Abdul Mansyur Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: ansarirangka@yahoo.co.id Dalam budidaya udang vaname semi-intensif dan intensif ada hubungan erat dengan aspek biologi dan sosial, karena pola usaha budidaya tradisional memerlukan biaya operasional dan investasi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pola usaha budidaya baru (intensif). Ditinjau dari rasio keuntungan terhadap biaya operasional, maka pola usaha budidaya tradisional lebih menguntungkan untuk petani kecil, sedang pola usaha budidaya baru (intensif) lebih memadai untuk usaha komersial dan industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan aspek biologi dan sosial pada budidaya tambak udang vaname semi-intensif terhadap adopsi budidaya baru bagi petani kecil. Aspek biologi berhubungan dengan jenis udang, kepadatan, kualitas benih, frekuensi pemberian pakan sedang aspek sosial seperti adaptasi introduksi jenis udang baru (vaname) menggantikan jenis komoditas lokal, keterampilan tenaga kerja, penyediaan modal dan yang paling penting memberikan perubahan tingkat hidup atau kesejahteraan masyarakat. Metode penelitian partisipasi melalui teknik wawancara bebas kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan usaha tambak udang. Hasil penelitian menunjukkan Teknologi budidaya udang pola semiintensif sampai intensif tergolong usaha padat modal, oleh karena itu, langkah efisiensi selama periode kegiatan pemeliharaan mutlak perlu diperhatikan, terutama aspek sosial antara lain Norma sosial yang ada tidak dapat diatasi dengan pertimbangan ekonomis usaha, b). Kalau tindakan non ekonomis berlangsung terus sementara dalam usaha itu lebih mementingkan prestise sosial maka dapat menyebabkan tujuan usaha tidak menjurus ke nilai produksi yang optimal. Tindakan tegas tapi manusiawi dapat meminimumkan peluang terjadinya suasana yang dapat menghambat kelancaran usaha. Usaha budidaya semi-intensif dan intensif tidak dapat dipandang sebagai suatu usaha rumah tangga. Keterampilan dan tindakan-tindakan yang rasional harus diutamakan. Sumberdaya yang ada di desa yang berpotensi membuka lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan masyarakat perlu dikembangkan agar tidak terjadi kecemburuan sosial. KATA KUNCI: aspek biologi, sosial, udang vaname semi-intensif, Desa Punaga, Takalar PENDAHULUAN Penelitian aspek bio-ekonomik termasuk aspek sosial dalam usaha budidaya harus ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi produksi dan keuntungan dalam usaha budidaya. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies introduksi yang dibudidayakan di Indonesia yang berasal dari perairan Amerika Tengah. Negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama membudidayakan udang tersebut dengan nama Pacific white shrimp. Ada beberapa keunggulan udang putih antara lain ketersediaan benur yang berkualitas, kepadatan tebar tinggi, tingkat sintasan tinggi, tahan penyakit, dan konversi pakan rendah. Pada saat ini telah banyak pengusaha tambak mengembangkan budidaya udang tersebut pada kepadatan yang tinggi hingga hasil panen mencapai 10-20 ton/ha (Akiyama, 2005). Sejak diperkenalkannya, udang vaname, L. vannamei di Sulawesi Selatan baru beberapa kabupaten saja yang mengusahakan budidaya udang vaname sebagai salah satu komoditas alternatif di tambak, seperti di Kabupaten Pinrang, Barru, Takalar, Bulukumba, Bantaeng, dan Selayar dengan menunjukkan peningkatan produksi yang signifikan. Namun demikian, peningkatan produksi ini belum sepenuhnya

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 1292 mencerminkan perbaikan usaha pertambakan udang, karena peningkatan produksi tersebut umumnya masih berasal dari udang vaname yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bermodal besar. Di Kabupaten Takalar terdapat tambak intensif yang dikelola swasta seperti di Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Mangarabombang. Di Kecamatan Mangarabombang terdapat dua lokasi tambak intensif yaitu di Desa Laikang dan Desa Punaga, bahkan di Desa Punaga terdapat tambak percobaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dengan pengelolaan tambak semi-intensif dan intensif. Petambak kecil umumnya kurang menguasai keadaan iklim, ekonomi, dan sosial di tempat mereka harus bekerja. Walaupun demikian mereka harus membuat keputusan, misalnya berapa banyak dan jenis komoditan apa yang akan ditebar di tambaknya, bagaimana mengusahakan, serta berapa luas harus diusahakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan dan kendala aspek biologi dan sosial pada budidaya tambak udang vaname semi-intensif terhadap adopsi budidaya baru bagi petani kecil. Aspek biologi berhubungan dengan jenis udang, kepadatan, kualitas benih, frekuensi pemberian pakan sedang aspek sosial seperti adaptasi introduksi jenis udang baru (vaname) menggantikan jenis komoditas lokal yang banyak dihadapi selama periode musim tanam berlangsung, sehingga bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi distribusi ukuran, berat, dan jumlah udang pada waktu panen. BAHAN DAN METODE Data yang digunakan dalam penulisan ini terbagi atas data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif yang dikumpulkan diperoleh melalui teknik wawancara bebas kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan usaha tambak udang meliputi: buruh penjaga, teknisi tambak, dan aparat desa setempat. Selain itu, juga pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui teknik observasi partisipasi pasif (Singarimbun & Effendi, 1988) sejak persiapan tambak, saat penebaran benih dan saat panen. Studi kasus ini dilakukan pada satu areal tambak semi-intensif seluas 2,5 ha di Desa Punaga, Takalar, Sulawesi Selatan selama musim tanam berlangsung (Oktober-Desember 2009). Jumlah responden 10 orang dengan kriteria responden berdasarkan posisi dan keterkaitan status dalam usaha tambak. HASIL DAN BAHASAN Kondisi Lokasi Di antara sejumlah kendala yang kelak timbul ketika usaha tambak mulai beroperasi banyak kaitannya dengan kondisi lokasi. Menurut Poernomo (1979), faktor utama yang menentukan keberhasilan usaha budidaya udang di tambak adalah faktor lokasi. Faktor lingkungan dominan pada budidaya udang intensif meliputi konstruksi, bentuk tambak, padat penebaran, pakan, luas petakan, dan sistem pengelolan air (Poernomo, 1988; Cholik, 1988). Di Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar yang terletak di jazirah Selatan Provinsi Sulawesi Selatan terdapat beberapa desa di antaranya Desa Laikang dan Desa Punaga berbatasan dengan Selat Makassar. Tambak-tambak intensif ini mengambil air sumber dari Selat Makassar dengan menggunakan pompa. Tambak-tambak tersebut menggunakan tandon sehingga sebelum masuk ke petakan tambak terlebih dahulu di pompa masuk ke tandon. Dari tandon kemudian dipompa masuk ke petakan. Sebagaimana layaknya udang intensif maka ketersediaan air asin (air laut) dan air tawar sangat penting, namun di lokasi tambak tersebut tidak dijumpai sumber air tawar untuk percampuran air asin sehingga sulit untuk menentukan salinitas yang dikehendaki. Fasilitas lain yang diusahakan pada lokasi tambak yang diamati meliputi: rumah jaga, kamar mesin, gudang tempat penyimpanan peralatan, dan pembangkit listrik. Aspek Biologis Budidaya Udang Hasil pengamatan terhadap udang vaname, L. vannamei yang dipelihara pada 6 petak tambak dengan ukuran 4.470, 4.760, 4.810, 4.455, 2.680, dan 5.550 m 2 mempunyai pertambahan rata-rata ukuran bobot 9,22-14,25 g dan rasio konversi pakan 1,18-1,43.

1293 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) Tabel 1. Ukuran petak, padat penebaran, dan produksi akhir tahun 2009 Nomor petakan tambak Ukuran petakan tambak (m 2 ) Padat tebar rata- rata (ekor/m 2 ) Poduksi (kg/petak) 1 4,470 20 798.1 2 4,760 20 627.8 3 4,810 20 615.5 4 4,455 20 1,050 5 2,680 20 738.5 6 5,550 20 1,201.50 Sumber: Abdul Mansyur (catatan harian, 2009) Nilai rasio konversi pakan yang diperoleh pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan beberapa kajian budidaya udang vaname sebelumnya seperti Anonim (2003) mendapatkan FCR 1,3 untuk budidaya udang vaname dengan kepadatan 90 ekor/m 2, sintasan 70%-90%, dan bobot udang ratarata saat panen 20 g/ekor dengan lama pemeliharaan 110 hari. Dari aspek biologi untuk mencapai tingkat produksi yang diharapkan maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain: Padat Penebaran Benur Ukuran tambak pemeliharaan udang selama periode pembesaran dapat berpengaruh terhadap volume dan ukuran bobot pada saat panen. Pada kajian ini ada ada 6 petak tambak yang diamati dengan deskripsi masing-masing petak seperti pada Tabel 1. Secara teoritis dinyatakan bahwa produk di tambak intensif dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi tergantung kepadatannya. Informasi tentang padat penebaran udang vaname di tambak telah banyak dilaporkan antara lain di Panama, padat tebar 20-30 ind/m 2 yang digunakan dalam budidaya di tambak mampu memproduksi 1,9-2,9 ton/ha/91 hari pemeliharaan. Di Indonesia padat tebar udang vaname yang umum dilakukan di berbagai daerah berkisar 80-100 ind/m 2 udang vaname dan dapat ditingkatkan hingga 244 ind./m 2, bila menggunakan probiotik mampu menghasilkan 37,5 ton/ha/siklus (Poernomo, 2004). Namun perlu diketahui aspek mana yang akan ditekankan pemilik tambak apakah ukuran bobot atau volume akhir. Dari awal sejak pengamatan tambak biasanya diutamakan ukuran bobot, tetapi jumlah produksi yang besar 5.031,4 kg pada satu siklus (musim tanam) belum termasuk jumlah udang yang diperuntukkan bagi karyawan, penduduk sekitar desa, dan untuk yang dinikmati keluarga pemilik. Walaupun udang vaname telah diketahui dapat mencapai ukuran 16-20 g/ekor (Haliman & Adijaya, 2005) namun dari hasil pembesaran di tambak yang diamati, ukuran terberat 15,2 g/ekor. Kualitas Benur Benur yang digunakan pada keenam petak tambak berasal dari panti benih dengan ukuran bobot rata-rata per ekor 0,017 g. Kualitas benur yang diproduksi oleh panti pembenihan agak terjamin karena induk udang yang diimpor dari Amerika/Hawai tersebut adalah induk udang yang SPF (Spesific Pathogen Free) dan SPR (Specific Pathogen Resistence) sehingga benih yang dihasilkan setelah dibudidayakan di tambak mampu bertahan dari serangan penyakit. Pada saat ini telah banyak pengusaha tambak mengembangkan budidaya udang tersebut pada kepadatan yang tinggi hingga hasil panen mencapai 10-20 ton/ha (Akiyama, 2005). Pada kegiatan ini sintasan yang diperoleh cukup tinggi yaitu antara 73,3%-93,3%. Frekuensi Pakan Udang yang dipelihara pada keenam petak tambak diberi pakan komersil. Frekuensi pemberian pakan dapat diperkirakan dengan memperhitungkan sifat udang vaname. Menurut Haliman &

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 1294 Adiwijaya (2005), bahwa udang vaname bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari untuk mendapatkan nilai FCR (feed convertion ratio) atau nilai konversi yang ideal. FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan bobot rata-rata udang yang dihasilkan. Semakin kecil nilai FCR maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh. Selanjutnya dinyatakan bahwa pakan yang dikonsumsi udang secara normal akan diproses selama 3-4 jam dan setelah pakan tersebut dikonsumsi kemudian sisanya dikeluarkan sebagai kotoran. Dengan pertimbangan waktu biologis tersebut, pemberian pakan dapat dilakukan pada interval waktu tertentu. Menurut Susilo et al. (2002), bahwa efisiensi pakan dapat dicapai bila pada pembesaran ikan/udang memperhatikan manajemen pemberian pakan, sebab pakan yang dikonsumsi organisme budidaya pada gilirannya akan digunakan untuk tumbuh. Oleh karena itu, pakan yang kurang dari kebutuhan minimal organisme budidaya untuk mempertahankan bobot badan akan berakibat penurunan bobot akibat cadangan makanan dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi akitivitasnya. Selanjutnya Sutanto (2005) bahwa untuk meningkatkan efisiensi dalam budidaya udang vaname salah satu hal yang perlu dilakukan yakni menggunakan pakan yang berkualitas baik dan berprotein rendah (30% protein) sehingga bisa mengurangi pencemaran/lebih ramah lingkungan, pengelolaan air lebih mudah, pertumbuhan lebih baik, FCR lebih rendah sehingga biaya pakan menjadi lebih rendah. Potensi Sumberdaya Manusia Pada tahap operasional usaha tambak tidak terlepas dari kebutuhan pengadaan tenaga kerja (tenaga pelaksana harian, hingga penanggung jawab usaha di lokasi). Penentuan tenaga pelaksana harian tidak terlepas dari untung rugi ataupun prestise sosial. Pada hal suatu usaha yang intensif menuntut adanya kriteria keterampilan tertentu selain bakat dan pengetahuan dasar. Dalam usaha tambak yang intensif dengan membatasi jumlah tenaga kerja terampil yang digaji sesuai dengan tingkat keterampilan dan volume kerja dapat menekan komponen biaya tenaga kerja. Untuk suatu tambak intensif kurang lebih 2,5 ha; 3 orang tenaga teknis harian yang mencintai suasana tambak; dan memiliki keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan di tambak serta satu orang penanggung jawab usaha merupakan jumlah maksimum yang ideal. Namun dalam kenyataan masih dominan prestise sosial yang melatar belakangi keputusan dalam hal menetapkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam usaha tambak tersebut. Respon Masyarakat Terhadap Kegiatan Usaha di Lingkungnya Ukuran respons yang berkaitan dengan sumberdaya di desa peluang bekerja yang dapat menopang pendapatan dan pengeluaran rumah tangga menurut Sajogyo (1989), pendapatan rumah tangga desa terdiri atas penerimaan yang berasal dari tiga sumber dari usah perikanan, dari upah berburuh perikanan (oleh anggota rumah tangga) dan dari sumber lain di luar itu (misalnya: dari pertanian, usaha dagang, dan lain usaha/sumber sambilan). Bagi rumah tangga buruh dari usaha perikanan. Pendapatan rumah tangga selalu menyebut masa penerimaannya (setahun atau sebulan) dan lebih tepat/lengkap distandarkan menjadi per kapita, berdasar jumlah anggota rumah tangga yang ditanggung. Pengeluaran rumahtangga diperinci seperti makanan, perumahan, barang-barang dan jasa, pakaian, barang-barang tahan lama, pajak/premi/asuransi, pesta/upacara/lain. Dalam hal ini pun ada dua timereference setahun lalu dan sebulan lalu (data sebulan lalu umumnya lebih tepat). Disinipun paling tepat membuat standar pengeluaran dalam rupiah/kapita/bulan, mengingat besar tanggungan anggota rumah tangga, aspek peluang kerja dan pemenuhan kebutuhan serta pengeluaran rumah tangga akan membuat masyarakat desa lebih respons terhadap apa yang akan dikerjakan. Areal tambak yang ada dalam wilayah satu desa, merupakan potensi sumberdaya desa. Aparat penguasa desa senantiasa merasa berkepentingan untuk terlibat dalam memantau segala kegiatan yang berkaitan dengan sumberdaya di desa (seperti transaksi jual beli tanah tambak, sewa kontrak tanah tambak ataupun pengurusan sertifikat tanah). Menurut Koentjoroningrat (1974), pada sumberdaya desa, melekat di sana tipe atau ciri budaya desa seperti sifat tolong-menolong, kekeluargaan atau musyawarah. Di lain pihak seperti badan usaha swasta yang masuk ke wilayah desa (orientasi bisnis) untuk usaha tambak, membawa serta ciri budaya kota yang mengutamakan norma ekonomi. Perpaduan

1295 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) dua ciri budaya tersebut terkadang dapat menimbulkan suasana kerja kurang mendukung kelancaran usaha misalnya: permohonan sumbangan bagi kegiatan sosial desa dan prasarana desa. Dari kenyataan ini yaitu adanya interaksi antara dua budaya desa-kota (tolong menolong, perhitungan ekonomis) melalui asas kekeluargaan yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia, maka segala bentuk pengeluaran untuk kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan berkaitan dengan fungsi sosial akan ada jalan keluar dan tidak dipandang sebagai beban produksi oleh pihak pengusaha. Teknologi budidaya udang vaname yang menerapkan teknologi tradisional, semi-intensif maupun intensif, dari segi finansial sudah seharusnya memperhitungkan keuntungan dengan pengertian bahwa semua hasil produksi yang dipanen sebanyak mungkin terjual. Namun kenyataan di lapangan tidak demikian karena kadang-kadang ada penduduk sekitar desa yang sengaja datang ikut memanen karena mendengar ada tambak yang sedang di panen. Dari kenyataan ini untuk pengembangan usaha perudangan utamanya tambak udang kepadatan tinggi (semi-intensif sampai intensif) perlu dicari jalan keluar yang manusiawi untuk tidak menjadikan tradisi meminta bagian atas hasil tambak yang dipanen sebagai suatu norma sosial yang harus dipatuhi, karena norma sosial seperti itu dapat membawa risiko finansial. KESIMPUL AN DAN SARAN 1. Teknologi budidaya udang pola semi-intensif sampai intensif tergolong usaha padat modal, oleh karena itu, langkah efisiensi selama periode kegiatan pemeliharaan mutlak perlu diperhatikan. Padat benebaran benur sebanyak 20 ekor/m 2 pada tambak pemeliharaan udang vaname masih tergolong tambak pola semi-intensif karena kepadatan lebih dari 50 ekor sudah termasuk tambak dengan pengelolaan intensif. Tingkat sintasan udang vaname yang didapati pada pemeliharaan ini dianggap masih tinggi yaitu 73,3%-93,3%. 2. Dari aspek sosial dapat terjadi beberapa hal antara lain: a). Norma sosial yang ada tidak dapat diatasi dengan pertimbangan ekonomis usaha, b). Kalau tindakan non ekonomis berlangsung terus sementara dalam usaha itu lebih mementingkan prestise sosial maka dapat menyebabkan tujuan usaha tidak menjurus ke nilai produksi yang optimal. Tindakan tegas tapi manusiawi dapat meminimumkan peluang terjadinya suasana yang dapat menghambat kelancaran usaha. Usaha budidaya semi-intensif dan intensif tidak dapat dipandang sebagai suatu usaha rumah tangga. Keterampilan dan tindakan-tindakan yang rasional harus diutamakan. 3. Sumberdaya yang ada di desa yang berpotensi membuka lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan masyarakat perlu dikembangkan agar tidak terjadi kecemburuan sosial. 4. Disarankan supaya tidak memicu masyarakat menyerobot tambak pemeliharaan udang pada waktu panen perlu adanya pagar pengaman, konstruksi tambak yang ideal untuk pengelolaan intensif seperti sistem pemasukan dan pengeluaran air yang baik dan bekerja sama dengan aparat desa dan pemuka masyarakat. DAFTAR ACUAN Akiyama, D. 2005. World Shrimp Production and Current Issues. Makalah Presentasi Seminar Udang Nasional. Hotel Sahid Makassar, 2 Mei 2005. Anonim. 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternatif budidaya udang saat ini. PT Central Proteinaprima (Charoen Pokphand Group) Surabaya, 16 hlm. BPS. 2002. Indikator Kesejahteraan Rakyat, 1995-2000. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Cholik, F. 1988. Dasar-dasar Pertambakan Udang Intensif. Balai Penelitian Budidaya Pantai. Maros. Haliman, R.W. & Adijaya, D.S. 2005. Udang Vaname, Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta, 75 hlm. Koentjoroningrat. 1974. Kebudayaan martalitet dan pembangunan. Gramedia, Jakarta. Poernomo, A. 1979. Biologi, potensi, budidaya produksi udang sebagai bahan makanan Indonesia. LON-LIPI, Jakarta. Poernomo, A. 1988. Faktor lingkungan dominan pada budidaya udang intensif. Makalah pada Seminar Budidaya Udang. Jakarta.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 1296 Poernomo, A. 2004. Teknologi Probiotik Untuk Mengatasi Permasalahan Tambak Udang dan Lingkungan Budidaya. Makalah pada Simposium Nasional Pengembangan Ilmu dan Inovasi Teknologi dalam Budidaya. Semarang, 27-29 Januari 2004, 24 hlm. Sajogyo. 1989. Garis Kemiskinan dan kebutuhan minimum pangan, Penduduk Indonesia: Suatu Perkembangan Pemikiran 1990-1991 (PT Gramedia, Jakarta), hlm. 400-410. Singarimbun, M. & Effendi, S. 1981. Metode penelitian survey. Edisi kedua. Pusat penelitian dan studi kependudukan, Universitas Gajah Mada. Jogjakarta. Sugama, K. 2002. Status budidaya udang introduksi Litopenaeus vannamei dan Litopenaeus stylirostris serta prospek pengembangannya dalam tambak air tawar. Disampaikan dalam Temu Bisnis Udang. Makassar, 19 Oktober 2002, 7 hlm. Sutanto, I. 2005. Kesuksesan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Lampung. hlm. 67-72 dalam Sudrajat, A., Azwar, Z.I., Hadi, L.E., Haryanti, Giri, N.A., & Sumiarsa, G.S. 2005. Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Susilo, U., Hariyadi, B., & Rachmawati, F.N. 2002. Laju tumbuh harian, laju makan, pemeliharaan tubuh dan efisiensi pakan ikan patin, Pangasius spp., pada frekuensi pemberian pakan berbeda. Sains Akuatik. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2(2): 33-37.