III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

SKRIPSI IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGI AKSESI RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM) DI KABUPATEN KARANGANYAR. Oleh : Pamungkas Surya Atmaja H

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada September - Desember 2013 di dua lokasi, yaitu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi secara morfologi beberapa kultivar cabai di Yogyakarta

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Lampiran 1. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Melon (Deptan, 2007)

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB III METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 303/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN SAWO SEDAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

PENANDA MORFOLOGI DAN AGRONOMI ASAL KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 121/Kpts/LB.240/2/2004 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DALHARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

Lampiran 1. Hasil Karakterisasi tiap OTU's

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 122/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE MERAH VARIETAS JAHIRA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB III METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL


BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 165/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING NORTH RED STAR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 182/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA ONTARIO 145 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 145/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN SEMANGKA HIBRIDA LONG DRAGON SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MANGGA (Mangifera sp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 192/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA MONAMI RED SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Kpts/SR.120/3/2005 TENTANG PELEPASAN CABE BESAR HIBRIDA DEWARENGKU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Kpts/SR.120/1/2007 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA SONYA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA EQUATOR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Aren. sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Muji Mulyo, Desa Muara Putih, Kecamatan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BADAN BENIH NASIONAL. Jakarta, zi- Mei 2009

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

KARAKTERISASI MORFOLOGI VARIETAS LOKAL DURIAN PETRUK DAN BRONGKOL DI JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Penanda Morfologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan

Transkripsi:

10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa Tugu dan Desa Ngunut Kecamatan Jumantono), dan tanah Mediteran ( Desa Bolong dan Desa Jantiharjo Kecamatan Karanganyar), Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai bulan Maret 2014. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 52 aksesi rambutan yang terdapat pada pekarangan warga pada tanah Latasol, dan Mediteran di Kabupaten Karanganyar. Sedangkan alat yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu meliputi deskriptor rambutan yang dikeluarkan oleh IPGRI (2003) sebagai acuan dalam karakterisasi morfologi rambutan, Global Positioning System (GPS), kantong plastik, alat tulis, kertas label, pisau, hand refraktometer, timbangan analitik, munsell, rol meter, dan kamera digital. C. Perancangan Penelitian Penelitian identifikasi morfologi rambutan ini bersifat eksploratif menggunakan metode survei dan wawancara. Data karakter morfologi diperoleh dan diolah mengikuti standar IPGRI (International Plant Genetic Resources Institute). D. Teknik Penentuan Sampel Penentuan sampel aksesi dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Sampel aksesi diambil dari pekarangan warga di lokasi yang telah ditentukan dan diambil berdasarkan keragaman jenis rambutan yang ada di tiap pekarangan menurut hasil wawancara dengan pemilik pekarangan. Pengamatan morfologi tanaman berdasarkan Rambutan Descriptor yang dikeluarkan oleh International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI).

11 E. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis data primer dan data sekunder. Data primer berupa data karakter morfologi rambutan yang diperoleh dengan cara pengamatan langsung terhadap sampel aksesi di pekarangan dengan menggunakan Rambutan deskriptor (IPGRI 2003) sebagai acuan identifikasi morfologi. Data sekunder diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada pemilik pekarangan yaitu meliputi teknik penanaman aksesi (cangkok atau dengan biji), umur aksesi, waktu panen terakhir untuk menentukan sampel yang digunakan. F. Teknik Pengumpulan Data Sampel aksesi rambutan yang diperoleh dan diamati pada pekarangan rumah warga. Dilakukan pengamatan atau identifikasi terhadap morfologi tanaman, daun, buah, dan biji. Identifikasi morfologi aksesi rambutan didasarkan pada rambutan deskriptor IPGRI (2003). Variabel identifikasi yang meliputi variabel kuantitatif dan kualitatif diterapkan pada tiap aksesi. Data hasil identifikasi morfologi dicatat dalam form atau blangko yang telah dipersiapkan, kemudian dilakukan dokumentasi. Variabel pengamatan dalam identifikasi kondisi lingkungan dan morfologi aksesi rambutan meliputi: 1. Pengamatan Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang diamati meliputi kondisi geografis yang terdiri dari letak lintang, letak bujur, alitude, kemiringan lahan, topografi dan data curah hujan berupa data sekunder. 2. Pengamatan Morfologi Tanaman Pengamatan morfologi rambutan ini meliputi kenampakan pohon, daun, bunga, buah dan biji. a. Morfologi tanaman 1) Tinggi tanaman (m) Pengukuran tinggi tanaman dari pangkal batang sampai ujung kanopi tertinggi menggunakan klinometer dan meteran. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara tinggi batang maksimal

12 dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 3,85-5,61 m, 2= 5,62-7,38 m, 3= 7,39-9,15 m 2) Permukaan batang Pengamatan permukaan batang dilakukan dengan cara mengamati kenampakan batang tanaman. Kemudian dikategorikan menurut kenampakan permukaan batang menjadi tiga kategori yaitu (1) halus, (2) kasar, (3) sangat kasar. 3) Diameter tajuk (m) Pengukuran diameter tajuk dilakukan dengan menggunakan meteran, dengan mengukur lebar tajuk secara melintang (utara-selatan dan barat-timur) dan diukur pada bagian yang terlebar. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara diameter tajuk maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 2,05-3,6 m, 2= 3,61-514 m, 3= 5,15-6,7 m 4) Bentuk tajuk atau kanopi pohon Pengamatan bentuk tajuk dilakukan dengan cara mengamati kenampakan bentuk tajuk tanaman. Kemudian dikategorikan menurut kecenderungan bentuk bangun tajuk atau kanopi pohon yang dibedakan menjadi empat tipe yaitu membujur (1), bentuk piramida (2), setengah membulat (3), dan membulat (4).

13 1 2 3 4 Gambar 1. Bentuk-bentuk tajuk atau kanopi pohon rambutan 5) Pertumbuhan Cabang Pohon Pengamatan cabang pertumbuhan pohon dilakukan dengan cara mengamati arah percabangan yang terbentuk pada tanaman. Kemudian dibedakan menjadi empat macam yaitu, tegak (1), setengah tegak (2), menyebar (3), dan terkulai (4). 6) Bentuk atau Pola Percabangan Pengamatan bentuk atau pola percabangan dilakukan dengan cara mengamati bentuk atau pola percabangan yang terdapat pada tanaman. Kemudian dibedakan menjadi tiga macam yaitu, tgak (1), mendatar (2), dan tak beraturan (3). 1 2 3 Gambar 2. Macam bentuk atau pola percabangan pohon rambutan b. Morfologi daun Pengamatan morfologi daun dilakukan dengan mengambil 20 helai daun sampel pada setiap aksesi.

14 1) Panjang Daun (cm) Pengukuran panjang daun dilakukan menggunakan penggaris, dengan mengukur panjang dari pangkal daun sampai ujung daun. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara panjang daun maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 11,1-13,6 cm, 2= 13,7-16,2 cm, 3= 16,3-18,8 cm 2) Lebar Daun (cm) Pengukuran lebar daun dilakukan menggunakan penggaris, dengan mengukur lebar sisi daun terlebar dari setiap helaian. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara lebar daun maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 4,1-5,9 cm, 2= 6-7,8 cm, 3= 7,9-9,7 cm 3) Warna Daun Pengamatan warna daun dilakukan dengan cara mengamati warna daun, kemudian dibandingkan pada skala diskriptor yang dibedakan menjadi tiga tipe yaitu, hijau cerah (1), hijau (2), dan hijau gelap (3). 4) Bentuk daun Pengamatan bentuk daun dilakukan dengan cara mengamati bentuk daun, kemudian dibandingkan pada skala diskriptor. Kemudian dikategorikan menurut bentuk yang dibedakan menjadi tiga macam yaitu, bulat telur (1), bulat panjang (2), dan lanset (3).

15 1 2 3 Gambar 3. Bentuk-bentuk daun rambutan 5) Bentuk Ujung Daun Pengamatan bentuk ujung daun dilakukan dengan cara mengamati bentuk ujung daun, kemudian dibandingkan pada skala diskriptor. Kemudian dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu, runcing (1), meruncing (2), dan membulat (3). 1 2 3 Gambar 4. Bentuk-bentuk ujung daun rambutan 6) Bentuk Pangkal Daun Pengamatan bentuk pangkal daun dilakukan dengan cara mengamati bentuk pangkal daun, kemudian dibandingkan pada skala diskriptor yang dibedakan menjadi tiga macam yaitu, runcing (1), tumpul (2), dan membulat (3).

16 1 2 3 Gambar 5. Bentuk-bentuk pangkal daun rambutan 7) Bentuk Tepi Daun Pengamatan bentuk tepi daun dilakukan dengan cara mengamati bentuk tepi daun, kemudian dibandingkan dengan skala diskriptor yang dibedakan menjadi empat macam yaitu, lurus (1), mengombak (2), tak beraturan (3), dan keriting (4). c. Morfologi buah Pengamatan morfologi buah dilakukan dengan mengambil 20 buah sampel pada setiap aksesi. 1) Panjang buah (cm) Pengukuran panjang buah menggunakan penggaris dengan cara mengukur dari pangkal sampai ujung buah. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara panjang buah maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 3,8-4,4 cm, 2= 4,5-4,9 cm, 3= 5-5,5 cm 2) Diameter buah (cm) Pengukuran diameter buah menggunakan penggaris dengan cara mengukur lebar buah secara melintang. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara diameter buah maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 2,8-3,2 cm, 2= 3,3-3,7 cm, 3= 3,8-4,2 cm 3) Berat buah (gr) Pengukuran berat buah menggunakan timbangan analitik. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara berat buah

17 maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 28-32 gr, 2= 33-37 gr, 3= 38-42 gr 4) Panjang rambut (cm) Pengukuran panjang rambut mengunakan penggaris dengan cara memilih helai rambut yang terpanjang dalam setiap buah. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara panjang rambut maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 0,7-1,1 cm, 2= 1,2-1,6 cm, 3= 1,7-1,9 cm 5) Ketebalan daging buah (cm) Pengukuran ketebalan daging buah menggunakan penggaris dengan cara mengukur panjang penampang melintang daging buah. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara tebal daging maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 0,6 cm, 2= 0,7-0,8 cm, 3= 0,9 cm 6) Ketebalan kulit buah (cm) Pengukuran ketebalan kulit buah menggunakan penggaris dengan cara mengukur panjang penampang melintang kulit buah. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara tebal kulit maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 0,4 cm, 2= 0,5 cm, 3= 0,6 cm 7) Kadar gula buah Pengukuran kadar gula buah menggunakan hand refraktometer. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara kadar gula maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 8-10, 2= 11-13, 3= 14-15 8) Bentuk buah Pengamatan bentuk buah dilakukan dengan cara mengamati kenampakan bentuk setiap buah, kemudian dibandingkan dengan skala diskriptor yang dibedakan menjadi tiga macam yaitu, bulat (1), bulat telur (2), dan membujur (3).

18 1 2 3 Gambar 6. Bentuk-bentuk buah rambutan 9) Warna kulit buah Pengamatan warna kulit buah dilakukan dengan cara mengamati kenampakan warnakulit buah, kemudian dibandingkan dengan skala diskriptor yang dibedakan menjadi tujuh macam yaitu, hijau (1), kuning (2), kuning kemerahan (3), oranye (4), oranye kemerahan (5), merah (6), dan merah gelap (7). d. Morfologi biji Pengamatan morfologi biji dilakukan dengan mengambil 20 biji sampel pada setiap aksesi. 1) Panjang biji (cm) Pengukuran panjang biji menggunakan penggaris dengan cara mengukur dari pangkal sampai ujung biji. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara panjang biji maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 1,6-2,1 cm, 2= 2,2-2,7 cm, 3= 2,8-3,2 cm 2) Lebar biji (cm) Pengukuran lebar biji dilakukan menggunakan penggaris, dengan mengukur lebar sisi biji. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara lebar biji maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 1-1,4 cm, 2= 1,5-1,8 cm, 3= 1,9-2,2 cm

19 3) Berat biji (gr) Pengukuran berat biji menggunakan timbangan analitik. Skor ditentukan dengan cara menghitung nilai rentang antara berat biji maksimal dan minimal kemudian dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu skor 1= 1,3-1,7 gr, 2= 1,8-2,1 gr, 3= 2,2-2,6 gr 4) Bentuk biji Pengamatan bentuk biji dilakukan dengan cara mengamati kenampakan bentuk setiap biji, kemudian dibandingkan dengan skala diskriptor yang dibedakan menjadi empat macam yaitu, bulat (1), bulat telur (2), bulat lonjong (3), dan membujur (4). 1 2 3 4 Gambar 7. Bentuk-bentuk biji rambutan 5) Warna biji Pengamatan warna kulit buah dilakukan dengan cara mengamati kenampakan warnakulit buah, kemudian dibandingkan dengan skala diskriptor yang dibedakan menjadi lima macam yaitu, putih pucat (1), putih kekuningan (2), coklat pudar (3), coklat (4), dan coklat gelap (5). 6) Perlekatan biji dengan buah Pengamatan tingkat perkelekatan biji dengan buah dengan cara mengelupas daging buah dari biji, kemudian dibandingkan dengan skala diskriptor yang dibedakan menjadi tiga macam yaitu, lemah (1), sedang (2), dan kuat (3).

20 G. Metode Analisis Data Untuk keragaman dan hubungan kekerabatan antar aksesi rambutan, data pengamatan disajikan dalam bentuk skor, selanjutnya dianalisis menggunakan prosedur Similarity for Qualitatif Data (SimQual) dengan koefisien Simple Macthing (SM). Analisis pengelompokan menggunakan metode Unweighted Pair-group Method with Arithmatic Averaging (UPGMA) dan disajikan dalam bentuk dendogram menggunakan program Numerical Taxonomy and Multivariate System (NTSYS) versi 2.02i modul Sahn.