PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK-ANAK LEWAT SASTRA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL

PERAN SASTRA DALAM PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK. Lita Luthfiyanti dan Fithratunnisa

6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi,

MENULIS CERITA ANAK: MENANAM KATA BERBUAH KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

SASTRA ANAK SEBAGAI WAHANA MENINGKATKAN KEBERAKSARAAN DAN BUDAYA LITERASI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. hiburan dan kebermanfaatan (pinjam istilah Horatio : dulce et utile). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

SASTRA ANAK DAN PEMBENTUKAN KARAKTER. Burhan Nurgiyantoro FBS Universitas Negeri Yogyakarta (

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan informasi pada zaman modern ini membuka peluang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

PROGRAM PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA SD. Oleh: BAHAUDDIN AZMY UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2012

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

SEHAT DAN CERDAS MELALUI CERGAM (CERITA BERGAMBAR)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa anak usia dini disebut juga masa awal kanak-kanak yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

Transkripsi:

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK-ANAK LEWAT SASTRA Mursini Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan nyata sebagai hasil renungan dari realita kehidupan yang dilihat. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra tentulah berusaha menyampaikan nilai-nilai kemanusiaan, mempertahankan, serta menyebarluaskan (kepada anak-anak). Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dikemas dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa agar isinya dapat diterima dan difahami oleh anak-anak dengan baik. Sasta anak harus dapat membantu perkembangan kepribadian anak. Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disuguhi bahan bacaan yang sesuai pula. Artinya sastra anak yang memang layak dikonsumsi bagi anak-anak. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya sederhana dan mudah dipahami tapi mampu mengembangkan kreasi, sudut pandang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. Kata kunci : sastra anak, perkembangan, kepribadian anak. PENDAHULUAN Pada hakikatnya semua orang senang dan butuh sastra, terlebih anak yang sedang berada dalam masa peka untuk memperoleh, memupuk, dan mengembangkan berbagai aspek kehidupan yang begitu kompleks. Anak-anak sering menanyakan atau bercerita tentang hal-hal yang baru saja ia alami dan ia lihat. Jika belum mendapat jawaban, anak terus meminta kita untuk menjelaskan atau menceritakannya sambil bertanya hal-hal yang didengarnya. Sudah menjadi tugas orang dewasa untuk memenuhi hak-hak anak, dan hal itu merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap anak. Keadaan itu, menandakan bahwa anak membutuhkan sastra dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Sastra merupakan sarana yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi anak. Melalui karya sastra, misalnya cerita, anak dapat memperoleh, memperlajari, dan menyikapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan, manusia dan kemanusiaan. Berbagai cerita menawarkan dan mendialogkan kehidupan dengan cara-cara yang menarik dan konkret. Melalui cerita juga, anak memperoleh berbagai informasi yang diperlukan dalam kehidupan. Kehidupan yang menggambarkan dan menjelaskan bagaimana hubungan dengan orang tua, teman sepermainan, dengan saudara atau masyarakat dengan berbagai peran dan fungsinya. Mengutip pendapat Nurgiyantoro (2005: 1), berbagai cerita yang dimaksud untuk dikonsumsikan anak, dapat diperoleh dan diberikan melalui sastra anak (children literature). Dalam belantara sastra, istilah sastra anak bukanlah merupakan hal yang baru, dan sudah lama kita kenal dalam bentuk cerita anak atau komik. Namun penafsiran sastra anak masih dikenal secara sempit oleh khalayak, sedangkan sastra anak tidak

hanya mencakup cerita atau bacaan saja, melainkan memiliki bentuk sebagaimana sastra dewasa pada umumnya. Untuk lebih menegaskan pemahaman tentang sastra anak, berikut ini akan dikemukakan pandangan Endraswara (2005:2007), bahwa sastra anak pada dasarnya merupakan wajah sastra yang fokus utamanya demi perkembangan anak. Di dalamnya, mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak. Lebih lanjut Endaswara mengemukakan, sastra anak hendaknya memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak. Yang membedakan sastra anak dengan sastra yang lain adalah muatannya. Sastra anak tentu saja perlu memuat rasa kesenangan, kegembiraan, kenikmatan, cita-cita, dan petualangan anak (2007). Pendek kata sastra anak dapat berkisah tentang apa saja yang menyangkut masalah kehidupan, sehingga mampu memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan itu sendiri. Selanjutnya Huck dkk. (1987: 6) menekankan bahwa: buku anak, sastra anak, adalah buku yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa sastra anak memiliki sumbangan yang besar bagi perkembangan kepribadian, kecerdasan, dan pengalaman anak dalam proses menuju kedewasaaan. Kematangan kepribadian, kecerdasan, dan luasnya wawasan anak dibentuk dan terbentuk melalui lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkungan kegiatan bersasatra yang berlangsung pada kehidupan anak, baik sastra lisan yang diperoleh anak lewat saluran tuturan maupun sastra tulis yang diperoleh lewat bacaan. Sastra sebagai sebuah karya hasil pengolahan pikiran dan perasaan seorang pengarang diyakini mampu dipergunakan sebagai media untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang diyakini baik dan berlaku pada lingkungan keluarga, masyrakat, dan bangsa. Karena adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu masyarakat dan bangsa dapat dipertahankan. Sumbangan sastra anak bagi pengembangan kejiwaan anak telah banyak disinggung oleh para ahli, di antaranya Saxby (1991) mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak membentang dari dukungan terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi, bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, spiritual) eksplorasi dan penemuan, namun juga petualangan dalam kenikmatan (Saxby dan Winch, 1991: 5-10). Sementara itu, Huck dkk. (1987: 6-14) mengungkapkan bahwa nilai sastra anak secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu nilai personal (personal values) dan nilai pendidikan (educational values). Dengan demikian, tidak dapat diragukan lagi bahwa sastra anak sangat mewarnai kehidupan anak. Karena itu, biarkan anak melakukan penjelajahan pada sastra yang dimilikinya. Lewat sastra, anak berkesempatan untuk berfantasi mengarungi dunianya. Biarkan dan beri kesempatan anak-anak itu berkembang dan mengembangkan fantasinya (Saxby dan Winch 1991). Anak memiliki pilihannya sendiri, Norton mengungkapkan, bahwa ketika seorang anak mendapatkan kesenangan melalui buku, dia akan menentukan sikapnya untuk lebih banyak menaruh perhatian pada buku bacaan (1983:5), termasuk di dalamnya sastra anak. Mengingat besarnya sumbangan sastra anak untuk perkembangan kejiwaan dan kecerdasan berpikir anak, maka tulisan ini akan mengungkapkan aspek lain yang terkandung dalam sastra anak yang ada kaitannya dengan pembentukan kecerdasan berpikir anak, sehingga anak mampu menghadapi persoalan hidupnya dengan pikiran yang matang. Aspek yang akan dikaji adalah materi matematika (seni berhitung) yang terdapat dalam nyanyian dan cerita anak. Sastra anak hendaknya memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak. Yang

membedakan sastra anak dengan sastra yang lain adalah muatannya. Sastra anak tentu saja perlu memuat rasa kesenangan, kegembiraan, kenikmatan, cita-cita, dan petualangan anak (2005: 2007). Pendek kata sastra anak dapat berkisah tentang apa saja yang menyangkut masalah kehidupan, sehingga mampu memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan itu sendiri bagi pembacanya. Huck dkk. (1987: 6) menekankan bahwa: buku anak, sastra anak, adalah buku yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan. Dengan adanya hal-hal di ataslah penulis mengangkat judul artikel tersebut. Pantas disadar bahwa anak sebagai generasi penerus bangsa ini harus memiliki kepribadian yang terbentuk dari sejak dini. Usia kanak-kanak adalah masa pertumbuhan seorang manusia yang bisa dilihat dengan siginifikan. Masa 0 tahun hingga beranjak remasa sekitar 13 tahun dapat dikatakan merupakan masa yang paling penting untuk menanamkan nilai-nilai sebagai manusia. Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan anaknya akan perkembangan kepribadian anak. Yang terkadang para orang tua mengabaikan peranan sastra anak dalam membentuk karakteristik anak. Peran sastra bagi kehidupan manusia, atau aspek pragmatik kesastraan bagi kehidupan manusia, memang sederhana tetapi mengandung makna yang dalam, telah dikemukakan oleh Horatius dengan istilah sweet and usefull nikmat yang bermanfaat. Sastra memberi kenikmatan kepada kita karena ia hadir untuk memberikan rasa senang, kesenangan yang menghibur yang memuaskan. Sastra dipersepsi sebagai suatu fakta sosial yang menyimpan pesan yang mampu menggerakkan emosi pembaca untuk bersikap atau berbuat sesuatu. Sastra memunyai peran sebagai salah satu alat pendidikan yang seharusnya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, dan dalam penulisan ini dapat difokuskan pada peran dalam usaha untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak, peran sebagai character building. Artinya, dapat sastra diyakini mempunyai andil yang tidak kecil dalam usaha pembentukan dan perkembangan kepribadian anak. Jika dimanfaatkan secara benar dan dilakukan dengan strategi yang benar pula, sastra diyakini mampu berperan dalam pengembangan manusia yang seutuhnya dengan cara yang menyenangkan. PEMBAHASAN Sastra anak hendaknya memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak. Yang membedakan sastra anak dengan sastra yang lain adalah muatannya. Sastra anak tentu saja perlu memuat rasa kesenangan, kegembiraan, kenikmatan, cita-cita, dan petualangan anak. Pendek kata sastra anak dapat berkisah tentang apa saja yang menyangkut masalah kehidupan, sehingga mampu memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan itu sendiri bagi pembacanya. Huck dkk. (1987: 6) menekankan bahwa: buku anak, sastra anak, adalah buku yang menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan. Sastra anak sebagai sastra yang menyajikan dunia anak, memiliki karakter yang berbeda dengan sastra lainnya. Menurut Davis (Endaswara, 2005: 212) ada empat sifat sastra anak, yakni: (1) tradisional, yaitu tumbuh dari lapisan rakyat sejak zaman dahulu dalam bentuk mitologi, fabel, dongeng, legenda, dan kisah kepahlawanan yang romantis; (2) idealistis, yaitu sastra yang memuat nilai-nilai universal, dalam arti didasarkan hal-hal terbaik penulis zaman dahulu dan kini; (3) populer, yaitu sastra yang berisi hiburan, yang menyenangkan anak-anak; (4) teoritis, yaitu yang dikonsumsikan kepada anak-anak dengan bimbingan orang dewasa serta penulisnya dikerjakan oleh orang dewasa pula. Menurut Sarumpaet (1976: 23) ciri-ciri sastra anak ada tiga, yakni:

(1) berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan; (2) penyajian secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan uraian secara langsung, tidak berkepanjangan; (3) memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran kepada anak-anak. Sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya. Sastra anak hendaknya memiliki nilai-nilai tertentu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan anak. Yang membedakan sastra anak dengan sastra yang lain adalah muatannya. Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anakanak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. Dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian, anak memerlukan segala informasi tentang dunia, tentang segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekelilingnya. Anak juga ingin mengetahui berbagai informasi tentang apa saja yang dijangkau pikiranya. Informasi yang diperlukan dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti media cetak, media elektronika, dan buku bacaan, termasuk bacaan sastra. Namun, dalam usia yang masih sangat muda anak masih belum dapat memilih dan memilah bacaan sastra yang baik. Anak akan membaca apa saja bacaan yang ditemui dan menarik bagi dirinya., tak peduli sesuai atau tidak untuknya. Bacaan yang dikonsumsi anak tentu akan berpengaruh pada perkembangan sikap, mental, dan perilaku anak yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya anak akan meniru dari apa yang dilihat atau apa yang dibacanya. Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Pembelajaran sastra di sekolah diarahkan dengan menyajikan sastra yang memang sesuai dengan perkembangan kepribadian anak.artinya sastra anak yang memang layak dikonsumsi bagi anak-anak. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. Sarumpaet mengatakan persoalan-persoalan yang menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, kebencian, kekerasan dan prasangka, serta masalah hidup mati tidak didapati sebagai tema dalam bacaan anak. Begitu pula pembicaraan mengenai perceraian, penggunaan obat terlarang, ataupun perkosaan merupakan hal yang dihindari dalam bacaan anak. artinya, tematema yang disebut tidaklah perlu dikonsumsi oleh anak. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, tema-tema bacaan anak pun berkembang dan semakin bervariasi. Jenis-jenis bacaan anak misalnya, pada sepuluh tahun yang lalu sangat sedikit (atau bahkan tidak ada), sangat mungkin telah hadir sebagai bacaan yang populer tahun-tahun belakangan ini. Dilihat dari isinya, apabila teks sastra anak itu berupa cerita, cerita tersebut hanya didukung oleh sekitar 2 atau 3 pelaku. Peristiwa ataupun cerita yang digambarkannya juga sederhana dan jelas karena hanya berfokus pada satu peristiwa. Peristiwa itu pun dikembangkan menuju klimaks dan penyelesaian yang menyenangkan anak. Dilihat dari nilai fungsionalnya, pada jenjang kelas awal SD penggunaan

bacaan sastra anak dapat dimanfaatkan untuk (1) mengembangkan daya imajinasi, (2)pemahaman perbedaan bentuk, warna, jumlah, dan ukuran, (3) membangkitkan pemahaman tentang benda atau kenyataan tertentu, serta (4) membangkitkan kesadaran tentang kesehatan, kebersihan, bersikap pada orang lain dengan acuan- acuan yang bersifat konkret. Masa anak-anak (4-7 tahun) merupakan periode terpenting bagi pembentukan pribadi anak. Pada masa itu anak membutuhkan kematangan emosi, fantasi atau imajinasi. Dalam berfantasi mereka kadang-kadang melambung terlalu tinggi dan jauh dari alam nyata. Atas dasar fantasi tersebut anak-anak menggemari dongeng atau cerita yang penuh keajaiban, kesaktian, jagoan dan petualangan para tokoh. Misalnya, dalam cerita film Doremon, Kapten Tsubasa, Saras Pembela Kebenaran dan lain-lain. Berdasarkan perkembangan usia, anak sudah dapat menerima dan merasakan intisari sastra. Dengan kecerdasan otaknya, anak-anak sangat peka terhadap keindahan, dendang lagu, dan sejumlah syair yang selaras dengan dunianya. Mereka sangat mudah menghafal syair lagu anak-anak. Sebagai bacaan yang dikonsumsi anak, sastra anak diyakini mempunyai kontribusi yang tidak sedikit bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju arah kedewasaan yang memiliki jatidiri yang jelas. Jatidiri seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan yang diusahakan secara atau tidak sadar. Lingkungan yang dimaksud amat luas,termasuk didalamnya sastra, baik sastra lisan yang diperoleh anak melalui tuturan maupun sastra tulis yang diperoleh melalui bacaan. Sastra yang dikonsumsi anak mampu digunakan sebagai salah satu sarana untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang baik dan berharga oleh keluarga, masyarakat, dan bangsa.sejak anak masih kecil, dapat dilakukan ketika anak belum berbicara dan membaca. Misalnya dengan nyanyian yang didendangkan orang tua untuk membujuk si kecil agar segera tidur, untuk menghibur dan menyenangkan. Tentunya sastra semacam ini mengandung nilai yang berpengaruh bagi perkembangan kejiwaan bagi anak, misalnya nilai kasih sayang, perhatian dan keindahan. Perkembangan anak tidak akan wajar manakala tidak didukung kasih sayang dan perhatian. Nilai keindahan dalam nyanyian membangkitkan potensi anak untuk mengembangkan nilai seni pada dirinya, baik dalam pengertian menikmati maupun berekspresi. Pada awal perkembangan anak maka orang tualah yang mula-mula membangkitkan potensi, mengolah jiwa, dan mengajak menikmati keindahan sastra. Sastra yang dikonsumsi anak memiliki kontribusi yang banyak, Saxby (dalam Nurgiantoro, 2005 :36) mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak membentang dari dukungan terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi, bahasa, personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan, naum juga petualangan dalam kenikmatan. Sementara itu Huck dkk. (1987) mengemukakan bahwa nilai satra anak secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kelompok,yaitu nilai personal (personal value) dan nilai pendidikan (education value) dengan masing-masing dapat dirinci menjadi subkategori. Nurgiantoro(2005 :37) menguraian nilai personal meliputi perkembangan emosional, perkembangan intelektual, perkembangan imajinasi, pertumbuhan rasa sosial, pertumbuhan rasa etis dan religius. Sedangkan nilai pendidikan meliputi eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, perkembangan nilai keindahan, penanaman wawasan multikultural, dan penanaman kebiasaan membaca. Anak-anak sebagai mahluk yang polos sebaiknya tidak disuguhi tulisan-tulisan atau tayangan-tayangan yang belum bisa mereka cerna dengan baik, atau belum pantas untuk mereka. Dengan begitu perkembangan anak akan berjalan sewajarnya dan sesuai dengan periodenya. Untuk itu sebagai orang tua hendaknya dapat memilih dengan benar mana sastra anak yang sebenar-benarnya. Artinya sastra anak yang memang

diperuntukkan bagi anak-anak. Karena terlalu banyak orang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan anak-anak sebagai konsumen mereka. Baik melalui cerita anak, puisi, maupun drama (film). Untuk itu alangkah baiknya kita mengetahui hakikat sastra anak dan ciri sastra anak itu sendiri. Secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak, yaitu: 1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka,tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanyamudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. 2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya biasa menambah wawasan pikiran anak. Namun alangkah bijaknya jika sastra anak digunakan oleh guru dan orang tua sebagai sarana mereka untuk mendidik, menghibur dan menjalin kedekatan emosi dengan anak. Oleh karena itu, temanilah dan bimbinglah anak saat membaca,mengapresiasi, mengkreasi karya. Tidak dapat disangkal lagi, bahwa sastra anak memiliki sumbangan yang besar bagi perkembangan kepribadian, kecerdasan, dan pengalaman anak dalam proses menuju kedewasaaan. Kematangan kepribadian, kecerdasan, dan luasnya wawasan anak dibentuk dan terbentuk melalui lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkungan kegiatan bersasatra yang berlangsung pada kehidupan anak, baik sastra lisan yang diperoleh anak lewat saluran tuturan maupun sastra tulis yang diperoleh lewat bacaan. Sastra sebagai sebuah karya hasil pengolahan pikiran dan perasaan seorang pengarang diyakini mampu dipergunakan sebagai media untuk menanam, memupuk, mengembangkan, dan bahkan melestarikan nilai-nilai yang diyakini baik dan berlaku pada lingkungan keluarga, masyrakat, dan bangsa. Karena adanya pewarisan nilai-nilai itulah eksistensi suatu masyarakat dan bangsa dapat dipertahankan. Sebagai sebuah tradisi dalam keluarga, penanaman nilai-nilai pada anak sudah berlangsung sejak anak masih dalam kandungan. Demikian pula saat anak belum mampu berbicara dan belum dapat membaca penanaman nilai-nilai pada anak semakin nyata. Nyanyian-nyanyian yang biasa didendangkan seorang ibu untuk membujuk si buah hati agar segera tidur atau sekedar membahagiakan hatinya, pada hakikatnya adalah bernilai kesastraan dan sekaligus mengandung nilai yang besar andilnya bagi perkembangan kejiwaan anak, misalnya nilai kasih sayang dan kejujuran. Sumbangan sastra anak bagi pengembangan kejiwaan anak telah banyak disinggung oleh para ahli, diantaranya Saxby mengemukakan bahwa kontribusi sastra anak membentang dari dukungan terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (rasa, emosi, bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, spiritual) eksplorasi dan penemuan, namun juga petualangan dalam kenikmatan (Saxby dan Winch, 1991: 5-10). Sementara itu, Huck dkk. (1987: 6-14) mengungkapkan bahwa nilai sastra anak secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu nilai personal (personal values) dan nilai pendidikan (educational values). Dengan demikian, tidak dapat diragukan lagi bahwa sastra anak sangat mewarnai kehidupan anak. Karena itu, biarkan anak melakukan penjelajahan pada sastra yang dimilikinya. Lewat sastra, anak berkesempatan untuk berfantasi mengarungi dunianya. Biarkan dan beri kesempatan anak-anak itu berkembang dan mengembangkan fantasinya (Saxby dan Winch 1991). Anak memiliki pilihannya sendiri, Norton mengungkapkan, bahwa ketika seorang anak mendapatkan kesenangan melalui buku, dia akan menentukan sikapnya untuk lebih banyak menaruh perhatian pada buku bacaan (1983:5), termasuk di dalamnya sastra anak.

Mengingat besarnya sumbangan sastra anak untuk perkembangan kejiwaan dan kecerdasan berpikir anak, maka tulisan ini akan mengungkapkan aspek lain yang terkandung dalam sastra anak yang ada kaitannya dengan pembentukan kecerdasan berpikir anak, sehingga anak mampu menghadapi persoalan hidupnya dengan pikiran yang matang. Aspek yang akan dikaji adalah materi matematika (seni berhitung) yang terdapat dalam nyanyian dan cerita anak. Kita sering tidak menyadari bahwa berbagai hal dan aktivitas yang kita lakukan, atau dilakukan orang lain, juga oleh anak-anak, adalah bernuansa bersastra. Maka, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sebenarnya kita hidup dikelilingi sastra (anak). Ada berbagai contoh keadaan dan aktivitas yang menunjukkan kondisi dan aktivitas bersastra anak di sekeliling kehidupan keseharian kita. Dilihat dari keadaan yang demikian, sebenarnya sastra anak merupakan sesuatu yang amat kita akrabi dan sekaligus dapat dijadikan sarana strategis untuk menanam, memupuk, dan mengembangkan berbagai nilai yang ingin kita wariskan kepada anak yang bertujuan untuk pembentukan karakter. Berbagai hal dan aktivitas yang dimaksud dicontohkan di bawah ini. 1. Ketika si buah hati menangis atau ketika ingin menyenangkan si buah hati, si Ibu bernyanyi-nyanyi, nembang, rengeng-rengeng, atau meninabobokan sampai si buah hati diam dan tertawa-tawa senang. 2. Ketika si buah hati membolak-balik buku dan gambar yang dipegangnya, si Ibu menunjukkan dan atau mengajari nama-nama gambar, huruf, atau angka terkait sehingga anak terlihat puas memahami. 3. Ketika si buah hati menjelang tidur, si Ibu bercerita, entah cerita yang pernah didengar, dibaca, atau cerita karangan sendiri, dan entah sudah diulang berapa kali, sampai si anak tertidur membawa ceritanya ke alam mimpi dengan senyum dikulum yang amat memesona buat si Ibu. 4. Ketika anak-anak TK yang bermata jernih dan menggemaskan itu ramai, ibu guru bercerita, juga entah cerita yang mana atau bagaimana atau yang ke berapa, sampai anak-anak terpana, terkagum, terbuai, atau bersorak kegirangan karena begitu antusias dan menjiwai. Seperti halnya orang dewasa, anak-anak pun amat butuh hiburan dan informasi untuk mengisi kehidupannya. Karena anak belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, kita yang harus membantu memenuhinya dengan penuh suka, sukarela, dan bertanggungjawab. Pemenuhan kebutuhan anak itu antara lain dengan menyediakan sastra anak agar dikomsumsi oleh anak-anak. Cakupan sastra anak membentang luas sekali, atau yang lazim dikenal sebagai genre, bahkan melebih cakupan sastra dewasa. Ia bersifat lisan, tertulis, bahkan juga aktivitas. Sastra adalah model kehidupan berbudaya dalam tindak, dalam sikap dan tingkah laku tokoh, bukan dalam konsep. Kalaupun ada konsep kehidupan yang ingin disampaikan, hal itu tidak akan diungkapkan secara langsung, melainkan silakan pahami lewat cara berpikir, bersikap, dan berperi laku tokoh cerita. Dengan demikian, sastra sebenarnya hanyalah memberikan teladan kehidupan yang diidealkan, teladan kehidupan orang yang berkarakter. Teladan kehidupan untuk diteladani dalam hidup keseharian. Maka, sastra boleh dikatakan mampu menunjang pembentukan karakter anak yang masih dalam tahap perkembangan lewat teladan kehidupan tersebut. Apakah keyakinan itu berlebihan? Mungkin orang menganggap berlebihan jika dikatakan bahwa sastra memunyai peran penting dalam pembentukan karakter anak. Namun, sebaliknya orang juga tidak dapat menolak fakta bahwa sastra mempunyai peran dalam pembentukan karakter anak. Pengakuan bahwa sastra berperan penting itu terlihat, antara lain, dari kenyataan masa lampau hingga kini orang secara sadar mengakui

eksistensi sastra, mempertahankan, menikmati, dan juga menciptakannya. Namun, mungkin ada juga orang yang hanya latah ikut-ikutan mengakui. Dunia anak adalah dunia bermain, dunia menyanyi, dunia cerita, dunia bersenangsenang, dan tidak ada kesedihan sebagaimana kedihan orang dewasa di sana. Jika syair tembang-tembang dolanan dan lagu-lagu anak adalah bagian dari sastra anak, cerita yang didongengkan oleh si Ibu ketika anak menjelang tidur adalah bagian dari sastra anak, ketika mengajak dan membawa anak bersenang-senang adalah aktivitas bersastra anak, hidup keseharian kita bersama anak mau tidak mau bersentuhan dengan sastra anak. Persoalan yang dimunculkan adalah bagaimanakah memanfatkan sastra anak tersebut untuk tujuan pembentukan karakter? Manusia hidup bermasyarakat dikelilingi oleh sastra yang notabene adalah sebagian warisan leluhur untuk menurunkan nilai-nilai kepada anak-anak yang lahir kemudian. Ketika anak menonton televisi, program yang paling disukai lazimnya adalah film kartun. Ketika anak sudah bisa membaca, bacaan yang paling disukai umumnya adalah komik dan cerita. Komik yang ditampilkan lewat sarana kertas, film kartun lewat sarana televisi, dan cerita di majalah adalah juga bagian dari sastra anak. Sastra anak membentang luas sekali di sekeliling kita, baik berwujud lisan (cerita, nyanyian, finger ryme, dongeng sebelum tidur) maupun yang tertulis (cerita fiksi, cerita fantasi, cerita lama/tradisional, puisi, komik, bacaan nonfiksi, dan lain-lain). Kesemua itu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan, sebagaimana yang menjadi fokus pembicaraan ini adalah pembentukan karakter si buah hati kita agar kelak menjadi manusia yang berkarakter, manusia yang bermatabat. PENUTUP Mungkin orang menganggap berlebihan jika dikatakan bahwa sastra memunyai peran penting dalam pembentukan karakter anak. Namun, sebaliknya, orang juga tidak dapat menolak fakta bahwa sastra mempunyai peran dalam pembentukan karakter anak. Pengakuan bahwa sastra berperan penting itu terlihat, antara lain, dari kenyataan masa lampau hingga kini orang secara sadar mengakui eksistensi sastra, mempertahankan, menikmati, dan juga menciptakannya. Dunia anak adalah dunia bermain, dunia menyanyi, dunia cerita, dunia bersenang-senang, dan tidak ada kesedihan sebagaimana kesedihan orang dewasa di sana. Sastra anak membentang luas sekali di sekeliling kita, baik berwujud lisan (cerita, nyanyian, finger ryme, dongeng sebelum tidur) maupun yang tertulis (cerita fiksi, cerita fantasi, cerita lama/tradisional, puisi, komik, bacaan nonfiksi, dan lain-lain). Kesemua itu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sebagaimana yang menjadi fokus pembicaraan ini adalah pembentukan karakter si buah hati kita agar kelak menjadi manusia yang berkarakter, manusia yang bermatabat. Sastra memberi kenikmatan kepada kita karena ia hadir untuk memberikan rasa senang, kesenangan yang menghibur yang memuaskan. Sastra memunyai peran sebagai salah satu alat pendidikan yang seharusnya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, dan dalam penulisan ini dapat difokuskan pada peran dalam usaha untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak, peran sebagai character building. Artinya, dapat sastra diyakini mempunyai andil yang tidak kecil dalam usaha pembentukan dan pengembangan kepribadian anak. Jika dimanfaatkan secara benar dan dilakukan dengan strategi yang benar pula, sastra diyakini mampu berperan dalam pengembangan manusia yang seutuhnya dengan cara yang menyenangkan. Tidak dapat disangkal lagi,

bahwa sastra anak memiliki sumbangan yang besar bagi perkembangan kepribadian, kecerdasan, dan pengalaman anak dalam proses menuju kedewasaaan. Kematangan kepribadian, kecerdasan, dan luasnya wawasan anak dibentuk dan terbentuk melalui lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkungan kegiatan bersasatra yang berlangsung pada kehidupan anak, baik sastra lisan yang diperoleh anak lewat saluran tuturan maupun sastra tulis yang diperoleh lewat bacaan. DAFTAR PUSTAKA Huck, Charlotte S, Susasn Hepler, dan Janes Hickman. 1987. Children s Literatur in The Elementary School. New York: Holt, Rinehart and Winston. Hunt, Peter. 1995. Criticism, Threory, and Children s Literature. Cambridge, Massacusetts:Blackwell. http//warungfiksi.wordpress.com. Murti Bunanta. www.rumahdunia_net.com. http//www.cybertokoh.com.www.jurnal/item/21/iklanbersedekahnaskah_drama_untuk _Anak-anak-46k http//parentingislami.wordpress.comm/category/pernikpuisiwww.rumahdunia.nwrn w.php?artid=101 http://www.kolomkita.com/2007/11/18/mimpi-mimpi-arietta/(rahardian,www. Komikindonesia.com, diakses 28-1-2005) Kneller, GF. 1964. Introduction to the Phylosofi of Education. New York:John Wiley. Lukens, Rebecca J. 2003. A Critical Handbook of Children s Literature. New York: Longman. McCloud, Scoot. 2002. Understanding Comic, Memahami Komik. Jakarta:KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) (terjemahan S Kinanti ).

Mitchell, Diana. 2003. Children s Literature, and Inovation to The World. Boston: Ablongman. Norton, Donna E, dan Saundra Norton. 1994. Language Arts Activities f or Children s. New York:Macmilan College Publishing Company. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Saxby, Maurice dan Gordon Winch. 1991. Give Them Wings, The Experiences of Children s Literature. Melbourne: The Macmillan Company. Stewig, John Warren. 1980. Children and Literature. Chicago: Rand McNally College Publishing Company. Wellek, Rene. 1990. Teori Kesusastraan (Terjemahan). Jakarta: Gramedia. Yuwono, K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra. Jakarta: PT. Grasindo. Sekilas tentang penulis : Dra. Mursini, M.Pd. adalah dosen pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unimed.