SASTRA ANAK SEBAGAI WAHANA MENINGKATKAN KEBERAKSARAAN DAN BUDAYA LITERASI ANAK
|
|
- Glenna Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- SASTRA ANAK SEBAGAI WAHANA MENINGKATKAN KEBERAKSARAAN DAN BUDAYA LITERASI ANAK Nugraheni Eko Wardani FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Makalah ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan budaya membaca masyarakat Indonesia yang rendah; (2) mendeksripsikan peranan karya sastra anak dalam meningkatkan keberaksaraan dan budaya literasi anak; (3) mendeskripsikan cara menumbuhkan minat baca anak. Hasil kajian menunjukkan bahwa (1) rendahnya budaya membaca di kalangan masyarakat Indonesia disebabkan oleh tidak adanya kebiasaan membaca di kalangan orang tua (ayah dan ibu); masyarakat Indonesia lebih memiliki kebiasaan menyimak daripada membaca; keinginan membeli dan memiliki bukubuku bacaan yang bermutu sebagai bagian dari masyarakat terdidik belum menjadi kebutuhan yang urgen. (2) Keberaksaraan tidak saja memiliki makna mampu membaca, tetapi juga mampu memahami isi bacaan yang dibacanya. Karya sastra anak mampu menumbuhkan keberaksaraan dan budaya literasi anak jika sejak kecil anak diakrabkan dengan karya sastra. (3) Cara menumbuhkan minat baca pada anak dimulai ketika anak berusia 2 tahun di mana orang tua berperan penting untuk mencarikan bahasa bacaan yang sesuai dengan tahap perkembangan usia anak. Selain orang tua, guru pun berperan besar dalam menumbuhkembangkan minat baca anak. Jika guru gemar membaca, maka siswa pun juga akan gemar membaca. Kata kunci: sastra anak, keberaksaraan, budaya literasi anak Pendahuluan Mendikbud Aris Baswedan dalam Permendikbud No 23/2015 tentang penumbuhan budi pekerti menyatakan bahwa salah satu poin penumbuhan budi pekerti adalah melalui kewajiban membaca selama 15 menit. Seluruh warga sekolah, baik siswa, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah wajib membaca buku, selain buku teks pelajaran selama 15 menit sebelum hari pembelajaran (Baswedan, 2015: 7). Siswa dan seluruh komponen sekolah dibiasakan membaca dan memahami isi bacaannya serta mampu menjadikan bacaan sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi. Kebiasaan membaca buku belum menjadi budaya di Indonesia. Minat baca masyarakat Indonesia di bawah rata-rata masyarakat Asia lainnya. Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Bambang Supriyo Utomo (2015:5) berdasar survei Unesco, rata-rata secara nasional, orang Indonesia tidak sampai satu judul buku per orang per tahun yang dibaca. Hal ini berbeda dengan Malaysia, di mana di negara itu, masyarakat menghabiskan 3 judul buku bacaannya per tahun. Sementara itu, masyarakat Jepang dapat membaca 5 sampai 10 buku per tahunnya per orang. Minat baca masyarakat Indonesia yang rendah ini disebut oleh Tau iq Ismail sebagai generasi nol buku (Baswedan, 2015:6). Generasi nol buku adalah generasi yang tidak membaca satu pun buku dalam satu tahun. Generasi ini dianggap rabun membaca dan lumpuh menulis. Jika keadaan ini dibiarkan terus terjadi dari generasi ke generasi, Indonesia akan semakin jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Kebiasaan membaca sangat berkorelasi dengan kemajuan IPTEKS. Budaya membaca yang menjadi kebiasaan akan menyebabkan warga bangsa memiliki pemikiran kritis, cerdas, objektif, bernalar, dan hasilnya mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Sementara itu, keberaksaraan dalam makalah ini tidak saja berarti memiliki kemampuan melek huruf atau bisa membaca, tetapi juga bisa memberikan pemahaman terhadap buku- 277
2 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIbuku yang dibacanya. Keberaksaraan dan budaya literasi hendaknya tidak sebatas slogan yang dibentangkan di jalan-jalan, tetapi juga sampai kepada aplikasi di dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Budaya Membaca Masyarakat Indonesia yang Rendah Budaya membaca masyarakat Indonesia rendah disebabkan dalam kehidupan keluarga, orang tua tidak menjadikan kegiatan membaca sebagai sebuah kebiasaan bagi orang tua maupun anak sejak si anak masih kecil. Padahal kebiasaan membaca orang tua tentu juga akan menjadi kebiasaan membaca bagi anak karena hakikatnya perilaku anak akan mencontoh pada perilaku orang tuanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Bunanta, 2008: 107) bahwa 50% kematangan intelegensi seorang anak tercapai pada usia 4 tahun dan pada periode ini seorang anak tidak hanya suka meniru-niru suara-suara yang didengar di rumahnya, tetapi juga meniru perilaku orang tuanya. Ibu dan ayah adalah model yang pertama. Hal lain yang menyebabkan budaya membaca masyarakat Indonesia rendah adalah bahwa masyarakat Indonesia tidak terbiasa membaca, tetapi menyimak. Karya-karya sastra lama Indonesia tidak disampaikan dalam bentuk buku, tetapi disampaikan dalam bentuk lisan dari mulut ke mulut. Hal ini berkontribusi di zaman modern ini bahwa kebiasaan menyimak masih menjadi primadona hidup masyarakat Indonesia. Munculnya berbagai stasiun televisi dengan program hiburan yang beraneka menyebabkan kebiasaan membaca tersisihkan dan kebiasaan menyimak menjadi hal yang utama. Akhirnya masyarakat pun semakin menjauhi buku sebagai kebutuhan utama masyarakat terdidik. Hal terakhir yang menyebabkan budaya membaca rendah adalah persepsi masyarakat Indonesia bahwa buku belum merupakan kebutuhan utama keluarga. Oleh karena itu, membeli buku merupakan hal yang kurang penting dan menyebabkan pemborosan ekonomi keluarga. Daripada uang digunakan untuk membeli buku, masyarakat lebih mengutamakan uang dibelikan pakaian, makanan, atau bepergian ke tempat hiburan/rekreasi yang kebermanfaatannya langsung dapat dirasakan. Begitu pula kebiasaan mengunjungi perpustakaan juga belum menjadi kebutuhan primer yang perlu diperkenalkan kepada anak. Di sinilah peran guru dan sekolah untuk mengakrabkan anak mengunjungi perpustakaan. Tentu saja perpustakaan pun harus memiliki koleksi buku bervariasi, buku-bukunya menarik dan sesuai untuk usia anak. Ada kegiatan terprogram bagi anak untuk mengunjungi perpustakaan setiap minggunya atau menjadikan kegiatan membaca di perpustakaan sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu. Peranan Sastra Anak untuk Meningkatkan Keberaksaraan dan Budaya Literasi Anak Sastra anak menurut Hunt (dalam Nurgiyantoro, 2005:8) adalah buku bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut sebagai anak-anak. Nurgiyantoro (2005:8) menyatakan hal serupa bahwa sastra anak adalah buku-buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dikonsumsikan kepada anak, buku-buku yang isi kandungannya sesuai dengan minat dan dunia anak, sesuai dengan perkembangan emosional dan intelektual anak, dan buku-buku yang karenanya dapat memuaskan anak. Sedangkan Kurniawan (2009:4-5) mengatakan bahwa sastra anak adalah sastra yang menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh anak dan pesan yang disampaikan berupa nilai-nilai, moral, dan pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan dan pemahaman anak. Menurut Nurgiyantoro (2005:12) penulis sastra anak dapat siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Penulis sastra anak harus mengetahui dunia anak-anak dan aspekaspek psikologisnya. Hal senada diungkapkan oleh Huck (dalam Nurgiyantoro, 2005:9) yang menyatakan bahwa isi kandungan karya sastra anak harus sesuai dengan jangkauan emosional 278
3 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIdan psikologis anak. Sastra anak dapat berkisah tentang apa saja, bahkan yang menurut ukuran orang dewasa tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir, dan berperasaan layaknya manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak. Penggunaan tokoh binatang ini sesungguhnya hanya mewakili tokoh dalam kehidupan nyata manusia lengkap dengan pikiran dan perasaannya. Sastra anak menjadikan pengalaman dan pengetahuan dunia anak sebagai fokus penceritaan meskipun karya sastra tersebut mengambil tokoh binatang atau tumbuh-tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Winch (dalam Nurgiyantoro, 2005:7) yang menyatakan bahwa buku anak yang baik adalah buku yang mengantarkan dan berangkat dari kacamata anak. Hal-hal informatif yang penuh dengan nilai edukatif yang diselingi imajinasi mampu mengembangkan daya nalar dan fantasi anak tentang perilaku manusia dalam kehidupan. Sastra anak haruslah bersifat dulce artinya sastra anak sanggup memberikan hiburan yang mengasyikkan bagi pembacanya, sehingga anak bisa menikmati daya tarik cerita melalui alur yang mengandung plausibilitas, suspence, surprise, dan unity, anak dapat menikmati perwatakan melalui tokoh-tokohnya, dan sebagainya. Namun, di sisi lain, sastra juga harus bersifat utile, artinya mampu memberikan pendidikan moral khususnya pendidikan karakter bagi pembacanya. Menurut Moody (1979:5) sastra memiliki berbagai manfaat, antara lain (1) membantu empat keterampilan berbahasa; (2) meningkatkan pengetahuan budaya; (3) mengembangkan cipta dan rasa; (4) menunjang pembentukan watak. Melalui kegiatan membaca atau menyimak sastra anak, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan membaca, baik membaca karya iksi maupun karya non iksi. Orang tua yang mengakrabkan anak dengan karya sastra sejak dini, niscaya akan menghasilkan anak yang memiliki kegemaran membaca sebagai kebiasaan. Melalui keakraban dengan sastra anak, siswa terpacu pula dalam mengembangkan keterampilan menulis dan berbicara, misalnya melalui kegiatan membaca puisi/cerpen, mendongeng, menulis puisi/cerpen/novel, dan sebagainya. Kegiatan membaca sastra anak juga mendekatkan anak pada pengetahuan dan wawasan mengenai budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Misalnya membaca cerita rakyat Terjadinya Danau Toba anak akan mengetahui budaya dan nilai-nilai yang ada di Sumatera Utara, khususnya suku Batak. Kegiatan membaca sastra anak juga mampu mengembangkan cipta dan rasa. Anak-anak yang sejak kecil dibiasakan membaca karya sastra akan memiliki kepekaan perasaan yang jauh lebih baik dibanding anak yang kurang membaca karya sastra. Anak yang sering membaca karya sastra terasah perasaannya membaca bagaimana tokohtokoh dalam karya yang dibacanya bertingkah dan berwatak. Pengamatan pada tingkah laku dan watak tokoh dalam cerita yang beraneka warna akan memperkaya wawasan anak mengenai keragaman sikap dan watak manusia. Hal ini akan berkontribusi pada sikap anak yang mampu menghargai manusia dari berbagai sisi, baik sisi baik maupun sisi buruknya. Membaca sastra anak juga mampu menunjang pembentukan watak. Sering karya sastra anak menunjukkan kepada anak-anak bahwa mengedepankan perilaku yang baik, tentu langkah kehidupannya di masa yang akan datang akan baik dan lancar. Namun, kalau seseorang lebih mengedepankan watak dan perilaku yang buruk, maka hidupnya juga selalu penuh rintangan. Pembentukan watak yang dikembangkan melalui membaca sastra anak secara kontinu akan mengasah nilai-nilai moral anak untuk mengedepankan nilai-nilai moral yang luhur dalam kehidupannya, baik saat masih kanak-kanak atau kelak ketika mereka dewasa. Manfaat membaca hendaknya dilakukan sebagai kebiasaan dalam keluarga dan sekolah dan pertama-tama dapat dilaksanakan melalui keakraban dengan sastra anak. Membaca sastra anak dapat meningkatkan kebersaksaraan. Keberaksaraan di sini bukan sekadar bebas dari buta huruf, melainkan dapat memahami isi bacaan yang dibacanya, dengan demikian, juga 279
4 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIdapat mengambil nilai-nilai dari isi bacaan tersebut. Kebiasaan membaca yang dipupuk terus menerus tentu akan menumbuhkan pula budaya literasi. Anak-anak menjadikan buku sebagai bagian primer kehidupannya. Berdasarkan buku-buku mereka dapat pula menumbuhkan budaya tulis dan memberikan sumbangan pemikiran yang berarti bagi kemajuan bangsa. Cara Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Seperti telah dijelaskan di depan, bahwa minat baca pertama-tama ditumbuhkan melalui pendidikan di rumah oleh kedua orang tua. Jika orang tua memiliki kegemaran membaca, tentu hal ini juga akan berpengaruh kepada anak-anaknya. Namun, tidak ada istilah terlambat dalam menumbuhkan minat baca anak. Kapan anak mulai diperkenalkan pada buku? Anak mulai diperkenalkan pada buku sebaiknya pada usia 2 tahun. Pada usia ini, anak dapat diperkenalkan pada buku-buku yang terbuat dari kertas karton tebal dengan gambar beraneka warna, tanpa ada tulisan atau huruf satu pun. Pada tahap ini, anak belajar memegang buku, sedangkan orangtua memperkenalkan buku sebagai bagian penting kehidupan anak. Kewajiban ibu atau ayah sebagai orang tua adalah bercerita kepada anak halaman per halaman sambil anak diajak melihat gambar pada buku tersebut. Buku dibuat dengan bahan kertas tebal dengan tujuan agar tidak mudah robek saat dipegang oleh anak. Ketika usia anak lebih besar (3 4 tahun), anak dapat diperkenalkan pada buku dengan gambar dan beberapa huruf. Buku pun masih terbuat dari karton tebal dengan gambar menarik beraneka warna. Pada saat ini, ibu atau ayah juga masih bercerita kepada anak. Panduan bercerita berasal dari beberapa huruf dan kalimat yang terdapat pada bacaan. Pada tahap ini anak diperkenalkan pada cerita yang berbeda dan rangkaian huruf yang membentuk kata, sehingga anak dapat lebih awal mengenal berbagai macam huruf dan tulisan. Ketika anak jauh lebih besar (5-6) tahun, karya sastra yang disajikan menggunakan jumlah kalimat lebih banyak dan masih menggunakan gambar-gambar menarik. Perlahanlahan, kertas karton tebal digantikan dengan kertas hvs, tetapi gambar-gambar masih dibuat menarik dan beraneka warna. Cerita pun dinarasikan dengan jumlah kalimat lebih banyak. Pada tahap akhir (usia 7 tahun), anak membaca dengan jumlah alinea dan bab bacaan yang jauh lebih banyak dan gambar hanya satu buah di setiap babnya. Peran orang tua yang bercerita kepada anak perlahan bergeser seiring dengan keterampilan membaca yang telah dimiliki anak. Anak membaca sendiri buku bacaan yang disukainya. Upaya orang tua selama 6 tahun memperkenalkan budaya baca kepada anak memperoleh hasilnya ketika anak menjadikan buku sebagai bagian penting dalam hidupnya. Kebiasaan membaca yang diajarkan kepada anak sejak usia dini akan menyebabkan anak selalu tertarik untuk membaca. Perkenalan awal untuk menumbuhkan minat baca anak adalah pada karya sastra. Hal ini terjadi karena karya sastra selalu disertai dengan ilustrasi gambar yang menarik dan kisah-kisah yang menggugah imajinasi anak. Perkenalan yang terus menerus pada karya sastra akan menumbuhkan minat baca bagi anak. Pada tahap selanjutnya, anak pun tidak hanya tertarik membaca karya sastra, tetapi juga tertarik untuk membaca berbagai karya yang lain meskipun karya-karya non iksi itu tidak memiliki alur yang menarik seperti halnya karya sastra. Hal ini terjadi karena upaya orang tua menumbuhkan minat baca telah menuai hasilnya di mana anak telah menjadikan buku sebagai kebutuhan utama. Hal yang lain yang perlu dilakukan orang tua adalah menyisihkan uang belanja untuk membeli buku bagi anak-anaknya. Setiap bulan anak-anak diajak ke toko buku dan mereka diperkenankan orang tua untuk memilih buku bacaan anak yang mereka sukai. Orang tua mewajibkan kepada anak-anak untuk membaca buku di luar buku wajib sekolah dengan jumlah tertentu setiap bulannya. Hal ini perlu dilakukan karena minat membaca tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi memerlukan peran serta aktif orang tua di dalamnya. 280
5 Kegemaran membaca anak-anak bukan saja menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi juga menjadi tanggung jawab guru. Guru perlu menjadi teladan dan contoh utama gemar membaca buku. Jika gurunya gemar membaca buku, maka siswa-siswanya juga akan gemar membaca buku. Guru perlu pula memberikan kesadaran kepada siswa/anak bahwa dengan membaca buku mereka akan dapat membuka cakrawala pemikiran dan kelak dapat berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa. Sebuah bangsa akan menjadi bangsa yang maju jika generasinya terlepas dari generasi nol buku. Simpulan 1. Rendahnya budaya membaca di Indonesia disebabkan tidak ada kebiasaan membaca di kalangan orang tua (ayah dan ibu); masyarakat Indonesia lebih memiliki kebiasaan menyimak daripada kebiasaan membaca, sehingga mereka lebih memilih melihat televisi daripada membaca buku; keinginan membeli dan memiliki buku-buku bacaan yang bermutu sebagai bagian dari masyarakat terdidik belum menjadi kebutuhan yang urgen 2. Keberaksaraan tidak saja memiliki makna mampu membaca, tetapi juga mampu memahami isi bacaan yang dibacanya. Karya sastra anak mampu menumbuhkan keberaksaraan dan budaya literasi anak jika sejak kecil anak diakrabkan dengan karya sastra. 3. Cara menumbuhkan minat baca pada anak dimulai ketika anak berusia 2 tahun di mana orang tua berperan penting untuk mencarikan bahasa bacaan yang sesuai dengan tahap perkembangan usia anak. Selain orang tua, guru pun berperan besar dalam menumbuhkembangkan minat baca anak. Jika guru gemar membaca, maka siswa pun juga akan gemar membaca. Daftar Pustaka Baswedan, Anies. Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Peringatan Hari Aksara Internasional Tingkat Nasional Tahun Jakarta: Kemendikbud. Bunanta, Murti Buku, Mendongeng, dan Minat Membaca. Jakarta: KPBA. Kurniawan, Heru Sastra Anak. Jogjakarta: Graha Ilmu. Moody, H.L.B The Teaching of Literature. London: Longman. Nurgiyantoro, Burhan Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III
KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA
KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,
Lebih terperinciMENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa
MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita tidak hanya sekedar hiburan melainkan merupakan suatu cara yang dipandang cukup efektif digunakan dalam mencapai target pendidikan. Oleh karena itu melalui
Lebih terperinci6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. SASTRA ANAK Pengantar Pemahaman Dunia Anak Burhan Nurgiyantoro KATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 ini, kemampuan literasi peserta didik di Indonesia berkaitan erat dengan keterampilan membaca yang berkelanjutan pada kemampuan memahami informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal ini tercermin dalam undang-undang nomor 20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca adalah jantung pendidikan. Sering kali kita lupa bahwa kegiatan membaca sangatlah penting. Kita menganggap kegiatan membaca itu penting, namun tidak disertai
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.
PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk
Lebih terperinciPENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010
1 PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI DONGENG DENGAN MEDIA VISUAL MANIPULATIF BONEKA PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 GATAK, SUKOHARJO Tahun Ajar 2009 / 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1
Lebih terperinciMENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK
MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com
Lebih terperinciPEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL
PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL Vidya Mandarani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Kampus I Jl. Mojopahit 666B Sidoarjo Surel: vmandarani@yahoo.com
Lebih terperinciMETODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*
METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang tercantum
Lebih terperinciPEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK
PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK Ermi Adriani Meikayanti 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang membahas mengenai nilai sosial dalam karya sastra sebelumnya dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi. Hal ini menunjukkan sastra sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah program kegiatan yang terencana disusun guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu kurikulum yang pernah berjalan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan dasar untuk anak. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya yang tersimpan rapat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah meliputi kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis melalui kegiatan berbahasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan
Lebih terperinciHUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I
HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I Disusun Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: MD. ARDIANSYAH F
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang manusiawi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tidak saja terjadi tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak menabung, orangtua sendiri terkadang
Lebih terperinciINTISARI BAB I PENDAHULUAN
INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling menunjang dan saling berkaitan. Kemahiran
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LITERASI DI KABUPATEN SIDOARJO
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LITERASI DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada hakikatnya merupakan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan disampaikan secara turun menurun. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
Lebih terperinciPROBLEMATIK SUBTANSI, CAKUPAN, DAN MATERI AJAR BAHASA INDONESIA DALAM KURIKULUM SEKOLAH DASAR DAN UPAYA MENGATASINYA
PROBLEMATIK SUBTANSI, CAKUPAN, DAN MATERI AJAR BAHASA INDONESIA DALAM KURIKULUM SEKOLAH DASAR DAN UPAYA MENGATASINYA Supriyadi Universitas Muhammadiyah Malang Abstrak Kurikulum merupakan seperangkat rencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki banyak cerita rakyat atau dongeng berbentuk fabel. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa anak usia dini disebut juga masa awal kanak-kanak yang memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini disebut juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri. Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang SISDIKNAS Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting yaitu untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perkembangan negara di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua fungsi utama yaitu menyenangkan dan bermanfaat, atau lebih dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa adalah kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ide
Lebih terperinciSTAND UP BERGILIR SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH
STAND UP BERGILIR SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI SEKOLAH oleh: Nama : Nur Hidayah, S.Pd. NUPTK : 1634763664210142 Kabupaten/Kota : Kota Semarang Provinsi : Jawa Tengah Tahun 2016 i LEMBAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
Lebih terperinciBahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pada Peringatan Hari Aksara Internasional Tingkat Nasional Tahun 2015 Karawang, 24 Oktober 2015 1 Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ditempuh siswa di Sekolah Dasar. Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia yakni 1. Berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia sebagai upaya untuk memajukan peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan seiring dengan kemajuan zaman.
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga remaja lebih suka menggunakan gadget untuk bermain game daripada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadi suatu era atau masa yang tidak dapat diabaikan oleh masyarakat di seluruh dunia. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa untuk menguasai kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan bersastra. Hal tersebut selaras dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersaing di tengah kehidupan yang semakin global. Sistem pendidikan di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah di bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Lebih terperinciPERNYATAAN KEASLIAN TESIS
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Widiharto NIM : S200070130 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar salah satu proses penting. Hasil belajar peserta didik turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui apakah
Lebih terperinciGERAKAN LITERASI SEKOLAH
GERAKAN LITERASI SEKOLAH SATGAS GERAKAN LITERASI SEKOLAH Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 Tujuan Paham konsep dan tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas manusia. Hal ini dikarenakan, pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan kualitas manusia. Hal ini dikarenakan, pendidikan merupakan proses yang
Lebih terperinciPENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH
Bimbingan Teknis Program Penguatan Pendidikan Karakter bagi Kepala Sekolah & Pengawas Sekolah PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran terpenting di sekolah. Salah satu fokus pembelajaran ini adalah memusatkan agar terwujudnya keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat
Lebih terperinciElin Rosmaya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Swadaya Gunung Jati
MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK MENGUNAKAN MEDIA BIG BOOK UNTUK MENCIPTAKAN BUDAYA LITERASI DI SD 1 BALAGEDOG, KECAMATAN SINDANGWANGI, KABUPATEN MAJALENGKA Elin Rosmaya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga disebagian besar Afrika dan Asia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi umat Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas orang dari segala jenjang usia. Namun, apakah semua orang bisa menikmati sebuah novel tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat memikat hati dan bersifat mendidik. Berbagai jenis karya sastra yang telah hadir dalam lingkungan masyarakat dapat
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini dibutuhkan beberapa data yang valid sebagai sumber penelitian untuk konsep pembuatan media CD interaktif dongeng fabel anak. 2.1 Sumber Umum Survey
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
Lebih terperinciPeran Perpustakaan Sekolah dalam Usaha Menumbuhkan Minat Baca Pada Siswa
Peran Perpustakaan Sekolah dalam Usaha Menumbuhkan Minat Baca Pada Siswa Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan Dosen Pengampu : Nanik Arkiyah, M.IP Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa indonesia adalah alat komunikasi paling penting untukmempersatukan seluruh bangsa. Oleh karena itu, merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yakni sas- dan -tra. Sas- dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
Lebih terperinciPemanfaatan Lagu Anak Indonesia dalam Keluarga Sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi Pada Anak
Pemanfaatan Lagu Anak Indonesia dalam Keluarga Sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi Pada Anak Maya Dewi Kurnia Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon 1.Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Anak merupakan pribadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk membimbing siswa dalam mengenal bahasa yang baik sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia
Lebih terperinci2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan
Lebih terperinciUNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG
UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG SOAL TUGAS TUTORIAL III Nama Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kode/SKS : PDGK 4504/3 (tiga) Waktu : 60 menit/pada pertemuan ke-7 I. PILIHLAH SALAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu memiliki kompetensi pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan sehari-hari dalam lingkungan sekolah siswa tidak akan terlepas dengan aktifitas menulis. Hal tersebut dikarenakan dari menulis siswa memindahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan
Lebih terperinci2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
No.1072, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Budi Pekerti. Penumbuhan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENUMBUHAN BUDI PEKERTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan telah diatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan mengarahkan peserta didik untuk mendengarkan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra dapat menumbuhkan pengetahuan dan mengembangkan apresiasi sastra siswa. Kegiatan apresiasi sastra dapat diwujudkan dengan mengarahkan peserta
Lebih terperinci