3. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Sumber Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan lokasi

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Metode Kerja Bahan dan peralatan pada pengamatan morfometri

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Pengumpulan Data Primer

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata)

statistik menggunakan T-test (α=5%), baik pada perlakuan taurin dan tanpa diberi Hubungan kematangan gonad jantan tanpa perlakuan berdasarkan indeks

3. METODE PENELITIAN

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Clupea platygaster) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBANG (Sardinella maderensis Lowe, 1838) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA YANG DIDARATKAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SELAR KUNING (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) DI PERAIRAN SELAT SUNDA, PROVINSI BANTEN REZANINDA PRESTIANINGTYAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

REPRODUKSI IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata Cuvier dan Valenciennes 1847) YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari April hingga September

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

3 HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

KAJIAN STOK SUMBER DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NUR LAILY HIDAYAT

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Lumo (Labiobarbus ocellatus) menurut Froese R, Pauly D

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

KAJIAN STOK IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI IKAN KRESEK (Thryssa mystax) PADA BULAN JANUARI-JUNI DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR LISA FATIMAH

ASPEK BIOLOGI IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN DI PPP MORODEMAK

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

III. BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

3. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

3. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus moluccensis Bleeker, 1855) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, JAKARTA UTARA

ASPEK BIOLOGI IKAN TIGAWAJA (Johnius sp.) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TAWANG KABUPATEN KENDAL

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT SUNDA GAMA SATRIA NUGRAHA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Terisi Menurut Richardson (1846) (2010) klasifikasi ikan terisi (Gambar 2) adalah sebagai berikut :

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra

Transkripsi:

16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama kali matang gonad, musim pemijahan, sifat pemijahan ikan swanggi. Pemijahan ikan swanggi dapat terjadi secara sebagian atau total. Maka untuk mengetahui hal tersebut dilakukan pengamatan faktor kondisi, Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), dan diameter telur. Pengamatan tersebut juga dilakukan untuk mengetahui potensi reproduksi. Ikan swanggi yang diamati merupakan ikan hasil tangkapan yang berasal dari Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan Banten. 3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan mulai Maret sampai dengan Oktober 2011. Waktu pengambilan contoh dilakukan satu kali setiap bulan. Ikan contoh diambil dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Labuan, yaitu TPI Labuan 1 dan TPI Labuan 3 yang merupakan hasil tangkapan nelayan yang melaut di perairan Selat Sunda. Adapun peta lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan swanggi Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

17 3.3. Metode Kerja 3.3.1. Pengumpulan ikan contoh Pengambilan contoh ikan swanggi dilakukan dengan metode pengambilan contoh acak sederhana (PCAS). Pengambilan contoh acak sederhana merupakan suatu teknik dalam mengambil contoh yang paling sederhana dari suatu populasi, dengan asumsi semua contoh memiliki peluang yang sama untuk terambil, dan tiap anggota populasi bersifat homogen. 3.3.2. Analisis laboratorium 3.3.2.1. Pengukuran panjang dan bobot ikan contoh Ikan contoh yang telah diambil dari TPI Labuan, Banten selanjutnya diukur panjang totalnya dan ditimbang bobot tubuhnya. Pengukuran panjang total dilakukan dengan cara mengukur jarak antara ujung kepala terdepan (ujung rahang terdepan) sampai dengan ujung sirip ekor yang paling belakang (Affandi et al. 2002). Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan penggaris yangmemiliki skala terkecil 1 mm. selanjutnya dilakukan penimbangan bobot tubuh ikan dengan menggunakan timbangan digital yang memiliki skala terkecil 0.0001 gram. 3.3.2.2. Pembedahan ikan contoh dan penimbangan gonad Pembedahan ikan dilakukan dengan menggunakan alat bedah, yang dimulai dari bagian anus sampai dengan tutup insang. Pembedahan ikan ini dilakukan untuk mendapatkan gonad ikan swanggi. Seluruh gonad yang didapatkan kemudian dibersihkan dan dikeringkan menggunakan tisu, selanjutnya ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Namun pada bulan Mei terjadi kehilangan data bobot gonad sehingga besarnya nilai IKG bulan Mei tidak dapat diketahui. 3.3.2.3. Penentuan jenis kelamin Penentuan jenis kelamin ikan dilakukan setelah ikan dibedah, kemudian gonad diamati. Gonad ikan betina memiliki ciri-ciri pada gonad terlihat ada butir-butir telur, sedangkan gonad ikan jantan memiliki ciri-ciri permukaannya halus. Penentuan jenis kelamin ikan bertujuan untuk memperoleh nisbah kelamin, dengan

18 demikian dapat diduga keberhasilan pemijahan dengan melihat rasio jumlah antara ikan jantan dengan betina di perairan. 3.3.2.4. Pengamatan struktur morfologis organ gonad Tingkat kematangan dan perkembangan gonad ikan dapat ditentukan secara morfologis sesuai dengan Sivakami et al. (2001) seperti yang tercantum pada Tabel 2. Setelah dilakukan pengamatan morfologis, gonad TKG III sampai TKG VI diawetkan dengan menggunakan formalin 4%. Tabel 2. Perkembangan tingkat kematangan gonad (TKG) TKG Kondisi Morfologi Gonad Jantan Morfologi Gonad Betina I Tidak Masak Tipis berbentuk segitiga anterior runcing, ukuran gonad kecil, gonad belum berhasrat bereproduksi Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan rongga tubuh, ukuran kecil, belum berhasrat reproduksi, warna merah muda terang, licin, transparan, dan II Pemasakan I Ukuran testes lebih besar, transparan, berbentuk segitiga. Jika diraba kasar. Membesar di ujung anterior III Pemasakan II Testes berubah dari transparan ke warna putih kekuningan (cream), testes mulai membesar IV Masak I Produk seksual masak, testes makin pejal, tebal, buram, dan kasar V Masak II Testes berwarna keputihan, lunak, dan berbentuk segitiga berbentuk kupu-kupu Gonad kecil ukurannya, telur belum dapat dibedakan dengan mata biasa, berwarna kekuningan, sudah lebih besar dari TKG I Telur-telur dapat dibedakan oleh mata biasa pertambahan berat gonad berjalan dengan cepat, runcing dibagian posterior, penuh dibagian tengah, berwarna jingga cerah Gonad mencapai berat yang maksimum, tetapi produk seksual tersebut belum keluar bila perutnya ditekan, tak tembuh cahaya, jingga, tebal, kasar, sudah dapat diidentifikasi, ukuran membesar Produk seksual keluar bila perut ditekan perlahan, berat gonad turun dengan cepat dari awal pemijahan sampai selesai, lunak, ukuran membesar, mudah diidentifikasi VI Dewasa Testes berisi sperma sisa, ukuran lebih besar daripada TKG V, dengan warna keputihan, dan lunak VII Tahap atresia Warna pudar, berkerut, ukuran menyusut Sumber : Sivakami et al. (2001) Gonad seperti kantung kempis, dan berisi beberapa telur sisa, lebih lunak, berwarna merah pudar, mulai kisut Gonad berbentuk kecil, telur belum dapat dibedakan oleh mata biasa,ukuran menyusut, berwarna kemerahan

19 3.3.2.5. Penghitungan jumlah telur Penghitungan jumlah telur ovari dilakukan pada TKG III sampai TKG VI. Hal tersebut dikarenakan pada TKG I dan TKG II butir telur belum terlihat jelas dan belum dapat dipisahkan. Metode yang digunakan dalam menganalisis fekunditas yaitu metode gabungan (gravimetrik dan volumetrik). Metode gabungan dilakukan dengan menimbang gonad betina yang memiliki TKG III sampai TKG VI. Pengamatan pendahuluan terhadap butir telur diduga bahwa ukuran diameter telur yang dimiliki tidak sama, oleh karena itu contoh telur diambil berdasarkan tiga bagian berbeda yaitu sub gonad dibagian anterior, sub gonad bagian median, dan sub gonad bagian posterior, kemudian setiap sub gonad ditimbang bobotnya. Sub gonad contoh yang didapat diencerkan dalam cawan petri sampai 10 cc. Sebanyak 1cc dari contoh tersebut diambil menggunakan pipet tetes dan dipindahkan ke dalam cawan petri baru untuk dihitung jumlah telur dengan menggunakan jarum. 3.3.2.6. Pengukuran diameter telur Pengukuran diameter telur dilakukan pada telur yang telah mencapai TKG III sampai TKG VI. Contoh telur diambil berdasarkan tiga bagian berbeda yaitu sub gonad dibagian anterior, sub gonad bagian median, dan sub gonad bagian posterior. Contoh telur dari masing-masing sub gonad tersebut diambil secara acak sederhana sebanyak 50 butir, selanjutnya contoh telur disusun pada gelas obyek secara teratur, dan diamati di bawah mikroskop yang sudah dilengkapi dengan mikrometer okuler dengan perbesaran 4 x 10. Prosedur penelitian yang dimulai dari pengambilan ikan contoh, analisis laboratorium, serta pengumpulan data-data dasar dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu diagram alir penelitian.

20 Ikan contoh Pengukuran panjang dan bobot Pembedahan ikan Hubungan panjang dan bobot Faktor kondisi Pola pertumbuhan Pengamatan dan pengukuran organ ikan Gonad ikan Penentuan jenis kelamin Pengamatan struktur morfologi Penimbangan bobot gonad Perhitungan jumlah telur Pengukuran diameter telur Nisbah kelamin TKG IKG Fekunditas Sebaran diameter telur Potensi reproduksi Pola reproduksi Kaitkan dengan waktu Kaitkan dengan ukuran Kaitkan dengan tempat Waktu pemijahan Ukuran matang gonad Tempat pemijahan Kesesuaian habitat Tidak dikaji pada penelitian ini Gambar 3. Alur pikir tahapan penelitian secara sederhana

21 3.4. Analisis Data 3.4.1. Sebaran frekuensi panjang Data panjang yang diperoleh dari pengukuran panjang ikan ditabulasikan menjadi beberapa kelompok ukuran berdasarkan kelas ukuran panjang total ikan. Tujuan analisis data berdasarkan sidik frekuensi panjang untuk menentukan umur terhadap kelompok-kelompok panjang tertentu. Analisis tersebut bermanfaat dalam pemisahan suatu distribusi frekuensi panjang yang kompleks ke dalam sejumlah kelompok ukuran (Sparre & Venema 1999). Sebaran frekuensi panjang pada analisis pola reproduksi ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengelompokan ukuran baik dalam analisis TKG, IKG, dan Faktor kondisi. Sehingga interpretasi terhadap kondisi biologis tersebut didasarkan pada selang kelas ukuran panjang. Frekuensi setiap selang kelas dan batas kelas panjang sebelumnya ditentukan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pergeseran modus setiap bulan, sehingga dapat diprediksi kecepatan pertumbuhan populasinya. Perhitungan secara matematis dilakukan dengan menggunakan bantuan software Ms. Excel, melalui perhitungan data analysis pada tools tersebut. Rumus matematis analisis sebaran frekuensi panjang berdasarkan ukuran panjang yaitu sebagai berikut (Walpole 1993): (1) Menentukan wilayah kelas, r = pb-pk (r = wilayah kelas, pb = panjang tertinggi, pk = panjang terpendek) (2) Menentukan jumlah kelas 1 + 3,32 log N (N = jumlah data) (3) Menghitung lebar kelas, L = (L = lebar kelas, r = wilayah kelas) (4) Memilih ujung bawah kelas interval (5) Menentukan frekuensi jumlah masing-masing selang kelas yaitu jumlah frekuensi dibagi jumlah total dikalikan 100. 3.4.2. Hubungan panjang bobot Analisis data hubungan panjang dan bobot dilakukan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan swanggi, sehingga dapat dilakukan analisis lanjut terhadap faktorfaktor yang mengakibatkan pola pertumbuhan bersifat isometrik atau allometrik.

22 Analisis data hubungan panjang bobot mengacu pada Effendi (2002) berdasarkan persamaan allometrik (allometric growth model), berikut adalah rumus matematisnya : W = al b W : bobot tubuh ikan (gram) L : panjang tubuh ikan (mm) a : intersep b : slope (kemiringan) Nilai b digunakan untuk menduga pola pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis. Adapun hipotesis yang digunakan adalah : (1) Bila b = 3 maka disebut isometrik (pertumbuhan panjang sama dengan pertubuhan berat). (2) Bila b 3 maka disebut allometrik, yaitu : b > 3 disebut allometrik positif (pertumbuhan berat lebih dominan) b < 3 disebut allometrik negatif (pertumbuhan panjang lebih dominan) Analisis hubungan panjang-bobot ini dilakukan dengan bantuan software Ms. Excel. 3.4.3. Faktor kondisi Faktor kondisi (K) adalah suatu keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 2002) : K (t,s,f) : faktor kondisi W : bobot tubuh ikan contoh (gram) L : panjang total ikan contoh (mm) a : konstanta b : intercept Effendie (1979) menyatakan apabila nilai K berkisar antara 2-4 menunjukkan bahwa badan ikan tersebut berbentuk agak pipih. Sedangkan nilai K yang berkisar antara 1-3 menunjukkan bahwa badan ikan tersebut berbentuk kurang pipih.

23 3.4.4. Nisbah kelamin Nisbah kelamin dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah jantan dan betina dari ikan contoh, sehingga dapat diketahui rasio keduanya. Analisis untuk mengetahui keseimbangan nisbah kelamin ikan jantan dan betina dirumuskan sebagai berikut (Effendie 2002) : Pj (%) = x 100 Pj : nisbah kelamin (Jantan/betina) A : jumlah jenis ikan tertentu (Jantan/betina) B : jumlah total individu ikan yang ada (ekor) Rasio antara ikan jantan dan betina dari suatu populasi ikan tersebut kemudian diuji kembali dengan menggunakan uji Chi-square (X 2 ) (Steel & Torrie 1993 in Adisti 2010), analisis ini dilakukan dengan bantuan software Ms. Excel, sehingga dapat diketahui keseimbangan populasi. Berikut adalah rumus dari uji Chi-square : Χ 2 = Χ 2 : nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri sebaran Khi-Kuadrat oi : jumlah frekuensi ikan jantan dan betina yang teramati ei : jumlah frekuensi harapan dari ikan jantan dan betina Hipotesis yang digunakan adalah : H0 = 0 ; Proporsi jantan dan betina ideal di perairan H1 ± 0 ; Proporsi jantan dan betina tidak ideal di perairan 3.4.5. Indeks kematangan gonad Indeks kematangan gonad dapat diukur dengan membandingkan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan (Effendie 2002) : IKG (%) = x 100 BG : bobot gonad (gram) BT : bobot tubuh

24 3.4.6. Penentuan ukuran ikan pertama kali matang gonad Pendugaan ukuran pertama kali ikan matang gonad dilakukan untuk mengetahui umur ikan swanggi di Selat Sunda pertama kali matang gonad. Pendugaan ini dilakukan dengan memisahkan kelompok belum matang gonad (TKG I, II, dan III) dan kelompok yang matang gonad (TKG V), kemudian dibuat grafik berdasarkan selang kelas. Metode lain untuk menduga ukuran pertama kali ikan matang gonad dapat dilakukan dengan pendekatan teoritis berdasarkan perhitungan 50% matang gonad dari proporsi pada kurva logistik (King 2006). Persamaan pada metode King tersebut adalah sebagai berikut : P = P : proporsi matang gonad L : rata-rata panjang Lm : ukuran pertama kali matang gonad 3.4.7. Fekunditas Fekunditas ikan atau jumlah telur masak sebelum dikeluarkan saat ikan memijah dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 2002) berikut : F = F : fekunditas gabungan (butir) G : berat gonad (gram) V : volume pengenceran (ml) X : jumlah telur tiap ml (butir) Q : berat telur contoh (gram) Fekunditas dapat dihubungkan dengan panjang tubuh maupun bobot tubuh (Effendie 2002). Hubungan antara fekunditas dengan panjang dapat dirumuskan sebagai berikut : F = al b

25 Sedangkan hubungan fekunditas dengan bobot dirumuskan sebagai berikut : F = aw b F : fekunditas total (butir) a : konstanta b : konstanta L : bobot total ikan W : bobot total ikan