BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya yang bertanggung jawab terhadap Pendidikan siswa siswi yang berada

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini banyak bahasa salah satunya adalah Bahasa Isyarat. Tetapi. dewasa ini kata-kata dalam Bahasa Isyarat yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

APLIKASI KAMUS ELEKTRONIK BAHASA ISYARAT BAGI TUNARUNGU DALAM BAHASA INDONESIA BERBASIS WEB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi merupakan hal terpenting yang dilakukan oleh manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari perjalanan seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. media yang dibutuhkan di segala bidang terutama dibidang pendidikan.

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TUNA RUNGU POKOK BAHASAN PECAHAN SENILAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak penyandang tuna daksa (memiliki kecacatan fisik), seringkali

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat penghubung dalam berkomunikasi.bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap individu telah diatur di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbit tahun Sumber detikhealth.com, hasil penelitian WBTI (World Breastfeeding Trends Initiative), ditulis

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahan kajian (materi) PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. SLB B YRTRW Solo dalam mengakses informasi berita televisi Seputar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak tuna rungu atau anak dengan gangguan pendengaran merupakan anak

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Managamen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B TERPADU DI SEMARANG

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB 1. Pendahuluan. alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan seseorang, tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai

PELATIHAN PEMBUATAN MODUL AJAR BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK SISWA DIFABEL PADA SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARMONI GEDANGAN

SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS DALAM MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

DISERTASI. diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting diberikan kepada tiap anak.pemerintah Indonesia selalu memperjuangkan untuk meningkatkan kwalitas pendidikannya. Karna seperti yang kita ketahui masa depan suatu Negara tergantung dengan sumber daya manusia (SDM) yang dimilikin. Agar memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkwalitas maka pemerintahan mulai memupuk anak bangsanya dengan pendidikan yang berkwalitas pula. Pemerintahan Indonesia bertekat untuk meningkatkan dan memberikan pendidikan yang menyeluruh.segala hal tentang pendidikan telah diatur dalam undang-undang Negara. Pendidikan untuk anak difabel atau anak yang memiliki kekurangan dalam fisik pun telah tertulis dalam undang-undang Sisdiknasno. 20 tahun 2003 pasal 5 (Depdiknas, 2006: 4). tentang hak dan kewajiban warga negara, yang berbunyi bahwa: 1. Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Dalam undang-undang diatas, dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam pemberian pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan kepada siswa normal dan siswa yang berkebutuhan khusus pun berhak memperoleh pendidikan yang bermutu maka dari itu untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. segala peraturan telah dibuat dan dikategorikan berdasarkan tingkat kelainan tersebut. Salah satunya anak berkebutuhan yang di maksud adalah anak tunarungu. Jumlah tunarungu di Indonesia cukup banyak Indonesia merupakana Negara di asia yang memiliki penduduk yang cukup banyak berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 234,2 juta jiwa atau naik dibanding jumlah penduduk pada tahun 2000 yang mencapai 205,1 juta jiwa. Data tersebut berasal dari sensus penduduk yang diselenggarakan pada tahun

2010 dan merupakan sensus penduduk yang telah dilakukan. Dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia, presentasi populasi penyandang tunarungu cukup besar, seiring pertambahan penduduk setiap tahun. Jumlah penyandang tunarungu diperkirakan sebesar 1,25 persen dari total jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 atau sekitar 2.962.500 jiwa. Jumlah tersebut merupakan jumlah penyandang dewasa, remaja, dan anak-anak. Saat ini program membangunan serta peningkatan kwalitas mutu pendidikan bagi anak difabel termasuk tunarungu sedang dilakukan oleh pemerintah seperti berita yang dilansir oleh republika online 2 Mei 2014 gubernur jabar bersama kementrian Pendidikan Nasional akan meningkatkan kwalitas dan mutu pendidikan dengan cara membangun sekolah inklusi sebanyak 365 sekolah dan 30 SLB sebagian besar dibangun di kota Bandung. Hal ini diwujudkan demi membantu memenuhi kebutuhan pendidikan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Dengan adanya pembangunan sekolah yang dibangun untuk para kaum difabel diharapkan dapat membantu meningkatkan kecerdasan, mengurangi sikap ketergantungan terhadap orang lain hingga bisa menjadi masyarakat mandiri yang mampu bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat luas. Anak tunarungu adalah anak yang memiliki kekurangan dalam hal pendengaran, Tidak ada perbedaan kecerdasan antara siswa normal jika pendidikan yang diberikan sesuai. Walaupun secara fisik siswa tunarungu memiliki gangguan dalam pendengaran karena terdapat kerusakan pada sistem pendengarannya. Komunikasi merupakan hal terpenting, walau pun pada kasus anak tunarungu ini komunikasi merupakan masalah tersendiri bagi kaum tunarungu karena memiliki kekurangan pada indra pendengarnya, sulit untuk mengembangkan kemampuan berbicaraanak tunarungu, sehingga hal tersebut akan menghambat perkembangan kepribadian, kecerdasan, dan penampilannya sebagai makluk sosial. Untuk itu kaum tunarungu memerlukan bahasa khusus untuk berkomunikasi yaitu dengan bahasa isyarat. Bahasa isyarat ini telah disepakati dengan nama SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) merupakan metode pembelajaran bahasa isyarat untuk komunikasi kaum tunarungu yang kini telah dituangkan kemedia buku kamus system isyarat bahasa Indonesia (kamus SIBI). Wujudnya adalah tataan yang sistematis tentang seperangkat jari, tangan dan berbagai gerakan yang 1

mengembangkan kosa kata bahasa Indonesia. Kamus ini dipergunakan para guru untuk mengajarkan murid-muridnya di sekolah dengan metode KOMTAL (komunikasi total) ini membantu anak tuna rungu bisa berkomunikasi dengan baik. Metode system isyarat ini biasa digunakan untuk murid tuna rungu dasar hingga menengah. Namun menurut Iis Sayidah seorang guru dan kepala sekolah SLB B Sejatera menyatakan bahwa metode dan penggunaan buku SIBI ini lebih efektif jika digunakan oleh murid dalam tingkatan menegah SMP ke atas dikarenakan murid tingkatan menengah keatas sudah mulai bisa belajar secara mandiri tanpa perlu didampingi. Pernyataan ini menjelaskan bahwa anak tunarungu tingkat menengah keatas lebih sering menggunakan kamus SIBI. Namun walau pun mereka sudah sedikit mengerti bagaimana mempelajari buku kamus SIBI tersebut dibandingkan anak sekolah dasar anak tingkat SMP dan SMA ini masih mengeluhkan kesulitannya menerjemahkan deskripsi serta gambar visual dua dimensi sebagai petunjuk gerakan isyarat pada buku SIBI itu merupakan kesulitan yang mengakibatkan kurangnya minat mereka untuk mempelajari bahasa isyarat. Metode pengajaran SIBI yang diajarkan guru di sekolah SLB pada murid tunarungu adalah dengan cara mencontoh gerakan pada murid dan murid mengamati dan mengikuti apa yang dilihat. Penulis menerapkan metode pengajaran ini dengan cara menerapkanya pada media baru yang menyajikan visual bergerak sesuai kata perkata yang acunya buku kamus SIBI. Media yang akan di gunakan adalah alternative media baru untuk menunjang kebutuhan anak berkebutuhan khusus agar bisa mempermudah mempelajari bahasa isyarat dengan kamus SIBI dimedia yang baru ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai media alternatef untuk media pendukung buku kamus SIBI di sekolah sebagai pelengkap fasilitas. Berdasarkan data diatas, penulis berkesimpulan bahwa tidak adanya media penunjang untuk membantu media utama buku kamus SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) yang digunakan sebagai acuan pembenlajaran bahasa isyarat murid tingkat menengah hingga tingkat atas sekolah berkebutuhan khusus (tunarungu) dan tingginya tingkat kesulitan saat mempelajari bahasa isyarat 2

dengan buku kamus SIBI sehingga menimbulkan rasa malas dan mengurangi minat anak untuk mempelajari bahasa isyarat. Maka penulis berencana untuk membuat PERANCANGAN ELEMEN VISUAL SEBAGAI PENDUKUNG BUKU KAMUS SIBI BAGI ANAK TUNARUNGU TINGKAT SMP DAN SMA DI KOTA BANDUNG. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa permasalah yang terdapat dalam perancangan ini maka dari itu permasalahan akan diklasifikasikan menjadi identifikasi masalah dan rumusan masalah agar permasalahan itu menjadi spesifik dan bisa dicari solusinya,identifikasi masalah dan rumusan masalahnya sebagaiberikut: 1.2.1 Identifikasi Masalah Setelah penulis melihat latar belakang permasalahan diatas maka penulis bisa menyimpulkan bahwa identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya media yang digunakan untuk mempelajari bahasa isyarat, saat ini hanya tergantung pada satu media yaitu buku kamus SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). 2. Kurangnya pemanfaatan media selain buku untuk meningkatkan efektifitas pengajaran metode system isyarat bahasa Indonesia. 1.2.2 Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah diatas maka penulis bisa merumuskan beberapa masalah, yaitu: 1. Bagaimana mendesain media pendukung buku kamus SIBI dalam pembelajaran bahasa isyarat bagi anak tunarungu tingkat SMP dan SMA di Kota Bandung? 2. Bagaimana mendesain elemen visual pada media pendukung kamus SIBI yang komunikatif sebagai upaya untuk meningkatkan minat mempelajari bahasa isyarat bagi anak tunarungu tingkat SMP dan SMA? 3

1.3 Ruang Lingkup Dari identifikasi dan Rumusan masalah yang telah dipaparkan serta untuk pembahasan lebih terarah maka penulis akan memeparkan ruang lingkup masalah pada penelitian ini. Berikut ruang lingkup masalah tersebut : 1. Apa Media yang akan di rancang untuk media pendukung untuk buku kamus SIBI. 2. Bagaimana Media pendukung buku SIBI ini bisa menjadi media pendukung yang efektif mudah dipelajari dan dimengerti oleh penggunanya terutama bagi pelajar tingkat SMP dan SMA sekolah SLB di kota Bandung. 3. Siapa Pelajar tingkat SMP dan SMA SLB khususnya yang bersekolah di daerah perkotaan dengan perekonomian menengah hingga menengah ke atas. 4. Dimana Media pendukung yang akan dirancang ini merupakan media pendukung untuk mempermudah dan lebih mengefektifkan lagi pembelajaran bahasa isyarat agar bisa dipelajari secara mandiri tanpa perlu didamping. Perancangan ini ditujukan untuk siswa dan siswi tunarungu dengan tingkatan pendidikan SMP dan SMA. Untuk proses pencarian dan pengujian data dilakukan di kota Bandung. 5. Kapan Perancangan ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama periode Februari dan Maret 2015 yang kemudian dilanjutkan untuk perancangan media yang akan digunakan dilakukan pada bulan April hingga Juni 2015. Sedangkan untuk persiapan media dan kebutuhan pendukung dilakukan pada bulan Juli hingga Juli 2016. 4

1.4 Tujuan Perancangan Setelah meninjau dari rumusan masalah di atas, maka tujuan perancang ini adalah : 1. Untuk mendesain media graphical user interface yang efektif dan komunikatif untuk mendukung buku kamus SIBI agar mempermudah serta meningkatkan minat anak tunarungu mempelajari bahasa isyarat bahasa Indonesia. 1.5 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan data metode analisis data yang akan dijelaskan seperti berikut ini: dan 1.5.1 Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data tentang rancangan media pendukung buku kamus SIBI untuk tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, ini penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Metode Studi Pustaka Data dari informasi yang peneliti dapatkan diperoleh melalui buku, jurnal dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. 2. Metode Wawancara Selain itu peneliti juga menggunakan metode wawancara dalam pengumpulan data. Peneliti mewawancarai pengajar (guru), dan murid SLB B. Untuk mengetahui apa media yang tepat digunakan untuk menunjang buku kamus SIBI agar pembelajaran bahasa isyarat efektif dan lebih mudah dipelajari oleh murid. 5

3. Metode Observasi Peneliti mengobservasi dan mengamati langsung perilaku anak tunarungu saat mempelajari buku SIBI untuk mendapatkan data mengenai cara belajar system isyarat yang efektif. 1.5.2 Metode Analisis Data Dalam pengumpulan data tentang perancangan elemen visual sebagai pendukung buku kamus SIBI bagi anak tunarungu tingkat SMP dan SMA di kota Bandung, penulis menggunakan metode kualitatif. Jenis data yang dihasilkan dengan metode ini tidak dapat diukur secara sistematis sehingga tidak dapat ditentukan nilainya, dalam hal ini data yang digunakan dalam bentuk studi kasus tentang bagaimana cara belajar anak tunarungu untuk mempelajari bahasa isyarat. 6

1.6 Kerangka Perancangan Alur dari prosess perancangan dalam tugas akhir ini dapat dilihat pada skema perancangan berikut: Bagan 1.1 Skema Perancangan Sumber: Data Penulis 7

1.7 Sistematika Penulisan Ada lima tahapan BAB yang menjadikan ketentuan penyusunan penelitian laporan tugas akhir ini yang disusun oleh penulis yaitu: BAB I: Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah danpenjabaran mengenai masalah yang diangkat berdasarkan fenomena yang terjadi, serta menjelaskan fokus permasalahan dengan rumusan, batasan masalah, serta tujuan penelitian.pada bab ini juga dijelaskan metode pengumpulan data yang akan dilakukan, kerangka perancangan, data yang digunakan, dan kerangka teori yang digunakan sebagai acuan untuk proses penelitian. Bab II: Dasar Pemikiran Menjelaskan tentang teori apa saja yang digunakan oleh penulis untuk menganalisa menelitiannya berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan oleh penulis. Bab III: Data dan Analisis Masalah Pemaparan data-data hasil wawancara dan observasi serta menjelaskan hasil analisis dari data yang didapatkan dengan menggunakan teori yang telah diuraikan pada Bab II untuk dijadikan strategi perancangan. Bab IV: Konsep dan Hasil Perancangan Menjelaskan konsep perancangan yang terdiri dari konsep komunikasi, konsep kreatif, konsep media dan konsep visual.serta menampilkan hasil perancangan mulai dari sketsa hingga penerapan visualisasi pada media. Bab V: Kesimpulan dan Saran Berisi Simpulan dari penelitian yang telah dilakukan penulis, saran dan masukan yang diberikan oleh parapenguji kedapa penulis pada waktu sidang. 8