I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juni

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai dengan bulan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juni

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. protein dari sampel, sedangkan demineralisasi merupakan proses pemisahan

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember di Laboratorium Biomasa Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

1 atm selama 15 menit

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

Lampiran 1. Prosedur Analisis

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

33 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juni 2014, dengan tahapan kegiatan yaitu pengambilan sampel di Gudang Lelang, Teluk Betung, pembuatan serta karakterisasi kitin, serta pengukuran konsentrasi glukosamin hasil fermentasi secara spektrofotometri UV-Vis, dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu, Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Dalam penelitian ini, alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, bejana tahan asam dan basa, termometer, oven, pipet mikro, neraca digital Wiggen Houser, Heating Magnetic Stirer, Autoklaf Tomy SX-700, Laminar Air Flow, Incubator Memmer-Germany/INCO2, FTIR Varian 2000 Scimiter series, Shaker incubator, Freezer, Waterbath Wiggen Hauser, Freezdryer Scanvac, Sentrifuge, Spektrometer UV-Vis Varian, HPLC Varian 940-LC, detektor ELSD Varian 385- LC, kolom C18 (125 mm x 4,6mm).

34 Bahan-bahan yang digunakan adalah kitin dan glukosamin standar produk WAKO Jepang, agar for microbiology, dekstrosa, yeast extract, malt extract, isolat Actinomycetes ANL-4, air laut steril, cycloheximide, nalidixic acid, NaOH, HCl, (NH 4 ) 2 SO 4, NaCl, K 2 HPO 4, MgSO 4, CaCl 2, CH 3 COONa, PITC (phenyl isothiocyanate), metanol, kertas saring, kapas, kain kasa, aquades, indikator universal, serbuk kulit udang. C. Prosedur Penelitian 1. Isolasi Kitin Proses ekstraksi kitin terdiri dari tiga tahap, yaitu: deproteinasi yang merupakan proses pemisahan protein dari kulit udang, demineralisasi yang merupakan proses pemisahan mineral, dan depigmentasi yang merupakan tahap pemutihan kitin. Namun pada penelitian ini tidak akan dilakukan tahap depigmentasi karena kitin yang dihasilkan tidak untuk dikomersialkan. a. Persiapan Sampel Kulit Udang Limbah kulit dan kepala udang untuk bahan baku pembuatan kitin dikumpulkan dari pengepul udang di kecamatan Teluk Betung, Bandar Lampung. Limbah kulit dan kepala udang dipisahkan dari isi dan kotorannya kemudian dicuci bersih. Kulit dan kepala udang direndam dalam air dan dipanaskan selama ± 15 menit, lalu ditiriskan. Selanjutnya kulit dan kepala udang dijemur dibawah sinar matahari selama sehari dan sampel yang telah kering diblender atau dihancurkan hingga menjadi bubuk halus.

35 b. Deproteinasi Sebanyak 100 g sampel kulit udang ditimbang dan dimasukkan dalam bejana tahan asam dan basa yang dilengkapi dengan termometer dan batang pengaduk, dan diletakkan dalam penangas air. Kemudian sampel ditambahkan 1000 ml larutan NaOH 20% dan dipanaskan selama 1 jam pada suhu 90 o C (Pariera, 2004). Selanjutnya dilakukan penyaringan hingga diperoleh residu dan filtrat. Untuk menguji apakah protein telah berhasil dipisahkan dari kitin, maka diambil 5 ml filtrat dan ditambahkan dengan CuSO 4. Protein dengan CuSO 4 akan membentuk kompleks berwarna ungu. Residunya dicuci dengan air suling hingga ph netral kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 60 o C selama 24 jam. c. Demineralisasi Kitin kasar hasil deproteinasi dimasukkan dalam bejana tahan asam dan basa yang dilengkapi dengan batang pengaduk dan termometer, dan diletakkan dalam penangas air. Kemudian ditambahkan HCl 1,25 N dengan perbandingan 1 : 10 ( v / v ) dan dipanaskan pada suhu 90 o C selama 1 jam (Pareira, 2004). Selanjutnya dilakukan penyaringan hingga diperoleh residu dan filtrat. Filtrat diuji dengan menambahkan ammonium oksalat untuk membuktikan bahwa mineral kalsium telah berhasil dipisahkan dari kitin. Ion oksalat akan membentuk endapan putih dengan kalsium. Kemudian residu dikeringkan dalam oven pada suhu 60 o C selama 24 jam.

36 2. Karakterisasi Kitin dengan FTIR Kitin murni yang diperoleh dari dua tahap yaitu deproteinasi dan demineralisasi akan dibaca menggunakan Spektrofotometer FTIR. Kitin dibuat pellet dengan KBr, kemudian dilakukan scanning pada daerah frekuensi antara 4000-1 sampai dengan 400-1. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil pembacaan kitin standar. 3. Pembuatan Media a. Media ISP-2 (International Streptomyces Project-2) Media ISP-2 terdiri dari 0,4 g yeast extract; 1 gram malt extract; 0,4 gram dekstrosa, dan 2 gram agar, lalu dilarutkan dalam 100 ml air laut steril kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C dan tekanan 2 atm. Setelah itu media disinari dengan sinar uv dalam laminar air flow selama 5 menit dan ditambahkan masing-masing 25 µl cycloheximide dan nalidixic acid (Margavey et al., 2004). b. Larutan Mineral Garam Actinomycetes ANL-4 Larutan ini terdiri dari 0,4% (NH 4 ) 2 SO 4, 0,6% NaCl, 0,1% K 2 HPO 4, 0,01% MgSO 4, 0,01% CaCl 2, dan 1% kitin. Larutan disterilkan dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 o C dan tekanan 2 atm.

37 4. Pertumbuhan Actinomycetes ANL-4 Media ISP-2 yang telah ditambahkan masing-masing 25 µl cycloheximide dan nalidixic acid kemudian dituang secara hati-hati ke dalam cawan petri dan tabung reaksi (media agar miring) yang telah disterilisasi sebelumnya. Cycloheximide dan nalidixic acid ditambahkan untuk menghindari kontaminasi dengan jamur (Margavey et al., 2004). Setelah agar memadat, strain Actinomycetes ANL-4 ditumbuhkan pada media ISP-2. Selanjutnya media ISP- 2 tersebut diinkubasi dalam inkubator pada suhu 30 o C dan pertumbuhan Actinomycetes diamati setelah ± 7 hari waktu inkubasi. 5. Persiapan Inokulum Spora kultur 7-9 hari dipisahkan dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml yang berisi 10 ml larutan mineral garam yang telah disterilisasi. Media inokulum ini dibuat 9 replikat. Labu erlenmeyer diletakkan pada shaker inkubator dengan kecepatan 200 rpm pada suhu 30 o C selama 7 hari. 6. Fermentasi Fase Cair Sistem Tertutup (Batch) Kitin dengan Actinomycetes ANL-4 Fermentasi batch dilakukan dengan menggunakan Shaker Incubator sistem tertutup. Substrat yang digunakan adalah kitin. Sebelum digunakan, kitin dipanaskan dalam larutan 0,5% NaOH dengan perbandingan 1:1 selama 1 jam. Selanjutnya kitin dibilas dengan akuades hingga ph 7, lalu filtratnya dipisahkan dengan penyaringan, dan kemudian dikeringkan.

38 Sebanyak 1 g substrat kitin dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml. Substrat kemudian direndam dalam 10 ml larutan mineral garam yang terdiri dari 0,4% (NH 4 ) 2 SO 4, 0,6% NaCl, 0,1% K 2 HPO 4, dan 0,01% CaCl 2. Media fermentasi ini dibuat 9 replikat. Selanjutnya media disterilisasi dengan autoklaf pada 2 atm temperatur 121 o C selama 20 menit. Kultur awal diinokulasikan dalam media kitin dengan perbandingan 1 : 1, lalu media cair difermentasikan pada 30 o C dengan kecepatan shaking 250 rpm selama 45 hari (Chahal et al., 1996). Sejumlah hasil dari fermentasi batch, pada tiap selang waktu 5 hari, dipanaskan dengan waterbath pada suhu 70 o C selama 45 menit. Kemudian dicampurkan dengan 5 ml air suling dengan membiarkan labu erlenmeyer pada rotary shaker selama 1 jam pada 200 rpm. Campuran disaring menggunakan kertas saring dan filtrat disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 20 menit pada suhu 4 o C. Semua filtrat yang dieroleh, dibekukan dalam freezer selama 24 jam, kemudian diliofilisasi menggunakan freeze dry sampai terbentuk kristal glukosamin. 7. Analisis Glukosamin dengan Spektrofotometer UV-Vis Sampel yang digunakan merupakan rendemen hasil fermentasi tiap selang waktu 5 hari yang telah diliofilisasi dengan freeze dryer. Analisis dilakukan dengan tahapan pembuatan larutan standar PTH (fenil tiourea), optimasi panjang gelombang, pengukuran absorbansi glukosamin dalam sampel, dan kalibrasi hasil pengukuran dengan standar yang telah dibuat.

39 a. Pembuatan larutan standar PTH (fenil tiourea) Larutan standar yang digunakan adalah larutan PTH, hasil reaksi glukosamin (Glc) standar WAKO yang dengan fenil isotiosianat (PITC) dalam metanol. Konsentrasi larutan Glc dan PITC yang dibuat masingmasing adalah 3, 6, 9, 12, dan 15 mg/l. Mula-mula ditimbang 0,1 gram sampel, lalu dilarutkan dalam 10 ml CH 3 COONa dan didiamkan selama 24 jam agar larutan stabil. Larutan standar induk ini kemudian diencerkan secara bertahap hingga menjadi 100 ppm. Larutan standar 3, 6, 9, 12, dan 15 mg/l dibuat dengan dipipet secara teliti 0,3; 0,6; 0,9; 1,2; dan 1,5 larutan standar 100 mg/l, masing-masing diencerkan dengan pelarut CH 3 COONa dalam labu takar 10 ml hingga tanda batas tera, lalu dihomogenkan. Larutan PITC dibuat dengan variasi konsentrasi yang sama menggunakan pelarut metanol dalam labu takar 10 ml. Selanjutnya 10 ml larutan Glc dicampurkan dengan 10 ml larutan PITC dan dikocok dalam labu takar 25 ml selama ± 5 menit. Reaksi antara glukosamin dengan PITC menghasilkan senyawa derivat fenil tiourea (PTH). b. Penentuan panjang gelombang maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum untuk analisis dengan spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan menggunakan larutan standar glukosamin yang telah direaksikan dengan PITC. Scanning panjang gelombang dilakukan dari panjang gelombang 200 nm sampai 350 nm.

40 c. Kalibrasi glukosamin sampel Rendemen glukosamin dari setiap 5 hari inkubasi diambil 0,1 gram sebagai sampel yang akan dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sampel ini dilarutkan dengan natrium asetat dalam labu ukur 10 ml sehingga diperoleh konsentrasi 10.000 mg/l. Larutan ini diencerkan secara bertahap sampai diperoleh konsentrasi 12 ppm, kemudian larutan sampel 12 ppm ini direaksikan dengan PITC dengan konsentrasi yang sama. Absorbansi glukosamin dalam sampel dikalibrasikan dengan kurva standar PTH menggunakan persamaan regresi linear. Hasil yang diperoleh dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi glukosamin dalam rendemen hasil fermentasi tiap selang waktu 5 hari. 8. Analisis Kemurnian Glukosamin dengan HPLC a. Pembuatan standar Glukosamin Sebanyak 50 mg glukosamin standar dilarutkan dalam 25 ml akuabides. Kemudian didiamkan selama ± 24 jam dan diperoleh konsentrasi akhir 2000 mg/l. b. Pemeriksaan Sampel Glukosamin Hasil Fermentasi Sebanyak 50 mg glukosamin hasil isolasi dilarutkan dalam 25 ml akuabides selama ± 24 jam dan diperoleh konsentrasi akhir 2000 ppm. Larutan sampel dibaca dengan HPLC-ELSD (Evaporating Light Scattering Detection) menggunakan kolom C18, fasa gerak asetonitril/air (65:35) yang

41 merupakan campuran pelarut polar, laju alir 0,8 ml/menit, laju gas N 2 1,6 L/menit, suhu nebulisasi 40 o C, suhu evaporasi 30 o C, dan lama proses 6 menit (Jacyno and Dean, 2004).