BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memilih untuk berkerja di perkantoran. Bekerja sebagai pegawai kantor bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan mall yang ada di Surabaya berdasarkan kanalsatu.com: Tabel 1.1 Perkembangan Mall di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Timur, kota Surabaya juga

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Jaman era globalisasi sekarang ini, tingkat kesibukan dalam bekerja semakin

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsumen di masa sekarang semakin menuntut banyak hal terhadap produk

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisatanya dan merupakan kota pelajar di Indonesia. Hal itu yang membuat UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern sendiri yang baru lahir (Utami, 2006:4).Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I menjelaskan mengenai fenomena penelitian beserta variabel -variabel yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis ritel modern, khususnya di bidang fashion agar dapat memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. dijual dengan cara penataan produk (product display). Penataan yang menarik akan. merangsang keinginan konsumen untuk membeli.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk lebih cerdas mempertahankan pasarnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perusahaan memiliki strategi tersendiri dalam menarik konsumen yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse Buying. keterlibatan konsumen terhadap produk fashion maka akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media pemasaran yang dikenal dengan internet marketing atau e- menjadi masalah yang berarti bagi dunia pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif,

BAB I PENDAHULUAN. mudah, fasilitas, dan pelayanan yang memadai. menjadi ancaman bagi peritel lokal yang sebelumnya sudah menguasai pasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kali ini objek yang diteliti adalah Departement Store Mirota Kampus

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. hiburan saat berbelanja (Parwanto, 2006:30). Masyarakat Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. promosi secara berkesinambungan dan terarah akan mampu mencapai hasil. tawarkan demi mencapai tujuan finansial dan nonfinansial.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas bisnis yang meliputi penjualan produk dan jasa kepada konsumen untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. mengetahui hubungan antara variabel Atribut Produk dan Motif Hedonic terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. bidang layanan, industri, dan perdagangan. Banyak perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maupun pusat perbelanjaan serba ada (departement store). Di dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari aktifitas keseharian, interst, kebutuhan hidup, dan lain sebagainya, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, tentang pengaruh sales promotion, hedonic shopping value

BAB I PENDAHULUAN. (JBE), hlm Dani Mohamad Dahwilani, Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan. berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.7, 2016: ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan masyarakat mengikuti perkembangan zaman, dimana perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari menjadi semakin beragam. Perusahaan dituntut untuk mampu mengerti kebutuhan dan keinginan konsumen. Globalisasi perekonomian dunia membuat perdagangan menjadi semakin terbuka, melintasi batas-batas wilayah sebuah negara. Perusahaan - perusahaan asing yang berdiri di Indonesia hampir semua sukses di dalam negeri. Indonesia, khususnya Provinsi Bali target potensial dalam pemasaran produk, baik dari perusahaan lokal maupun internasional. Provinsi Bali dikenal sebagai destinasi favorit wisatawan lokal maupun mancanegara. Persaingan bisnis di Bali, terutama perusahaan asing telah menjamur pesat khususnya di wilayah Kabupaten Badung, dimana Kabupaten Badung menjadi pusat pariwisata bagi wisatawan asing maupun lokal untuk berbelanja. Derasnya arus informasi yang diakibatkan oleh perkembangan globalisasi membuat masyarakat kini memiliki pola hidup konsumtif. Peningkatan pendapatan konsumen juga mendukung pola hidup konsumtif dan menyebabkan kebutuhan konsumen juga ikut meningkat. Kebutuhan yang terus-menerus meningkat menyebabkan tingkat belanja konsumen ikut meningkat (Kurniawan dan Kunto, 2013). Perilaku konsumen dewasa ini, sangatlah berbeda dengan perilaku konsumen terdahulu. Perilaku konsumen yang sering terjadi saat ini, 1

terutama ketika berada di dalam mall adalah impulse buying. Konsumen saat ini menghabiskan banyak waktu untuk berekreasi bersama keluarga mereka untuk pergi ke mall. Saat berada di mall, konsumen yang awalnya berencana untuk sekedar melepas penat, berubah menjadi aktivitas berbelanja yang tidak terencana. Perilaku impulse buying sering dijumpai di mall, seperti Discovery Shopping Mall. Discovery Shopping Mall adalah salah satu supermall yang berada di Kuta, Badung, Bali. Berdiri sejak tahun 2004, Discovery Shopping Mall juga dikenal sebagai mall modern pertama yang berada di daerah Pantai Kuta. Terdapat banyak fasilitas yang disediakan, seperti restoran, fashion store, tempat bermain anakanak, tempat parkir yang luas dan lainnya. Fasilitas yang disediakan dan produk yang ditawarkan sangat up-to-date, sehingga dapat memicu terjadinya impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall. Hasil riset MARS Indonesia (Indonesian Consumer Profile 2009) menunjukkan bahwa 82,2% konsumen Indonesia, khususnya di kota Jakarta dan Surabaya gemar berkunjung ke mall. Dalam sebulan, mereka minimal sekali atau dua kali mengunjungi mall, hal ini menunjukkan demam mall memang sudah semakin menggejala di masyarakat Indonesia. Kondisi tersebut hampir sama dengan kondisi konsumen di Bali, khususnya Badung. Menurut survey yang saya lakukan terhadap 30 orang responden mengenai kunjungan ke mall, 70% responden menyatakan bahwa mereka selalu menyempatkan waktu ke mall dalam kurun waktu satu bulan. Dari 70% responden tersebut, yang mengunjungi Discovery Shopping Mall diperoleh hasil bahwa keseluruhan konsumen pernah melakukan impulse buying di 2

Discovery Shopping Mall. Hal ini dikarenakan Discovery Shopping Mall memiliki fasilitas lengkap yang mampu meningkatkan daya tarik konsumen untuk berkunjung ke Discovery Shopping Mall. Perilaku impulse buying cenderung mendominasi perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen pada saat ini (Naentiana dan Setiawan, 2014). Perubahan aspek meresap gaya hidup konsumen (sosial dan ekonomi) seperti peningkatan dramatis dalam pendapatan, berbagai produk di pasar lokal dan fasilitas kredit. Impulse buying adalah fenomena umum di pasar dan telah menjadi titik fokus bagi kegiatan pemasaran (Graa, et al. 2014). Impulse buying merupakan tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki gerai atau bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang tiba-tiba dengan penuh kekuatan, bertahan dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak memperhatikan akibatnya (Mowen dan Minor, 2002). Impulse buying sering terjadi karena adanya perasaan emosi dari konsumen pada saat berbelanja di suatu gerai. Menurut Park, et al. (2006) emosi adalah sebuah efek dari mood yang merupakan faktor penting konsumen dalam keputusan pembelian. Secara khusus, emosi dan risiko yang dirasakan secara luas diketahui penentu penting dari perilaku konsumen, dan mereka diyakini prediktor penting dari impulse buying (Lee dan Yi, 2008). Emosi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu emosi positif dan negatif. Menurut Kurniawan dan Kunto (2013), jika shopping emotion meningkat maka akan turut meningkatkan impulse buying konsumen. Shopping emotion yang 3

dirasakan konsumen dipengaruhi oleh store atmosphere suatu gerai yang dapat menyebabkan konsumen merasa tertarik dan nyaman untuk berbelanja. Store Atmosphere adalah suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli (Kotler, 2005). Pemilik gerai harus mampu mengelola atmosfer (suasana) dalam gerai sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kunjungan konsumen, meningkatkan penjualan penjualan, dan merangsang citra positif dari konsumen. Rencana strategi retail ini biasanya mengidentifikasikan mengenai target market yang akan dituju, produkproduk yang akan diperdagangkan dan pelayanan purna jual dan bagaimana dapat bertahan dan memiliki keunggulan bersaing dalam dunia retail. Sebagai bagian dari strategi suatu gerai, desain store atmosphere harus tetap fokus sesuai dengan rencana yang digariskan (Kusumowidagdo, 2010). Store atmosphere mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian (Theresia, 2014). Konsumen saat ini lebih cerdas dengan memilih pusat perbelanjaan dengan atmosfir yang menyenangkan, aman, nyaman, serta memberikan perasaan puas dan terhibur setiap kali melakukan aktivitas berbelanja. Perasaan senang yang dialami oleh konsumen ketika melakukan aktivitas berbelanja merupakan sebuah peluang bagi para pengelola gerai fashion. Semakin lama dan semakin puas konsumen berada dalam gerai tersebut, maka hal ini diharapkan akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelanjaan. Peluang ini dapat tercipta ketika pihak gerai tersebut dapat menciptakan atmosfir gerai yang menyenangkan agar para pengunjung gerai, betah berlama-lama berada di gerai dan diharapkan ada 4

tindakan lanjutan, yaitu konsumen membelanjakan uangnya (Abednego, 2011). Keadaan atmosphere gerai yang baik akan menarik minat konsumen untuk mengunjungi gerai. Informasi mengenai suatu gerai dapat diketahui dari aktifitas pemasaran yang dilakukan perusahaan melalui promosi. Menurut Kurniawan dan Kunto (2013) jika promosi ditingkatkan, maka impulse buying akan meningkat. Tujuan dari promosi adalah untuk meningkatkan volume penjualan jangka pendek dengan menciptakan aktivitas - aktivitas promosi penjualan yang tepat untuk medorong impulse buying. Seorang tenaga penjualan terlatih dapat menurunkan frustrasi dengan membimbing dan membantu konsumen dalam proses pembelian dan mengaktifkan perilaku impulse buying (Iqbal, et al, 2014). Bagi para pengusaha, perilaku impulse buying tersebut dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keunggulan diantara para pesaingnya, pemilik gerai dapat melakukan strategi khusus, seperti memasang promosi di dalam gerai untuk mendorong konsumen melakukan impulse buying, sehingga meningkatkan kunjungan konsumen dan mendorong terjadinya penjualan (Nasir, 2010). Impulse buying memainkan peran penting bagi pengusaha untuk mencapai tujuan promosi perusahaan (Muruganantham dan Bhakat, 2013). Promosi yang paling mempengaruhi konsumen adalah masalah harga, pengaruh positif promosi penurunan harga dapat meningkatkan pemikiran untuk membeli barang oleh konsumen (Vishnu dan Raheem, 2013). Perilaku konsumen saat ini telah berubah menjadi lebih hemat, dimana konsumen menginginkan penekanan nilai lebih besar dan meningkatkan fokus pada kenyamanan (Rittipant, et al, 2013). 5

Berdasarkan masalah yang telah dijabarkan, shopping emotion dari konsumen sangat mempengaruhi perilaku impulse buying. Perilaku impulse buying dapat terjadi karena adanya suatu promosi yang baik dan suasana store atmosphere yang mendukung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku impulsif konsumen yang terjadi di Discovery Shopping Mall. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, terdapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh promosi terhadap shopping emotion pada konsumen Discovery Shopping Mall? 2. Bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap shopping emotion pada konsumen Discovery Shopping Mall? 3. Bagaimana pengaruh promosi terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall? 4. Bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall? 5. Bagaimana pengaruh shopping emotion terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall? 6. Bagaimana pengaruh shopping emotion dalam memediasi promosi terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall? 7. Bagaimana pengaruh shopping emotion dalam memediasi store atmosphere terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall? 6

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, terdapat tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap shopping emotion pada konsumen Discovery Shopping Mall. 2. Untuk mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap shopping emotion pada konsumen Discovery Shopping Mall. 3. Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall. 4. Untuk mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall. 5. Untuk mengetahui pengaruh shopping emotion terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall. 6. Untuk mengetahui pengaruh shopping emotion dalam memediasi promosi terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall. 7. Untuk mengetahui pengaruh shopping emotion dalam memediasi store atmosphere terhadap impulse buying pada konsumen Discovery Shopping Mall. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Kegunaan penelitian ini untuk memahami lebih dalam pengetahuan di bidang Pemasaran, khususnya dalam Impulse Buying.Dapat memberikan referensi dan kontribusi terkait tentang faktor- faktor yang berpengaruh terhadap impulse 7

buying, dan bagaimana pengaruh promosi dan store atmosphere terhadap shopping emotion dan impulse buying di Discovery Shopping Mall. 1.4.2 Kegunaan Praktis Kegunaan penelitian ini digunakan sebagai rujukan bagi perusahaan tentang bagaimana memahami konsumen, khususnya mengenai impulse buying. Dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan volume penjualan, meningkatkan efisiensi dan efektifitas dengan mencermati tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap impulse buying, dan bagaimana pengaruh promosi dan store atmosphere terhadap shopping emotion dan impulse buying di Discovery Shopping Mall. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini ditulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini mencakup konsep atau teori yang relevan mengenai promosi, store atmosphere, shopping emotion, dan impulse buying serta perumusan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, 8

definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data dan saran untuk pengembangan bagi peneliti selanjutnya. 9