BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Gejala Neurotoksik Akibat Paparan Pestisida pada Petani Sayuran di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB III METODE PENELITIAN. melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB I PENDAHULUAN. umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2002). mempengaruhi status gizi diantaranya adalah faktor langsung: konsumsi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

KONTAMINASI RESIDU PESTISIDA ORGANOPHOSPHAT DAN KARBAMAT DALAM BUAH MELON. (Studi kasus pada petani melon di Desa Curut Kecamatan Penawangan Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total produksi selama tahun adalah sebesar ,73 kg,

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan

mengalami keracunan pestisida yang menyebabkan kematian antara orang. Di Indonesia diperkirakan terjadi kasus keracunan setiap

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan tenaga kesehatan, seperti perawat. Perawat sebagai salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. renang setidaknya seminggu sekali, 55% anak anak (umur 5 9 tahun)

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KARYAWAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PT HARTA SAMUDRA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA AMBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

I PENDAHULUAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dimana petani

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Industri perunggasan di Indonesia terutama ayam pedaging (broiler) sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petani merupakan kelompok tenaga kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecendrungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian masih berjumlah sekitar 40% dari angkatan kerja (1). Banyaknya tenaga kerja yang bekerja dibidang pertanian memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja. Upaya meningkatkan hasil pertanian yang optimal, diterapkan berbagai teknologi, antara lain penggunaan agrokimia (bahan kimia sintetik) khususnya pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk menggantikan kebiasaan lama, baik dalam hal pengendalian maupun pemupukan tanaman (1). Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang merugikan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan di bidang kesehatan (bidang pemukiman dan rumah tangga) dan terutama dalam bidang pertanian (2) Pada sektor pertanian, penggunaan pestisida secara tidak langsung berdampak penting pada peningkatan hasil pertanian. Namun demikian, pengunaan pestisida secara terus menerus justru mengakibatkan pencemaran pada tanah pertanian (3). Selain lingkungan, pengunaan pestisida juga berdampak langsung pada kesehatan manusia, salah satunya adalah dapat menimbulkan efek neurobehavioral (NB) atau lebih dikenal dengan gejala neurotoksik (4).

Gejala neurotoksik didefenisikan sebagai perubahan yang merugikan atau gangguan secara fungsional pada saraf, baik sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi yang diakibatkan oleh paparan bahan kimia, agent fisik maupun biologis yang lebih dikenal dengan zat neurotoksik atau neurotoksikan (5). Ganguan ini mengakibatkan perubahan pada memori, attention, mood, disorientasi, penyimpangan berfikir, serta perubahan somatik, sensorik, dan fungsi kognitif sebagai efek neurotoksik akibat penggunaan neurotoksikan (6). Perubahan pada sistem saraf terjadi pada rentang, tingkatan, dan respon yang beragam tergantung toksisitas dan lama paparan neurotoksikan. Pada beberapa kasus, perubahan ini akan menghasilkan gejala-gejala yang mudah diidentifikasi sebagai gangguan saraf seperti lelah berlebihan, insomnia, pusing, sulit berkonsentrasi, sering merasakan jantung berdebar tanpa adanya melakukan kegiatan/tekanan, serta sakit kepala secara terus menerus lebih dari satu minggu. (7). Gangguan sistem saraf akibat paparan neurotoksin yang sangat merugikan tingkat produktifitas seseorang karena bersifat irreversible dan dapat menganggu daya kerja otak. Bahkan pada gangguan yang menetap dapat menimbulkan terganggunya irama kerja akibat semakin memburuknya interpersonal di lingkungan kerja (8). Di dunia penggunaan pestisida mencapai 3,5 juta ton pertahun. Penggunaan pestisida yang cukup besar ini memberikan dampak besat terhadap kesehatan seperti terjadinya gejala neurotoksik. Gejala neurotoksik atau sering dikenal dengan efek NB \termasuk kedalam sepuluh penyakit terbanyak yang berhubungan dengan tempat kerja di Amerika Serikat. Pajanan terhadap zat racun seperti timbal, pestisida, pelarut organik dan insektisida di tempat kerja dianggap berkontribusi dalam perkembangan terjadinya efek NB (9).

Penelitian Wasseling mengenai efek NB pada petani pisang menyatakan bahwa sebanyak 81 orang yang teridentifikasi keracunan akut pestisida organofosfat mengalami efek NB (10). Sejalan dengan penelitian yang dilakukann Rothlein mengenai efek NB terhadap 45 pekerja pertanian dan 45 pekerja non pertanian menyimpulkan bahwa pekerja pertanian memiliki performa NB yang buruk dibandingkan dengan pekerja non pertanian (11). Di Indonesia, permasalahan ini belum terlalu menjadi perhatian yang serius, namun jika ditinjau dari segi kesehatan terutama dampak jangka panjangnya justru permasalahan inilah yang nantinya menimbulkan dampak yang sangat besar. Saat ini sebanyak 5.476.491 orang pekerja sektor pertanian terindikasi dampak negatif dari penggunaan pestisida. Asosiasi Industri Perlindungan Tanaman Indonesia (AIPTI) mengemukakan dari 1.000 petani hanya 1% petani yang menerapkan pola pemakaian pestisida secara benar. Penerapan pemakaian pestisida yang tidak benar inilah yang nantinya menyebabkan terjadinya berbagai gangguan kesehatan, hingga terjadinya gangguan neurotoksik. Penelitian Zainul mengenai efek NB dan faktor determinanya pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi menyimpulkan 60,6% petani mengalami efeknb. (8) Kenagarian Alahan Panjang merupakan salah satu kenagarian yang terletak di Kecamatan Lembah Gumanti Sumatera Barat. Kenagarian Alahan Panjang dikenal dengan hasil pertanian berupa sayuran-sayuran dan buah-buahan yang melimpah. Nagari yang berjarak sekitar 71 km dari Kota Padang tepatnya berada di lereng timur kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Nagari yang dikenal sebagai sentra sayuran terbesar di Sumatera Barat ini beresiko tinggi terhadap pencemaran akibat penggunaan pestisida. Pada tahun 2014, volume penjualan pestisida di daerah ini mencapai 57 ton (12). Penggunaan pestisida yang cukup besar ini dapat menimbulkan

berbagai dampak terhadap kesehatan salah satunya adalah timbulnya gejala neurotoksik. Hasil wawancara studi pendahuluan terhadap 10 penyemprot tanaman sayur di Kenagarian Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, didapatkan hasil (60%) petani mengalami gejala neurotoksik dengan gejala terbanyak sering melupakan sesuatu yang baru saja dilakukan, lelah berlebihan, sering merasakan sesak di dada, sulit berkonsentrasi, sering merasa tremor, merasa kebal pada tangan dan kaki, serta sakit kepala secara terus menerus lebih dari satu minggu setelah melakukan penyemprotan. Rata-rata umur responden yang bekerja sebagai petani penyemprot adalah diatas 40 tahun (70%). Adapun jenis pestisida yang digunakan umumnya adalah pestisida golonggan organofosfat (40%) yaitu : Calicron (Profenofos 500 gr), Dursban 200 EC (Klorpirofos 200 g/l), Tokothion 500 SE (Protiofos 500 g/l), serta beberapa golongan lain seperti: pestisida golongan karbamat : Dithane (Mankozeb), dan Antracol (Propineb), dan golongan Piretroid: Fastac (Alfametrin 15 gr/l), Endure (Spinetoram 120 gr/l). Faktor penuaaan yang diperkuat dengan penggunaan pestisida golongan organofosfat dapat memperkuat timbulnya gejala neurotoksik pada petani. Lebih dari separoh (70%) petani didaerah ini telah lebih dari 10 tahun bekerja sebagai petani penyemprot, jika paparan terhadap pestisida ini berlangsung >10 tahun maka berpotensi menimbulkan gangguan saraf. Kebiasaan petani dalam mencampur beberapa pestisida (> 4 pestisida) dalam satu kali penyemprotan juga turut memperkuat terjadinya gejala neurotoksik. Kebiasaan petani yang tidak menggunakan APD terutama sarung tangan, dan masker dalam melakukan kegiatan penyemprotan dan pencampuran diduga juga dapat berpotensi pestisida dapat masuk kedalam tubuh petani melalui inhalasi dan ingesti.

Dari hasil survey awal (60 %) responden didaerah ini berpendidikan < SMA. Rendahnya tingkat pendidikan responden tentunya akan menurunnya tingkat kewaspadaan serta pengetahuan yang cukup mengenai pestisida. Hasil survey pendahuluan menunjukkan (50%) responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai aplikasi pestisida. Pengetahuan tentang pestisida tentunya sangat penting dimiliki agar petani dapat melakukan kegiatan pengelolaan pestisida dengan baik, sehingga resiko kesehatan hingga gejala neurotoksik dapat dihindari. Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka diduga petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kengarian Alahan Panjang mengalami gejala neurotoksik. Untuk mencegah hal tersebut maka perlu dilakukan peneltian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016 2. Mengetahui hubungan antara umur dengan timbulnya gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016. 3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan timbulnya gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016. 4. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan timbulnya gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016. 5. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan timbulnya gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016. 6. Mengetahui hubungan antara jenis pestisida yang digunakan dengan timbulnya gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016. 7. Mengetahui hubungan antara komposisi pestisida yang digunakan dalam satu kali penyemprotan dengan timbulnya gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016. 8. Mengetahui hubungan antara pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan timbulnya gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran

dengan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para akademis dan pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya mengenai gejala neurotoksik terkait pestisida pada petani. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian Kabupaten Solok Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan program penyuluhan terhadap petani setempat mengenai penggunaan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok. 2. Bagi Petani Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian dan kewaspadaan petani terhadap bahaya penggunaan pestisida sehingga diharapkan petani dapat menggunakan pestisida secara tepat dan aman. 3. Bagi Peneliti Mengaplikasikan keilmuan kesehatan masyarakat dalam karya ilmiah serta melatih pola fikir sistematis dalam menghadapi permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini akan dikaji mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala neurotoksik pada petani penyemprot tanaman sayuran dengan pestisida. Penelitian ini dilakukan di Kenagarian Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, pada bulan Februari sampai April 2016. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah petani penyemprot tanaman sayuran yang menggunakan pestisida di Kenagarian Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Data penelitian diperoleh dari data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari UPTD Penyuluhan Pertanian dan Perikanan yaitu data tentang jumlah kelompok tani. Data primer mengenai umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, masa kerja, jenis pestisida, jumlah pestisida yang digunakan, dan kelengkapan pemakaian APD diperoleh dari hasil kuesioner variabel independen dan data mengenai gejala neurotoksik diperoleh dari kuesioner Q18 versi Jerman. Analisa yang dipakai pada penelitian ini adalah analisa univariat dan analisis bivariat