3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH

PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

3 METODE PENELITIAN. Gambar 8 Peta lokasi penelitian.

Gambar 8. Lokasi penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

3. METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Scientific Echosounders

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sedimen dasar laut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI, DENSITAS IKAN DAN KONDISI FISIK OSEANOGRAFI DI SELAT MALAKA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

4. BAHAN DAN METODA. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Oleh : PAHMI PARHANI C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DETEKSI SEBARAN IKAN PADA KOLOM PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK INTEGRASI KUMULATIF DI KECAMATAN SUMUR, PANDEGLANG BANTEN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTERPRETASI SEB NILAI TARGET STRENGTH (TS) DAN DENSITAS DEmRSAL DENGAN BlETODE AIE)ROAKUSTIK DI TELUK PELABUWAN RATU

Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Laut Cina Selatan yang berada. pada posisi antara 104'00' ' BT dan 03'00'-03'00'

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penangkapan Ikan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

Model integrasi echo dasar laut Blok diagram scientific echosounder ditampilkan pada Gambar I. echo pada pre-amplifier, ERB :

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMAlUIAN DUAL FREKUENSI DALAM PENDUGAAN DISTRIBUSI IKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK (FURUNO FQ 80) DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Arqi Eka Pradana Netro Handaru Fajar Lukman Hakim Muhammad Rizki Nandika Elok Puspa

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

DISTRIBUSI SPASIAL KEPADATAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN ENGGANO

5 IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI KAWANAN IKAN PELAGIS DENGAN METODE STATISTIK

KELOMPOK 2 JUWITA AMELIA MILYAN U. LATUE DICKY STELLA L. TOBING

3. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar Laut Arafura merupakan paparan yang sangat luas. Menurut Nontji

Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut Arafura

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. dimana besar nilainya bisa sama panjang dengan panjang keseluruhan atau

2. TINJAUAN PUSTAKA. hidroakustik merupakan data hasil estimasi echo counting dan echo integration

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya di dalam

3. BAHAN DAN METODE. dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) pada tanggal 15 Januari sampai 15

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

Sonar merupakan singkatan dari Sound, Navigation, and Ranging. Sonar digunakan untuk mengetahui penjalaran suara di dalam air.

PENENTUAN SEBARAN Sa (Backscattering Area) DI LAUT FLORES BERDASARKAN METODE PROGRESSIVE THRESHOLD

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan

PERBEDAAN KETEBALAN INTEGRASI DASAR PERAIRAN DENGAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK SIMRAD EY-60 DI PERAIRAN KEPULAUAN PARI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering

PENDUGAAN NlLAl DAN SEBARAN TARGETSTRENGTH IKAN PELAGIS Dl SELAT MAKASSAR PADA BULAN OKTOBER Oleh FERl SUSANDI C

Pengembangan Teknologi Terapan Untuk Meningkatkan Produksi Perikanan Seminar Nasional Perikanan Indonesia November 2014, STP JAKARTA

PENGUKURAN DENSITAS IKAN MENGGUNAKAN SISTEM AKUSTIK BIM TERBAGI (SPLIT BEAM) DI LAUT JAWA PADA BULAN MEI 2006

0643 DISTRIBUSI NILAI TARGETSTRENGTH DAN DENSITAS I ON PELAGIS DENGAN SISTEM AKUSTIK BIM TERBAGI D1 LAUT TIMOR PADA BULAN DESEMBER 2003

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai

TEKNOLOGI AKUSTIK BAWAH AIR: SOLUSI DATA PERIKANAN LAUT INDONESIA

PENERAPAN SINGLE ECHO DETECTION DALAM ESTIMASI TARGET STRENGTH DAN DENSITAS IKAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SONAR5-PRO INDAH NURKOMALA

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Bentuk Pertumbuhan Karang

Pendahuluan. Peralatan. Sari. Abstract. Subarsyah dan M. Yusuf

APLIKASI SPLIT BEAM AKUSTIK ( BEAM TERGAGI AKUSTIK) UNTUK DETEKSI SINGLE TARGET DAN SCATTERING VOLUME DALAM PENDUGAAN DENSITAS IKAN DIBIDANG PERIKANAN

3. METODOLOGI. Gambar 10. Lokasi penelitian

PENGUKURAN HAMBUR BALIK AKUSTIK DASAR LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SERIBU MENGGUNAKAN SPLIT BEAM ECHOSOUNDER

ANALISIS PENDUGAAN TARGET STRENGTH TERHADAP UKURAN PANJANG IKAN DALAM KONDISI TERKONTROL DI PERAIRAN PULAU KONGSI, KEPULAUAN SERIBU

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI DATA HIDROAKUSTIK BERBASIS WEBSITE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI MUARA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS SWIMMING LAYERS DAN SEBARAN DENSITAS IKAN PELAGIS KECIL DI SELAT MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN HIDROAKUSTIK DONWILL PANGGABEAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam

2. TINJUAUAN PUSTAKA

APLIKASI SPLIT BEAM AKUSTIK ( BEAM TERGAGI AKUSTIK) UNTUK DETEKSI SINGLE TARGET DAN SCATTERING VOLUME DALAM PENDUGAAN DENSITAS IKAN DIBIDANG PERIKANAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ME FEnR OF ME LORD IS ME BECIHtlIHG Of WLEDGE : BUT FOOLS DESPISE WISDGii N(D IHSIRUCTIM1.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

DENI ACHMAD SOEBOER, S.Pi, M.Si

Gambar 3.1. Rencana jalur survei tahap I [Tim Navigasi Survei LKI, 2009]

Transkripsi:

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN Pendahuluan Keberadaan sumberdaya ikan, baik ikan pelagis maupun demersal dapat diduga dengan menggunakan metode hidroakustik (Mitson 1983). Beberapa keuntungan metode akustik adalah tidak tergantung pada statistik hasil tangkapan, tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan nilai hasil pengamatan, dan biaya yang relatif lebih murah untuk penelitian suatu wilayah laut yang luas dibandingkan dengan metode pendugaan lainnya serta kemampuan dalam menduga populasi absolut/sebenarnya (Thorne 1979). Lebih lanjut dikatakan bahwa metoda akustik disamping mempunyai kelebihan di atas, juga mempunyai keterbatasan antara lain, ketidakmampuan dalam membedakan jenis ikan yang terdeteksi, sedikit atau bahkan tidak ada target yang teramati di dekat permukaan dan di dasar perairan, serta metodanya relatif sangat kompleks. Meskipun biaya operasinya rendah, metoda akustik memerlukan investasi alat yang sangat mahal. Secara umum metode hidroakustik digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai objek bawah air dengan memanfaatkan gelombang suara. Gelombang suara (gema/echo) yang ditimbulkan/dihasilkan dari perangkat pemancar (transmitter) dipancarkan secara vertikal ke dalam kolom air, dan jika mengenai target (ikan atau dasar perairan) akan dipantulkan kembali. Echo pantulan ini akan diterima oleh unit penerima (receiver amplifier) yang selanjutnya akan dicatat dan disimpan dalam unit pencatat (recoder unit). Data ini yang kemudian dianalisis sesuai tujuan yang diinginkan. Penggunaan berbagai jenis instrumentasi akustik seperti side-scan sonar, split beam sonar, multi-beam sonar, dan doppler current profile sounders sangat berpotensi untuk digunakan dalam permasalahan monitoring ikan laut dalam. Bagaimanapun, semua teknologi akustik ini umumnya sama dan masing-masing ada kerugiannya. Satu hal yang diperlukan dari teknologi akustik ini yaitu untuk keperluaan detail data acoustic backscattering dari jenis yang ditargetkan. Bidang aplikasi dari metoda akustik yaitu untuk menduga kelimpahan binatang (ikan) dengan memerlukan informasi pada ukuran akustiknya, target strength atau backscattering cross section dari individu suatu organisma (MacLennan 199).

55 Prinsip dasar metode hidroakustik dan ilustrasi deteksi obyek dalam air dan dasar perairan dengan menggunakan instrumen akustik (echosounder) yang dipasang pada lunas kapal seperti terlihat pada Gambar 27 dan 28. c Athwart ship a Transducer θ b d Φ Along ship a+b c+d Perbedaan fase - θ a+b c+d Perbedaan fase - Φ Gambar 27. Prinsip kerja Echosounder split beam (MacLennan dan Simmonds 1992). Gambar 28. Ilustrasi deteksi objek dalam air dan dasar perairan (SIMRAD).

56 Target strength (TS) ikan sangat bervariasi karena tergantung dari jenis ikan, ukuran, bentuk tubuh, tingkah laku, gelembung renang, acoustic impendance, panjang gelombang suara yang digunakan pada pengukuran, beam pattern, kecepatan renang ikan dan multiple scattering/shadowing effect (MacLennan and Simmonds 1992). Energi suara yang dipantulkan melalui gelembung renang bergantung pada orientasi dan luasannya, panjang gelombang relatif, permukaan gelembung renang dan disebut acoustic cross-section. Besarnya nilai acoustic cross-section sangat tergantung pada ukuran dan permukaan gelembung renang dimana posisi tubuh ikan terhadap pancaran energi suara (kemiringan ikan, tegak lorus pada punggung dan melingkar atau rool). Percobaan dengan kurungan ikan menunjukkan bahwa perubahan harian TS berhubungan erat dengan sudut kemiringan tubuh ikan, dimana tingkahlaku seperti jarak terdekat diantara sesamanya tidaklah penting (MacLennan 199). Bagaimanapun, perubahan TS dengan cepat lebih dipengaruhi oleh sudut kemiringan dibandingkan dengan bentuk geometrinya (Nakken dan Olsen 1977). Nakken dan Olsen (1977) menemukan TS yang lebih besar pada ikan saithe ketika kemiringan ikan 4 o -11 o (contohnya kepala ke bawah). Ada juga pengamatan fotografi terhadap sudut kemiringan dari ikan komersil secara in situ dan di kurungan, sebagai bagian yang diukur TS-nya. Keduanya membuktikan bahwa sudut kemiringan (tilt angle) yang menyebar di semua kondisi dan cenderung terhadap rata-rata tilt angle pada malam hari (ikan cenderung kepala ke atas). Kemungkinan dihasilkan dari ikan yang bergerak turun dan kurang aktif pada malam hari dan juga bentuk kepala ke atas untuk tujuan bergerak naik dan mengatur kedalaman ketika bergerak (Ona 199; Huse dan Ona 1996). Pendugaan dengan metoda akustik biasanya untuk ikan yang terdistribusi pada beberapa meter dibawah permukaan hingga dekat dasar. (Freon dan Misund 1998; Ona dan Mitson 1996). Transduser dari echosounder biasanya ditarik pada kedalaman 1-2 m atau menempel pada lambung kapal dengan kedalaman 2-6 m. Karena pertimbangan teknis, (zona dimana tidak terjangkau oleh transduser/ transducer dead zone) maka jarak,2-2 m dari transduser diabaikan dalam analisa. Sama halnya juga dengan dead zone dasar, sebab resolusi beam akustik dekat dasar tergantung panjang pulsa, lebar beam dan kedalaman dasar (Ona dan Mitson

57 1996). Ikan-ikan clupeid diketahui melakukan migrasi vertikal: bergerak berpencar ke permukaan pada sore hari, dan bergerak ke dasar perairan pada pagi hari membentuk kelompok. Tingkahlaku demikian memungkinkan ikan berada di dead zone dan tidak bisa diduga untuk menghitung kelimpahannya. (Blaxter dan Hunter 1982). Dalam kaitannya dengan permasalahan dead zone di atas, maka metode hidroakustik sulit diterapkan diperairan dangkal (Axenrot 22 diacu dalam Didrikas 23). Pendugaan ikan dengan hidroakustik di laut sering dilakukan 24 jam, sehingga biaya untuk kapal penelitian mungkin tinggi atau waktu pelayaran yang tersedia dibatasi. Di danau, survei akustik sering dilakukan pada malam. Hal ini disebabkan karena di danau tingkahlaku ikan yang berubah-ubah pada siang dan malam telah diketahui. Kebanyak ikan pelagis berkelompok selama siang hari, dimana densitas ikan tinggi yang mungkin hasil dari bayangan akustik (shadowing) dan menghasilkan perhitungan biomasa ikan yang diragukan. Selain itu tingginya densitas karena echo dari berbagai ikan yang mungkin tumpangtindih (overlay) dan tidak menentu diinterpretasi sebagai echo dari ikan tunggal. Dalam penelitian dimana pendugaan TS in situ digunakan untuk menduga kelimpahan dan distribusi ukuran mengakibatkan kelimpahan terlalu rendah dan rata-rata ukuran terlalu tinggi (Didrikas dan Hansson 23). Dalam mekanisme kerja survei akustik untuk menentukan kelimpahan sumberdaya ikan, penentuan nilai target strength merupakan suatu hal yang sangat penting. Menurut MacLennan dan Simmonds (1992) mengatakan bahwa target strength merupakan backscattering cross section dari target yang mengembalikan sinyal, sedangkan menurut Burczynski (1979), target strength mempunyai hubungan erat dengan backscattering cross section. Kedua pernyataan ini dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis sebagai berikut: TS = 1 Log (σ/4π) --------------- (MacLennan dan Simmonds 1992) TS = 1 log σ bs --------------- (Burczynski 1979). Nilai target strength ini sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tingkah laku ikan (misalnya sudut orientasi) atau kondisi fisik yang tidak dapat diduga secara pasti. Oleh sebab itu nilai target strength tidak merupakan suatu nilai yang konstan, sehingga nilai ini harus senantiasa di

58 tentukan untuk setiap pelaksanaan survei akustik. Naken dan Olsen (1977) mengungkapkan bahwa nilai target strength sangat ditentukan oleh orientasi ikan terutama kemiringan badan antara garis hubung kepada dan ekor. Secara garis besar, penggunaan hidroakustik dalam kelautan dan perikanan (Clay dan Medwin 1977; Urick 1983; MacLennan dan Simmonds 1992) antara lain untuk tujuan: penelitian kelautan dan perikanan (pendugaan spesies ikan; ukuran individu ikan; dan kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut) budidaya perairan (pendugaan/penentuan jumlah ekor atau biomass) penelitian tingkah laku ikan (pergerakkan/migrasi ikan; orientasi (tilt angle); reaksi menghindar (avoidance) terhadap kapal dan alat tangkap; dan respons terhadap rangsangan/stimuli) studi selektifitas alat tangkap (bukaan mulut dan kedalaman trawl; selektifitas penangkapan, dan sebagainya) Disamping itu pula peranan hidroakustik dalam berbagai bidang lainnya seperti untuk mengetahui echo location; mengetahui sifat-sifat akustik air laut dan objek bawah air; penentuan kedalam perairan untuk tujuan pelayaran; penentuan jenis dan komposisi dasar laut; proses sedimentasi; kontur dasar; dan untuk pertahanan keamanan seperti pendekteksian kapal selam; penentuan lokasi (tempat berlabuh) atau pemasangan bangunan laut atau pemasangan buoy-system. Penelitian ini ditujukan untuk melihat distribusi, jumlah dan kelimpahan ikan tunggal dengan menggunakan metode hidroakustik berdasarkan nilai target strength ikan tunggal yang diperoleh selama penelitian di LCSI.

59 Bahan dan Metode Data yang digunakan adalah data akustik yang diperoleh dari hasil akuisisi yang dilakukan dengan menggunakan perangkat Scientific Echosounder FURUNO Model seri FQ-8 dengan sistem transducer split beam di Laut Cina Selatan perairan Indonesia pada Lokasi A (bulan Juni 25) dan Lokasi B (bulan Juli 26). Transducer terpasang (Hull Mounted System) di kapal dengan frekuensi rendah (38 KHz) dan frekuensi tinggi (12 Khz). Pengaturan parameter untuk FQ-8 seperti pada tabel berikut. Tabel 4. Parameter Scientific Echosounder Furuno FQ-8 Parameter Frekuensi 38 KHz 12 KHz Range (m) Sound Speed (m/s) Source Level (db) Pulse Length (ms) Beam Width (db) Absorption Coefficient (db) M E Amplifier Gain (db) 1 15 229..236-22.9 1. -19. 146.7 1 15 229..142-23.3 44-19. 146.7 Proses pengambilan dan pencatatan data hidroakustik dilakukan secara simultan sepanjang lintasan survei berbentuk transek paralel sistematis sepanjang cruise track kapal (Gambar 29). Perekaman data dari kedua transduser yaitu transduser berfrekwensi rendah (38 khz) dan frekwensi tinggi (12 khz). Gambar 29. Lintasan survei akustik.

6 Integrasi echo dilakukan terhadap data hasil rekaman transduser berfrekwensi rendah (38 khz). Data yang diperoleh terdiri dari echogram yang menggambarkan target, kedalaman perairan, posisi geografis, kecepatan kapal dan data integrasi Sv yang disimpan dalam hard disk FQ-8 analyzer yang dihubungkan melalui sistem LAN antara transmitter FQ-8 dengan prosesor. Data akustik yang dianalisis menyangkut nilai target strength (TS) in situ dari target (ikan) yang terekam selama pelayaran. Integrasi echo dilakukan untuk tiap lapisan integrasi dari permukaan hingga dekat dasar perairan untuk memperoleh nilai target strength, koefisien back scattering (Sv), koefisien area backscattering (Sa), dan S A atau Nautical Area Scattering Coeficient (NASC). Integrasi dilakukan untuk tiap lapisan integrasi dengan selang kedalaman 1 m dari permukaan untuk ikan pelagis, sedangkan untuk ikan demersal, integrasi echo dilakukan pada lapisan integrasi 5 m dari dasar perairan (Gambar 3). Data hasil rekaman FQ-8 merupakan data volume backscattering strength (Sv) dari target. Integrasi echo dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) SonarData EchoView 4..82.759. Untuk memperoleh nilai TS, maka dilakukan konversi terhadap nilai Sv dengan menggunakan formula: cτψ TS = S v + 2log r + 1log + C...(3.1) 2 Dimana S v = Volume backscattering strength (db re 1m ) -1 r = Jarak (m) c = kecepatan suara (m/det) τ = Panjang pulsa yang dipancarkan (det) ψ = sudut beam (db re 1 Steradian) C = Koefisien kalibrasi Konversi Sv ke TS dilakukan secara electronics gating (hardware) dengan prosedur seperti terlihat pada Lampiran 1. Nilai TS yang dihasilkan ini merupakan nilai TS untuk ikan tunggal (Single target). Selanjutnya nilai TS ini ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik untuk analisis lebih lanjut. Sedangkan untuk melihat distribusi dan kelimpahannya di lokasi penelitian, maka nilai tiap parameter ditumpangtidih (overlay) dengan peta dasar lokasi penelitian dengan menggunakan perangkat lunak SURFER for Windows versi 8.. dan ArcView versi 3.3.

61 Integrasi Ikan Demersal Jarak 5 m dari batas integrasi dasar Kedalaman Dasar Batas integrasi Bottom line (a) Surface line Integrasi Ikan Pelagis Target Strength Posisi (b) Gambar 3. Integrasi echo data akustik LCSI. (a). Echogram Sv (b). Echogram TS

62 Hasil dan Pembahasan Distribusi Target strength ikan tunggal berdasarkan lapisan integrasi echo. Distribusi jumlah ikan tunggal dengan nilai target strengthnya serta kepadatan ikan dianalisis dari data survei hidroakustik tahun 25 yang terekam pada lintasan survei (cruise track) sepanjang 932,5 nm. Lintasan akustik ini terbagi atas 7 leg atau transek dengan panjang masing-masing leg 4-22 nm. Analisis dilakukan dengan menggunakan Jumlah Satuan Jarak Pengamatan (ESDU-Elementary Sampling Distance Unit) sebesar 5 nm, sehingga jumlah ESDU pada lintasan ini sebanyak 187 ESDU. Distribusi target strength (TS) ikan tunggal dari hasil analisis echo berdasarkan selang TS, dijumpai ikan tunggal dengan jumlah terbanyak pada selang nilai TS -48 db hingga -6 db yaitu ± 97 % dari total jumlah ikan tunggal yang diperoleh selama penelitian bulan Juni 25. Jumlah ikan tunggal pada selang nilai target strength -6 db hingga -57 db atau pada rata-rata selang TS - 58.5 db sebesar 42 % (893 791 ikan). Jumlah terbanyak berikutnya ditemukan pada rata-rata nilai TS -55.5 db yaitu 29,6 % (631 83 ikan). Dua selang nilai TS lainnya yang ditemukan ikan tunggal dengan jumlah >1 ikan, adalah pada selang TS -54 db hingga -51 db dan TS -51 db hingga -48 db dengan jumlah masing-masing sebesar 18,3 % (391 61 ikan) dan 7,6 % (163 54 ikan). Tabel 5 dan Gambar 32 menunjukkan bahwa ikan tunggal dengan nilai TS yang besar dijumpai dengan jumlah yang lebih sedikit dan umumnya ditemukan pada lapisan kedalaman integrasi yang lebih dalam. Ikan dengan nilai TS -48 db hingga -39 db ditemukan dengan jumlah 1 5-5 ikan dan jumlah terbanyak (44 68 ikan) pada TS -48 db hingga -45 db. Sedangkan total jumlah ikan tunggal yang ditemukan dengan nilai TS ikan lebih kecil dari -39 db hanya sekitar 5 ikan. Dari total jumlah ikan tunggal yang ditemukan pada penelitian bulan Juni 25, hanya ditemukan 6 ikan dengan nilai TS -27 db hingga -24 db. Hasil analisis distribusi target strength ikan tunggal berdasarkan lapisan integrasi echo (Tabel 5) menunjukkan bahwa ikan tunggal dengan jumlah > 2 ikan ditemukan pada lapisan kedalaman 2-6 m, dengan jumlah ikan terbanyak pada lapisan integrasi 3-4 m yaitu 55 798 ikan (25,8 %). Pada lapisan kedalaman ini, sebanyak 96,8 % dari jumlah ikan tersebut merupakan

63 Tabel 5. Jumlah ikan tunggal berdasarkan selang target strength pada lapisan kedalaman integrasi echo di Lokasi A (Juni 25 ) Selang TS Lapisan kedalaman integrasi echo (db) -1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 Dasar -6~-57 493 54 62 237 82 262 85 158 384 52 54 9 757 1 85 339 116 74 893 791-57~-54 16 9 44 91 2 183 386 154 989 63 478 14 285 2 572 636 111 171 631 83-54~-51 96 1 22 2 995 83 718 19 79 62 11 19 463 3 811 889 89 887 391 61-51~-48 4 235 2 449 18 928 4 72 34 254 15 359 4 139 779 46 799 163 54-48~-45 1 124 264 2 344 7 769 9 21 5 415 2 14 288 17 161 44 68-45~-42 1 77 54 263 854 1 131 73 346 39 5 354 8 858-42~-39 1 47 19 54 58 79 42 18 2 1 364 1 684-39~-36 1 3 13 17 8 1 4 1 29 374-36~-33 13 4 2 1 2 4 36 62-33~-3 7 1 1 2 1 1 22-3~-27 1 1 1 1 6 1-27~-24 6 6 Total 811 65 562 351 884 55 798 471 217 222 798 65 55 14 8 2 972 388 788 2 134 685 Total Tabel 6. Jumlah ikan tunggal berdasarkan selang target strength pada lapisan kedalaman integrasi echo (Juni 26 ) Selang TS Lapisan kedalaman integrasi echo (db) -1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-1 1-11 11-12 12-13 Dasar -6~-57 99 72 6 61 52 739 27 68 33 926 317 288 186 371 75 19 2 882 4 578 671 43 179 775 1 382 852-57~-54 1 8 366 6 888 57 538 13 685 175 82 129 877 53 491 18 536 2 712 234 12 133 171 78 61-54~-51 3 2 475 12 217 37 641 59 51 6 864 27 431 12 454 1 294 65 7 8 29 292 19-51~-48 1 23 1 848 8 96 9 813 15 375 7 523 4 9 292 1 28 83 75 874-48~-45 1 5 142 1 168 987 2 95 1 228 683 51 4 2 6 146 12 512-45~-42 1 4 88 59 131 139 42 5 3 845 1317-42~-39 11 2 6 5 2 1 119 146-39~-36 1 1 2 1 28 33-36~-33 1 1 1 2 14 19-33~-3 1 1 14 16-3~-27 1 7 8-27~-24 1 23 24 Total 19 84 6 997 6 131 279 359 58 616 562 742 394 722 165 9 56 692 8 934 988 64 429 154 2 473 61 Total

64 Jumlah ikan (%) 45 4 35 3 25 2 15 1 5 N=2 134 685-58.5-55.5-52.5-49.5-46.5-43.5-4.5-37.5-34.5-31.5-28.5-25.5 Rata-rata Target strength (db) Gambar 31. Jumlah ikan tunggal (%) berdasarkan nilai target strength (db) di Lokasi A (Juni 25). ikan dengan nilai target strength yang berkisar dari -6 db hingga -51 db dan sebesar kurang dari 4, % atau sebanyak 21 69 ikan ditemukan dengan TS -51 db hingga -3 db. Ikan dengan jumlah terbanyak kedua ditemukan pada lapisan kedalaman 4-5 m yaitu 471 217 ikan (22,7 %). Ikan dengan TS -6 db hingga -51 db ditemukan sebanyak 89,65 % dan ikan dengan TS >-51 db pada lapisan ini dijumpai dengan persentasi yang lebih tinggi dari lapisan integrasi 3-4 m yaitu sebesar 1,35 % atau sebanyak 48 765 ikan, serta sebanyak satu ikan ditemukan pada selang TS -3 db hingga -27 db. Ikan tunggal yang dijumpai pada lapisan integrasi 2-3 m dan 5-6 m masing-masing sebesar 351 884 ikan (16,48 %) dan 222 798 ikan (1,44 %). Lapisan kedalaman integrasi berikutnya dengan jumlah ikan terbanyak yaitu lapisan integrasi 2-3 m (16,48 %) dan 5-6 m (1,44 %). Lapisan kedalaman 2-3 masih didominasi oleh ikan-ikan dengan TS -6 db hingga -57 db, sedangkan pada lapisan integrasi 5-6 m, ikan tunggal dengan TS -57 db hingga -51 db ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan selang TS -6 db hingga -57 db. Lima lapisan integrasi lainnya yaitu lapisan kedalaman -1 m, 1-2 m, 6-7 m, 7-8 m dan 8-9 m ditemukan ikan tunggal dengan jumlah lebih sedikit yaitu < 66 ikan atau < 3 % dari total jumlah ikan. Dari kelima lapisan integrasi ini, ikan tunggal dengan TS lebih besar yaitu -3 db hingga -27 db ditemukan pada kedalaman 1-2 m sedangkan empat lapisan kedalaman lainnya ditemukan ikan tunggal dengan kisaran TS terbesar adalah -39 db hingga -36 db pada lapisan integrasi 7-8 m sebanyak 4 ikan.

65 Jumlah ikan tunggal dengan TS lebih besar ditemukan dengan presentasi yang lebih tinggi pada perairan yang lebih dalam. Hal ini seperti terlihat pada lapisan kedalaman integrasi 5-6 m hingga 8-9 m, dimana walaupun rata-rata jumlah ikan tunggal yang ditemukan lebih kecil dari lapisan integrasi di kedalaman yang lebih rendah, namun pada lapisan integrasi ini ikan tunggal dengan TS -6 db -57 db ditemukan dengan jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan ikan tunggal selang TS yang lebih besar. Jumlah ikan (x1³) 3 25 2 15 1 5 N=2 134 685-58.5-55.5-52.5-49.5-46.5-43.5-4.5-37.5-34.5-31.5-28.5-25.5 Target strength (db) L-1 L-2 L-3 L-4 L-5 L-6 L-7 L-8 L-9 L Dasar Gambar 32. Jumlah ikan berdasarkan nilai target strength pada tiap lapisan integrasi echo di Lokasi A (Juni 25). Ikan tunggal dengan nilai TS yang besar juga tidak ditemukan di semua lapisan kedalaman integrasi. Misalnya pada kisaran nilai TS -3 db hingga -27 db, ikan tunggal yang ditemukan hanya pada lapisan kedalaman integrasi 1-2 m, 2-3 m, 4-5 m dan 5-6 m sebanyak 1 individu, sedangkan pada selang kisaran nilai TS -27 db hingga -24 db, ikan tunggal hanya ditemukan pada lapisan kedalaman integrasi dasar perairan sebanyak 6 ikan. Pada lapisan kedalaman integrasi dasar perairan, ditemukan ikan tunggal untuk keseluruhan kisaran nilai TS yang ada. Walaupun pada kisaran nilai TS yang besar ditemukan dengan jumlah yang sedikit, namun secara keseluruhan lebih banyak dibandingkan dengan lapisan kedalaman integrasi lainnya. Jumlah ikan tunggal pada lapisan kedalaman integrasi ini hanya sebesar 18,21 % atau sebanyak 388 788 ikan dari total jumlah ikan tunggal yang ditemukan. Total jumlah ikan tunggal yang ditemukan pada lapisan kedalaman integrasi ini lebih sedikit

66 dibandingkan dengan lapisan kedalaman integrasi 3-4 m dan 5-6 m, namun dari nilai target strengthnya, ikan tunggal yang ditemukan pada lapisan integrasi ini mempunyai target strength yang lebih besar yaitu -48 db hingga -24 db sebanyak 24 227 ikan, sedangkan pada lapisan kedalaman integrasi 3-4 m hanya sebanyak 1 425 ikan dan kedalaman 5-6 m sebanyak 8 693 ikan. Ikan tunggal dengan jumlah yang paling sedikit untuk kisaran nilai target strength ini, ditemukan pada lapisan kedalaman integrasi -1 m sebanyak 22 ikan. Distribusi target strength ikan tunggal di Lokasi B tidak berbeda jauh dengan yang ditemukan di Lokasi A, namun jumlah lapisan kedalaman integrasi echonya hingga lapisan kedalaman 12-13 m. Hal ini disebabkan karena perairannya lebih dalam, seperti terlihat pada peta batimetri (Gambar 7). Hasil analisis distribusi jumlah ikan berdasarkan target strength di Lokasi B (Tabel 6) menunjukkan bahwa sebagian besar ikan tunggal yang diperoleh saat penelitian berada pada nilai TS kecil yaitu pada selang TS -6 db hingga -51 db yaitu sekitar 96,36 % dari total jumlah ikan yang diperoleh atau sebesar 2 383 652 ikan. Jumlah ikan tunggal dengan nilai rata-rata TS -58.5 db ditemukan sebanyak 1 382 852 ikan (55,9 %), selanjutnya pada selang TS -57 db hingga -54 db sebanyak 78 61 ikan (28,65 %) dan pada selang TS -54 db hingga -51 db dengan jumlah ikan 292 19 ikan (11,81 %). Ikan dengan nilai target strength > -51 db ditemukan dengan jumlah < 5 % atau sekitar 89 949 ikan, dan selang nilai TS ikan dar -3 db hingga -27 db dijumpai dengan jumlah yang paling sedikit yaitu 8 ikan. Persentasi jumlah ikan yang diperoleh pada tiap selang TS seperti terlihat pada Gambar 33. 6 N=2 473 61 5 Jumlah ikan (%) 4 3 2 1-58.5-55.5-52.5-49.5-46.5-43.5-4.5-37.5-34.5-31.5-28.5-25.5 Rata-rata Target Strength (db) Gambar 33. Jumlah ikan tunggal (%) berdasarkan nilai target strength (db) di Lokasi B (Juli 26).

67 Berdasarkan lapisan kedalaman integrasi echo yaitu 13 lapisan kedalaman dan integrasi dasar, terlihat bahwa ikan tunggal dengan jumlah > 5 ikan ditemukan pada lapisan kedalaman 6-7 m dan 5-6 m. Pada lapisan integrasi kedalaman 6-7 m ikan tunggal yang ditemukan sebanyak 562 742 dengan 56,38 % dari jumlah tersebut (317 288 ikan) merupakan ikan dengan nilai TS -6 db hingga 57 db, yang termasuk dalam nilai TS -57 db hingga -54 db adalah 175 82 ikan (31,11 %) dan merupakan jumlah ikan terbanyak untuk lapisan ini dibandingkan dengan lapisan integrasi lainnya. Pada TS -54 db hingga -51 db, ikan tunggal ditemukan sebanyak 59 51 ikan (1,58 %). Ikan tunggal dengan TS >-51 db di lapisan integrasi ini hanya ditemukan sebesar <2, % atau sebanyak 1 862 ikan dan nilai TS terbesar yang ditemukan pada selang TS -36 db hingga -33 db sebanyak 1 ikan. Pada lapisan integrasi kedalaman 5-6 m, ikan tunggal yang ditemukan sebanyak 58 616 ikan dan 65,6 % dari jumlah tersebut merupakan ikan dengan nilai TS -6 db hingga -57 db. Jumlah ini merupakan jumlah terbesar yang ditemukan dibandingkan dengan lapisan integrasi lainnya pada selang TS yang sama. Sedangkan ikan dengan TS terbesar pada lapisan integrasi ini adalah pada nilai TS -39 db hingga -36 db hanya sebanyak 1 ikan. Jumlah ikan (x1³) 35 3 25 2 15 1 5 N=2 473 61-58.5-55.5-52.5-49.5-46.5-43.5-4.5-37.5-34.5-31.5-28.5-25.5 Target Strength (db) L-1 L-2 L-3 L-4 L-5 L-6 L-7 L-8 L-9 L-1 L11 L-12 L-13 L-Dsr Gambar 34. Jumlah ikan berdasarkan nilai target strength pada tiap lapisan integrasi echo di Lokasi B (Juli 26).

68 Jumlah ikan tunggal 1-5 ikan ditemukan pada empat lapisan integrasi yaitu lapisan dasar dasar sebanyak 429 154 ikan (17,35 %), lapisan kedalaman 7-8 m sebanyak 394 722 ikan (15,96 %), lapisan kedalaman 4-5 m sebanyak 279 359 ikan (11,29 %) dan lapisan kedalaman 8-9 m sebanyak 165 9 ikan (6,67 %). Ikan dengan target strength -6 db hingga -57 db di keempat lapisan intergrasi ini, ditemukan terbanyak pada lapisan kedalaman 4-5 m sebanyak 27 68 ikan, diikuti lapisan kedalaman 7-8 m sebanyak 186 371 ikan, lapisan dasar sebanyak 179 775 ikan dan lapisan kedalaman 8-9 m sebanyak 75 19 ikan. Ikan dengan TS terbesar sebanyak 1 ikan, masing-masing ditemukan pada selang TS -3 db hingga -27 db di lapisan kedalaman 8-9 m, pada selang TS -33 db hingga -3 db di lapisan kedalaman 7-8 m dan pada selang TS -36 db hingga -33 db di lapisan kedalaman 4-5 m. Pada lapisan integrasi dasar, ikan dengan nilai TS terbesar ditemukan pada selang TS -27 db hingga -24 db sebanyak 23 ikan. Lapisan integrasi ini merupakan satu-satunya lapisan dimana ditemukan ikan untuk keseluruhan selang nilai target strength, dan di lapisan ini juga dijumpai ikan dengan target strength dari -54 db hingga -24 db terbanyak dibandingkan dengan lapisan integrasi lainnya. Ikan dengan jumlah <1 ikan, ditemukan pada 8 lapisan integrasi lainnya. Jumlah terbanyak 6 131 ikan (2,43 %) ditemukan di lapisan kedalaman 3-4 m dengan TS dari -6 db hingga -42 db dan jumlah ikan yang paling sedikit yaitu 64 ikan (,3 %) ditemukan di lapisan kedalaman 12-13 m dengan nilai TS dari -6 db hingga -45 db. Distribusi Target Strength ikan tunggal berdasarkan leg akustik. Hasil analisis distribusi target strength ikan tunggal pada ketujuh leg akustik seperti terlihat pada Tabel 7, menunjukkan bahwa ikan dengan nilai target strength kecil mendominasi ketujuh leg tersebut dan lebih banyak pada nilai TS rata-rata -58,5 db. Pada leg 3-4, leg 6-7 dan leg 8-9 dijumpai ikan tunggal yang terdistribusi pada keseluruhan nilai rata-rata TS. Jumlah ikan tunggal yang ditemukan pada ketiga leg ini hingga selang nilai TS -45 db hingga -42 db sebanyak >1 ikan. Pada selang nilai TS yang lebih besar, jumlah ikan yang dijumpai <1 ikan dan hanya 15 ikan dengan nilai TS rata-rata -31,5 db, 1

69 ikan dengan nilai TS rata-rata -28,5 db dan 6 ikan dengan nilai TS rata-rata -25,5 db untuk ketiga leg tersebut. Sementara untuk 4 leg lainnya, ikan tunggal dengan target strength tertinggi ditemukan pada rata-rata TS -31,5 db sebanyak 6 ikan di leg 1-2 dan satu ikan ditemukan pada leg 7-8. Pada leg 2-3 ditemukan ikan dengan nilai TS -51 db hingga -48 db sebanyak 12 ikan dan hanya satu ikan dengan nilai rata-rata TS - 37,5 db. Pada leg 4-6, nilai rata-rata TS ikan tunggal yang dijumpai mencapai - 4,5 db dan pada leg 7-8 ikan tunggal yang ditemukan mencapai nilai rata-rata TS -31,5 db, masing-masing sebanyak 1 ikan. N=2 134 685 3 25 Jumlah ikan (1³) 2 15 1 5-58.5-55.5-52.5-49.5-46.5-43.5-4.5-37.5-34.5-31.5-28.5-25.5 Target strength 1-2 2-33-4 8-9 6-7 7-8 4-5 Leg akustik Gambar 35. Jumlah ikan tunggal berdasarkan TS di tiap leg pada Lokasi A. Distribusi ikan berdasarkan target strength di tiap leg pada Lokasi B (Tabel 8), memperlihatkan bahwa dominasi nilai TS ikan tunggal dijumpai dengan rata-rata nilai TS -58.5 db sebanyak 1 382 852 ikan. Dari jumlah ini, jumlah terbanyak ditemukan pada leg 5-6 sebanyak 272 629 ikan (19,72 %) diikuti oleh leg 3-4 dan leg 1-15, masing-masing sebanyak 198 192 ikan (14,33 %) dan 16,494 ikan (11,61 %), sedangkan jumlah yang paling sedikit dijumpai pada leg 14-15 sebanyak 23,311 ikan (1,69 %). Sementara untuk ikan tunggal dengan nilai TS yang paling sedikit dijumpai pada nilai rata-rata -28,5 db sebanyak 8 ikan.

7 Tabel 7. Jumlah ikan tunggal berdasarkan nilai target strength di tiap leg akustik pada Lokasi A (Juni 25). LEG Pjg. LEG (nm) Jlh. Rata-rata nilai target strength untuk tiap selang kisaran (db) ESDU -58.5-55.5-52.5-49.5-46.5-43.5-4.5-37.5-34.5-31.5-28.5-25.5 1-2 22 44 152 66 92 299 48 712 18 619 6 337 2 253 689 168 22 6 321 765 2-3 4 8 6 584 1 773 257 12 1 8 627 3-4 15 3 96 318 56 59 31 466 12 34 2 594 252 13 7 3 2 2 4 199 285 4-6 85 17 11 292 62 228 26 197 5 125 389 17 1 195 249 6-7 21 42 26 863 23 979 133 911 5 817 1 478 1 396 229 8 27 11 3 1 661 795 7-8 85 17 85 519 62 87 41 284 21 751 7 282 1 9 6 5 2 1 219 81 8-9 142.5 29 19 555 152 127 19 234 54 696 17 6 3 85 692 113 8 2 5 1 528 883 Total 932.5 187 893 791 631 83 391 61 163 54 44 68 8 858 1 684 374 62 22 1 6 2 134 685 Total Tabel 8. Jumlah ikan tunggal berdasarkan nilai target strength di tiap leg akustik pada Lokasi B (Juli 26). LEG Pjg. LEG (nm) Jlh. Rata-rata nilai Target Strength untuk tiap selang kisaran (db) ESDU -58.5-55.5-52.5-49.5-46.5-43.5-4.5-37.5-34.5-31.5-28.5-25.5 1-2 12 24 122 75 37 71 7 487 668 48 11 5 1 1 3 1 8 168 648 2-3 3 6 44 765 15 39 3 94 563 34 4 1 2 64 618 3-4 13 26 198 192 97 691 35 541 7 822 1 273 159 24 5 34 77 4-5 35 7 54 25 28 241 11 19 2 43 323 19 4 2 2 1 96 237 5-6 155 31 272 629 153 262 62 11 14 456 1 888 143 17 5 3 3 1 3 54 52 6-7 3 6 52 672 32 345 21 661 9 583 2 41 196 1 1 1 1 118 511 7-8 6 12 119 326 64 69 22 653 3 583 276 13 2 2 6 21 551 8-9 3 6 43 988 26 75 12 481 3 25 32 17 3 1 86 54 1-11 25 5 46 37 31 35 14 236 3 369 373 19 1 95 673 11-12 35 7 54 324 28 74 12 52 2 318 186 12 1 1 97 598 1-15 134 27 16 494 84 196 4 59 12 867 2 242 181 2 5 7 8 3 4 3 536 12-13 5 1 7 93 37 279 16 211 4 182 491 23 3 3 129 122 13-14 125 25 119 121 59 41 24 766 7 563 1 958 289 26 4 5 1 212 774 14-15 4 8 23 311 12 132 7 353 3 445 1 59 231 3 4 1 47 566 Total 999 2 1 382 852 78 61 292 19 75 874 12 512 1 317 146 33 19 16 8 24 2 473 61 Total

71 Dari keseluruhan leg (14 leg), 3 leg diantaranya yaitu leg 1-2, leg 5-6 dan leg 1-15 dijumpai ikan tunggal dengan nilai TS pada keseluruhan selang TS yang ada. Ikan tunggal dengan nilai rata-rata TS -58.5 db hingga -43.5 db dijumpai terbanyak di leg 5-6, diikuti leg 1-15 dan leg 1-2. Pada nilai rata-rata TS yang lebih besar yaitu di atas -43.5 db, ikan tunggal lebih terbanyak dijumpai pada leg 1-15 dibandingkan leg 1-2 dan leg 5-6. N=2 473 61 3 25 Jumlah ikan (1³) 2 15 1 5-58.5-55.5-52.5-49.5-46.5-43.5-4.5-37.5-34.5-31.5-28.5-25.5 Target strength 5-6 3-4 1-2 1-11 7-8 Leg akustik Gambar 36. Jumlah ikan tunggal berdasarkan TS di tiap leg pada Lokasi B. 13-14 1-15 Distribusi ikan tunggal berdasarkan nilai TS dengan ukuran rata-rata nilai TS -37,5 db hingga -25.5 db yang setara dengan ikan tunggal yang panjangnya sekitar 27-11 cm lebih banyak ditemukan pada leg-leg yang berada pada perairan yang lebih dangkal seperti pada leg 1-2, leg 5-6 dan leg 1-15, dibandingkan dengan leg 13-14 dan leg 14-15. Leg yang berada pada perairan yang lebih dalam seperti leg 13-14 yang kedalaman perairannya mencapai 13 m, ditemukan ikan tunggal dengan rata-rata nilai -4.5 db sebanyak 3 ikan. Jumlah ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan ke-13 leg lainnya. Namun untuk ikan tunggal dengan nilai TS yang lebih besar, hanya ditemukan sebanyak 1 ikan pada nilai TS rata-rata -28.5 db. Ikan tunggal dengan ukuran nilai rata-rata TS terbesar -25.5 db ditemukan sebanyak 24 ikan yang dijumpai pada 7 leg. Jumlah terbanyak sebesar 8 ikan ditemukan pada leg 1-2, diikuti leg 7-8 sebanyak 6 ikan, leg 1-15 dan leg 5-6 masing-masing 4 dan 3 ikan. Tiga leg lainnya yang merupakan leg antara yaitu leg 6-7, leg 8-9 dan leg 11-12 ditemukan masing-masing sebanyak 1 ikan.

72 Distribusi jumlah dan kepadatan ikan. Hasil analisis jumlah dan kepadatan ikan tunggal dari data penelitian bulan Juni 25 di perairan LCS untuk masing-masing lapisan kedalaman integrasi atau layer, menunjukkan bahwa jumlah ikan tunggal terbesar diperoleh pada lapisan kedalaman integrasi 3-4 m sebanyak 55 798 ikan atau 25,8 % dari total jumlah ikan yang diperoleh, dengan kepadatan 2,13 ikan m - ³. Jumlah ikan sebesar 22,7 % atau 471 217 ikan diperoleh pada lapisan kedalaman 4-5 m dengan kepadatan 1,74 ikan m - ³, diikuti oleh lapisan kedalaman integrasi dasar 18,21 % atau 388 788 ikan dengan kepadatan 1,4456 ikan m - ³, dan lapisan kedalaman integrasi 2-3 m sebesar 16,48 % atau 351 884 ikan dengan kepadatan 1,2686 ikan m - ³. Enam lapisan kedalaman integrasi lainnya ditemukan jumlah ikan tunggal dengan kepadatan <1, ikan m - ³, dan pada lapisan kedalaman integrasi -1 m ditemukan jumlah ikan terkecil sebanyak 811 ikan (,4 %) dengan kepadatan sebesar,56 ikan m - ³. Jumlah ikan tiap lapisan kedalaman integrasi ditampilkan pada Tabel 9 dan Gambar 37a. Tabel 9. Jumlah ikan tunggal berdasarkan lapisan kedalaman integrasi echo di tiap leg akustik pada Lokasi A (Juni 25). LEG Pjg Jlh. LEG Lapisan kedalaman integrasi echo ESDU (nm) -1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 Dasar Total 1-2 22 44 74 15 624 82 142 95 148 33 335 8 277 37 86 858 321 765 2-3 4 8 25 3 596 2 2 2 581 8 627 3-4 15 3 36 5 633 34 86 49 679 37 924 18 379 2 522 62 5 244 199 285 4-6 85 17 88 6 72 39 47 62 947 41 535 3 889 4 6 195 249 6-7 21 42 197 24 63 99 886 178 786 179 15 64 725 14 455 3 424 7 97 39 661 795 7-8 85 17 6 1 555 19 734 41 737 46 1 34 3 28 184 1 676 2 92 33 923 219 81 8-9 142.5 29 16 8 371 73 646 122 51 133 263 93 228 19 587 638 77 543 528 883 Total 932.5 187 811 65 562 351 884 55 798 471 217 222 798 65 55 14 8 2 972 388 788 2 134 685 Jumlah ikan yang diperoleh tiap leg merupakan jumlah ikan hasil integrasi echo pada lapisan -1 m hingga 8-9 m yang merepresentasikan jumlah ikan pelagis, sedangkan lapisan integrasi dasar untuk ikan demersal. Total jumlah ikan yang diperoleh selama penelitian bulan Juni 25 sebanyak 2 134 685 ikan, yang terdiri dari 1 745 897 (82 %) ikan pelagis dan 388 788 (18 %) ikan demersal (Gambar 37b). Leg dengan jumlah ikan terbanyak ditemukan pada leg 6-7 sebesar 661 795 ikan yang terdiri dari 564 754 (85,34 %) ikan pelagis dan 97 39 (14,66 %) ikan demersal. Jumlah ikan yang ditemukan pada leg ini merupakan

73 jumlah ikan terbanyak dari ke-7 leg, baik secara total maupun untuk ikan pelagis dan demersal. Jumlah ikan yang paling sedikit, baik secara total maupun untuk ikan pelagis dan demersal dijumpai pada leg 2-3 sebanyak 8 627 ikan, dengan jumlah ikan pelagis 6 46 ikan (7 %) dan ikan demersal 2 581 ikan (3 %). 3 N=2 134 685 25 (a) Jumlah Ikan (%) 2 15 1 5 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L Dasar Lapisan Integrasi Echo 7 6 Pelagis Demersal N=2 134 685 (b) Jumlah ikan (1³) 5 4 3 2 Total 1 1-2 2-3 3-4 4-5 6-7 7-8 8-9 Leg Akustik Gambar 37. Distribusi jumlah ikan tunggal berdasarkan: (a) lapisan integrasi echo dan (b) leg akustik di Lokasi A (Juni 25). Kepadatan ikan di LCSI secara keseluruhan pada Lokasi A (Juni 25) sebesar 7,9613 ikan m - ³ (Tabel 1). Kepadatan ikan di tiap leg menunjukkan bahwa dari 4 leg paralel (leg 1-2, leg 3-4, leg 6-7 dan leg 8-9), pada leg 8-9 ditemukan jumlah ikan 528 883 ikan dengan kepadatan 2,41 ikan m - ³, sedangkan leg 6-7 yang merupakan leg dengan jumlah ikan terbanyak yang ditemukan, memiliki kepadatan sebesar 1,719 ikan m - ³. Dua leg lainnya yaitu leg 1-2 dan leg 3-4 memiliki kepadatan ikan sebesar,7896 ikan m - ³ dan,7176 ikan m - ³ dari jumlah ikan sebesar 321 765 ikan dan 199 285 ikan. Pada leg lainnya

74 yaitu leg antara, jumlah ikan terbanyak ditemukan pada leg 7-8 sebesar 219 81 ikan dengan kepadatan 1,3917 ikan m - ³, kemudian leg 4-6 sebesar 195 249 ikan dengan kepadatan 1,243 ikan m - ³dan pada leg 2-3 ditemukan jumlah ikan tunggal yang paling sedikit yaitu 8 627 ikan dengan kepadatan,1165 ikan m - ³. Besarnya jumlah ikan tunggal yang ditemukan pada suatu leg tidak menunjukkan bahwa kepadatan ikan pada leg tersebut tinggi, karena tergantung pada panjang leg tersebut. Hal ini seperti terlihat pada leg 6-7 dimana ditemukan jumlah ikan tunggal terbanyak dari leg lainnya, namun karena legnya lebih panjang maka kepadatan ikan pada leg ini lebih kecil dibandingkan dengan leg 8-9 yang panjang legnya hanya 142,5 nm. Tabel 1. Kepadatan ikan tunggal (ikan m - ³) pada setiap leg akustik berdasarkan lapisan kedalaman integrasi echo LEG Pjg. LEG Jlh. Lapisan kedalaman integrasi echo ESDU -1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 Dasar 1-2 22 44.2.383.216.2334.818.23.8.2132.7896 2-3 4 8.34.485.297.348.1165 3-4 15 3.1.23.1253.1791.1365.662.91.2.189.7176 4-6 85 17.6.427.257.3999.2638.247.2579 1.243 6-7 21 42.5.619.2568.4597.466.1664.372.88.2.2495 1.716 7-8 85 17.4.99.1254.2651.2923.2179.179.678.184.2155 1.3917 8-9 142.5 29.4.317.2791.4642.55.3533.742.24.2938 2.41 Total 932,5 187.56.2533 1.2686 2.13 1.74.8487.33.793.186 1.4456 7.9613 Berdasarkan hasil analisis pada lintasan akustik yang terdiri dari 187 ESDU, diperoleh jumlah ikan rata-rata 11 416 ikan dengan kepadatan 1,3397 ikan m - ³. Rata-rata jumlah ikan pelagis sebesar 9 336 ikan dengan kepadatan 1,3397 ikan m - ³, sedangkan ikan demersal sebesar 2 79 dengan kepadatan,417 ikan m - ³. Secara keseluruhan di Lokasi A, ditemukan kepadatan ikan,64-3,7456 ikan m - ³ dan hanya ditemukan satu ESDU dengan kepadatan ikan yang sangat tinggi yaitu ESDU 135 yang terletak pada posisi 18,3484 BT dan 1,8619 LU, dengan jumlah ikan tunggal yang diperoleh sebanyak 11 528 ikan dan kepadatannya 1,9642 ikan m - ³. Kepadatan ikan pelagis dan demersal tertinggi juga ditemukan pada ESDU ini yaitu 8,5683 ikan m - ³ untuk ikan pelagis dan 2,3959 ikan m - ³ untuk ikan demersal. ESDU dengan jumlah dan kepadatan ikan terkecil ditemukan pada ESDU 142 yang terletak pada posisi 18,7452 BT dan 1,9123 LU yaitu dengan jumlah ikan 59 ikan dan kepadatannya,64 ikan m - ³. Total

75 Kepadatan ikan pelagis pada ESDU ini sebesar,41 ikan m - ³ dan ikan demersal sebesar,23 ikan m - ³ (Lampiran 2). Secara keseluruhan untuk 187 ESDU, hanya satu ESDU yang dijumpai ikan dengan kepadatan 1,96 ikan m - ³ yaitu pada ESDU 135. 16 ESDU diantaranya ditemukan ikan tunggal dengan kepadatan 2,5-5, ikan m - ³, 22 ESDU dengan kepadatan 2,-2,5 ikan m - ³; 2 ESDU dengan kepadatan 1,5-2, ikan m - ³; 46 ESDU dengan kepadatan 1,-1,5 ikan m - ³; 29 ESDU dengan kepadatan,5-1, ikan m - ³; dan 53 ESDU lainnya dijumpai ikan dengan kepadatan,-1, ikan m - ³ (Gambar 38a). Untuk ikan pelagis ditemukan 1 ESDU dengan kepadatan 8,57 ikan m - ³; 61 ESDU ditemukan dengan kepadatan,-,5 ikan m - ³; dan 125 ESDU lainnya tersebar dengan kepadatan ikan antara,5 ikan m - ³ hingga 5, ikan m - ³ (Gambar 38b). Hanya 1 ESDU dari 187 ESDU yang ditemukan ikan demersal dengan kepadatan 2,-2,5 ikan m - ³, sedangkan 186 ESDU lainnya mempunyai kepadatan,-,5 ikan m - ³ (Gambar 38c). Dari hasil analisis jumlah dan kepadatan ikan di tujuh leg akustik untuk lapisan kedalaman terjangkau, terlihat bahwa leg dengan perairan yang lebih dalam yaitu pada leg 6-7 dan leg 7-8. Integrasi echo pada kedua leg ini mencapai kedalaman 8-9 m. Pada leg 6-7 ditemukan jumlah ikan tunggal sebanyak 7 ikan dengan kepadatan,2 ikan m - ³ dan pada leg 7-8 sebanyak 2 92 ikan dengan kepadatan,184 ikan m - ³. Leg 3-4 dan leg 8-9 merupakan leg dengan kedalaman integrasi echo mencapai kedalaman 7-8 m. Jumlah dan kepadatan ikan di kedalaman ini untuk kedua leg tersebut masing-masing sebesar 62 ikan (,2 ikan m - ³) dan 638 ikan (,24 ikan m - ³). Pada leg 1-2, kedalaman lapisan integrasi echo mencapai kedalaman 6-7 m dan jumlah ikan yang ditemukan sebanyak 37 ikan dengan kepadatan,8 ikan m - ³, sedangkan kedalaman lapisan integrasi echo hingga kedalaman 5-6 m ditemukan pada leg 4-6 dan jumlah ikan yang ditemuikan sebanyak 3 889 ikan dengan kepadatan sebesar,247 ikan m - ³. Leg 2-3 merupakan leg dengan kedalaman lapisan integrasi echo hanya mencapai kedalaman 2-3 m, dan jumlah ikan tunggal yang ditemukan pada leg ini sebesar 2 2 ikan dengan kepadatan,297 ikan m - ³. Sebagai gambaran distribusi kepadatan ikan tiap leg, maka dibuat penampang melintang distribusi kepadatan ikan untuk leg paralel seperti terlihat pada Gambar 39.

76 (a). 1. 2. 3. LU Kep. Anambas P. Bintan Kep. Tambelan P. Lingga P. Subi 5-5 Jumlah Total (ikan/m³). to.5.5 to 1. 1. to 1.5 1.5 to 2. 2. to 2.5 2.5 to 5. 5. to 11. Skala 1 : 5 25 5 75 1 Mil laut Lokasi Survei 15 16 17 18 19 BT Peta Indeks -1 1 11 12 (b). 1. 2. 3. LU Kep. Anambas P. Bintan Kep. Tambelan P. Lingga P. Subi 5-5 Ikan Pelagis (ikan/m³). to.5.5 to 1. 1. to 1.5 1.5 to 2. 2. to 2.5 2.5 to 5. 5. to 1. Skala 1 : 5 25 5 75 1 Mil laut Lokasi Survei 15 16 17 18 19 BT Peta Indeks -1 1 11 12 (c). 1. 2. 3. LU Kep. Anambas P. Bintan Kep. Tambelan P. Lingga P. Subi Ikan Demersal (ikan/m³) 5-5. to.5.5 to 1. 1. to 1.5 1.5 to 2. 2. to 2.5 Skala 1 : 5 25 5 75 1 Mil laut Lokasi Survei 15 16 17 18 19 BT Peta Indeks -1 1 11 12 Gambar 38. Distribusi kepadatan ikan (ikan m - ³) berdasarkan ESDU di Lokasi A (Juni 25); (a) Total jumlah ikan, (b) Ikan Pelagis, dan (c) Ikan Demersal

77 (a) ESDU 4 8 12 16 2 24 28 32 36 4 44-2 Kedalaman (m) -4-6 -8 1 2 3 Kepadatan (Ikan/m³)..5 1. 1.5 2. 2.5 3. 3.5 15 16 17 18 19-1 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 22 Jarak (nm) (b) ESDU 58 64 7 76 82-2 Kedalaman (m) -4-6 -8 Kepadatan (Ikan/m³) 1 2 3..5 1. 1.5 2. 2.5 3. 3.5 15 16 17 18 19-1 2 4 6 8 1 12 14 Jarak (nm) (c) ESDU 15 111 117 123 129 135 141-2 Kedalaman (m) -4-6 -8 Kepadatan (Ikan/m³) 1 2 3..5 1. 1.5 2. 2.5 3. 3.5 15 16 17 18 19-1 2 4 6 8 1 12 14 16 18 2 Jarak (nm) (d) ESDU 162 166 17 174 178 182 187-2 Kedalaman (m) -4-6 -8 Kepadatan (Ikan/m³) 1 2 3..5 1. 1.5 2. 2.5 3. 3.5-1 15 16 17 18 19 2 4 6 8 1 12 14 Jarak (nm) Gambar 39. Distribusi kepadatan ikan (ikan m - ³) pada: (a) leg 1-2, (b) leg 3-4, (c) leg 6-7 dan leg 8-9 di Lokasi A (Juni 25).

78 Integrasi echo terhadap data akustik hasil penelitian di Lokasi B (Juli 26) dilakukan untuk ke-13 lapisan kedalaman integrasi dan lapisan integrasi dekat dasar. Hasilnya ditemukan total jumlah ikan tunggal sebanyak 2 473 61 ikan, yang terdiri dari ikan pelagis sebanyak 2 44 447 ikan (83 %) dan ikan demersal sebanyak 429 154 ikan (17 %). Ikan tunggal terbanyak dari keseluruhan lapisan integrasi echo untuk ikan pelagis ditemukan pada lapisan kedalaman integrasi 6-7 m sebesar 562 742 ikan, diikuti lapisan kedalaman integrasi 5-6 m sebanyak 58 616 ikan. Jumlah ikan tunggal paling sedikit yaitu 64 ikan dijumpai pada lapisan kedalaman integrasi 12-13 m dan hanya ditemukan pada leg 1-15. Secara keseluruhan dari 13 lapisan kedalaman intergasi, terlihat bahwa ikan tunggal (ikan pelagis) lebih banyak mendominasi kolom perairan pada kedalaman 4-1 m (Tabel 11 dan Gambar 4a). Distribusi jumlah ikan tunggal tiap leg akustik, menunjukkan bahwa pada leg 5-6 dijumpai ikan tunggal dengan jumlah yang terbanyak yaitu 54 52 ikan (2,4 %), yang terdiri dari ikan pelagis sebanyak 428 575 ikan (85 %) dan ikan demersal 75 945 ikan (15 %). Dua leg yang memiliki jumlah ikan > 3 adalah leg 3-4 dan leg 1-15 masing-masing sebanyak 34 77 ikan (13,77 %) dan 3 536 ikan (12,15 %). Pada kedua leg ini jumlah ikan demersal yang ditemukan dari jumlah ikan tunggal tiap leg ini masing-masing sebanyak 7 318 ikan (2,64 %) dan 42 82 ikan (14 %). Ikan tunggal yang paling sedikit dijumpai adalah pada leg 2-3 yaitu 64 618 ikan (2,61 %) yang terdiri dari ikan pelagis sebanyak 51 364 ikan (79,49 %) dan ikan demersal 13 254 ikan (2,51 %). Distribusi jumlah ikan, baik ikan pelagis dan demersal yang ditemukan di Lokasi B seperti terlihat pada Gambar 4b. Hasil analisis distribusi jumlah dan kepadatan ikan tunggal terhadap 2 ESDU, diperoleh jumlah ikan rata-rata 12 368 ikan per ESDU dengan kepadatan rata-rata 1,466 ikan m - ³. Jumlah ikan tunggal yang diperoleh untuk masingmasing ESDU berkisar 47-27 311 ikan dengan kepadatan berkisar dari,5 ikan m - ³ hingga 2,95 ikan m - ³. Jumlah dan kepadatan ikan tertinggi ditemukan di ESDU 48 yaitu pada posisi sekitar 17,93 BT dan 2,9239 LU, sedangkan untuk jumlah dan kepadatan terendah ditemukan di ESDU 125 pada posisi sekitar 18,74 BT dan 4,4992 LU.

79 Tabel 11. Jumlah ikan tunggal berdasarkan lapisan kedalaman integrasi echo di tiap leg akustik pada Lokasi B (Juli 26). LEG Pjg LEG Jlh. Lapisan kedalaman integrasi echo ESDU -1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-1 1-11 11-12 12-13 Dasar 1-2 12 24 27 27 2 583 21 886 44 27 43 626 14 132 5381 2 367 3 34 589 168 648 2-3 3 6 1 15 1 811 8 951 15 343 23 58 2 185 13 254 64 618 3-4 13 26 6 94 7 77 51 2 95 251 78 295 32 879 4 144 12 7 318 34 77 4-5 35 7 4 333 9 774 19 1 34 476 16 16 268 16 266 96 237 5-6 155 31 2 344 5 196 68 797 116 458 133 526 72 796 24 952 5 572 81 122 75 945 54 52 6-7 3 6 1 1 11 1 798 12 79 16 133 36 41 25 694 25 574 118 511 7-8 6 12 11 1 132 2 834 26 321 49 122 62 352 42 536 1 756 25 486 21 551 8-9 3 6 1 3 114 2 86 23 61 24 125 11 373 2 214 22 843 86 54 1-11 25 5 22 43 34 136 5 227 3 227 27 66 15 382 1189 15 87 95 673 11-12 35 7 1 28 1 35 5 64 9 21 28 628 23 882 15 44 1 686 12 345 97 598 1-15 134 27 18 25 889 6 433 24 45 53 347 5 25 56 545 45 956 2 411 336 64 42 82 3 536 12-13 5 1 3 35 63 3 229 17 161 44 279 37 824 2 639 23 322 129 122 13-14 125 25 43 6 69 2 3 13 55 35 779 43 81 32 925 27 756 12 81 6599 866 36 774 212 774 14-15 4 8 4 27 493 2 712 7 174 5 281 6 644 9 947 735 14 549 47 566 Total 999 2 19 84 6 997 6 131 279 359 58 616 562 742 394 722 165 9 56 692 8 934 988 64 429 154 2 473 61 Total Tabel 12. Kepadatan ikan tunggal (ikan/m³) berdasarkan lapisan kedalaman integrasi echo di tiap leg akustik pada Lokasi B (Juli 26). LEG Pjg. LEG Jlh. Lapisan Kedalaman Integrasi Echo ESDU -1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-1 1-11 11-12 12-13 Dasar 1-2 12 24.12.12.1162.9848.19811.1963.6359.2421.165.1.1556.7589 2-3 3 6.2.27.326.16111.27615.4151.3933.2386 1.163 3-4 13 26.2.39.3227.21184.39563.3252.13656.1721.42..2921 1.4151 4-5 35 7.6.514.1579.29466.53187.2478.413..259 1.4847 5-6 155 31.1.12.181.23966.4569.46515.25359.8691.1941.282.42.2646 1.7575 6-7 3 6.2.2.198.3236.232.2937.65533.46246.5.463 2.1331 7-8 6 12.1.1.119.255.23687.4426.56112.38279.158.2294 1.8948 8-9 3 6.2.5.25.55.4156.43422.247.3985.4111 1.5576 1-11 25 5.45.1244.4659.19836.53838.1854.3357 1.3173 11-12 35 7.2.43.283.7812.1429.44165.36844.23764.261.195 1.557 1-15 134 27.7.1.358.2592.9834.21496.2158.22785.18518.8225.135.1696 1.218 12-13 5 1.3.39.15.1194.8761.26543.64219.32662.16611.1284.2547 1.769 13-14 125 25.19.3.3.994.5639.15455.18921.14222.1199.553.2851.374.28.1589.9194 14-15 4 8.5.36.665.3661.9684.7129.8969.13427.992.1964.6421 Total 999 2.6.5.378.325.1599.27491.3416.21335.8919.364.483.53.3.232 1.337 Total

8 (a) 6 N=2 473 61 5 Jumlah ikan (1³) 4 3 2 1 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L1 L11 L12 L13 LDasar Lapisan Integrasi Echo (b) Jumlah Ikan (1³) 5 4 3 2 N=2 473 61 Pelagis Demersal Total 1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 11-12 1-11 1-15 12-13 13-14 14-15 Leg Akustik Gambar 4. Distribusi jumlah ikan tunggal berdasarkan: (a) lapisan integrasi echo dan (b) leg akustik di Lokasi B (Juli 26). Jumlah rata-rata ikan pelagis sebesar 1 222 ikan dengan kepadatan 1,2789 ikan m - ³, sedangkan ikan demersal sebesar 2 146 ikan dengan kepadatan,4567 ikan m - ³ (Lampiran 3). Kepadatan ikan dari 2 ESDU, diperoleh 65 ESDU (32,5 %) dengan kepadatan sebesar,-1, ikan m - ³, 99 ESDU (49,5 %) dengan kepadatan 1,-2, ikan m - ³ dan 26 ESDU (12,9 %) dengan jumlah kepadatan 2,-2,5 ikan m - ³ serta 1 ESDU sisanya memiliki kepadatan 2,5-5. ikan m - ³. Kepadatan ikan pelagis di tiap ESDU, dijumpai dengan kepadatan,- 1, ikan m - ³ sebanyak 95 ESDU (47,5 %), kepadatan 1,-2, ikan m - ³ ditemukan pada 92 ESDU (46 %) dan 13 ESDU lainnya memiliki kepadatan 2,-3, ikan m - ³. Sedangkan ikan demersal untuk 2 ESDU yang ada, hanya ditemukan kepadatan < 1 ikan m - ³. Kepadatan tertinggi pada ESDU 97 sebanyak,83 ikan m - ³ dan 199 ESDU lainnya dengan kepadatan,-,35 ikan m - ³ (Gambar 41).

81 LU Jumlah Total (ikan/m³) (a) 2. 3. 4. 5. 16.5 17.5 18.5 5-5 -1 BT Peta Indeks. to.5.5 to 1. 1. to 1.5 1.5 to 2. 2. to 2.5 2.5 to 5. Skala 1 : 5 25 5 75 1 Mil laut Lokasi Survei 1 11 12 LU Ikan Pelagis (Ikan/m³) (b) 2. 3. 4. 5. 16.5 17.5 18.5 5-5 -1 BT Peta Indeks. to.5.5 to 1. 1. to 1.5 1.5 to 2. 2. to 2.5 2.5 to 3. Skala 1 : 5 25 5 75 1 Mil laut Lokasi Survei 1 11 12 LU (c) 2. 3. 4. 5. 16.5 17.5 18.5 5-5 -1 BT Ikan Demersal (Ikan/m³) Peta Indeks. to.2.2 to.4.4 to.6.6 to.8.8 to 1. Skala 1 : 5 25 5 75 1 Mil laut Lokasi Survei 1 11 12 Gambar 42. Distribusi kepadatan ikan (ikan m - ³) berdasarkan ESDU di Lokasi B (Juli 26). Total Jumlah Ikan, (b) Ikan Pelagis, dan (c) Ikan Demersal.

82 Hasil analisis distribusi dan kepadatan ikan di tiap leg akustik, ditemukan 3 leg dengan jumlah ikan > 3 ikan. Ketiga leg tersebut adalah leg 5-6 dengan kepadatan 2,27 ikan m - ³, diikuti leg 3-4 dengan kepadatannya 1,53 ikan m - ³, dan leg 1-15 dengan kepadatannya sebesar 1,35 ikan m - ³. Ikan tunggal dengan jumlah 1-3 ikan ditemukan pada 5 leg. Jumlah terbanyak pada leg 13-14 sebesar 212 774 ikan (8,6 %) dengan kepadatan,98 ikan m - ³ dan leg 6-7 dengan jumlah ikan yang paling sedikit di antara 5 leg tersebut yaitu 118 511 (4,79 %) dengan kepadatan,53 ikan m - ³. Sedangkan ikan dengan jumlah <1 ikan ditemukan pada 6 leg lainnya, dengan jumlah ikan terbanyak pada leg 11-12 sebesar 97 598 ikan (3,95 %) dengan kepadatan,44 ikan m - ³ dan yang paling sedikit yaitu 47 566 ikan (1,92 %) dengan kepadatan,21 ikan m - ³ pada leg 14-15. Distribusi jumlah dan kepadatan ikan tiap leg terlihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Jumlah dan kepadatan ikan tunggal yang ditemukan di setiap leg akustik berbeda, sesuai dengan kedalaman lapisan integrasi echo yang terjangkauan. Leg dengan kedalaman lapisan integrasi terdalam ditemui pada leg 1-15 yaitu hingga lapisan kedalaman 12-13 m. Jumlah ikan tunggal yang diperoleh pada leg ini sebanyak 64 ikan dan kepadatannya sebesar,3 ikan m - ³. Leg 4-5 dan leg 13-14 memiliki jangkauan kedalaman lapisan integrasi mencapai 11-12 m, dan jumlah ikan tunggalnya masing-masing sebanyak 112 ikan dan 866 ikan dengan kepadatannya sebesar,4 ikan m - ³ dan,37 ikan m - ³. Leg 12-13 memiliki lapisan kedalaman integrasi hingga 1-11 m dan jumlah ikan tunggal yang ditemukan pada kedalaman ini 1 189 ikan dengan kepadatan,26 ikan m - ³. Leg dengan jangkauan lapisan kedalaman integrasi hingga 9-1 m adalah leg 1-2, leg 3-4, leg 11-2 dan leg 14-15. Jumlah dan kepadatan ikan tunggal dari keempat leg ini adalah leg 1-2 sebanyak 3 ikan (,1 ikan m - ³), leg 3-4 sebanyak 12 ikan (,4 ikan m - ³), leg 11-12 sebanyak 1 686 ikan (,26 ikan m - ³) dan leg 14-15 sebanyak 56 692 ikan (,99 ikan m - ³). Leg 7-8 dan leg 8-9 memiliki kedalaman lapisan integrasi echo hingga kedalaman 8-9 m dengan jumlah ikan masing-masing 1 795 ikan (,158 ikan m - ³) dan 2 214 ikan (,398 ikan m - ³). Sedangkan leg dengan jangkauan hingga kedalaman 7-8 m adalah leg 6-7 dengan jumlah ikan 25 694 ikan (,462 ikan m - ³) dan leg 2-3 yang hanya memiliki lapisan integrasi hingga kedalaman 6-7 m

83 dengan jumlah ikannya sebanyak 2 185 ikan dan kepadatannya sebesar,393 ikan m - ³. Distribusi kepadatan ikan tunggal berdasarkan ESDU pada lima leg paralel seperti terlihat pada Gambar 42. ESDU 4 8 12 16 2 24-2 ESDU 35 4 45 5 55 a) b) -2-4 -4 Kedalaman (m) -6-8 Kedalaman (m) -6-8 -1 3 4 5 Kepadatan Ikan (Ikan/m³) -1 3 4 5 Kepadatan Ikan (Ikan/m³) -12 16 17 18 19..1.2.3.4.5.6.7.8.9 1. -12 16 17 18 19..1.2.3.4.5.6.7.8.9 1. 2 4 6 8 1 12 Jarak (nm) 2 4 6 8 1 12 Jarak (nm) ESDU 68 73 78 83 88 93 c) -2-4 Kedalaman (m) -6-8 -1 3 4 5 Kepadatan Ikan (Ikan/m³) -12 16 17 18 19..1.2.3.4.5.6.7.8.9 1. 2 4 6 8 1 12 14 Jarak (nm) ESDU 12 125 131 149 155 194 2-2 d) -4 Kedalaman (m) -6-8 -1 3 4 5 Kepadatan Ikan (Ikan/m³) -12 16 17 18 19..1.2.3.4.5.6.7.8.9 1. 2 4 6 8 1 12 Jarak (nm) ESDU 165 17 175 18 185-2 e) -4 Kedalaman (m) -6-8 -1 3 4 5 Kepadatan Ikan (Ikan/m³) -12 16 17 18 19..1.2.3.4.5.6.7.8.9 1. 2 4 6 8 1 12 Jarak (nm) Gambar 42. Distribusi kepadatan ikan (ikan m - ³) pada: (a) leg 1-2, (b) leg 3-4, (c) leg 6-7, (d) leg1-15 dan (e) leg13-14 di Lokasi B ( Juli 26).