Perkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P E N I N G K A T A N K A P A S I T A S P O K T A N &

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/PERMENTAN/SM.050/12/2016 TENTANG PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat, Sumarjo Gatot Irianto

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

2013, No BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 82/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi)

PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) nis Perdesaan (PUAP)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

KATA PENGANTAR. Sumarjo Gatot Irianto. Jakarta, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 07/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN A.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar pijakan pembangunan kedepan akan mengakibatkan pertumbuhan akan

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

Lampiran 1. Peta Administratif Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Perkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Balai Pelatihan Pertanian Jambi) ABSTRAK Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan antar wilayah dan sektor. Untuk mendukung pelaksanaan PUAP diawali dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia sebagai pelaksana kegiatan PUAP di lapangan. Perkembangan kelembagaan petani dengan pemanfaatan dana PUAP di Kecamatan Pangururan terlihat meningkat yaitu, Jumlah Kelompok tani yang ada di Kecamatan Pangururan menjadi 136 Kelompok Tani, jumlah Gapoktan 16, Kelompok Tani menjadi lebih Partisipatif dalam memecahkan masalah, baik dalam usaha tani atau organisasi, Kas Lembaga Petani, Kelompok Tani maupun Gapoktan menjadi bertambah, Intensitas pertemuan Kelembagaan Petani semakin meningkat, Meningkatnya Kapasitas Gapoktan, Luas pertanaman yang dapat diolah oleh Petani dengan adanya modal dari dana PUAP menjadi bertambah, dan Komoditi yang diusahakan oleh anggota Kelompok Tani menjadi lebih beragam. Kata Kunci: Agribisnis, sumberdaya, manusia, kelembagaan, dan petani A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam perekonomian nasional, khususnya dalam penyediaan kecukupan pangan, perluasan lapangan kerja dan lapangan berusaha, pengentasan kemiskinan, serta peningkatan produk domestik bruto dan pendapatan petani. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan SDM aparat pertanian tangguh dengan ciri profesional, mandiri, inovatif, kreatif dan berwawasan global yang mampu menjadi fasilitator, motivator dan regulator pelaku usaha pertanian serta mampu membangun sistem agribisnis yang berdaya saing tinggi. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program terobosan Kementerian Pertanian untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor. Kecamatan Pangururan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Samosir, yang sekaligus menjadi Ibukota Kabupaten Samosir. Kecamatan Pangururan terdiri dari 25 Desa dan 3 Kelurahan. Mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah bertani. Kelembagaan petani yang ada di Kecamatan Pangururan terdiri dari 136 Kelompok Tani dan 16 Gabungan Kelompok Tani. Gabungan Kelompok Tani pengguna dana PUAP di Kecamatan Pangururan ada sebanyak 16 Gabungan Kelompok Tani.

B. Masalah Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah. Oleh karena itu program penanggulangan kemiskinan merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan kesepakatan global untuk mencapai Tujuan Milenium. Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. C. Tujuan Tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah agar penyuluh dan instansi terkait mengetahui bagaimana perkembangan kelembagaan petani melalui pemanfaatan dana PUAP di Kecamatan Pangururan. D. Manfaat Sebagai acuan bagi Penyuluh Pertanian untuk melakukan pembinaan Kelembagaan Petani dalam pendampingan/penyaluran dana PUAP di Kecamatan Pangururan. II. TINJAUAN PUSTAKA Tahun 2002 pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha. Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk program fasilitasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Program BLM ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi produktif; bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial ekonomi; bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung penguatan kegiatan sosial ekonomi; bantuan penguatan kelembagaan untuk mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan; dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif (Kasmadi, 2005). Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan, maka kebijakan penguatan modal di bidang pertanian pun ikut berubah dan dimodifikasi lagi agar lebih baik. Pada tahun 2008 pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI mencanangkan program baru yang diberi nama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan antar wilayah dan sektor. Untuk mendukung pelaksanaan PUAP diawali dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia sebagai pelaksana kegiatan PUAP di lapangan (Kementerian Pertanian, 2008). PUAP merupakan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di perdesaan dengan memberikan fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses pembiayaan kepada petani anggota gapoktan. Struktur PUAP terdiri dari Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sehingga dapat lebih memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) penerima dana PUAP sebagai kelembagaan tani pelaksana PUAP tentunya menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberhasilan program PUAP itu sendiri (Kementerian Pertanian, 2010). Kementerian Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala

ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier. Menurut Syahyuti (2007), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan organisasi petani di perdesaan yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan dibentuk atas dasar: (1) Kepentingan yang sama di antara para anggotanya; (2) Berada pada kawasan usahatani yang menjadi tanggung jawab bersama di antara para anggotanya; (3) Mempunyai kader pengelola yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani; (4) Memilki kader atau pemimpin yang diterima oleh petani lainnya; (5) Mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya, dan (6) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat (Departemen Pertanian, 2010c). Peningkatan kapasitas SDM ditujukan bagi pengurus gapoktan, Kelompok Tani, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). PMT adalah tenaga profesional yang direkrut oleh Departemen Pertanian yang mempunyai tugas utama mensupervisi dan advokasi kepada penyuluh pendamping dalam pengembangan usaha agribisnis perdesaan (Departemen Pertanian, 2008). Untuk membangun gapoktan yang ideal sesuai dengan tuntutan organisasi masa depan, diperlukan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pembinaan yang berkelanjutan. Proses penumbuhan dan pengembangan gapoktan yang kuat dan mandiri diharapkan secara langsung dapat menyelesaikan permasalahan petani dalam pembiayaan, dan pemasaran. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman pembinaan kelembagaan petani, pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat perdesaan (Departemen Pertanian, 2010c). Gapoktan yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan dan manajemen, akan diberikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar 100 juta rupiah untuk setiap Gapoktan dalam rangka mengembangkan usaha agribisnis perdesaan yang meliputi usaha budidaya (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan) dan usaha non-budidaya (industri rumah tangga, pemasaran/bakulan, dan usaha lainnya yang berbasis pertanian) (Kementerian Pertanian, 2008). Dalam pengembangan usaha agribisnis perdesaan Gapoktan dapat membentuk unit usaha otonom yang meliputi unit simpan pinjam, unit usaha saprodi, unit usaha pengolahan dan pemasaran. Pembentukan unit usaha otonom disepakati dalam rapat anggota Gapoktan. (Kementerian Pertanian, 2008). Sejalan dengan format penumbuhan kelembagaan tani di perdesaan, Menteri Pertanian melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 telah menetapkan Gapoktan merupakan format final dari organisasi di tingkat petani di perdesaan yang di dalamnya terkandung fungsi-fungsi pengelolaan antara lain unit pengolahan dan pemasaran hasil, unit peyediaan saprodi, unit kelembagaan keuangan mikro. Melalui Permentan 273 Kementerian Pertanian telah menetapkan dan mewadahi Gapoktan sebagai kelembagaan ekonomi petani serta sekaligus menentukan arah pembinaan kelembagaan petani di perdesaan. Gapoktan penerima BLM PUAP, diarahkan untuk dapat dibina dan ditumbuhkan menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) sebagai salah satu unit usaha dalam Gapoktan (Kementerian Pertanian, 2010c).

1. Indikator Keberhasilan Program PUAP Indikator keberhasilan output antara lain: 1. Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; dan 2. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Indikator keberhasilan outcome antara lain: a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan; dan d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. Sedangkan indikator benefit dan impact antara lain: a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP; b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan. 2. Strategi PUAP 2.1. Strategi Dasar Adapun strategi dasar dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah: 1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP; 2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau; 3) Fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin; dan 4) Penguatan kelembagaan gapoktan. 2. 2. Strategi Operasional Adapun strategi operasional dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah: 1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui: a. Pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP; b. Rekrutmen dan pelatihan bagi Penyuluh dan PMT; c. Pelatihan bagi pengurus Gapoktan; dan d. Pendampingan bagi petani oleh penyuluh dan PMT. 2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau dilaksanakan melalui: a. Identifikasi potensi desa; b. Penentuan usaha agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) unggulan; dan c. Penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan. 3) Fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui: a. Penyaluran BLM PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan; b. Pembinaan teknis usaha agribisnis dan alih teknologi; dan c. Fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya. 4) Penguatan kelembagaan gapoktan dilaksanakan melalui: a. Pendampingan gapoktan oleh penyuluh pendamping; b. Pendampingan oleh PMT di setiap kabupaten/kota; dan

c. Fasilitasi peningkatan kapasitas gapoktan menjadi lembaga ekonomi yang dimilki dan dikelola petani.

2.3. Landasan Teori 2.3.1. Evaluasi Program PUAP Evaluasi pelaksanaan program PUAP dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tersebut telah sesuai atau berhasil berdasarkan indikator-indikator yang ada. Keberhasilan program PUAP akan memberikan dampak berupa manfaat yang optimal dan oleh karena itu evaluasi pelaksanaan program ini sangat diperlukan untuk menilai indikator-indikator keberhasilan PUAP antara lain: Indikator keberhasilan output antara lain: a. Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; dan b. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. Indikator keberhasilan outcome antara lain: a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan; dan d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah. Sedangkan indikator benefit dan impact antara lain: a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP; b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan. (Kementerian Pertanian, 2010b). Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka untuk menilai keberhasilan program PUAP, akan digunakan salah satu indikator yang dianggap bisa mewakili keberhasilan program tersebut. Indikator yang dimaksud adalah menilai tingkat pendapatan. Pemilihan indikator ini dengan pertimbangan bahwa pendapatan merupakan salah satu parameter yang bisa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan seseorang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Daerobi (2007) yang menyatakan bahwa Indikator kesejahteraan dapat dilihat melalui dimensi moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran. 2.3.2. Penilaian Kinerja Gapoktan Gabungan Kelompok Tani atau GAPOKTAN adalah gabungan dari beberapa kelompoktani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Gapoktan mempunyai 6 (enam) fungsi, yaitu sebagai: (1) unit usahatani; (2) Unit usaha pengolahan; (3) Unit sarana dan prasarana produksi; (4) Unit usaha pemasaran; (5) Unit usaha keuangan mikro; dan (6) unit jasa penunjang. 1) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usahatani Guna mencapai Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usahatani, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi usaha tani yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia (dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber daya alam lainnya); (2) Menyusun rencana definitive Gapoktan dan melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan

efisiensi; (3) Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani anggota sesuai dengan rencana kegiatan Gapoktan; (4) Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan usaha tani; (5) Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam Gapoktan maupun dengan pihak lain; (6) Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan Gapoktan, sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang; (7) Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan; (8) Mengelola administrasi secara baik; (9) Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah maupun untuk kegiatan Gapoktan; dan (10) Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala baik di Gapoktan maupun dengan pihak lain. 2) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pengolahan Agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pengolahan, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil usaha tani anggotanya; (2) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pengusaha pengolahan hasil-hasil pertanian dan dengan pihak penyedia peralatan-peralatan pertanian; (3) Mengembangkan kemampuan petani anggota Gapoktan dalam pengolahan produk pertanian; dan (4) Mengorganisasikan kegiatan produksi petani anggota Gapoktan ke dalam unit usaha pengolahan hasil pertanian. 3) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Sarana dan Prasarana Produksi Agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha sarana dan prasarana, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana setiap anggotanya; (2) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana dan prasarana produksi pertanian (pabrik, kios saprotan, dan lain-lain); dan (3) Mengorganisasikan kegiatan penyedia sarana dan prasarana produksi pertanian dengan dinas terkait dan lembaga usaha sarana dan prasarana produksi pertanian. 4) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pemasaran Untuk mencapai Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pemasaran, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi serta menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi yang lebih menguntungkan; (2) Merencanakan kebutuhan pasar dengan memperhatikan segmentasi pasar (tingkat kemampuan calon pembeli); (3) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pemasok kebutuhan pasar/hasil-hasil produksi pertanian; (4) Mengembangkan penyediaan komoditi yang dibutuhkan pasar; (5) Mengembangkan kemampuan anggota dalam memasarkan produk pertanian dan menganalisis usaha masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin pada permintaan pasar dilihat dari kualitas, kuantitas serta kontinuitas. 5) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Keuangan Mikro Untuk Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha keuangan mikro, peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk memanfaatkan informasi dan akses permodalan yang tersedia; (2) Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola keuangan mikro secara komersial dan menggali sumber-sumber usaha yang mampu meningkatkan permodalan; dan (3) Mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu melaksanakan kegiatan simpanpinjam guna memfasilitasi pengembangan modal usaha. Menurut kamus bahasa Indonesia, Kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Cascio (1992: 267), penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok. Penilaian keberhasilan kinerja suatu lembaga dapat mengacu pada pencapaian sasaran dan tujuan. Parameter keberhasilan kinerja Gapoktan dapat diukur dari kemampuan lembaga tersebut dalam menyalurkan dan mengelola dana PUAP secara efektif. Efektivitas pengelolaan dan penyaluran dana PUAP ditentukan oleh kemampuannya menjangkau sebanyak mungkin petani dalam hal ini anggota

kelompok tani yang benar-benar memerlukan bantuan penguatan modal untuk kegiatan usahanya. Penilaian keefektivan ini dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda yaitu dari sisi penilaian kinerja Gapoktan dalam menyalurkan dana PUAP kepada anggotanya dan dari sisi persepsi anggota atau yang menerima dana bantuan PUAP. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan lembaga keuangan mikro yang ditumbuhkan dari gapoktan pelaksana PUAP dengan fungsi utamanya adalah untuk mengelola aset dasar dari dana PUAP dan dana keswadayaan angggota. Disisi lain, Pardosi (1998) menyatakan bahwa keberhasilan dalam efektivitas penyaluran menurut penerima kredit diukur dengan melihat tanggapan kreditur terhadap persyaratan awal (mudah, sedang, berat), prosedur peminjaman (mudah, sedang, sulit), realisasi kredit (cepat, sedang, lambat), biaya administrasi (ringan, sedang, berat), tingkat bunga (ringan, sedang, berat), pelayanan dan jarak atau lokasi kreditur (dekat. sedang, jauh). 2.2.3. Motivasi Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi. Menurut Caplin (1993) motif adalah suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran. Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991). Sedangkan menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan tertentu. Menurut Gunarsa (2003) terdapat dua motif dasar yang menggerakkan perilaku seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan kebutuhan sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi enam, yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam Mahmud, 1990). Terlepas dari beberapa definisi tentang motif diatas, tentu kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa motif adalah suatu dorongan dari dalam diri individu yang mengarahkan pada suatu aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu pula. Sementara itu motivasi didefinisikan oleh MC. DOnald (dalam Hamalik, 1992) sebagai suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu: 1. Motif dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar. 2. Motif ditandai dengan timbulnya perasaan (afectif arousal), misalnya karena amin tertarik dengan tema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan bertanya. 3. Motif ditandai oleh reaksi-rekasi untuk mencapai tujuan. Menurut Terry (dalam Moekjizat, 1984) motivasi adalah keinginan didalam diri individu yang mendorong individu untuk bertindak 2.2.4. Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output (produk yang dihasilkan) dengan harga produk tersebut. Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output dalam suatu periode produksi. Penerimaan usahatani dapat berbentuk tiga hal yakni (1) hasil penjualan tunai (seperti tanaman pangan, ternak, ikan dan lain sebagainya); (2) produk yang dikonsumsi keluarga petani; (3) kenaikan nilai inventaris selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun). Sementara itu, pengeluaran usahatani tani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Bentuk pengeluaran dalam usahatani berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai adalah

pengeluaran yang dibayarkan dengan menggunakan uang, seperti biaya pengadaan sarana produksi usahatani dan pembayaran upah tenaga kerja. Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan untuk menghitung nilai pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga diperhitungkan. Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahtani berdasarkan perhitungan finansial. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan Hasil pengamatan di Lapangan, maka didapat hasil sebagai berikut: Perkembangan kelembagaan petani dengan pemanfaatan dana PUAP di Kecamatan Pangururan terlihat meningkat, hal ini dapat dilihat dari beberapa indicator yang ditemuai di lapangan, diantaranya: 1. Jumlah Kelompok tani yang ada di Kecamatan Pangururan sebelum ada dana PUAP adalah sebanyak 120 Kelompok Tani, setelah ada dana PUAP jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Pangururan bertambah menjadi 136 Kelompok Tani. 2. Jumlah Gabungan Kelompok tani (GAPOKTAN) yang ada di Kecamatan Pangururan sebelum ada dana PUAP adalah sebanyak 10 Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), setelah ada dana PUAP jumlah Gabungan Kelompok Tani di Kecamatan Pangururan bertambah menjadi 16 Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). 3. Gapoktan dan Kelompok Tani menjadi lebih Partisipatif dalam memecahkan masalah, baik dalam usaha tani atau organisasi. 4. Kas Lembaga Petani, Kelompok Tani maupun Gapoktan menjadi bertambah. 5. Intensitas pertemuan Kelembagaan Petani semakin meningkat. 6. Meningkatnya Kapasitas Gapoktan. 7. Luas pertanaman yang dapat diolah oleh Petani dengan adanya modal dari dana PUAP menjadi bertambah. 8. Komoditi yang diusahakan oleh anggota Kelompok Tani menjadi lebih beragam. B. Pembahasan Pemberian dana PUAP kepada GAPOKTAN terbukti efektif meningkatkan perkembangan Kelembagaan petani di Kecamatan Pangururan, hal ini didukung oleh hasil yang ditemui di lapangan. Jumlah Kelompok tani yang ada di Kecamatan Pangururan sebelum ada dana PUAP adalah sebanyak 120 Kelompok Tani, setelah ada dana PUAP jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Pangururan bertambah menjadi 136 Kelompok Tani. Jumlah Gabungan Kelompok tani (GAPOKTAN) yang ada di Kecamatan Pangururan sebelum ada dana PUAP adalah sebanyak 10 Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), setelah ada dana PUAP jumlah Gabungan Kelompok Tani di Kecamatan Pangururan bertambah menjadi 16 Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Hal ini mencerminkan meningkatnya kesadaran para petani untuk berkelompok. Pemberian dana PUAP kepada Gapoktan semakin meningkatkan intensitas pertemuan Kelompok Tani, Gapoktan dengan PPL dan aparat Desa. Terwujudnya partisipasi yang lebih aktif membuat anggota Gapoktan memiliki kemampuan dalam membuat perubahan yang lebih baik dari sebelumnya, memiliki kemauan untuk memberitanggapan atau perubahan yang terjadi termasuk dalam memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi baik di lingkungan usaha tani maupun organisasi. Permodalan yang semakin besar akan memberikan motivasi yang kuat dalam mengambil keputusan yang terbaik bagi kelompoknya, baik itu dalam peluang/kesempatan usaha, pembagian hasil, serta keuntungan. Dengan demikian pemanfaatan lahan yang selama ini tidak diusahakan dapat dikelola semaksimal mungkin. Pemanfaatan sumber daya lain, seperti aneka tanaman hortikultura

secara berkesinambungan akan menjadi potensi yang mendorong kelompok/gapoktan tersebut dalam memberikan prospek masa depan kelompok/gapoktan lebih baik. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kelembagaan petani melalui pemanfaatan Dana PUAP memberi dampak positif terhadap perkembangan gapoktan baik secara skala usaha tani maupun organisasi. Gapoktan semakin termotivasi untuk memanfaatkan peluang yang ada, kreatif dalam pengambilan keputusan terbaik dan meningkatkan kesejahteraan petani. B. Saran Dalam meningkatkan perkembangan kelembagaan petani melalui pemanfaatan dana PUAP diharapkan: 1. Partisipasi yang aktif dan konsistensi anggota gapoktan selama menggunakan dana BLM- PUAP. 2. Pengembalian dana PUAP secara bergilir harus dipertahankan. 3. Pengurus gapoktan harus berkomitmen tinggi dalam memelihara kerjasama dalam anggotanya. 4. Peranan aparat desa ditingkatkan sebagai perpanjangan tangan pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1997. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Tani Nelayan, Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. ------------. 2002. Pedoman Umum Pengembangan Organisasi Petani, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Departemen Pertanian ------------. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 273/ Kpts/ OT.160/k/ 2007 Tentang Pedoman Pembina Kelembagaan Petani. Departemen Pertanian Departemen Pertanian, 2008. Petunjuk Teknis Penyaluran Dana BLM-PUAP. Departemen Pertanian, Badan Pengembangan SDM Pertanian 2008. Pedoman Teknis Penyusunan dan Pengembangan Modul Pelatihan Pertanian.

BIODATA PENULIS Nama : IRWANTO, SST. Lahir : Sembawa, 8 Juni 1982 Pendidikan : Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor, Tahun 2006 Pangkat/Gol : Penata Muda, /III a Jabatan : Widyaiswara Pertama Instansi : Balai Pelatihan Pertanian Jambi Alamat : Jl. Jambi Palembang, Km. 13, Desa Pondok Meja, Kec. Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Propinsi Jambi. Telp : 082180406459 Email : tigercuts205@gmail.com Pelatihan Yang pernah diikuti: 1. Pelatihan pengembangan karakter (character building training) tahun 2006 2. Training Of Trainer (TOT) widyaiswara tahun 2012 3. Diklat Kewirausahaan bagi widyaiswara tahun 2012 4. Diklat pembiayaan bagi widyaiswara tahun 2012 5. Diklat multi media bagi widyaiswara tahun 2012 6. Diklat menejemen penyelenggaraan diklat tahun 2012 7. Inhouse training diklat statistik bagi widyaiswara tahun 2013 8. Pelatihan budidaya kelapa sawit tahun 2013 9. Diklat Capacity Building Tahun 2013 10. Diklat Metodologi Pelatihan Tahun 2014