BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas maka

dokumen-dokumen yang mirip
para1). BAB I PENDAHULUAN

5 INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI BADAN PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA (BPSTW) CIPARAY DENGAN KELUARGA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

PROGRAM INTERVENSI BIBLIOCOUNSELING (MEMBACA BUKU, MENONTON FILM, MENDENGARKAN CERITA) UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FENOMENA LANJUT USIA BERTEMPAT TINGGAL DI RUMAH ANAK ( Studi Dalam Budaya Jawa) Siti Partini Suardiman, Sri Iswanti Sebagai Propinsi dengan jumlah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

Bab I Pendahuluan. Dorongan beragama bagi manusia merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TAHUN YANG AKAN MENJALANI KHITAN MASSAL DI PENDAPA AGUNG TAMANSISWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada migrasi ulang-alik. Jika mereka memilih untuk tinggal (biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB V PENUTUP. tinggi tingkatan usaha pedagang barang bekas maka memiliki relasi kerja yang semakin

ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012)

Penerbit

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struk-tur demografi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

2016 PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL ANTAR ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

Perkembangan Kognitif & Sosioemosi Usia Lanjut. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses ta aruf pasca

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN CATATAN KRITIS. Selain itu, telah dijelaskan pula faktor selera ( keinginan ) dan perinta orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu dipersepsikan akan berpengaruh negatif terhadap dirinya. Pada. lebih kuat dibandingkan dengan masa-masa biasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB II TEORI TINDAKAN MAX WEBER. Ayahnya adalah seorang birokrat yang menduduki posisi yang relatif penting

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Semakin dini stimulus yang diberikan, semakin banyak peluang

BAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64

TIPE RASIONALITAS PERILAKU EKONOMI PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya suatu sekolah tentunya semakin banyak konflik.

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB IV BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN DAN PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DESA DALEGAN KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi gambaran umum remaja

BAB II TINDAKAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. paradigma yang ada yakni Fakta Sosial (Emile Durkheim) dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tipologi masyarakat dikategorikan menjadi dua,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya. Perubahan tersebut bisa terlihat didalam perilaku atau

BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2007 sebesar 18,96 juta dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa lansia memiliki alasan yang berbeda-beda ketika memillih untuk tinggal di panti. Dalam penelitian ini, berdasarkan temuan di lapangan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dampak perubahan sosial terhadap rasionalitas lansia dalam memilih tinggal di panti tidak terlepas dari perubahan pola pikir. Seiring terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat yang semula dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern yang menjadi salah satu pendorong terjadinya perubahan tersebut. Dalam hal ini, aktivitas kerja di luar rumah sebagai ciri masyarakat modern berdampak pada berkurangnya peranperan pelayanan dalam rumah tangga terhadap lansia sehingga muncul opsi lansia untuk tinggal di panti. Terdapat berbagai macam alasan mengapa lansia lebih memilih tinggal di panti daripada di dalam keluarga. Dari sepuluh informan terdapat lima alasan yang mendasari lansia memilih tinggal di panti. Alasan tersebut diantaranya adalah pertama, keinginan untuk dapat hidup tenang dan memperbanyak ibadah ditemui pada dua informan. Kedua, keinginan untuk memperoleh kebebasan yang ditemui pada dua informan. Ketiga, keinginan agar terhindar dari kesepian. Alasan ini ditemui pada dua informan. Keempat, mengobati trauma dimasa lalu ditemui pada satu informan. Kelima, keinginan memperoleh pelayanan, ditemui pada tiga lansia. 125

2. Alasan dan tujuan yang berbeda dari setiap individu untuk memilih tinggal di panti dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan subyektif yang berasal dari perasaan dan pikiran individu. Ketika fungsi didalam keluarga tidak berjalan dengan semestinya dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan lansia maka muncul rasionalitas lansia untuk memilih panti sebagai tempat yang dapat memenuhi dan menggantikan fungsifungsi yang tidak berjalan didalam keluarga. Dari beberapa alasan yang dikemukakan oleh lansia mengenai pertimbangan mereka memilih panti sebagai tempat menikmati hari tua maka dapat dikategorikan menjadi dua tindakan rasional yaitu rasionalitas berorientasi nilai dan rasionalitas instrumental. Rasionalitas yang pertama adalah rasionalitas berorientasi pada nilai yang dianggap absolut oleh seseorang dalam hal ini dapat berkaitan dengan religiusitas maupun kebebasan yang diinginkan oleh seseorang. Tujuh dari sepuluh informan memiliki alasan memilih tinggal di panti diantaranya yaitu keinginan memperoleh kebebasan, memperbanyak ibadah, terhindar dari rasa kesepian serta mengobati trauma dimasa lalu. Beberapa alasan ini menunjukkan adanya nilai yang dianggap bermakna bagi lansia. Memasuki usia lanjut manusia semakin dihadapkan kepada perasaan-perasaan yang lebih sensitif. Lansia membutuhkan perhatian khusus di dalam keluarga terutama yang berkaitan dengan kasih sayang. Rasionalitas yang kedua adalah rasionalitas instrumental, dimana pada rasionalitas ini individu tidak hanya memiliki bermacam-macam tujuan yang ingin dicapai melainkan mereka sudah dapat menentukan alat untuk mencapai tujuan tersebut. Tiga dari sepuluh 126

informan mengungkapkan bahwa keputusannya untuk memilih tinggal di panti sosial adalah untuk mendapatkan pelayanan di dalam panti. Kerena kesibukan anak di luar rumah membuat ia harus memenuhi kebutuhan sehari-hari sendiri. Sehingga ia memutuskan untuk tinggal di panti agar semua kebutuhannya dapat dilayani dengan baik. 3. Alasan lansia untuk memilih tinggal di panti telah dikategorikan menjadi dua yaitu rasionalitas berorientasi nilai serta rasionalitas instrumental. Kedua rasionalitas yang menjadi pertimbangan lansia memilih tinggal di panti ternyata berdampak pada adaptasi lansia yang teraktualisasi dalam proses interaksi dan keterlibatan dalam kegiatan yang diadakan panti. Kesulitan beradaptasi yang terjadi pada lansia merupakan hal yang wajar karena mereka berasal dari latar belakang yang berbeda sehingga membutuhkan waktu untuk melakukan penyesuaian. Namun, tidak semua lansia mengalami kesulitan dalam hal ini. Ada beberapa lansia dengan pengalaman hidup di masa lalu yang terbiasa berkomunikasi dengan orang-orang baru sehingga ia dapat beradaptasi dengan mudah. Hal ini dapat dilihat pada lansia yang memilih program pelayanan reguler. Mereka pada umumnya memiliki rasionalitas berorientasi nilai yang memiliki kecenderungan interaksi yang lebih terbuka dan dinamis. Hal ini sesuai dengan tujuan yang ingin mereka capai yaitu keinginan memperoleh kenyamanan dan kebahagia sehingga mereka dapat dengan mudah beradaptasi dengan kondisi sosial yang ada serta memiliki keinginan untuk selalu ambil bagian dalam setiap kegiatan yang diadakan di panti. Hal ini berbeda dengan lansia yang memilih tinggal di panti dengan rasionalitas 127

instrumental dan berada pada program pelayanan khusus. Tujuan mereka adalah hanya untuk memperoleh pelayanan di hari tua sehingga proses interaksi mereka cenderung tertutup dan bororientasi pada kebutuhan pelayanan pribadi saja. Hal ini juga berpengaruh terhadap adaptasi mereka dengan segala kegiatan di dalam panti. Jika aktivitas di dalam panti tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, maka terdapat kecenderungan lansia membatasi diri dari aktivitas atau kegiatan tersebut. Interaksi yang tidak terjalin dengan baik tidak hanya terjadi antara sesama lansia wisma pelayanan khusus melainkan juga pada interaksi sosial antara lansia di wisma pelayanan reguler dan wisma pelayanan khusus. Lansia pada program pelayanan khusus memiliki kecenderungan menarik diri dari aktivitas sosial tertentu dan relatif selektif dalam memilih kegiatan. Pada dasarnya kegiatan yang diadakan di panti bertujuan untuk menjalin hubungan yang lebih erat antara sesama anggota panti. Namun ketika mayoritas lansia di pelayanan khusus tidak mengikuti kegiatan tersebut maka interaksi tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5.2 Saran Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat saya sampaikan supaya menjadi masukan bagi kita semua dalam upaya mensejahterakan lansia. 1. Dengan adanya kecenderungan menurunnya fungsi pelayanan bagi lansia didalam rumah tangga akibat aktivitas bekerja di luar rumah yang merepresentasikan perubahan sosial masyarakat modern maka potensi lansia 128

terlantar akibat fenomena tersebut harus mampu diakomodir oleh pemerintah dengan menambah jumlah panti sosial. 2. Bagi pihak panti, kepercayaan lansia dan rumah tangga dalam memilih tinggal di panti untuk mendapatkan layanan hari tua harus mampu direspon dengan memberikan layanan yang optimal bagi lansia. Dalam masyarakat modern, panti telah menjadi salah satu opsi bagi lansia untuk mendapatkan fungsi-fungsi pelayanan yang tidak didapatkan dalam rumah tangga. Pelayanan yang maksimal bagi para lansia dalam berbagai aspek berguna untuk meningkatkan kualitas hidup lansia di hari tua. 3. Bagi masyarakat, perubahan sosial yang berdampak pada kehidupan lansia dalam rumah tangga, hingga memilih untuk tinggal di panti menjadi indikasi perlunya penguatan kembali fungsi dan peran anggota keluarga di dalam rumah tangga. Jika fungsi dan peran anggota keluarga dalam memberikan pelayanan bagi lansia tidak terpenuhi, dan menitipkan lansia di panti menjadi opsi akhir pemecahan masalah tersebut, maka tidak sertamerta melimpahkan tanggungjawab dan memutuskan fungsi afeksi rumah tangga. 129