BAB I PENDAHULUAN. yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Indonesia seperti negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik akan mengalami penuaan penduduk dengan amat sangat cepat. Pada tahun 2012 Indonesia termasuk negara Asia ketiga dengan jumlah absolut populasi di atas 60 tahun terbesar yakni setelah Cina (200 juta), India (100 juta) dan menyusul Indonesia (25 juta). Bahkan diperkirakan Indonesia akan mencapai 100 juta lanjut usia (Lansia) dalam tahun Penduduk dianggap berstruktur tua di negara berkembang apabila penduduk usia 60 tahun ke atas sudah mencapai 7% dari total penduduk. Pada tahun 2010 proporsi penduduk Lansia di Indonesia telah mencapai sekitar 10% Peningkatan jumlah Lansia di Indonesia tentunya perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah berkaitan dengan pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan terkait dengan proses menua. Lansia membutuhkan perhatian khusus dalam kesehatan, kemandirian, perawatan, dan penghargaan (Nugroho, A. 2013). Proses penuaan otak yang merupakan bagian dari proses degenerasi menimbulkan berbagai gangguan neuro psikologis. Salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi pada

2 kelompok Lansia adalah penurunan daya ingat. Kondisi ini menyebabkan Lansia penurunan daya ingat memerlukan perhatian dan perawatan yang khusus dari keluarganya (Widyastuti, Dkk, 2011). Perhatian yang diberikan kepada Lansia dapat berupa dukungan sosial khususnya keluarga atau kerabat dekat. Dukungan keluarga dapat merupakan informasi verbal maupun nonverbal, saran, bantuan, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang terdekat berupa kehadiran serta hal-hal yang dapat memberi keuntungan emosional kepada penerimanya. Dukungan dari keluarga terhadap Lansia sangat dipengaruhi oleh modernisasi yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai keluarga dalam merawat Lansia. ada tiga penyebab yaitu perubahan pergeseran nilai-nilai keluarga dalam merawat Lansia keluarga dari extended family ke nuclear family, meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja pada wanita, dan migrasi keluar pada usia muda (Young-Out Migration) (Widyastuti, Dkk. 2011). Rinajumita (2011) dalam penelitian menyebutkan kondisi fisik dan psikis yang menurun pada Lansia menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif. Jika tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh mereka dari bantuan keluarga, kerabat dan orang lain. Tetapi keluarga masih sangat kurang sekali memberikan dorongan dan motivasi

3 kepada Lansia untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini disebabkan karena sikap proteksi yang berlebihan dari keluarga terhadap Lansia, seperti rasa takut terjatuh di luar rumah dan kelelahan. Keluarga menganggap Lansia tidak mampu lagi untuk beraktifitas di luar rumah, sedangkan mereka tidak punya waktu untuk mendampinginya karena kondisi mereka yang sibuk dengan urusan masing-masing. Tingginya persentase Lansia yang bekerja dapat dimaknai bahwa sebenarnya Lansia masih mampu bekerja secara produktif untuk membiayai kehidupan rumah tangganya, namun di sisi lain mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan Lansia masih rendah, sehingga meskipun usia sudah lanjut, Lansia terpaksa bekerja untuk membiayai kehidupan rumah tangganya. Faktor yang juga mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh Lansia adalah pola hidup yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh, masalah umum yang dialami adalah rentannya terhadap berbagai penyakit dilihat dari SUSENAS BPS RI, tahun Dalam penelitian Syam ani (2013), sumber stres yang dialami Lansia berasal dari perubahan-perubahan yang terjadi dari beberapa aspek, yaitu fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi.. Faktor-faktor tersebut di atas dapat menimbulkan perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi Lansia, sehingga

4 menumbuhkan rasa rendah diri dan kemarahan sehingga tidak menunjang bagi proses penyesuaian diri Lansia. Hal ini diperoleh dari beberapa kategori yang terungkap, antara lain adanya perasaan malu, kurang percaya diri, minder, perasaan tidak berguna, rendah diri, merasa tidak mampu, merasa tidak sempurna, menyalahkan diri, menarik diri dan keinginan tidak tercapai. Oleh karena itu dibutuhkan penyesuaian dan adaptasi dari Lansia agar dapat berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi akibat proses menua dan tidak jatuh pada kondisi maladaptif. Setiti (2007) dalam penelitianya menyebutkan bahwa Lansia membutuhkan kebutuhan psikis diantaranya yaitu dukungan emosional dimana Lansia butuh lingkungan yang mengerti dan memahami mereka. Lansia membutuhkan teman untuk bicara, sering dikunjungi, dan sering disapa. Dukungan yang diterima Lansia berbeda-beda baik sumber maupun jenis dukungannya. Jafar, N., Dkk. (2011), dari hasil penelitianya menyebutkan sumber dukungan bagi Lansia bukan hanya berasal dari keluarga, namun dapat berasal dari panti dan orang lain seperti siswa atau mahasiswa, aparat pemerintah, serta organisasi masyarakat yang peduli terhadap Lansia. Makna dukungan keluarga bagi Lansia dianggap hal yang positif yang dapat memberikan kesenangan batin. Berdasarkan hasil penelitian-

5 penelitian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dari beberapa aspek, yaitu fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi, maka Lansia membutuhkan kebutuhan psikis diantaranya yaitu dukungan emosional dari keluarga khususnya dan lingkungan pada umumnya yang mengerti dan memahami mereka, ini merupakan hal positif yang dapat memberikan kesenangan batin bagi Lansia. Dari studi pendahuluan dengan melakukan wawancara pada 5 Lansia di desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati, mendapatkan gambaran bahwa kurangnya dukungan keluarga dapat menimbulkan masalah yang dapat berpengaruh dalam kehidupan Lansia, terutama dalam masalah psikososial. Permasalahan psikososial yang dialami Lansia terkait dukungan keluarga akan memunculkan makna dan harapan yang berbeda dalam kehidupan Lansia. Berdasarkan hal ini, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi gambaran dukungan sosial keluarga terhadap sikap Lansia dengan perubahan perilaku akibat penurunan daya ingat di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.

6 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran dukungan sosial keluarga terhadap sikap Lansia dengan perubahan perilaku akibat penurunan daya ingat di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran dukungan sosial keluarga terhadap sikap Lansia dengan perubahan perilaku akibat penurunan daya ingat Di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati Manfaat Penelitian Secara Praktis Institusi pendidikan tinggi keperawatan Evidence base tentang pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap sikap Lansia dengan perubahan perilaku akibat penurunan daya ingat di komunitas Puskesmas Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan gerontik di komunitas Keluarga dan Lansia

7 Sebagai bahan masukkan dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang arti penting dukungan keluarga bagi Lansia Peneliti Selanjutnya Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh dukungan keluarga terhadap sikap Lansia dengan perubahan perilaku akibat penurunan daya ingat Manfaat Bagi Diri Sendiri Menambah wawasan dan pengetahuan melalui masalah yang ada di masyarakat untuk memperoleh fakta tentang pengaruh dukungan sosial keluarga pada sikap Lansia dengan perubahan perilaku akibat penurunan daya ingat.