KUPIKIR, ini akan menjadi makan malam

dokumen-dokumen yang mirip
AKU AKAN MATI HARI INI

Ini tepat tengah malam, Tepat saat aku merasa sendiri, Hanya aku dan hening, Tenggelam bersama aksara-aksara yang kutulisakan,

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

It s a long story Part I

Belasan kota kudatangi untuk menjadi tempat pelarianku. Kuharap di sana bisa kutemukan kedamaian atau cinta yang lain selainmu.

The Coffee Shop Chronicles

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS

TERPERANGKAP. merakitkata.blogspot.com

P A D A M U E M B U N

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

KISAH KISAH YANG HAMPIR TERLUPAKAN

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Stupid Love. June 21 st, 2013

Oh tidak, tidak, tidak... Seharusnya Mr. Henry tidak bisa menemukannya di sini. Lemari ini adalah tempat aman Mallory setiap kali Mr.

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

Ayu Prameswary. Jazz. Hujan. Pierre. fortherosebooks

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Mencintai, adalah satu kata bermakna kompleks yang dapat mengubah seluruh hidup manusia. Mencintai adalah aku dan kamu. Dia dan orang lain.

.satu. yang selalu mengirim surat

Senja di pelupuk matanya mengantarkan warna kelabu dalam sanubariku. Aku sangat mengenalnya, tapi kali ini aku masih saja menikmati

Korean Chingu. Korean Chingu s Fandoom! Penerbit Korean Chingu Publishing

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Kisah Mikhail. Jaman dahulu kala di Rusia hidup pasangan suami-istri Simon dan Matrena. Simon

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

Aku selalu keluar ruang rapat paling akhir untuk mengumpulkan sisa roti dan juga sisa makan siang yang tidak disentuh oleh peserta rapat.

Hanya Lima. Penulis: Boy Candra, Dkk Copyright 2012 by Boy Candra. Desain Sampul: (Nuzula Fildzah) Editor: (Nuzula Fildzah)

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

PATI AGNI Antologi Kematian

AMINAH. udah hampir setengah jam Aminah mengurung

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

Kaki Langit. Bulan dan Matahari

Tidak, sayang. Nanti kau sakit, tegas Maya sambil mengusap rambut Amanda yang panjang terurai.

Kesengsaraan adalah aku! Apakah ia kan mencampur kesedihannya atas jalinan persahabatan dengan sahabat lainnya yang serupa? Apakah ia tidak kesepian

I Love My Job and My Family:

1. Aku Ingin ke Bandung

Oleh: Windra Yuniarsih

SINOPSIS MENGGAPAI CINTA PANDANGAN PERTAMA

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

Alifia atau Alisa (2)

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

Tuhan dalam Cerita. Pada paru-paru yang terhujam dangkal ke sukma. Dikala nafas mulai menepi pada gulita tanpa suara

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

Ditulis oleh Ida Ar-Rayani Selasa, 30 Juni :03 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 18 Agustus :13

37. Hari Yang Kelabu

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Lampiran 1 Lirik lagu

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Last Child Feat Giselle Seluruh Nafas Ini

Doakan, Jangan Duakan. Rofiq Hudawiy

Kisah Tentangmu. Sebuah kumpulan kisah-kisah tentangmu.. Zhie & Dilla

Behind the sea there s a kingdom where I could see your sweet smile.

HW Prakoso. Yang Terabaikan. ~ Kumpulan Naskah Gatot!! ~ Publishing

Yang Mencinta dalam Diam

Kau Tetap Indonesiaku

Getar Rasa... Ada getar rasa yang hadir entah datang dari mana

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

Antara keingin- an dan hasrat serta pengorbanan Ber- bagi

TUGAS BROADCASTING. Naskah Film Setengah Sendok Teh

Pada Suatu Masa. (abad VIII)

KISSING THE MAID OF HONOR

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

Tak Ada Malaikat di Jakarta

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

dia tak pernah melepas cadar yang menutupi wajah cantiknya.

Semahkota mawar yang mulai layu itu memberitahuku bagaimana pertama kali aku menyebut

Di Semenanjung Tahun. Saat semua berakhir, saat itu pula semua berawal. Yuni Amida

Aku selalu suka sebuah pertemuan, karena buat ku pertemuan adalah awal dari kisah yang mungkin bisa dikenang atau untuk dibuang.

AKU SUKA MEMBACA. Karya Puput Happy. Setiap hari aku membaca Agar kelak menjadi orang berilmu Berbudi pekerti luhur dan mulia Hingga masuk surga

DAFTAR ISI. Christmas Gift 5. Helai Daun Terakhir 17. Houi Dan Chana 27. Issun Boushi 35. Ikkyuu-San 85. Lukisan Sang Putri 61.

Chapter 01: What will you do to protect me?

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

Untuk ayah.. Kisah Sedih.

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa

Bagaimana mungkin bisa Sekarang aku harus terbiasa dengan ketidakhadiranmu di sisiku? Alasan, perlukah alasan?

DUA BELAS PERJALANAN Berupa kumpulan cerita pendek yang berbeda. Dua belas latar belakang yang tidak sama. Namun semua memiliki kisah yang sama.

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

Sore yang indah bergerak memasuki malam. Langit yang bertabur warna keemasan mulai menghitam dengan taburan bintang-bintang. Aku masih duduk di kursi

MASYA ALLAH. Sempurna Tuhan menciptakan Dirimu yang tiada cela Kurasa engkaulah orangnya Yang tercantik di jagat raya

LAMPU JALAN Berozka Anita

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

Pukul setengah delapan aku mendengar bunyi pintu terbuka. Aku tahu itu pastu Crystal. Segera aku berlari ke depan dan menyambutnya.

Part 1. Kanuna Facebook on Jan 22,2012

Transkripsi:

I Undangan Pertemuan KUPIKIR, ini akan menjadi makan malam terakhir, dan mungkin pertemuan terakhir kita. Aku sudah datang lebih dahulu. Siap duduk di meja pesananku dengan hanya ditemani sebotol sparkling wine 1 putih merek Ruffino Chianti, yang tak mampu menyamarkan kesedihan hatiku. Mungkin terlihat juga dari suramnya wajahku, yang sejak tadi dilirik dengan sembunyi-sembunyi oleh pelayan restoran. Bukan salahmu Sayang, bila saat ini kau membuatku menunggu; karena kau tak pernah membuatku menunggu, biasanya aku yang selalu membuatmu membuang waktu. Kubakar 20 menitku di sini, terpaku ke arah pintu masuk. Adalah pembayaran semu untuk semua yang pernah kau lakukan saat menungguku. 1 Salah satu jenis wine yang memercik dan terdapat gelembung udara di dalamnya. Hasil fermentasi buah anggur oleh ragi, yang berfungsi mengubah kandungan gula menjadi alkohol (12%-13%). Cinta: Kemarin, Esok, dan Selamanya 3

Kulirik jam digital di tangan kiri. Pukul 8:40 p.m.! Lima menit lagi adalah janji kita untuk bertemu; semoga sang pelayan masih punya cukup kesabaran hanya dengan sebotol wine pesananku. Lagi pula, aku belum lapar. Tak ingin makan. Aku cuma ingin menunggumu, kembali menatap wajah tampanmu, menyelami kembali danau kecil hatimu lewat beningnya sorot matamu, lalu kemudian melupakanmu. Untuk selamanya. Aku menundukkan kepalaku yang pertama kali, sejak 20 menit yang lalu. Kududukkan pantatku. Apa aku mampu melupakanmu? Kurekam memoriku akan hari-hari terakhir, sebelum malam ini. Keputusan sepihakku saat itu. Pembicaraan kita lewat telepon umum menghabiskan enam koin recehan. Membicarakan soal ketetapan hatiku yang tak ada balasannya darimu. Akhirnya, menghadirkan undangan pertemuan ini, yang kau tentukan sendiri, lewat sebaris kalimat pendek di ujung line telepon. Di sinilah aku sekarang, menunggumu dengan debaran jantung tak keruan. Sekelebat gerakan yang datang dari arah pintu utama, membuatku mengangkat kepalaku. Sesosok lelaki masuk; sayangnya bukan dirimu. Maka kembali kutundukkan kepalaku. Coba mengingat-ingat kembali retakan-retakan kenangan lain tentang kita, yang mungkin terlupakan. Cukup 60 detik saja, aku kembali terlempar ke alam pikiranku, saat kurasakan sesuatu mendekati mejaku. Kuangkat kepalaku refleks dan kulihat sosok dewaku berdiri di depan mejaku. Dadaku kembali berdebar, lebih cepat dari biasanya. Segera kuberikan senyumku yang tak tahu bagaimana rupanya. Kemudian, kuucapkan salam dengan 4 Kamiluddin Azis, Petra Shandi, dkk.

suara rendah. Kau, dewaku, membalas salamku dengan suara sama rendahnya, dan kemudian membungkuk memberiku kecupan kecil di sudut jemariku. Bukan hanya sekadar kecupan kecil biasa. Adakah satu pesan dari kecupanmu? Kuresapi bekasnya, kuciumi jemariku sendiri. Kau tarik kursi di sisi kananku. Kita duduk. Untuk menutupi kegugupan, kutopangkan tangan di atas daguku untuk memandangimu. Sementara kau, dengan tenangnya, sebagaimana biasa, mengatur sikap dudukmu. Meletakkan semua barang-barang di tanganmu: ponsel, kunci mobil, serta dompet. Bersamaan dengan itu, sang pelayan yang tak sabaran kembali muncul mendekati meja kita dengan buku menu. Haruskah kita makan? Ah, mungkin kau memang lapar, atau mungkin demi untuk menjaga etika di restoran. Atau mungkin demi menyenangkan hati si pelayan tak sabaran itu? Kupesan juga dengan semangat nihil sepiring pasta rendah kalori. Kau melirikku dari balik menumu, sesaat aku kembali memandangmu sambil tetap menopangkan daguku. Lalu, kau memesan menu rendah kalori yang sama, hanya dengan condimento yang berbeda. Tidak punya selera makan? tanyamu, setelah si pelayan berlalu. Aku bahkan tak ingin makan, jawabku. Kau menatapku dengan tatapan emasmu. Tepat kau hunjamkan dalam-dalam menuju bola mataku. Sampai-sampai, mampu kurasakan tusukkannya hingga ke jantungku. Berdarah. Tetapi, aku masih dalam sikap yang sama. Berusaha untuk tetap tegar menatapmu, meski Cinta: Kemarin, Esok, dan Selamanya 5

jantungku sedang tersayat. Kau lapar? tanyaku, memecah acara saling tatap ini. Aku cuma makan roti tadi siang. Tak sempat pulang. Kau mengakuinya, sambil meletakkan serbet di atas pangkuanmu. Ah, betapa egoisnya aku. Ingin segala serba instan adanya, meski aku tak yakin apakah dengan begitu hidupku akan berjalan sebagaimana biasanya. Sementara kau sepertinya ingin mengulur waktu sebisa mungkin. Entah untuk meredam kegelisahan di hatimu, atau ingin lebih lama berada bersamaku; untuk terakhir kalinya. Kuputuskan untuk mengikuti skemamu. Aku mengubah posisi dudukku dan ikut meletakkan serbet di atas pangkuanku. Coba untuk bersikap setenang mungkin. Setenang dirimu. Malaikatku. Selanjutnya, kita mulai membicarakan hari-hari. Bagaimana harimu, pun bagaimana hariku. Tentu saja, lebih banyak aku yang bercerita tentang hariku di tempat baruku. Saat aku bercerita kau menatapku, seperti biasanya sikapmu yang selalu penuh perhatian saat mendengar setiap kalimatku. Tetapi, kali ini mampu menghentikan kata-kata yang keluar dari mulutku. Membuatku terpaku, seperti tersihir oleh sikap tenangmu itu. Ya Tuhan, aku bersumpah, akan merindukan selalu caramu mendengarkanku. You are saying...? katamu membekukan retakan hatiku. Aku menelan ludah. Mengalihkan pandanganku ke lain arah. Belum sempat kujawab, saat pelayan datang dengan pesanan kita. Kuteruskan ceritaku, sambil berusaha 6 Kamiluddin Azis, Petra Shandi, dkk.

menyantap makananku yang terasa seperti memakan tumbuh-tumbuhan mentah. Kupaksa menelannya melewati lorong tenggorokanku, dengan dorongan Chianti. Kau berhenti tertawa, saat kuceritakan tentang suamiku. Sungguh, aku ikut terhanyut dalam kepedihan hatiku yang mulai kembali merayap pelan-pelan ke nuraniku. Bahwa: sebentar lagi takkan kudengar lagi tawamu, untuk selamanya. Lalu, mendadak aku merasa takut kehilangan dirimu. Takut. Aku menelan suapan terakhir pastaku seperti menelan kerikil. Hingga dessert 2 dihidangkan, kau tak sekali pun menyentuh masalah yang sedang kita hadapi. Pembicaraan tetap berkisar soal hal-hal yang sama sekali lain. Haruskah tetap kuikuti skemamu? At last, jawabannya keluar sendiri dari mulutku saat kita menemukan beberapa menit untuk saling terdiam. Kenapa tak kau balas surel terakhirku? tanyaku sehati-hati mungkin. Terus terang, aku tak ingin berlama-lama disiksa di kursi ini. Tersiksa oleh segala pameran akan keberadaan dirimu; yang demi surga, kucinta dengan separuh hidupku. Kalau kita tak juga bicara, rasanya aku bisa meleleh pelanpelan, seperti di film The Wax. Kau, lelakiku, tak segera menjawabku. Dengan gerakan pelan kau tanggalkan kacamatamu, dan kau usap-usap mata indahmu selama beberapa saat. Aku berkonsentrasi memandangmu, menunggu, sembari meredam degup jantungku. 2 Hidangan penutup Cinta: Kemarin, Esok, dan Selamanya 7

Kini, kau letakkan kembali lensamu di atas hidung latinmu. Menyilakan kedua tanganmu di atas meja, dan memandangku dalam-dalam. Kutemukan kecewa, dan campuran rasa lainnya di dalam kristal bola matamu. Aku merasa seperti Nemesis, dengan belati terhunus siap menikam. Apa benar-benar ini yang kau inginkan? Akhirnya, terlontar juga suara beratmu. Berat dan terbeban. Aku tak melihat jalan lain, jawabku, sambil menundukkan kepala. Meski, otakku memerintahkan lain untuk tetap memandang ke dalam matamu saat berbicara. Kau telah memilih jalan lain. Kau selalu memilih jalan tanpa mengundangku berjalan bersamamu. Diam sesaat. Tetapi aku selalu mengikutimu dari belakang, sambungmu. Aku tak ingin kauikuti. Dan, aku yang ingin mengikutimu. Kau tak bisa terus mengikutiku, sebab aku tak ingin kau ikuti. Aku tahu. Kau bisa menuntutku! Tapi kau tak bisa menghalangiku untuk terus berada di belakangmu. Tetapi dengan begitu kau menggangguku. Kau merasa terganggu? Matamu menyeringai. Tak kusadari, sejak berbicara telah kembali kutatap dirimu. Kutelan ludah. Kau merasa terganggu? Sekali lagi, kau lemparkan pertanyaan itu. Apa aku merasa terganggu? Tidakkah sebenarnya aku merasa lebih aman, bila aku tahu bahwa kau selalu berada di belakangku? Menjagaku. 8 Kamiluddin Azis, Petra Shandi, dkk.

Kau tahu, aku bukan hanya ingin mengganggumu. Aku bahkan ingin memenjarakanmu, agar kau tak pernah lagi mencoba meninggalkanku, ujarmu dengan penekanan pada kata memenjarakan. Kau sakit, potongku. Aku memang sakit. Kau menatapku sedih. Aku sakit karena kau selalu menyakitiku. Sadarkah kamu? Bila kesakitanku berkomplikasi menjadi obsesi, salahkah itu? Tapi, tapi itu jahat sekali! Jahat? Siapakah menurutmu yang jahat? Kau mengembalikan kata-kataku. Aku membelalakkan mata. Kau mau bilang aku yang jahat? Begitu? Haruskah aku jawab? Kau balas menatapku tajamtajam. Aku memang sadar, bahwa aku jahat memperlakukanmu selama ini. Egois dan arogan, tetapi bukan tanpa alasan. Alasan, yang hanya aku yang tahu. Maafkan aku, bisikku pelan. Kau menggelengkan kepalamu, dan memainkan sendok kopi. Tidak ada yang perlu dimaafkan. Oh, c mon! I hate those words! Suaraku kembali meninggi. Kau serta-merta menatapku, bingung. Tapi bagiku memang tak ada yang perlu dimaafkan. Begitukah? Setelah semua yang kulakukan terhadapmu? Setelah semua yang kau lakukan padaku? Haha... Mengambang di udara suaramu. Cinta: Kemarin, Esok, dan Selamanya 9