BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

Commissioning & Maintenance of Air Conditioning System

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51

Pembuatan Mesin Produksi Senar (Benang Monofilamen) dalam Pemberdayaan UKM Kain Kasa di Kota Malang

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB IV PENGENALAN MESIN KILN

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kedua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi. bebagai bahan baku maupun makanan ringan. Salah satunya dapat

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

PENINGKATAN KUALITAS KANTONG PLASTIK DENGAN METODE SEVEN STEPS MENGGUNAKAN OLD DAN NEW SEVEN TOOLS DI PT ASIA CAKRA CERIA PLASTIK SURAKARTA

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB III METODE PENELITIAN

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KEGIATAN PENGUJIAN DAN PERAWATAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

MENGANALISA DAN MEMPERBAIKI KERUSAKAN MESIN PENDINGIN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA MESIN PENDINGIN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

1. EMISI GAS BUANG EURO2

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )


BAB III METODE PENGUJIAN. Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) seperti Uji emisi, Akselerasi, dan. Kendaraan uji yang disiapkan adalah :

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

PEMANAS AIR GAS INSTAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

MAKALAH PELATIHAN PENGOPERASIAN MESIN SANGRAI MLINJO

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan

Perhitungan Downtime Losses Bulan Oktober dan November me Periode. Penyetelan Penyesuaian Kerusakan Mesin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI MAKANAN PT. FORISA NUSAPERSADA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR PENGERING TERHADAP KUALITAS KAYU SUREN, SENGON, DAN MAHONI

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

Penurunan Tingkat Kecacatan dan Analisa Biaya Rework (Studi Kasus di Sebuah Perusahaan Plastik, Semarang)

3.2. Prosedur pengujian Untuk mengetahui pengaruhnya perbanding diameter roller CVT Yamaha mio Soul, maka perlu melakukan suatu percobaan. Dalam hal i

BAB III PEMBAHASAN MESIN LAMINATING

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. : Achmad Muttaqin NPM :

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW)

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan


PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK 3.1. Proses produksi mesin pellet biji plastic Proses kerja mesin pellet biji plastik ini adalah dengan cara menggiling plastik recycle yang masih berupa botolan dan produk kemasan yang sudah tidak terpakai kemudian digiling menggunakan mesin crusher, setelah itu hasil dari gilingan dicuci sampai benar-benar bersih kemudian melalui proses berikutnya yaitu pengeringan dengan cara mengopen menggunakan mesin hopper dryer, setelah benar-benar kering barulah plastik gilingan bisa diproduksi. Mesin pellet menggunakan sistem double stage ( menggunakan dua proses peleburan dengan dua mesin ), plastik gilingan dimasukan kedalam hopper baru setelah itu plastik gilingan di tarik oleh ulir screw yang ada di dalam barrel yang sudah dipanaskan menggunakan heater/elemen pemanas dengan temperatur 200 350 0c, setiap bahan plastik memiliki temperature yang berfariasi disesuaikan dengan kebutuhan produksinya. UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 15

Bahan plastik yang ada didalam barrel meleleh dengan dengan sendirinya kerena panas yang sangat tinggi, bahan terus ditarik oleh ulir screw menuju dump yang didalamnya terdapat mess untuk menyaring kotoran agar tidak terjadi pemampatan pada spuyer tempat keluarnya benangan biji plastik, proses selanjutnya benangan biji plastik didinginkan melalui bak pendingin yang didalamnya terdapat air dengan temperatur rendah ±100c dengan tujuan untuk mendapatkan hasil produksi yang berkualitas tinggi. kemudian benangan plastik di keringkan oleh blower pengering sebelum di tarik menuju mesin potong pellet, benangan plastik di potong menggunakan pisau nanas yang terdapat pada mesin potong pellet mesin ini dilengkapi dengan speed control untuk mengatur kecepatan laju benangan yang akan dipotong. 3.2 Gambar siklus produksi mesin pellet biji plastik double stage Gambar 3.1. Siklus pertama pemasukan bahan baku ke dalam hopper, sumber, cv. Sumber teknik UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 16

Gambar 3.2. Motor penggerak 100 hp 380 volt 1500 rpm, sumber, cv. Sumber teknik Gambar 3.3 Gearbox speed reducer ZLYJ size 315 Ratio 1: 8,untuk memutar screw Sumber, cv. Sumber teknik UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 17

Gambar 3.4. stage 1 mesin indukan, sumber, cv. Sumber teknik Gambar 3.5. Sambungan gearbox dengan flange barrel, sumber, cv. Sumber teknik UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 18

Gambar 3.6. stage 2 mesin anakan, sumber, cv. Sumber teknik Gambar 3.7. Bak air pendingin benangan biji plastik, sumber, cv. Sumber teknik UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 19

Gambar 3.8. dump spuyer benangan pellet, sumber, cv. Sumber teknik Gambar 3.9. rak pengering benangan pellet, sumber, cv. Sumber teknik UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 20

Gambar 3.10. blower pengering benangan pellet, sumber, cv. Sumber teknik Gambar 3.11. mesin potong benangan pelletan, sumber. Cv. Sumber teknik UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 21

Gambar 3.12. Hasil akhir biji plastik yang sudah berupa butiran, Sumber. cv. Sumber teknik Gambar 3.13. bahan baku yang gagal produksi. Sumber, cv. Sumber teknik UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 22

3.14 gambar barrel Ø 150 yang sudah mengalami keausan. Sumber, cv. Sumber teknik Gambar 3.15. screw Ø 150 mm, yang sudah mengalami keausan Sumber, Cv. Sumber teknik UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 23

3.3 Flow Chart 1. Berkoordinasi dengan bagian produksi sebelum proses preventive maintenance 2. Pengecekan tegangan input PLN 3. Pengecekan bagian elektrikal 4. Pengecekan heater/elemen pemanas 5. Pengecekan temperature elemen pada barrel 6. Pengecekan bagian inverter untuk suplay motor penggerak a UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 24

a 7. Pengecekan thermo control ( control heater ) 8. Pengecekan thermo couple ( control temperature ) 9. Pengecekan motor penggerak 10. Mengatur speed untuk putaran screw ( disesuaikan dengan jenis bahan yang diproduksi ) 11. Pengecekan oli pelumas gearbox 12. Penggantian sarangan ( mess ) secara interval 13. Penyetelan spuyer benangan pellet b UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 25

b 14. Membersihkan dump spuyer benangan pellet 15. Pengecekan pompa centrifugal untuk sirkulasi air pendingin bak benangan pellet 16. Pengecekan temperature air pendingin bak benangan pellet 17. Pengecekan blower pengering benangan pellet 18. Pengecekan mesin potong/mesin cuting benangan pellet 19. Laporan hasil kegiatan preventive maintenance Stop End UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 26

3.4. Kegiatan preventive maintenance Dalam kerja praktek yang penulis jalani di CV. SUMBER TEKNIK, penulis mendapatkan banyak sekali ilmu dan wawasan yang sangat berharga. Troble yang terjadi pada mesin pellet biji plastik, adalah keausan screw & barrel yang sudah melebihi limit toleransi keausan mencapai ± 2,6 mm, hal ini mengakibatkan menurunya hasil dari produksi baik itu dari segi kualitas maupun juga kuantity, jika mesin dijalankan terus menerus maka akan megakibatkan kerusakan pada komponen lain karena sistem produksi ini saling berkaitan dari satu step dengan step yang lainya. Selain dari itu akan mengakibatkan kerugian produksi karena hasil produksi menurun dari sebelumnya, mesin ini memiliki kapasitas produksi 10 ton per 3 shif dengan kerusakan screw & barrel yang terjadi maka bisa menurunkan hasil produksi mencapai ± 3 ton per 3 shift nya, kama tidak sesuai dengan konsumsi daya listrik yang digunakan serta upah karyawan. Dengan keausan screw & barrel yang sudah melebihi batas limit maka di lakukan penggantian dengan screw & barrel baru agar target produksi tercapai, mesin ini menggunakan screw & barrel diameter Ø 150. Selain penggantian screw & barrel baru, screw lama yang sudah melebihi batas limit masih bisa di service dengan cara pembubutan bagian ulir dan barrel yang sudah aus dan langkah berikutnya dilakukan treetment / hardening dengan temperatur tinggi untuk mendapatkan kekerasan permukaan pada screw & barrel. Kegiatan preventive yang di jalankan adalah service komponen lain seperti: 1. Berkoordinasi dengan bagian produksi sebelum proses preventive maintenance Dalam tahap ini, sebelum seorang maintenance bekerja harus berkoordinasi terlebih dahulu pada bagian produksi karena dalam proses maintenance biasanya mengganggu proses produksi, dan bisa menyebabkan menurunya kuantity produksi dan hal ini bisa diatasi dengan cara berkoordinasi dengan bagian produksi. UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 27

2. Pengecekan tegangan input PLN Tegangan input PLN merupakan hal yang sangat penting karena sumber utama terletak pada tegangan input dari PLN, dengan tegangan yang tidak stabil akan menimbulkan problem yang fatal pada komponen elektrikal contoh: heater mudah putus, motor penggerak mudah terbakar, temperatur heater tidak stabil ( naik turun ), putaran motor penggerak tidak stabil, hasil produksi tidak maximal. 3. Pengecekan bagian elektrikal Untuk pengecekan bagian elektrikal ini sangat penting, karena seluruh sistem otomatic mesin di kendalikan oleh elektrikal, untuk bagian elektrikal yang biasa dilakukan pengecekan adalah : temperature control, thermo couple, ampere meter, volt meter, curen tranformer, inverter, overload curen, MCB, NFB, dll 4. Pengecekan heater/elemen pemanas Untuk pengecekan bagian heater/elemen biasa yang dilakukan adalah memeriksa satupersatu dari temperatur heater menggunakan alat Ampere meter, hal ini sangat penting karena jika salah satu dari bagian heater tidak bekerja maka akan megakibatkan troble yaitu bahan yang tidak mateng dan ini akan mengakibatkan cacat produk. 5. Pengecekan temperature elemen pada barrel Pada bagian barrel terdapat beberapa heater yang terpasang secara melingkari bagian dari barrel dengan tujuan untuk memanaskan bareel sehingga bahan biji plastik yang terdapat didalam barrel akan mateng/meleleh kerena temperature yang tinggi akibat panas dari heater. 6. Pengecekan bagian inverter untuk suplay motor penggerak Untuk bagian inverter ini perlu dilakukan pengecekan, inverter ini berfungsi untuk mengatur speed putaran motor penggerak yang digunakan untuk menggerakan gearbox dan selanjutnya untuk memutar screw, dan screw ini bagian utama dimana bahan/biji plastik ditarik melalui ulir-ulir pada screw yang berputar. UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 28

7. Pengecekan thermo control ( control heater ) Untuk bagian thermo control perlu dilakukan pengecekan karena alat ini berfungsi untuk mengatur suhu/temperature heater, dimana thermo couple ini dapat diatur temperature nya sesuai dengan kebutuhan tergantung dari bahan/biji plastik karena setiap bahan/biji plastik memiliki temperature yang berbeda/beda. 8. Pengecekan thermo couple ( control temperature ) Thermo couple ini berfungsi untuk mendeteksi suhu/temperature pada barrel, alat ini bekerja secara otomatis dikendalikan oleh bantuan kontaktor dan relay, alat ini juga berfungsi untuk menghemat daya karena heater bekerja tidak terus menerus. 9. Pengecekan motor penggerak Motor penggerak ini berfungsi untuk memutar gearbox speed reducer dan seterusnya bertujuan untuk memutar screw yang ada di dalam barrel. Dibutuhkan daya sangat besar karena memiliki kapasitas 75 kw/ 100 hp, dengan konsumsi daya ± 75.000 watt, yang tentu saja harus dilakukan pengecekan, pengecekan yang dilakukan adalah mengecek ampere dan temperature dari body motor penggerak tersebut. 10. Mengatur speed untuk putaran screw ( disesuaikan dengan jenis bahan yang diproduksi ) Speed putaran screw sangat perlu diperhatikan karena bahan/biji plastik memiliki karakteristik titik cair yang berbeda-beda, semakin cepat putaran screw maka kemungkinan untuk titik cair bahan/biji plastik akan sulit tercapai dan hal yang biasa terjadi yaitu bahan tidak mateng/tidak mencair dengan sempurna, dan begitu sebaliknya. 11. Pengecekan oli pelumas gearbox Pada gearbox speed reducer terdapat oli pelumas sekaligus berfungsi untuk mendinginkan roda gigi yang saling berputer di dalam gearbox, gearbox ini dilengkapi oleh sistem cooling guna untuk mengurangi panas yang berlebih. UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 29

12. Penggantian sarangan ( mess ) secara interval Dalam penggantian sarangan ( mess ) dilakukan secara berkala sarangan ( mess ) ini terdapat di dalam dump dengantujuan untuk menyaring kotoran dari biji plastik yang mencair akibat proses pemanasan. 13. Penyetelan spuyer benangan pellet Spuyer ini berfungsi untuk mengatur besar/kecilnya benangan pelletan yang keluar dari dump, spuyer ini dapat di setel/disesuaikan besar kecilnya diameter benagan yang keluar dari dump, biasanya semakin kecil diameter benangan maka semakin baik kualitasnya. 14. Membersihkan dump spuyer benangan pellet Dengan beroperasinya mesin secara terus-menerus maka kemungkinan besar pemampatan lubang sepuyer akan sering terjadi, maka dari itu dipasanglah sarangan ( mess ) pada dump, jika terjadi pemampatan pada sepuyer maka keluaran benangan tidak sempurna terjadi cacat produksi. 15. Pengecekan pompa centrifugal untuk sirkulasi air pendingin bak benangan pellet Pompa centrifugal berfungsi untuk sirkulasi air pendingin dari cooling tower menuju bak pendingin yang bertujuan untuk mendinginkan benagan pelletan agar hasil produksi menjadi kualitas yang baik. 16. Pengecekan temperature air pendingin bak benangan pellet Temperature air pendingin sangat penting karena akan menyebabkan kualitas hasil produksi, biasanya jika temperature air terlalu tinggi maka yang terjadi benangan pellet akan gepeng-gepeng atau terjadi keropos pada benangan pellet tersebut sehingga kualitas produksi tidak maximal. UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 30

17. Pengecekan blower pengering benangan pellet Blower pengering ini berfungsi untuk mengeringkan benangan pellet yang basah akibat pendinginan dengan media air, blower ini bekerja dengan cara meniupkan udara pada benangan pellet yang berjalan pada kisi-kisi rak dengan begitu air yang terdapat pada benangan pellet akan hilang tertiup udara dari blower pengering. 18. Pengecekan mesin potong/mesin cuting benangan pellet Mesin potong/cuting berfungsi untuk memotong benangan pellet yang sudah dikeringkan oleh blower pengering, benangan pellet dipotong menggunakan pisau nanas yang berputar secara otomatis dikendaliakan oleh inverter dimana putran/speed motor dapat disesuaikan. Dari potongan tersebut benangan pellet akan berubah bentuk yang semula berbentuk benangan panjang menjadi butiranbutiran kecil yang siap untuk di pakai proses selanjutnya. Umumnya di gunakan untuk mesin injection, mesin blow moulding, mesin blow keresek, mesin blow tali rafia, dll 19. Laporan hasil kegiatan preventive maintenance Setelah semua pekerjaan preventive selesai maka tahap selanjutnya adalah membuat laporan pekerjaan secara tertulis, karena ini akan dijadikan data kegiatan rutin dan sebagai evaluasi untuk menganalisa problem-problem yang lain. UNIVERSITAS MERCUBUANA Page 31