Pendahuluan Kerangka Pikir dan Pemilihan Bidang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN LAPORAN SURVEI KEPUASAN PELANGGAN BALAI BESAR TMC

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

SURVEI TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh : Amat Jaedun 1) Ishartiwi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan

LAPORAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN PUBLIK BALAI VETERINER BANJARBARU

Peran Strategis Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Anggaran Belanja Sektor Kesehatan Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

114 Universitas Indonesia

BEBERAPA MODEL KEBUTUHAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan industri secara global, baik dampak positif maupun dampak negatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara univariant. Penelitian yang bersifat deskriptif mempunyai tujuan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Negara Indonesia banyak mengalami percobaan. terutama dalam perekonomian. Diantaranya semenjak tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kemajuan dan perkembangan melanda segala aspek. industri jasa, kualitas pelayanan harus dikelola dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengetahui kuliatas pelayanan publik pembuatan Kartu Tanda Penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

Mengukur Kualitas Layanan Dengan SERVQUAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan dan harapan manusia yang terus-menerus meningkat. Hal ini dapat

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SLEMAN PERIODE DESEMBER TAHUN 2015

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

#14 KEPUASAN PELANGGAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

#13 KEPUASAN PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Pelaku bisnis harus mampu menciptakan ide ide baru agar dapat

KEPUASAN PELANGGAN #12

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

Work di Propinsi DIY. Bondan Agus Suryanto

SURVEI PELAYANAN PUBLIK RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Desa menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang. Pemerintahan Daerah, merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah

BAB II KERANGKA TEORI Pengertian Strategi Pemasaran One Stop Shopping. Menurut Kotler (dalam : 81)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam jaman yang semakin modern ini, fotografi berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. maka kesimpulan yang ditarik adalah sudah baik, hal ini peneliti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PENUMPANG KERETA API BISNIS SENJA KEDIRI PADA PT. KAI (DAOP VII) MADIUN

Independensi Integritas Profesionalisme

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. Jasa pada umumnya memiliki karakteristik yang berbeda jika

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 33 TAHUN

DESKRIPSI MUTU PELAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN HIPERTENSI PESERTA PROLANIS BPJS DI PUSKESMAS PATARUMAN III KOTA BANJAR

PENGARUH DISIPLIN KERJA PEGAWAI TERHADAP PELAYANAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PASAR BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang diukur berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menuntut ilmu bahkan para wisatawan yang berkunjung di kota Yogyakarta.

PENELITIAN IMPLEMENTASI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang bagus dipercaya dapat mempengaruhi nilai dan kepuasan nasabah sehingga

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN (RESEARCH DESIGN).

44 Universitas Indonesia

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Semua warga negara berhak mendapatkan jaminan kesehatan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik (Public Service) merupakan segala macam kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan barang atau jasa yang memiliki kandungan teknologi yang

INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU

TINGKAT KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

PELAKSANAAN KEGIATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesehatan yang baik maka manusia akan dapat menjalankan aktivitasnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. pelayanan publik melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BAB III PERUMUSAN MASALAH

ANALISIS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

I. PENDAHULUAN. Semenjak dikeluarkannya Undang-undang Pemerintah Daerah No. 22

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang jasa pengiriman barang. PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai salah satu Badan

Transkripsi:

Pendahuluan Pelayanan publik merupakan unsur yang sangat penting dalam sistem masyarakat modern. Semakin berkembangnya kompleksitas sebuah masyarakat menuntut adanya keragaman kebutuhan pelayanan publik: pertama, masyarakat semakin membutuhkan pelayanan publik tertentu, seperti pendidikan dan kesehatan, sebagai kebutuhan pokok yang harus dipenuhi; kedua, masyarakat juga membutuhkan pelayanan publik jenis lain, seperti perijinan, yang dimaksudkan untuk mendorong aktivitas-aktivitas yang lain; dan ketiga, masyarakat atau daerah tertentu membutuhkan pelayanan khusus seperti sektor pertanian, karena dianggap penting agar mendapatkan perhatian dan penanganan khusus dari pemerintah, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat yang bekerja di sektor tersebut. Tujuan pelayanan publik adalah untuk menyediakan pelayanan yang terbaik bagi publik atau masyarakat. Pelayanan yang terbaik adalah pelayanan yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pelayanan terbaik akan membawa implikasi terhadap kepuasan publik atas pelayanan yang diterima. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan publik harus mencakup beberapa unsur sebagai berikut: pertama, terdapat kejelasan antara hak dan kewajiban pemberi dan penerima pelayanan. Kedua, pengaturan pelayanan publik disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Ketiga, kualitas proses dan hasil pelayanan memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum. Keempat, apabila pelayanan publik dirasakan terlalu mahal, harus ada peluang bagi masyarakat untuk menyelenggarakan sistem pelayanan sendiri. Kegiatan survai dalam rangka penyusunan baseline data pelayanan publik di DIY yang berbasis Kabupaten/Kota ini, dimaksudkan untuk menyediakan data pelayanan publik yang memadai, merumuskan parameter pelayanan publik yang berkualitas dan menyusun peta kebutuhan pelayanan publik. Dari data-data yang tersedia diharapkan para pengambil kebijakan dapat membuat perencanaan dan implementasi yang baik dalam pelayanan publik. Selain Itu, data ini juga bisa dimanfaatkan dalam rangka penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi jenis pelayanan tersebut. Kerangka Pikir dan Pemilihan Bidang Ada dua pendekatan dasar yang biasa dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan publik, yakni: pertama, pendekatan pengukuran dari kualitas kinerja pemberi layanan (the outputs with quality dimensions approach). Kedua, pendekatan kepuasan pelanggan/masyarakat (the client satisfaction approach). (Martin & Kettner, 1996) Penelitian ini menggunakan pendekatan pertama, yakni menekankan pada pemberi pelayanan (service provider). 1

Variabel yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan publik dalam penelitian ini adalah 10 dimensi kualitas pelayanan dari Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1996), yaitu: 1. Tangibles: Penampilan fasilitas fisik, alat, teknologi dan penampilan pemberi pelayanan 2. Reliability: Kemampuan untuk melaksanakan pelayanan secara akurat dan dapat dipertanggungjawabkan 3. Credibility: Perilaku dapat dipercaya dan jujur dari pemberi pelayanan 4. Competence: Memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat 5. Understanding the Customers: Berusaha untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan masyarakat 6. Communication: Menyediakan informasi yang mudah difahami dan/atau didengarkan 7. Responsiveness: Keinginan untuk membantu masyarakat dan menyediakan pelayanan yang tepat 8. Courtesy: Perilaku sopan dan menghargai masyarakat serta keramahtamahan serta suka menolong (helpful) 9. Security: Kemampuan pemberian layanan untuk menyediakan pelayanan publik yang bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan 10. Access: Kemampuan menyediakan pelayanan yang mudah dijangkau dan mudah dikontak oleh warga. Penelitian ini mencakup 4 (empat) bidang sebagai berikut: pendidikan, kesehatan, pertanian dan perijinan. Bidang pendidikan dan kesehatan merupakan pelayanan kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi oleh pemerintah. Bidang pertanian merupakan pelayanan yang penting karena hajat hidup warga Daerah Istimewa Yogyakarta masih banyak yang bertumpu pada sektor pertanian. Sedangkan pemilihan bidang perijinan didasarkan pada kenyataan bahwa semua warga pasti berinteraksi dengan persoalan perijinan, dan bidang ini menjadi penentu daya dorong perekonomian yang ada di daerah. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Unit analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah pemberi pelayanan (provider) yang mencakup 4 bidang dengan karakteristik yang berbeda. 1. Bidang pendidikan mencakup: SD, SMP, SMA, MI, MTs, dan MAN. 2. Bidang kesehatan mencakup: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 3. Bidang pertanian mencakup: Unit Pelaksana Teknis Dinas, Balai Penyuluh Pertanian 4. Bidang perijinan mencakup: kecamatan Mengingat populasi bidang pendidikan adalah sebanyak 2053 sekolah, pemilihan sampel secara bertingkat (stratified random sampling) dilakukan dengan mengambil sebanyak 565 sekolah. Untuk bidang lainnya dilakukan sensus, yakni bidang kesehatan dengan jumlah 112 Puskesmas dan 302 Puskesmas Pembantu; bidang pertanian dengan jumlah 63 (UPT, BPP dan Puskeswan); dan bidang perijinan dengan jumlah 76 kecamatan. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara 2

wawancara langsung yang dilakukan oleh enumerator. Responden yang diminta untuk mengisi kuesioner adalah para pimpinan yang ada di instansi tersebut. yaitu: Penelitian ini sendiri menggunakan tiga metode untuk penggalian data, 1. Survai dengan menyebarkan kuisioner ke lembaga penyelenggara pelayanan publik di keempat bidang yang diteliti 2. Wawancara mendalam (indepth interview) dengan dinas-dinas terkait dalam kapasitasnya sebagai regulator dan pembuat kebijakan 3. Focus Groups Discussions (FGD) dengan lembaga dan stakeholders terkait keempat bidang Dalam hal ini data hasil survai berfungsi sebagai data primer, sementara data dari indepth interview dan FGD digunakan sebagai data sekunder dalam analisa data. Untuk melakukan survai digunakan 10 indikator sehingga dapat mengukur kualitas pelayanan publik. Indikator tersebut diterjemahkan dalam bentuk parameter-parameter yang dituangkan dalam bentuk kuesioner untuk masingmasing bidang. Untuk memahami data hasil penelitian, beberapa tahapan analisis dilakukan dengan cara berikut: 1. Data dikelompokkan berdasarkan bidang (kesehatan, pendidikan, pertanian dan perijinan). 2. Masing-masing bidang dianalisis berdasarkan 10 indikator pelayanan publik untuk mendapatkan informasi kelemahan dan kekuatan bidang tersebut berdasarkan indikator. 3. Masing-masing bidang yang telah dianalisis berdasarkan indikator dianalisis dengan membandingkan tiap bidang berdasarkan kabupaten/kota. 4. Untuk memudahkan pembacaan oleh para pengambil kebijakan, analisis dibuat berdasarkan indeks 0 (paling rendah) sampai 1 (paling tinggi). Dengan demikian, tiap -tiap bidang akan terbaca indeksnya berdasarkan 10 indikator yang ada. Hasil Penelitian Hasil penelitian di keempat bidang ini menggambarkan adanya keragaman kualitas pelayanan publik. Aspek yang nilainya cenderung rendah menyangkut tangibles (kecuali untuk bidang perijinan) dan credibility (kecuali untuk bidang kesehatan). Rendahnya aspek tangibles terutama berkaitan dengan kualitas sarana fisik bangunan yang ada. Selain di bidang perijinan, pelayanan sekolah, kesehatan dan pertanian memiliki masalah dalam penyediaan sarana dan prasarana. Berkaitan dengan credibility, berarti bahwa pelayanan publik yang ada dinilai memiliki tingkat kepercayaan dan kejujuran yang rendah Sedangkan aspek yang nilainya cenderung 3

tinggi adalah berkaitan dengan access, security dan courtesy. Ini bermakna bahwa tidak ada hambatan dalam hal akses masyarakat untuk menjangkau terhadap pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah. Berkaitan dengan courtesy, perilaku pemberi layanan publik memiliki sifat-sifat menghargai masyarakat, menunjukkan kesopanan dan suka membantu. Grafik 1: Indeks Pelayanan di DIY Untuk lebih tajam, analisis data akan dilakukan dengan melakukan kajian per bidang sebagai berikut: kesehatan, pendidikan, perijinan dan pertanian. 1. Bidang Kesehatan Dari hasil survai itu diketahui bahwa indeks kualitas pelayanan kesehatan di DIY adalah 0,613. Dua daerah yang memiliki indeks di bawah indeks propinsi, yaitu Gunungkidul (0,588) dan Kulon Progo (0,599). Satu daerah yang memiliki indeks yang hampir sama dengan propinsi, yaitu Bantul (0,614). Sedangkan dua daerah lagi memiliki indeks lebih tinggi Forum Uji Sahih Baseline, Agustus 2007 4

dibanding propinsi, yaitu Sleman (0,640) dan Kota Yogyakarta (0,684). Indeks ini mengindikasikan tentang kualitas pelayanan kesehatan di masing-masing daerah. Grafik 2: Indeks Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan Pustu) DIY Selain itu, dari 10 parameter yang digunakan dalam survai ini, parameter terburuk adalah tangibles dengan indeks 0,40. Parameter lain yang juga kurang baik yang memiliki indeks di bawah indeks propinsi adalah communication, competences dan reliability. Sedangkan parameter yang berada di posisi medium, artinya indeks yang dimiliki hampir sama atau tidak terlalu jauh dari indeks propinsi adalah credibility, responsiveness dan security. Parameter terbaik adalah access dengan indeks 0,85, disusul oleh courtesy 0,81dan understanding the customers 0,76. 5

Grafik 3: Indeks Parameter Pelayanan Kesehatan DIY 2. Bidang Pendidikan Berdasarkan data survai, indeks kualitas pelayanan pendidikan di DIY adalah 0,629. Indeks tersebut lebih rendah dari indeks kualitas pelayanan pendidikan yang ada di Kota Yogyakarta (0,665) dan di Bantul (0,632). Indeks kualitas pelayanan pendidikan di kabupaten lain adalah sebagai berikut: Sleman (0,622), Kulon P rogo (0,622) dan Gunung Kidul (0,628). Grafik 4: Indeks Pelayanan Pendidikan DIY Berdasarkan Wilayah Total DIY Gunungkidul Kulonprogo Bantul Kab/Kota Sleman Yogyakarta 0.6 0.61 0.62 0.63 0.64 0.65 0.66 0.67 6

Baseline Survey untuk bidang pendidikan menunjukkan bahwa indeks kualitas pelayanan pendidikan berdasarkan 10 indikator yang dipakai dalam penelitian ini cukup bervariasi. Untuk aspek: reliability, responsiveness, courtesy, security dan access terlihat indeks pelayanan pendidikan di DIY memiliki skor yang tinggi (ratarata di atas 0,7). Namun demikian apabila dilihat dari indikator yang lain, yaitu: tangibles, credibility, competence, understanding customer dan communication indeksnya masih sangat rendah. Rekomendasi baseline untuk sektor Pendidikan Untuk dua yang terakhir, yaitu: understanding customer dan communication skor indeksnya bahkan jauh di bawah indikator yang lain. Dengan demikian temuan ini menunjukan bahwa meskipun dalam beberapa hal pelayanan pendidikan di DIY sudah ada tanda-tanda baik, namun demikian pelayanan pendidikan di DIY belum dilakukan dengan cara demokratis dengan memposisikan siswa dan orang tua siswa sebagai valuable customer yang perlu mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya dengan cara: (a) memahami apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan mereka serta (b) mengkomunikasikan berbagai persoalan apa yang dilakukan sekolah dengan para siswa didik dan orang tua. Grafik 5: Indeks Pelayanan Pendidikan DIY index tangibles 0,4150 index reliability 0,7622 index credibility 0,5640 index competence 0,4687 index understanding the customer 0,2598 index communication 0,4601 index responsiveness 0,7220 index courtesy 0,8516 index security 0,9477 index access 0,8523 alidx1 0,6291 0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 7

Apabila dicermati lebih dalam, indikator-indikator yang indeksnya rendah dapat dibedakan dari aspek tingkatan sekolah. Yang terkait dengan tangibles, SD nampaknya memiliki indeks yang paling rendah dibandingkan dengan yang lain. Demikian pula yang terkait dengan undestanding the customers, indeks untuk SD menunjukkan paling rendah dibandingkan tingkatan sekolah yang lain. Grafik 6: Indeks Pelayanan Pendidikan DIY Berdasarkan Tingkatan Sekolah 1.2000 1.0000 0.8000 0.6000 0.4000 0.2000 0.0000 SDN SMPN SMAN SMKN MIN MTsN MAN index tangibles index reliability index credibility index competence index understanding the customer index communication index responsiveness index courtesy index security index access alidx1 8

3. Bidang Perijinan Dari survai diperoleh kuesioner lengkap yang berasal dari 76 responden sedangkan wawancara mendalam dilakukan kepada para pejabat di Dinas Perizinan Kota Jogjakarta, kantor UPTSA di kabupaten Sleman, Bantul, dan Kulonprogo, dan KPPTSP di Uji sahih baseline bidang perijinan kabupaten Gunungkidul. Selain itu analisis juga dilakukan terhadap data sekunder yang berasal dari dokumentasi di lapangan serta sumber-sumber publikasi mengenai pelayanan perijinan. Analisis terhadap data primer pelayanan di tingkat Kecamatan menunjukkan bahwa rata-rata indeks pelayanan perijinan masih rendah dengan angka total seb esar 0,649. Indeks tertinggi terdapat di kota Jogjakarta dengan angka sebesar 0,68 sedangkan terendah terdapat di kabupaten Kulonprogo dengan angka sebesar 0,598. Grafik 7: Indeks Pelayanan Perijinan Berdasarkan Kabupaten/Kota Total DIY Gunung Kidul Kulon Progo Bantul Kab/Kota Sleman Yogyakarta 0.54 0.56 0.58 0.6 0.62 0.64 0.66 0.68 0.7 9

Grafik 8: Indeks Pelayanan Perijinan di Provinsi DIY Total allidx1 0.6491 access security 0.8772 0.9441 courtesy responsiveness 0.6217 0.6262 communication 0.7039 understanding customer 0.3718 competence 0.7188 credibility 0.3480 reliability 0.6990 tangibles 0.5945 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 1.0000 Ditinjau dari variabel pokok yang dipakai di dalam penelitian ini, indeks aksesibilitas atau kemudahan mencapai angka tertinggi sebesar 0,94 dan diikuti indeks keamanan dengan angka sebesar 0,872; sedangkan indeks terendah adalah kredibilitas dengan angka 0,34 dan indeks pemahaman terhadap pelanggan dengan angka sebesar 0,35. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sebagian kecamatan sudah mulai dilibatkan secara aktif dalam pelayanan perijinan oleh Pemerintah Daerah, tetapi cukup banyak pejabat di tingkat kecamatan yang belum merasa melakukan pelayanan perijinan secara utuh. Para pejabat yang membidangi masalah perizinan tampaknya masih menghadapi kompleksitas tujuan di dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan, antara tujuan meningkatkan responsivitas dan efisiensi pelayanan dengan peningkatan PAD dari retribusi perijinan. Terdapat kecenderungan bahwa para perumus kebijakan di bidang perijinan masih terlalu mengutamakan hal-hal yang bersifat fisik atau tangibles, sedangkan hal-hal yang menyangkut responsivitas pelayanan, etiket pelayanan, dan integritas dalam pelayanan belum banyak diperhatikan. Kebijakan pimpinan daerah mengenai peningkatan kualitas perijinan terbukti sangat kuat pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas. Kecuali itu secara umum pihak pemberi pelayanan masih cenderung melihat peran mediator atau calo dalam pelayanan perijinan sebagai sesuatu yang biasa atau tidak terhindarkan. 4. Bidang Pertanian Berdasarkan indeks dengan skala 0-1, indeks untuk sektor pertanian hanya sedikit diatas batas minimal kelulusan, yakni 0.56. Indeks tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian, yang merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk 10

Indonesia, masih menjadi sektor yang terabaikan. Dijadikannya sektor pertanian sebagai urusan pilihan dari pemerintah daerah, sebagaimana diatur dalam UU 32/2004, kian membuat tidak adanya standard pelayanan pemerintah daerah terhadap pengembangan sektor pertanian. Akibatnya pemerintah daerah mengapresiasi urusan pengelolaan sektor pertanian secara beragam. Uji sahih bidang Pertanian Dari lima kabupaten/kota di DIY, masing-masing memiliki proporsi komunitas petani yang relatif berbeda, hal itu yang kemudian menjadikan dasar bagi pemerintah daerah untuk membentuk dinas, UPTD, BPP dan Puskeswan terkait dengan pengembangan sektor pertanian, dengan komposisi dan jumlah relatif berbeda. Namun perbedaan perhatian pemerintah daerah tersebut masih tetap membuat kinerja pelayanan publik di sektor pertanian di kelima daerah tersebut masih tetap kurang menggembirakan. Adapun indeks dari masing-masing daerah atas kinerja pelayanan di sektor pertanian sebagai berikut : Grafik 9: Indeks Pelayanan Pertanian Berdasarkan Kabupaten/Kota 11

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Bantul, Gunungkidul dan Sleman masing-masing menempati urutan dari paling rendah dari tiga daerah yang kinerja pelayanan publik di sektor pertanian di bawah rata-rata DIY. Sementara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulonprogo merupakan dua daerah yang pelayanannya di atas rata-rata DIY. Dilihat dari indeks 10 indikator yang dijadikan parameter untuk melihat kinerja pelayanan, maka dapat dilihat komposisi indeks masing-masing indikator sebagai-berikut; akses 0,78; security 0,80; courtesy 0,55; responsiveness 0,75; communication 0,35; understanding the customer 0,56; competence 0,88; credibility 0,47; reliability 0,45 dan tangibles 0,30. Grafik 10: Indeks Pelayanan P ertanian DIY Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara umum unit-unit layanan di sektor pertanian sangat lamah untuk indikator tangibles, communication, reliability dan credibility. Keempat indikator tersebut indeksnya sangat buruk, yakni di bawah 0,50. Bahkan untuk indikator tangibles dan communication masing-masing indeksnya 0,30 dan 0,35. Sedangkan indikator yang memiliki kinerja cukup bagus adalah competence, security, access dan courtesy, yang masing-masing dengan indeks antara 0,75-0,88. Hal itu menunjukkan bahwa dari aspek kualitas SDM pimpinan dan staf serta aksesibilitas publik terhadap unit layanan cukup baik. Ketersediaan SDM yang berkualitas serta sempitnya wilayah DIY dan bagusnya infrastruktur transportasi membuat ketiga indikator tersebut memiliki performance yang bagus. Namun keterbatasan dukungan anggaran di sektor pertanian dan lemahnya perhatian pemerintah daerah terhadap pengembangan sektor pertanian, membuat 12

indikator lain justru memiliki kinerja yang sangat buruk, sehingga secara kumulatif membuat kinerja pelayanan publik untuk sektor pertanian tidak cukup bagus. REKOMENDASI KEBIJAKAN Berdasarkan hasil analisis di atas, ada beberapa rekomendasi untuk perbaikan pelayanan publik masing-masing bidang. Untuk bidang kesehatan, rekomendasi yang diusulkan: 1. Peningkatan kualitas tangibles a. Perlu adanya standar kelayakan bangunan fisik dan ruang-ruang pelayanan kesehatan b. Perlu adanya standar kesehatan dan kebersihan lingkungan kerja c. Perlu adanya standar kelayakan alat-alat medis dan penunjang medis d. Perlu SOP perawatan terhadap semua fasilitas unit pelayanan kesehatan, baik Puskesmas maupun Pustu. 2. Peningkatan kualitas reliability a. Perlu instrumen standar penilaian kinerja beserta prosedur implementasinya b. Perlu instrumen standar pengukuran kepuasan pelanggan beserta prosedur implementasinya c. Perlu sistem atau mekanisme pembiayaan Puskesmas/Pustu yang sama di wilayah propinsi DIY ini. 3. Peningkatan kualitas credibility a. Perlu pengawasan terhadap pelaksanaan Standar P rosedur Kerja medis (SPK) dan memastikan bahwa setiap unit layanan kesehatan sudah mempuanyai SPK tersebut. b. Perlu adanya SOP tentang audit internal, terutama audit medis. 4. Peningkatan kompetensi petugas medis a. Perlu perencanaan yang baik tentang pendidikan d an pelatihan tenaga-tenaga medis dalam meningkatkan kompetensinya. Perlu pelatihan yang terstruktur dan terukur. b. Perlu disiapkan dan dipastikan bahwa setiap unsur profesi yang terlibat dalam pelayanan medis telah memiliki sertifikasi standar profesi. 5. Penin gkatan kualitas security a. Perlu dikaji ulang rasio ketercukupan tenaga medis di setiap wilayah layanan kesehatan b. Perlu dipastikan bahwa standar Patient Safety telah diterapkan dengan baik c. Perlu dipastikan bahwa sistem pengelolaan limbah kesehatan telah sesuai dengan SOP yang ada. 13

Untuk bidang pendidikan, rekomendasi perbaikan pelayanan publik menyangkut: 1. Perbaikan pelayanan pendidikan Sekolah Dasar: perlu perhatian yang lebih besar untuk Sekolah Dasar karena dilihat dari indeks pelayanan pendidikan SD berada pada kondisi yang buruk. 2. Perbaikan komunikasi: perlu mendemokratisasikan pelayanan pendidikan dengan lebih banyak membuka saluran untuk masyarakat agar mereka memiliki akses untuk menyampaikan aspirasi 3. Perlu perhatian perbaikan fisik (tangibles) terutama untuk daerahdaerah yang berada di pelosok-pelosok. Untuk bidang perijinan, ada beberapa rekomendasi yang diusulkan, yakni: 1. Perlu perhatian serius terhadap perijinan sebagai kebijakan yang memiliki dampak jangka panjang, utamanya terkait dengan dampak investasi. Dalam hal ini, pemerintah perlu menegaskan perannya bahwa perijinan bukan ditujukan untuk peningkatan retribusi. 2. Dalam perbaikan pelayanan perijinan, pemerintah perlu berorientasi untuk memperbaiki aspek non fisik seperti peningkatan tatacara pelayanan, dan bukan sekedar berkonsentarsi pada aspek fisik semata. 3. Perlu komitmen bupati yang tegas mengenai aspek positip pelayanan perijinan yang lebih baik. Harus dipahami bahwa perijinan merupakan instrumen fasilitasi dan instrumen kendali. Kalau bersifat fasilitasi, maka proses perijinan harus dilakukan dengan biaya semurahmurahnya dan waktu yang secepat-cepatnya. Apabila perijinan tertentu terkait dengan fungsi kendali, maka prosesnya harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, tetapi juga harus memberikan kepastian mengenai waktu dan biaya pelayanan. Untuk bidang pertanian, beberapa hal yang bisa direkomendasikan adalah sebagai berikut: 1. Meskipun Pertanian sebagai urusan pilihan bagi Pemerintah Daerah, namun karena sektor tersebut merupakan pekerjaan mayortas penduduk, maka Pemerintah Kabupaten/Kota di DIY perlu memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan sektor tersebut dengan memberdayakan unit-unit layanan pemerintah di sektor tersebut, seperti UPTD/BPP. 2. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja UPTD/BPP disamping diperlukan penguatan support dari pemerintah daerah dengan jalan peningkatan support anggaran dan program, yang tidak kalah pentingnya adalah membangun platform bersama antar dinas terkait tentang upaya pengembangan sektor pertanian serta meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar dinas terkait dan UPTD/BPP di masing-masing dinas. 14

3. Pemerintah Daerah perlu memperjelas ruang lingkup kewenangan dinas/kantor terkait dengan pengembangan sektor pertanian dengan didukung infrastruktur dan support sistem yang memadai untuk meningkatkan kinerja unit-unit layanan publik di sektor pertanian seperti UPTD atau BPP. 15