BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN.

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE JENJANG SARJANA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. akan terus meningkat baik dalam aspek mutu maupun keterjangkauan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari dalam upaya melakukan perawatan. Upaya peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kesepakatan Nasional yang secara konseptual mengakui

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta teknologi, tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014). Hawkins dan Groves

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

IVANA KUSUMA PARAHITA J

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN SIKAP PERAWAT KETIKA MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. pengertian praktik keperawatan dan caring melalui laporan perawat ahli.

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pemasangan infus termasuk kedalam tindakan invasif atau tindakan yang dapat

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

BAB V PEMBAHASAN. Telah dilakukan penyebaran kuesioner pada Mahasiswa Muslim Angkatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Wawan Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. profesionalisme staf rumah sakit (Hasibuan, 2002). Sebuah RS. pencegahan, penyembuhan dan pemulihan bagi pelanggan (pasien dan

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. akan berkiprah dalam dunia kerja adalah sarjana ekonomi, khususnya dari jurusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Menurut International Council of

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk miskin bertambah. Keadaan ini berpengaruh pada. kehidupan masyarakat antara lain penurunan daya beli masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya dengan komunikasi yang baik dalam organisasi dimana komunikasi

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. makna kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasabahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, menuntut supaya tenaga kesehatan mampu memberikan kontribusi yang bermakna sesuai dengan peran dan fungsinya. Untuk itu dibutuhkan tenaga yang berkualitas dan profesional. Pada tahun 1996, American Association of Colleges of Nursing (AACN) mengeluarkan pernyataan posisi yang mengakui gelar sarjana ilmu keperawatan sebagai syarat pendidikan minimum untuk praktik keperawatan profesional. Hal ini dipandang penting untuk karir diprofesi keperawatan. Perawat Bachelor of Science in Nursing (BSN) dipersiapkan untuk peran yang lebih luas; gelar sarjana semakin banyak diperlukan untuk dapat bekerja dibanyak tatanan perawatan kesehatan seperti kesehatan komunitas, manajemen kasus dan posisi penyelia. Kurikulum BSN mencakup spektrum ilmiah yang luas, berpikir kritis, humanistik, komunikasi, dan ketrampilan kepemimpinan (Blains, dkk, 2006). The Joint Commission on Accreditation of Health Care Organization (1994) menentukan pengkajian kompetensi regular terhadap seluruh pemberi perawatan langsung. Dengan perubahan teknologi dan inovasi dalam tindakan pengobatan, staf yang bekerja pada tempat perawatan akut terutama ditantang untuk tetap mengikuti perkembangan teknologi dan kompeten. Gerakan 1

2 kearah spesialisasi menuntut seorang profesional untuk mencari pendidikan yang dibutuhkan (Potter & Perry 2005). Sampai saat ini perawat masih menduduki jumlah tertinggi dibanding dengan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di rumah sakit. Menurut data dari Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Tahun 2003, jumlah perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah adalah 50.297 dan yang di rumah sakit swasta adalah 34.937 orang. Jumlah perawat di Indonesia menurut data dari Depkes RI adalah sekitar 180 ribu orang dengan latar belakang pendidikan: 76,65% lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), 22% perawat lulusan D3 Keperawatan, dan 2,35% lulusan S-1 (Priharjo, 2008). Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah sakit adalah keperawatan (Aditama, 2003). Tenaga perawat yang merupakan the caring profession mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosialspiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya (DepKes RI, 2001). Sejak disepakatinya keperawatan sebagai suatu profesi pada lokakarya nasional keperawatan tahun 1983, terjadilah pergeseran paradigma keperawatan dari pelayanan yang sifatnya vokasional menjadi pelayanan yang

3 bersifat professional. Keperawatan kini dipandang sebagai suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual yang komperehensif, dan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup seluruh siklus hidup manusia. Untuk menghasilkan seorang perawat profesional harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademi dan tahap pendidikan profesi. Perawat yang hanya tamatan dari akademi keperawatan hanya memiliki kompetensi sebagai perawat vokasional dan hanya perawat yang tamatan pendidikan sarjana keperawatan memiliki kompetensi perawat profesional. Dengan perubahan tuntutan ini maka perawat dengan lulusan akademi keperawatan diharapkan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana keperawatan yang akan merubah perawat yang bersifat vokasional menjadi perawat profesional. Pendidikan tenaga keperawatan di Indonesia secara umum bertujuan untuk menyediakan tenaga kesehatan dalam jumlah dan jenis yang sesuai, yang memiliki ciri-ciri berbudi luhur, tangguh, cerdas, terampil, mandiri, memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, inovatif, disipiln, serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan asas profesionalismenya masing-masing (Pusdiknakes dalam Priharjo, 2008). Selanjutnya para perawat diharapkan mampu melakukan penelitian dan kajian-kajian ilmiah terhadap masalah-masalah yang dihadapi di klinik serta

4 masalah-masalah yang berhubungan dengan peningkatan kualitas layanan. Disamping itu dengan pendidikan yang tinggi, diharapkan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi dan otonomi didalam melaksanakan pelayanan keperawatan. Dasar kekuatan utama keperawatan adalah housed in nursing knowledge (Nursalam, 2002). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang didapatkan dari Kepala bagian Diklat Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta diperoleh data bahwa pada tahun 2010 sebagian besar tenaga keperawatan berpendidikan DIII sebanyak 182 orang, S-1 sebanyak 5 orang, D1 sebanyak 12 orang, dan SPK sebanyak 61 orang, jadi total keseluruhan perawat yang bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta adalah 260 orang. Dengan melihat tingginya angka tenaga keperawatan yang masih berpendidikan DIII, yaitu sebanyak 182 orang. Selanjutnya faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu pendidikan sarjana keperawatan. Menurut Uno (2007) motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya (1) hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, (2) dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, (3) harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) lingkungan yang baik, serta (6) kegiatan yang menarik. Mulyono (2000) menyatakan motivasi merupakan dasar penting dalam proses psikologi pendidikan. Motivasi seseorang dalam mengikuti pendidikan

5 akan meningkat jika terdapat relevansi antara aktivitas pendidikan (belajar) dengan kebutuhannya dan motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan, dan hal ini sangatlah penting dimiliki oleh seorang perawat dalam upaya mengikuti pendidikan. Sedangkan menurut peneliti, motivasi berhubungan dengan faktor intrinsik (penghargaan, dan pengembangan potensi individu), dan faktor ekstrinsik (gaji). Faktor penghargaan salah satu kebutuhan (need) yang bersifat sosial psikis adalah berupa penghargaan diri atau penghargaan dari orang lain. Seorang perawat berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik, semisal melakukan asuhan keperawatan atau komunikasi dan hubungan terapeutik dengan baik, seringkali mendapat pujian dari atasannya. Situasi demikian juga terjadi pada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta yaitu dengan mengikuti pendidikan sarjana keperawatan akan mendapat penghargaan dari orang lain, rekan kerja maupun atasan dibandingkan dengan status pendidikan sebelum mengikuti pendidikan sarjana keperawatan. Tingkat pendidikan perawat dapat menentukan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Perbandingan kuantitas perawat menurut jenjang pendidikan erat kaitannya dengan profesionalisme pemberian asuhan keperawatan terhadap klien selaku pengguna jasa keperawatan. Hasil studi pendahuluan kepada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta menyatakan bahwa perlu untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan karena untuk mengembangkan potensi, baik itu berupa ketrampilan maupun

6 pengetahuan tentang iptek keperawatan sehingga bisa maksimal dalam memberikan asuhan keperawatan. Setiap orang yang bekerja umumnya mengharapkan akan memperoleh imbalan dalam bentuk uang untuk hasil kerja yang dilakukan. Kenaikan gaji dapat dipersepsikan oleh karyawan sebagai suatu yang menyenangkan. Berdasarkan studi pendahuluan kepada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta menyatakan bahwa dengan meningkatkan pendidikan keperawatan yang lebih tinggi merupakan upaya pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan gaji. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti faktorfaktor yang berhubungan dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan pada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan pada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan pada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

7 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara variabel penghargaan dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan pada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. b. Mengetahui hubungan antara variabel pengembangan potensi individu dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan pada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. c. Mengetahui hubungan antara variabel gaji dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan pada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Memberi informasi mengenai tingkat motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan, sehingga pihak manajemen Rumah Sakit terkait bisa lebih mengembangkan sumber daya manusia di bidang keperawatan. 2. Bagi Profesi Keperawatan Memberikan sumbangan pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan ilmu keperawatan. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan motivasi kepada tenaga perawat untuk melanjutkan pendidikan. 3. Bagi Peneliti Lain Dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

8 E. Keaslian Penelitian 1. Belau (2008) dengan judul Persepsi dan Motivasi Perawat SPK Tentang Peningkatan Pendidikan Perawat Di Kabupaten Timika. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisa kuantitatif secara cross sectional. Sampel yang dipergunakan sebanyak 65 perawat yang diambil dengan tehnik purposive sampling. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi dan nilai prosentase. Hasilnya perawat kesehatan lulusan SPK di Kabupaten memberikan persepsi dengan kategori sangat baik 49,3%, baik 50,7%. Sedang motivasi perawat kesehatan termasuk dalam kategori sangat tinggi 13,8% dan tinggi 86,2%. Hal yang sama dengan penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu perawat dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan. Hal lain yang membedakan adalah peneliti menggunakan tehnik proporsional random sampling dan uji yang digunakan oleh peneliti yaitu korelasi Rank Spearman. Hal lain yang juga membedakan yaitu tempat dan waktu penelitian. 2. Pujowati (2007) dengan judul Motivasi Perawat Di Badan Rumah Sakit Daerah Blora Untuk Melanjukkan Pendidikan Keperawatan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 71 perawat. Subyek penelitian yaitu perawat dengan tingkat pendidikan SPK dan DIII Keperawatan. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi dan nilai prosentase. Hasilnya terdapat 23% perawat yang mempunyai motivasi tinggi, 54% mempunyai motivasi sedang dan 23% mempunyai

9 motivasi rendah untuk melanjutkan keperawatan yang lebih tinggi. Hal yang sama dengan penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu perawat dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan. Hal yang membedakan yaitu tempat, waktu penelitian, peneliti menggunakan tehnik proporsional random sampling, metode analisa data yang di gunakan adalah korelasi Rank Spearman, dan subyek penelitian dengan tidak memasukkan perawat berpendidikan SPK. 3. Astuti (2001) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Untuk Mengikuti Pendidikan. Penelitian ini menggunakan rancangan non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 201 perawat dan tehnik sampling yang digunakan adalah total sampling. Sampel diambil dari 3 RSJ yang berbeda di Jawa Barat, dan subyek penelitian yaitu perawat yang belum menempuh pendidikan DIII Keperawatan. Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki motivasi rendah untuk mengikuti pendidikan (54,0%), sedangkan responden yang memiliki motivasi tinggi untuk mengikuti pendidikan (46,0%). Hal yang membedakan dengan penelitian ini adalah peneliti menggunakan tehnik proporsional random sampling, dan subyek penelitian yaitu perawat dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan, sedangkan uji yang digunakan oleh peneliti yaitu uji korelasi Rank Spearman, tempat dan waktu penelitian.