BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN LOAN TO VALUE (LTV) TERHADAP PERKEMBANGAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH Oleh Tim Riset SMF

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

BAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan

No. 15/40/DKMP Jakarta, 24 September Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

No. 15/40/DKMP Jakarta, 24 September Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

No. 14/ 10 /DPNP Jakarta, 15 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

-1- MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Perumahan. Rumah Sejahtera. Rumah Sejahtera Murah Tapak.

Pedoman Penilaian dan Laporan Perkembangan Pembangunan Properti terkait LTV

BANK INDONESIA SEPTEMBER 2013

BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini perubahan laju pembangunan terus mengalami

Pedoman Penilaian dan Laporan Perkembangan Pembangunan Properti terkait LTV

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ketentuan Loan to Value meningkatkan aspek kehati-hatian bank dalam penyaluran

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2015 TENTANG

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 05/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. properti residential (IHPR - berdasarkan survey Bank Indonesia). Peningkatan

-1- MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK JATIM CABANG PEMBANTU WARU SIDOARJO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LIST PERTANYAAN DAN JAWABAN TERKAIT PENERAPAN KETENTUAN LOAN TO VALUE

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPP BAB I FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.694,2012

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat tetap hidup setiap hari. Setiap manusia butuh makan dan minum.

I. PENDAHULUAN. Kolektibilitas adalah tingkat atau ukuran kualitas suatu kredit. Penggolongan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN PERUMAHAN TANTANGAN, VISI, DAN ARAHAN PROGRAM

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tent

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

-1- SALINAN NOMOR TENTANG FASILITAS. pembiayaan; Pemilikan. dengan. Menteri Melalui. Sejahtera. 2. Undang-UnU

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2 berkeinginan untuk membeli Properti maupun kendaraan bermotor. Langkah tersebut dilakukan bersamaan dengan pelonggaran Rasio Loan to Value atau Rasi

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Berdasarkan kebutuhan, setiap masyarakat memiliki kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Berdasarkan uraian tersebut maka peran perbankan dapat diwujudkan melalui

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN

FOURANCY NOVERIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial, mempunyai bermacam-macam

I. PENDAHULUAN. Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 05/PERMEN/M/2007 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPP BAB I FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Tempat tinggal merupakan suatu kebutuhan dasar bagi setiap manusia dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani

BAB I PENDAHULUAN. terpuaskan.namun dalam perspektif Islam setiap keputusan ekonomi seseorang tidak

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 07/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 7/PERMEN/M/2007 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA

Bastary Pandji Indra Asdep Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan Infrastruktur

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV

2 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negar

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang tampak secara jelas bagaimana bidang konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. terutama dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan mampu bertahan dan bersaing dalam dunia usahanya. Hal

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

BAB IV PENUTUP. ditujukan bagi MBR yang memenuhi kriteria, yaitu Untuk pembelian rumah

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan. Sejak dahulu, landed house merupakan pilihan yang cukup menarik.

BAB I PENDAHULUAN. bertambah pula kebutuhan akan perumahan. Menurut teori Maslow yang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan. oleh manusia, selain makanan dan pakaian. Dalam perkembangannya, rumah

Elastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan. Oleh : Tim Riset

BAB I PENDAHULUAN. Sampai dengan saat ini, kehidupan masyarakat negara Indonesia tergolong

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TENTANG PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN DUKUNGAN FASILITAS SUBSIDI PERUMAHAN MELALUI KPR BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan;

No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPP BAB I FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDORONG KEPEMILIKAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selain memerlukan sandang dan pangan, juga memerlukan perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa. Oleh karena itu, perlu disediakan perumahan untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut demi keberlanjutan hidup manusia. Sehubungan dengan itu upaya pembangunan perumahan terus ditingkatkan untuk menyediakan perumahan dengan jumlah yang makin meningkat, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan dengan tetap memperhatikan persyaratan minimum bagi perumahan yang layak, sehat, aman dan serasi. Seiring dengan pertumbuhan penduduk maka kebutuhan akan perumahan juga akan meningkat, dan idealnya dengan meningkatnya minat akan perumahan perlu dibarengi dengan penyediaan perumahan yang disertai dengan pembiayaan, dimana diperlukan solusi yang tepat untuk pemenuhan kebutuhan perumahan sehingga dapat memberikan dukungan yang konsisten terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan. Sistem pembiayaan menjadi bagian penting dari pembangunan kawasan 1

2 permukiman, karena dapat membantu masyarakat dalam hal pendanaan dan pembiayaan perumahan. Menurut data di BPS tahun 2013, kebutuhan rumah saat ini adalah 13.6 juta unit sehingga masih terdapat pemenuhan kebutuhan rumah (backlog) hingga 7,1 juta. Adapun kebutuhan rumah baru yang mencapai 800.000 unit tiap tahun, sedangkan jumlah pasokan hanya 400.000 unit tiap tahunnya. Dengan data diatas banyak masyarakat masih membutuhkan rumah, termasuk masyarakat berpenghasilan rendah dimana dengan adanya kondisi kurangnya kemampuan daya beli dikarenakan harga rumah yang terus naik setiap tahunnya. Dari permasalahan tersebut Pemerintah khususnya Kementerian Perumahan Rakyat melakukan terobosan dengan dikeluarkannya kebijakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan adalah dukungan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan kepada Masyarakat Berpenghasilan Menengah Bawah (MBM) termasuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang pengelolannya dilaksanakan oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Peraturan Menteri Keuangan No.130/PMK.05/2010). Kebijakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan merupakan kebijakan yang dibentuk oleh Kemenpera yang bekerja sama dengan pihak penyalur kredit (dalam hal ini perbankan) yang dapat mendukung masyarakat berpenghasilan rendah untuk membeli rumah secara kredit. Kebijakan FLPP merupakan kegiatan yang menggunakan mekanisme bersama antara pihak satuan kerja Badan Layanan

3 Umum (BLU) Kemenpera kepada bank pelaksana yang dibiayai secara bersama (joint financing). Dana FLPP dari BLU-Kemenpera akan digabung (blended) dengan dana bank pelaksana untuk menertibkan Kredit Konstruksi (KK) rumah sejahtera murah tapak. Kerjasama yang dilakukan antara BLU- Kemenpera dengan bank pelaksana terjadi ketika bank umum melakukan sejumlah prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah (dalam hal ini Kemenpera) dari mulai mengajukan surat pernyataan minat menjadi bank pelaksana FLPP hingga menandatangani Perjanjian Kerjasama Operasional (PKO) dengan BLU-Kemenpera (Permenpera No. 11 tahun 2011). Kerjasama yang dilakukan antara BLU-Kemenpera dengan bank pelaksana FLPP ditujukan agar pemerintah dapat memberikan intervensi kepada bank pelaksana untuk menurunkan suku bunga KPR yang cenderung tinggi sehingga menyulitkan MBR untuk dapat memiliki rumah layak huni (Permenpera No. 11 tahun 2011 Bab 1:9). KPR FLPP berbeda dengan KPR pada umumnya, dimana KPR FLPP dibentuk oleh Kemenpera dengan manawarkan bunga kredit yang relatif terjangkau dan bunga tetap (fixed rate) sepanjang masa kredit dengan tenor 15 tahun. Dengan suku bunga yang sangat lunak yaitu satu digit sepanjang masa pinjaman dapat diharapkan dapat menurunkan tingkat suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Kebijakan tersebut tentunya secara langsung berdampak kepada rendahnya angsuran kredit dalam mengasungsur kredit, sehingga masyarakat berpenghasilan rendah mempunyai kemampuan untuk membeli rumah layak huni.

4 Dari permasalah pemenuhan kebutuhan perumahan diatas menjadikan sektor perumahan di Indonesia menjadi perhatian serius pemerintah dan kalangan ekonomi perbankan. Banyak perbankan yang menawarkan kepada masyarakat berupa Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dimana bank memberikan kredit kepada masyarakat untuk dapat memiliki rumah yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka dengan suku bunga yang berbeda-beda. Berdasarkan monitoring Bank Indonesia, pertumbuhan kredit multiguna termasuk kredit/pembiayaan konsumsi beragun properti selama beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, tapi yang menjadi permasalahan adalah harga properti yang mengalami kenaikan yang tidak wajar dari nilai jual sesungguhnya. Hal ini dapat menyebabkan meningkatkan risiko bagi perbankan terutama terkait silkus boom and bust dari harga properti (Mangeswuri, 2013:13). Seperti halnya krisis global yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008, dimana krisis yang bermula dari pemberian kredit kepada debitur tidak kredibel tersebut berimplikasi terjadinya gelembung (bubble) di sektor propert, sehingga jika bubble (pergerakan harga properti) tersebut dibiarkan maka akan terjadi pecahnya gelembung properti yang menyebabkan harga properti jatuh diikuti dengan hancurnya perekonomian secara menyeluruh sehingga akan menimbulkan resesi ekonomi. Untuk menghindari kasus yang sama seperti Amerika, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 yang merupakan penyempurnaan

5 dari kebijakan sebelumnya SE BI No. 14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 dan SE BI No. 14/33/DPbS tanggal 27 November 2012 mengenai kebijakan Loan to Value dan Down Payment, untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Penyempurnaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam ketentuan LTV dilatarbelakangi oleh tingginya pertumbuhan kredit di sektor properti, khususnya kredit untuk rumah tapak dan rumah susun (flat dan apartemen) setelah penerapan ketentuan LTV diberlakukan pada pertengahan tahun 2012. Tabel 1.1 Aturan Loan to Value (LTV) Tipe Loan to Value Properti ke-1 Properti ke-2 Properti ke-3 KPR >70m 2 70% 60% 50% KPRS >70m 2 70% 60% 50% KPR 22m2-70m 2-70% 60% KPRS 22m2-70m 2 80% 70% 60% KPRS s.d. 21m 2-70% 60% KPRuko / KPRukan - 70% 60% Sumber : Bank Indonesia, 2013 Kebijakan LTV tersebut mengatur besarnya jumlah kredit yang diberikan oleh Bank terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian kredit, yaitu ditetapkan maksimal 70% (Tabel 1.1). Ruang lingkup KPR yang dimaksud meliputi kredit konsumsi kepemilikan rumah tinggal, termasuk rumah susun atau apartemen namun tidak termasuk rumah kantor dan rumah toko dengan tipe luas bangunan lebih dari 70 m 2. Pengaturan mengenai LTV dikecualikan terhadap KPR dalam rangka pelaksanaan program perumahan

6 pemerintah. Dengan kata lain dapat diartikan untuk KPR pada program perumahan pemerintah dalam hal ini KPR FLPP tudak terkena pada pembelian perumahan pertama, tetapi kebijakan LTV berlaku pada pembelian KPR FLPP yang ke dua dan seterusnya. Penelitian dari Putra (2013) menunjukkan bahwa kebijakan Loan to Value telah memberikan dampak yang negatif terhadap permintaan properti (rumah tipe diatas 70m 2 ) selama periode tahun 2012. Dimana dampak negatif tersebut dari kebijakan Loan to Value yang berupa penurunan jumlah permintaan rumah tipe diatas 70 m 2 di beberapa pengembang di kota Pematangsiantar. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putra dan pemaparan latar belakang diatas, maka perlu diteliti kembali dampak kebijakan Loan to Value yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia namun saat ini terhadap KPR untuk masyarakat menengah kebawah (KPR FLPP). Sehingga peneliti akan menganalisa lebih lanjut dalam penyusunan tesis dengan judul Analisis Dampak Kebijakan Loan to Value (LTV) terhadap Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam tesis ini adalah : 1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan yang diterapkan selama tahun 2010-2014?

7 2. Apakah terdapat perbedaan jumlah unit penjualan KPR FLPP dan omzet penjualan KPR FLPP dalam rupiah sebelum dan sesudah kebijakan Loan to Value (LTV)? 3. Bagaimana dampak dari kebijakan Loan to Value pada KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Maksud Penelitian Memberikan pemahaman pembiayaan perumahan KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dalam rangka memberikan akses pembiayaan dan mewujudkan keterjangkauan bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah yang layak huni dan terjangkau. 2. Tujuan Penelitian a. Memberikan gambaran implementasi KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) Tahun 2010-2014. b. Untuk mengetahui ada tidaknya dampak dari kebijakan Bank Indonesia berupa pembatasan Loan to Value terhadap jumlah unit penjualan KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan besarnya dana FLPP di Wilayah Jawa Bali. Dampak yang dimaksud diukur dengan memperbandingkan jumlah unit

8 penjualandan besarnya dana FLPP yang dikeluarkan sebelum dan sesudah diberlakukannya kebijakan Loan to Value tersebut. 1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Penelitian a. Untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni terutama dapat mengaplikasikannya secara konstekstual dan tekstual. b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak akademis dalam menambah referensi ataupun tambahan ilmu pengetahuan yang berkaitan terutama dapat dijadikan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya. c. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas terutama mengenai kebijakan Loan to Value bagi kepentingan Masyarakat yang ingin mengetahuinya. d. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Mercu Buana. 2. Kegunaan Penelitian Secara praktis, hasil penelitian yang berfokus pada kebijakan FLPP ini diharapkan berguna dan bisa menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran serta dapat memberikan kontribusi dan solusi

9 konkrit bagi para stakeholder dalam upaya memberikan bantuan kredit pembiayaan terhadap konsumen Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Dengan pendekatan kebijakan FLPP ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kebijakan pemerintah yang memberikan suatu solusi dalam pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah baik saat ini maupun masa yang akan datang.