BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang diturunka dari satu generasi ke generasi berikutnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

JURNAL EFEKTIVITAS PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS (PGL) KELAS VIII DI SMP PAWYATAN DAHA 2 KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia dari zaman dahulu sampai zaman

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

I. PENDAHULUAN. setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Khabibah Lestari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Nurul Khuswatun, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah pelajaran yang penting diajarkan di sekolah dasar. Hal ini karena matematika mendasari

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dinamis serta perkembangan yang baik. Menurut Buchori 2001 dalam Trianto

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunka dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolaha, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi universitas atau magang. (Mulyasa, 2009: 29). Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak lepas dari proses belajar sampai kapan pun dan di mana pun manusia itu berada dan belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangn ilmu pengetahuan. (http://staff.unila.ac.id). Kegiatan pembelajaran dalam dunia penididkan bertujuan untuk memenuhi amanah dari undang-undang dasar yaitu mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap pendidik berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Namun pada kenyataannya, saat ini masih sering dijumpai siswa sekolah menengah atas yang kemampuan akademiknya masih belum seperti yang 1

2 diharapkan. Masalah ini tentu mendatangkan pertanyaan di pikiran kita, apa sesungguhnya yang menyebabkan hal itu masih terjadi. Salah satu aspek yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan adalah model pembelajaran yang digunakan, proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru mengakibatkan rendahnya pastisipasi siswa, hal ini disebabkan karena masih adanya asumsi yang keliru dari para guru yang menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru kepada siswa. Para guru belum menyadari sepenuhnya bahwa dengan menggunakan pembeajaran konvensional hanya ranah kognitif yang dikembangkan sedangkan ranah yang lain (afektif dan psikomotor) kurang dikembangkan. Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak maslah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah masalah efektivias, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Hal tersebut masih mejadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. (http://wiare.blogspot.com). Peningkatan mutu pendidikan di sekolah, tidak terlepas dari keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yang berkaitan, diantaranya: guru, siswa, dan metode pembelajaran. Sebagai seorang pendidik, guru memiliki peran strategi dalam

3 proses pembelajaran karena fungsinya sebagai narasumber dan fasilitator dalam proses pembelajaran (Komalasari, 2013:232). Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah. Guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi untuk berkreasi dan tidak melatih mereka hidup mandiri. Pelajaran yang diberikan guru kurang menantang untuk berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran (Amri 2010:71). Selama ini, banyak siswa yang merasa kesulitan mempelajari biologi. Anggapannya bahwa pelajaran biologi adalah pelajaran hafalan yang banyak menggunakan istiah asing dan sukar dipahami. Padahal pada hakekatnya belajar biologi itu bukan hafalan, tetapi merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan. Anggapan tersebut muncul, karena materi pelajaran yang diberikan oleh guru jarang dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa., sehingga para siswa merasa malas mempelajari materi tersebut dan mengakibatkan penurunan prestasi siswa. Dengan demikian, seorang guru perlu menyajikan permasalahan sehari-hari dalam mengajar biologi dikelas dengan menggunakan model pembelajaran yang variatif dan menyenangkan. Selain itu juga berperan sebagai fasilitator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan baik dalam maupun luar kelas. Perlu disadari, bahwa di dalam hidup selalu terdapat berbagi masalah, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari luar. Langkah nyata yang bisa di

4 lakukan saat ini adalah memperbaiki kualitas gnerasi muda supaya terampil dalam menganalisis, mencari solusi, dan melakukan langkah-langkah nyata untuk menyelesaikannya. Salah satu caranya adalah membiasakan siswa untuk menghadapi, menganalisis, dan memecahkan masalah di dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewey (dalam Trianto, 2007:46) yang mengungkapkan bahwa sekolah seharusnya menjadi laboratorium untuk pengatasan masalah kehidupan nyata. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMA Pasundan Rancaekek mata pelajaran biologi menunjukan adanya permasalahan dalam pembelajaran biologi kelas X. Permasalahan yang terjadi yaitu rendahnya penguasaan konsep siswa pada materi Eubacteria (bakteri). Hal ini menunjukan dengan peroleh hasil belajar siswa kelas X kelas IPA yang masih belum mencapai KKM yaitu ditentukan 75. Rendahnya hasil belajar siswa karena pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode ceramah. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang mampu menentukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajari, siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri mengenai objek keadaan atau proses tertentu, serta siswa kurang aktif terlibat dalam mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan saat pembelajaran. Materi yang diajarkan kepada siswa akan sulit dipahami jika guru menyampaikan dengan metode ceramah saja. Terlebih lagi jika materi tersebut memiliki karakteristik yang menuntut agar siswa belajar dengan aktif, seperti pada

5 konsep Eubacteria (bakteri) siswa harus mempelajari pengertian Eubacteria (bakteri), ciri-ciri Eubacteria (bakteri), struktur dan macam-macam Eubacteria (bakteri), reproduksi Eubacteria (bakteri), dan peran Eubacteria (bakteri) bagi manusia baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Proses belajar tersebut baik jika guru menyampaikan dengan strategi belajar yang tepat, yang dapat memotivasi siswa untuk belajar aktif dan mandiri (Hayat, 2011: 143). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (2010) bahwa kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa, akan ditentukan oleh penggunaan model yang sesuai. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa memilih metode dan model pembelajaran yang tepat untuk materi yang akan diajarkan di kelas. Salah satu cara yang dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar, yaitu dengan cara menerapkan suatu model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan akternatif untuk menyampaikan materi pelajaran adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dan memudahkan guru dalam mengajukan konsep-konsep tersebut diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang langsung mengaitkan materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Menurut pendapat Bruner (dalam Dahar 1988: 125), bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Karena dengan berusaha

6 untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret. Menurut Trianto (2007: 70) kelebihan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran, pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakuka, pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. Kekurangan Problem Based Learning (PBL) sama halnya dengan model pengajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga memiliki beberapa kekurangan dalam penerapannya diantaranya, manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, keberhasilan strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning (PBL) membutuhkan cukup waktu untuk persiapan, tanpa pemahaman mengapa

7 mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Trianto 2007). Telah dilakukan penelitian sebelumnya oleh Diyan riwahyuni, Endah Apriyani, dan Fita Pamiluningsari dengan judul Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Aktifitas Siswa Pokok Bahasan Archaebacteria Dan Eubacteria Pada Siswa Kelas X SMA Pawayatan Daha penelitian ni bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) materi Archaebacteria dan Eubacteria SMA Pawyatan daha tahun ajaran 2014/2015. Penerapan model pembelajaran ini cocok kaitannya dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa karena Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, strategi ini mengkolaborasikan antara pemecahan masalah dan refleksi terhadap suatu pengalaman (Trianto, 2007). Penelitian model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) telah banyak yang meneliti tetapi bukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa melainkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Penelitian model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil belajar siswa telah ada yang meneliti namun bukan pada subkonsep Eubacteria (bakteri). Sedangkan penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Eubcteria

8 Kelas X belum dilakukan. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada konsep Eubacteria (bakteri). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat diidentifikasi masalah sebagi berikut: 1. Nilai rata-rata ulangan biologi terutama materi Eubacteria (bakteri) sebagian besar berada dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60 sampai 70. 2. Guru belum mengoftimalkan fenomena-fenomena yang terjadi di alam sebagai media konkret dalam proses pembelajaran guru mengembangkan keterampilan berpikir siswa. 3. Pembelajaran tidak interaktif. Hal tersebut dikarenakan kurangnya peluang untuk menungkapkan pendapat disebabkan siswa tidak di ikut sertakan dalam mengungkapkan ide-ide yang dimiliki, model Problem Based Learning (PBL) ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide untuk materi yang dipelajari. 4. Perlunya pengembangan pembelajaran berbasis masalah sehingga siswa termotivasi dan lebih aktif dalam proses belajar mengajar. 5. Mengidentifikasi dan berdiskusi dalam kelompok saat proses pembelajaran di jadikan salah satu pembelajaran yang mendukung siswa untuk berpikir kritis dan meningkatkan keaktifan siswa.

9 C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Eubacteria (bakteri)? Mengingat rumusan masalah di atas masih terlalu umum, maka rumusan masalah tersebut terinci dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa sesudah dilaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)? D. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai dan agar tepat sasaran, serta adanya keterbatasan pada penelitian ini maka tidak memungkinkan semua masalah diteliti. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititik beratkan pada: 1) Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Pasundan Rancaekek 2) Konsep yang digunakan adalah konsep Eubacteria (bakteri) 3) Masalah yang diteliti adalah hasil belajar 4) PBL (Problem Based Learning) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan

10 melatih siswa menghadapi berbagai permasalahan yang sering terjadi disekitarnya, yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari untuk dipecahkan sendiri/secara bersama-sama di dalam kelompok 5) Hasil belajar siswa diukur melalui instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda jenjang C1, C2, C3, dan C4 6) Materi yang akan disajikan disini yaitu pengertian Eubacteria (bakteri), ciriciri Eubacteria (bakteri), struktur dan macam Eubacteria (bakteri), reproduksi Eubacteria (bakteri), peran Eubacteria (bakteri) baik yang menguntungkan maupun yang merugikan bagi manusia. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan khusus dan tujuan umum yang dimana tujuan khusus merupakan fokus dalam penelitian ini dan tujuan umum sebagai aspek lebih dalam penelitia yang sifatnya personal. Tujuan khusus peneliti pada penelitian ini yaitu mengetahui penggunaan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Eubacteria (bakteri) di SMA Pasundan Rancaekek. Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada konsep Eubacteria (bakteri), mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada konsep Eubacteria (bakteri), mengetahui aktivitas siswa selama diterapkannya model pembelajaran Problem

11 Based Learning (PBL) pada konsep Eubacteria (bakteri), mengetahui aktivitas guru selama melaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada konsep Eubacteria (bakteri), mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada konsep Eubacteria (bakteri). F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi siswa, guru, peneliti, sekolah, dan peneliti lain dalam rangka membantu keberhasilan peserta didik khususnya materi Eubacteria (bakteri). Adapun manfaat penelitian yang diharapkan sebagai berikut: 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi dunia pendidikan terutama untuk menigkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran Biologi melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 2. Secara Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebgai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi belajar mengajar. b. Bagi Siswa Untuk memotivasi belajar memecahkan permasalahan dalam menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan sikap kerja sama sesama

12 teman, meningkatkan tanggung jawab setiap individu dan kelompok, meningkatkan rasa saling memahami perbedaan individu, membantu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Biologi. c. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan pada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, khususnya Biologi. d. Bagi Peneliti Memberikan pengalaman dalam penggunaan model pembelajaran sehingga hasil yang dicapai lebih efektif san efisien. G. Paradigma atau Kerangka Pemikiran Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan probelema kehidupan yang dihadapi. Proses pembelaaran didalam kelas, sebaiknya guru memberikan kesempatan kepada siswa agar siswa ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi tersebut dapat menumbuhkan keaktifan dan kreativitas siswa sehingga siswa dapat dari pengalaman sendiri. Siswa diarahkan untuk dapat memecahkan masalah sendiri sedangkan guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, tetapi guru hanya berperan sebagai motivator san fasilitator. Permasalahan umum dalam pembelajaran biologi adalah partisifasi dan keaktifan berdiskusi siswa yang kurang optimal. Hal ini tampak dari siswa yang masih pasif dalam berdiskusi, mengungkapkan pendapat serta ikut berperan aktif

13 dalam proses belajar mengajar. Cara memperbaiki kualitas pembelajaran dalam kelas adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi dan aktif berdiskusi dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi dan keaktifan berdiskusi siswa tersebut dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan dari dalam benak siswa. Setiap pertanyaan tersebut mengandung masalah-masalah yang terkait dengan topik atau materi yang sedang di pelajar. Permasalahan-permasalahan inilah yang menjadi basis dalam pembelajaran untuk dipecahkan bersama di dalam kelas. Pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah di dalam kelas adalah dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL). Materi yang diajarkan kepada siswa akan sulit dipahami jika guru menyampaikan dengan metode ceramah saja. Terlebih lagi jika materi tersebut memiliki karakteristik yang menuntut agar siswa belajar aktif, seperti pada konsep Eubacteria (bakteri). Pada pembelajaran konsep Eubacteria (bakteri) siswa harus mempelajari pengertian dari Eubacteria (bakteri), ciri-ciri Eubacteria (bakteri), struktur dan macam-macam Eubacteria (bakteri), reproduksi Eubacteria (bakteri) dan kegunaan Eubacteria (bakteri) baik yang menguntungkan dan merugikan bagi manusia. Proses belajar tersebut akan lebih baik jika guru menyampaikan dengan strategi belajar yang tepat, yang dapat memotivasi siswa untuk belajar aktif dan mandiri (Hayat, 2011: 143). Sebelum dilakukannya kegiatan penelitian kegiatan pembelajaran, peneliti memberikan tes awal berupa soal-soal pretest terhadap subjek yang akan diteliti. Tes awal yang dilakukan untuk mengukur tingkat kompetensi siswa di ranah

14 kognitif pada konsep Eubacteria (bakteri). Kemudian guru memberikan treatment atau perlakuan dengan melakukan kegiatan Problem Based Learning (PBL). Selama proses pembelajaran siswa dikondisikan sudah dalam bebrapa kelompok untuk melakukan diskusi. Dalam kelompok siswa mendiskusikan wacana yang terdapat permasalahan untuk dianalisis dan dipecahkan masalahnya. Setelah melakukan diskusi siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran Problem Based Learning (PBL) peneliti memberikan tes akhir berupa posstest. Temuan masalah di SMA Pasundan Rancaekek di kelas X Solusi 1. Proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah 2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran 3. Siswa kurang terlatih dalam diskusi dan cara berfikir yang ilmiah 4. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri/melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan / proses tertentu. Tujuan yang ingin dicapai Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Eubacteria Instrumen berupa Pretest, Posttest, Lembar Observasi dan angket untuk siswa Penerapan model pembelajaran Problem Based Learing (PBL) Keunggulan model pembelajaran Problem Based Learing (PBL) 1. Siswa memperoleh pengalaman belajar 2. Kegiatan belajar lebih menarik sehingga tidak membosankan 3. Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh siswa 4. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber 5. Interaksi sosial antar peserta didik berkembang 6. Siswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan dan membiasakan siswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.

15 Kesimpulan: Terjadi peningkatan hasil belajar siswa SMA pada konsep Eubacteria Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran a. Asumsi Asumsi dasar merupakan suatu acuan pada segala pandangan dalam menghadapi masalah, hal ini terjadi karena anggapan dasar pemikiran yang tidak pernah diragukan kebearannya, dalam penulisan dan pembahasan ini penulis bertolak pada asumsi. a. Menurut Georgy J. Mouly (dalam Sukmadinata, 2011:9), bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. b. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka berdiskusi masalah-masalah tersebut dengan temannya (Slavin, 1995: 227). c. Barak dan Doni, 2005 (Jacobsen, et.al) Mengungkapkan bahwa informasi yang dipelajari dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat bertahan lebih lama dan tertransfer dengan lebih baik. d. Problem Based Learing (PBL) menurut Arends (dalam Trianto, 2007: 43) menyatakan bahwa esensinya Problem Based Learning (PBL) menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang

16 dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Problem Based Learning (PBL) dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. b. Hipotesis Berdasarkan kajian dan penggunaan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Eubacteria (bakteri). H. Definisi Operasional Berdasarkan uraian diatas variabel yang digunakan pada penelitian ini diperlukan penjelasan agar lebih efektif dan operasional. Variabel tersebut yaitu: 1. Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda sesuadah melakukan tindakan yang serupa. 2. Hasil belajar merupakan hail yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah dilakukan aktifitas belajar dan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. 3. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang

17 otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. 4. Eubacteria (bakteri) adalah organisme prokariotik yang ditandai oleh ketiadaan membran penutup inti atau nukleus. Bakteri adalah organisme mikroskopis yang terdiri dari domain Eubacteria. I. Struktur Organisasi Skripsi 1. Bagian Awal Skripsi 2. Bagian Isi Skripsi a. Bab I Pendahuluan b. Bab II Kajian Teoritis c. Bab III Metode Penelitian d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan e. Bab V Simpulan dan Saran 3. Bagian Akhir Skripsi a. Daftar Pustaka b. Lampiran-lampiran c. CV