PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM PERKULIAHAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

JURNAL PENDIDIKAN EKSAKTA

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE INQUIRY TERBIMBING UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS 1. Abstrak

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

PENERAPAN PAKET BUATAN UNTUK MENGATASI KESULITAN MAHASISWA MENENTUKAN SELESAIAN PERTIDAKSAAMAAN NILAI MUTLAK DALAM MATAKULIAH KALKULUS I

BAB III METODE PENELITIAN

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

Fika Septiningkasih, Eko Setyadi Kurniawan, Nur Ngazizah

Kendala Cognitif Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Bengkulu Pada sejumlah Konsep Dasar Fisika

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2 Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 3 ISSN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

Abstrak. Kata kunci : aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok

PENGGUNAAN LEMBAR PRAKTIKUM TERBIMBING DALAM MATA KULIAH APLIKASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA DENGAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Kata kunci: Model kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar.

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

Sri Irawati Program Studi Pendidikan Biologi JPMIPA FKIP UNIB

BAB III METODE PENELITIAN

KONSEPSI MAHASISWA FISIKA TERHADAP POKOK-POKOK MATERI FISIKA DASAR DI PROGRAM STUDI FISIKA FKIP UNIVERSITAS BENGKULU

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI KELISTRIKAN MELALUI PEMANFAATAN ALAT PERAGA KIT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengimplementasikan suatu model pembelajaran

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR KEILMUAN MAHASISWA PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

Penerapan STAD pada materi pembiasan dan lensa terhadap prestasi belajar

Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar pada Alat Optik Siswa SMA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROBLEMATIKA PENGUASAAN BAHAN AJAR FISIKA SMA KELAS X PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran dengan jumlah siswa sebanyak 23 orang. Sedangkan objek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

PENINGKATAN PEMAHAMAN MAHASISWA DALAM PENERAPAN KONSEP RANCANGAN EKSPERIMEN MELALUI PEMBELAJARAN BERKELOMPOK PADA MATA KULLUJ BIOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam. Sahara, 2009: 1), untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah sebagai komponen

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR MONITORING PELAKSANAAN PERKULIAHAAN DAN PRAKTIKUM

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MICROSOFT POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Getaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB tahun pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

PENERAPAN MODEL INQUIRY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN ABSTRAK DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

Abstrak. Kata kunci: hasil belajar IPA-Fisika, permainan monopoli

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 6 MALANG

ABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang

PENINGKATAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH I MELALUI PENERAPAN JURNAL AKADEMIK

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MELATIHKAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS XI SMA PGRI 6

192 Katalog Universitas Terbuka 2010

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 11 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA DALAM PERKULIAHAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH Nyoman Rohadi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun Email : rohadi_nyo@yahoo.com ABSTRAK Penelitian pembelajaran telah dilakukan pada mahasiswa program studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Bengkulu dalam mata kuliah listrik magnet. Penelitian pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajarnya dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah berbasis keterampilan berpikir. Penelitian pembelajaran dilakukan dalam 3 siklus meliputi proses perkuliahan di kelas dan kegiatan praktikum di laboratorium fisika. Mengikuti tahap-tahap kegiatan sesuai model pembelajaran berdasarkan masalah, dikembangkan (1) lembar kerja mahasiswa, (2) lembar observasi aktivitas belajar mahasiswa, dan (3) alat evaluasi hasil belajar (posttest). Hasil yang diperoleh berupa (1) hasil belajar akhir mahasiswa meningkat 77,27% dibandingkan dengan hasil pretest, (2) aktivitas belajar mahasiswa meningkat dari siklus ke siklus, dan (3) penggunaan tingkat berpikir mahasiswa berkisar memahami, menerapkan dan menganalisis sesuai dengan berpikir kognitif taksonomi bloom. Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, keterampilan berpikir, medan elektromagnetik, pembelajaran berdasarkan masalah. I. PENDAHULUAN Penerapan kurikulum berbasis kompetensi di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) merupakan salah satu upaya positif dalam menjawab kebutuhan kualitas lulusan agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dalam era persaingan global. Pencapaian target lulusan yang berkualitas juga ditentukan oleh kualitas tenaga pengajarnya termasuk sarana dan prasarana yang ada pada suatu lembaga pendidikan. Upaya penelitian dan pengembangan pembelajaran yang inovatif dilandasi oleh adanya motivasi dan kesungguhan dari para pengelola pendidikan di LPTK adalah faktor non teknis yang tak kalah penting peranannya [1,2]. Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam proses pembelajaran atau perkuliahan idealnya meliputi 3 tahap yang tidak terpisahkan yaitu (1) proses pembelajaran, (2) proses pengayaan, dan (3) proses remediasi [3]. Perkuliahan listrik magnet merupakan matakuliah fisika lanjut. Mahasiswa mengikuti matakuliah ini pada semester ke 4 (genap) setelah menyelesaikan beberapa matakuliah yang mendukung seperti matakuliah fisika dasar, mekanika, fisika matematika, dan kalkulus. Beberapa mahasiswa berpen-dapat bahwa perkuliahan listrik magnet sulit dan membosankan sebab hanya dilakukan di kelas dan pembahasan materinya hanya secara teoritis. Sehubungan dengan itu, kesulitan mahamahasiswa dalam memahami konsep-konsep listrik magnet perlu segera diatasi agar tidak ditularkan kepada siswa-siswanya manakala mereka bertugas menjadi tenaga guru [4]. Mahasiswa seharusnya dilibatkan langsung dalam kegiatan praktikum sehingga dapat membangun pengetahuan melalui pengamatannya sendiri [5]. Perkuliahan haruslah dapat meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa. Bahwa perkuliahan yang efektif adalah perkuliahan yang tidak hanya membahas tentang materi perkuliahan sesuai dengan rincian pada silabus dan satuan aktivitas perkuliahan (SAP) tetapi juga harus terjadi proses pembelajaran keterampilan berpikir sesuai rumusan taksonomi Bloom [6]. Model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instructional model) memberi kesem-patan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir tingkat tinggi [6]. Dalam proses pembelajaran dengan model ini, mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan merumuskan masalah, merancang suatu percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan merumuskan suatu kesimpulan. Dengan demikian, perkuliahan listrik magnet tidak hanya membahas secara teoritis di kelas tetapi juga melakukan kegiatan percobaan di laboratorium. Nyoman Rohadi Halaman 119

Tulisan ini melaporkan hasil penelitian pengajaran yang bertujuan untuk: (1) meningkatkan aktivitas mahasiswa pada perkuliahan listrik magnet dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) berbasis keterampilan berpikir di program studi pendidikan fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bengkulu, dan (2) meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan listrik magnet dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) berbasis keterampilan berpikir di program studi pendidikan fisika FKIP Universitas Bengkulu. II. METODE PENELITIAN Penelitian pengajaran ini dilakukan dengan setting penelitian tindakan kelas (PTK) pada program studi pendidikan Fisika FKIP Universitas Bengkulu. Kegiatan penelitian pembelajaran ini dilaksanakan pada semester genap tahun kuliah 2011/2012. Sebagai subyek penelitian adalah mahasiswa program S1 tahun kedua berjumlah 35 orang yang dibagi kedalam 6 kelompok dan mengikuti perkuliahan listrik magnet pada semester genap tahun kuliah 2011/2012. Kegiatan PTK dilakukan dalam 3 siklus atau dalam 3 minggu dan tiap minggu 4 jam tatap muka di kelas dan di laboratorium pendidikan fisika. Instrumen penelitian yang digunakan berupa (1) alat tes hasil belajar, (2) lembar penilaian keterampilan berpikir, dan (3) lembar pengamatan (observasi) aktivitas belajar mahasiswa. Dengan demikian hasil penelitian pembelajaran ini adalah (1) hasil belajar, (2) keterampilan berpikir, dan (3) aktivitas belajar mahasiswa. Untuk itu disiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis keterampilan berpikir dalam model pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada materi ajar medan elektromagnetik untuk 3 siklus yang masingmasing dilengkapi dengan lembar kerja mahasiswa (LKM) berbasis keterampilan berpikir. Kegiatan pada siklus pertama adalah melaksanakan tes awal dan perkuliahan di kelas. Monitoring aktivitas pembelajaran dilakukan dengan menggunakan alat observasi dibantu oleh mahasiswa sebagai pengamat. Refleksi I difokuskan untuk mengetahui (1) apakah kegiatan perkuliahan berlangsung sesuai dengan langkahlangkah pada RPP I, (2) apakah terjadi interaksi aktif dalam proses pembelajaran, dan apakah tujuan perkuliahan sudah tercapai secara optimal. Rangkaian kegiatan pada siklus kedua sama seperti yang dilakukan pada siklus pertama. Tetapi pada siklus kedua tidak dilaksanakan tes awal. Pada siklus kedua pembelajaran dilaksanakan di laboratorium dan melakukan kegiatan percobaan. Refleksi II dilakukan dengan fokus analisis yang sama pada refleksi I. Rangkaian kegiatan pada sikus ketiga sama seperti pada sikus kedua. Pada siklus ketiga pembelajaran dilaksanakan di laboratorium. Fokus pada refleksi III sama seperti pada siklus sebelumnya. Evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan penelitian pembelajaran ini dilakukan dalam 2 bentuk kegiatan yaitu (1) evaluasi pada setiap siklus dan (2) evaluasi secara total diakhir pelaksanaan seluruh siklus. Pada setiap siklus evaluasi hasil dan pembahasan dilakukan berdasarkan (1) data hasil laporan mahasiswa yaitu berupa penilaian hasil percobaan mahasiswa berdasarkan keterampilan berpikirnya, (2) data hasil monitoring aktivitas belajar mahasiswa dan (3) hasil refleksi kegiatan siklus. Data hasil belajar setiap siklus dianalisis untuk memperoleh skor hasil belajar dan kemampuan berpikir secara kognitif. Hasil monitoring aktivitas mahasiswa (observasi) pada setiap siklus dianalisis secara kualitatif sehinga indikatorindikator aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran disajikan dalam bentuk prosentase frekuensi kejadian aktivitas. Pada akhir kegiatan semua siklus, dilakukan evaluasi dan pembahasan pada hasil analisis hasil belajar (berupa skor nilai) mahasiswa secara total. Data hasil belajar total diperoleh dari hasil posttest di akhir seluruh siklus. Pembahasan dilakukan untuk membandingkan hasil belajar mahasiswa pada pretest dan hasil posttest. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tabel 1 dipaparkan hasil analisis nilai hasil belajar mahasiswa sesuai dengan lembar kerja mahasiswa (LKM) secara menyeluruh untuk 6 kelompok dan pada 3 siklus. Rentang nilai yang dicapai secara rata-rata total untuk 6 kelompok adalah 3,0-4,2 untuk nilai maksimum 5,0. Secara menyeluruh untuk semua kelompok nilai rata-rata yang dicapai adalah 3,75. Angka ini menunjukkan bahwa ketercapaian hasil belajar mahasiswa pada LKM adalah 75%. Nyoman Rohadi Halaman 120

Tabel 1. Hasil belajar pada LKM 3 siklus Siklus Kelompok 1 2 3 4 5 6 Rata-rata total Siklus 1 4,0 3,0 4,0 3,0 3,0 4,5 3,60 Siklus 2 4,0 4,0 4,5 3,0 3,5 3,5 3,75 Siklus 3 3,5 4,0 4,0 3,0 4,5 4,5 3,90 Total 11,5 11,0 12,5 9,0 11,0 12,5 3,75 Rata-Rata 3,8 3,7 4,2 3,0 3,7 4,2 3,76 Persentase ketercapaian hasil belajar 76 74 84 60 74 84 75,33 Persentase ketercapaian hasil belajar yaitu 75,33% berada pada katagori baik. Meskipun demikian, mahasiswa yang berada pada kelompok 4 hanya mencapai 60% jauh dibawah kelompok 3 dan kelompok 6 yang mencapai ketercapaian hasil belajar secara total 84%. Hasil ini dapat memprediksikan bahwa pada kelas ini ada 6 orang mahasiswa yang kurang memadai kemampuan akademiknya. Pada tabel 1 juga diperlihatkan bahwa ada sekitar 16 orang mahasiswa memiliki kompetensi akademik cukup memadai. Sekitar 10 orang mahasiswa memiliki kompetensi akademik sangat baik. Nilai hasil posttest secara rata-rata untuk 35 mahasiswa diperoleh 78,28. Nilai terendah adalah 70,00 dan nilai tetinggi adalah 85,00. Dengan demkian rentang nilai yang dicapai pada posttest adalah 70,00-85,00. Dikaitkan dengan nilai mahasiswa pada pretest, hasil posttest menunjukkan adanya peningkatan sebesar 77,27% seperti dipaparkan pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil pretest dan posttest Jumlah Rerata Rerata peningkatan mahasiswa pretest posttest 35 44,37 78,28 77,27% Pada pretest, meskipun soal-soal hanya diarahkan pada penunjukkan arah medan magnet B tetapi tampaknya mahasiswa mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Kalau diperhatikan bahwa materi kemagnetan listrik sudah pernah dipelajari sebelumnya (di SMP, di SMA dan pada kuliah fisika dasar) pengetahuan ini tampaknya tidak tersimpan baik dalam ingatan mahasiswa. Hal ini bisa disebabkan tidak adanya pengalaman langsung dalam mempelajari materi ini sebelumnya. Hasil pada posttest menunjukkan nilai rerata yang baik yaitu 78,28. Pada posttest jumlah soal adalah 8 soal terdiri dari soal essay berupa aplikasi rumus menentukan besarnya kuat medan B di sekitar kawat berarus termasuk menggambarkan arah medan magnetnya. Disini terlihat bahwa pengalaman mahasiswa dalam melakukan percobaan dalam model perkuliahan PBM cukup berkesan sehingga berdampak baik pada kemampuan mahasiswa pada menjawab soal-soal posttest. Kenyataan ini sesuai dengan bahwa pengalaman mahasiswa pada kegiatan belajar di laboratorium akan dapat mengembangkan kemampuan mahasiswa membangun pengetahuan sendiri [5]. Hasil analisis aktivitas belajar mahasiswa secara total dipaparkan pada tabel 3. Pada siklus 1 mahasiswa kurang aktif dalam tahap kegiatan orientasi pada masalah. Keadaan ini meningkat menjadi cukup aktif pada siklus 2. Pada siklus 3 aktivitas mahasiswa pada tahap kegiatan orientasi pada masalah menjadi sangat aktif. Untuk tahap kegiatan proses pembelajaran, pada siklus 1 dan pada siklus 2 belum begitu aktif. Tetapi pada siklus 3 aktivitas mahasiswa pada proses pembelajaran menjadi sangat aktif. Tabel 3. Aktivitas belajar mahasiswa pada 3 siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 No Tahap kegiatan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 Orrientasi pada masalah 70 30 0 15 85 0 2 70 28 2 Proses pembelajaran 30 70 0 25 75 0 2 50 45 3 Penyelidikan kelompok 25 70 5 70 30 0 0 15 85 4 Menyajikan hasil karya 33 65 2 33 62 5 0 20 80 5 Mengevaluasi hasil pemecahan masalah 80 20 0 75 25 0 25 70 5 Pada tabel 3 ditunjukan hasil penilaian aktivitas belajar mahasiswa berdasarkan kriteria: kurang akktif 1, cukup aktif 2, dan sangat aktif 3. Jumlah mahasiswa yang aktif pada tiap kelompoknya pada kegiatan penyelidikan kelompok pada siklus 1 kurang aktif. Demikian juga halnya pada siklus 2. Pada siklus 3 kegiatan mahasiswa dalam penyelidikan kelompok sangat aktif. Pada kegiatan menyajikan hasil karya, aktivitas mahasiswa pada siklus 1 cukup aktif, begitu pula pada siklus 2. Pada Nyoman Rohadi Halaman 121

siklus 3 mahasiswa sangat aktif pada tahap menyajikan hasil karya. Kegiatan mengevaluasi hasil pemecahan masalah tampaknya belum begitu menarik bagi mahasiswa pada sikus 1. Hal ini juga terjadi pada siklus 2 dan pada siklus 3 meskipun ada beberapa mahasiswa yang sangat aktif berpartisipai dalam kegiatan mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Hasil belajar mahasiswa yang dianalisis berdasarkan keterampilan berpikir menggunakan tingkatan-tingkatan kognitif yang digunakan dalam melaksanakan percobaan sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah ditunjukkan pada tabel 4 untuk proses pembelajaran secara menyeluruh pada 3 siklus. Tabel 4. Keterampilan berpikir berdasarkan Taksonomi Bloom,, dan Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Jenis proses Merumuskan masalah 15 85 0 15 85 0 15 85 0 Merumuskan hipotesis 0 50 50 15 70 15 15 55 30 Hasil pengamatan 50 15 35 100 0 0 85 15 0 Menyimpulkan hasil percobaan 50 15 35 30 55 15 30 55 15 Sesuai hasil analisis tingkat kognitif (C) dalam merumuskan masalah, membuat hipotesis, menuliskan hasil pengamatan dan membuat kesimpulan yang dituliskan pada laporan hasil percobaan, mahasiswa menggunakan tingkat kognitif memahami, menerapkan dan menganalisis. Pada sik1us1 hasil skor terbesar berada pada tingkat berpikir kognitif menerapkan. Pada rumusan hipotesis skor tertinggi pada menerapkan dan menganalisis. Pada penulisan hasil pengamatan dan menyimpulkan hasil percobaan skor tertinggi pada tingkat memahami. Pada siklus 2, untuk merumuskan masalah dan hipotesis tertinggi menggunakan menerapkan. Dalam menyajikan hasil pengamatan semua menggunakan memahami. Pada menuliskan kesimpulan tertinggi menggunakan menerapkan 55% dan juga ada yang menggunakan dan. Untuk siklus 3 pada rumusan masalah masih didominasi pada penggunaan dan meskipun pada merumuskan hipotesis ada yang menggunakan. Untuk hasil pengamatan skor tertinggi pada memahami dan pada membuat kesimpulan skor tertinggi pada meskipun tingkat berpikir dan juga digunakan. Kata-kata kerja operasional yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan berpikir mahasiswa adalah, dan, tetapi masih berkisar pada kata kerja tingkat berpikir kognitif rendah. Kata-kata kerja yang digunakan adalah yang biasa diingat seperti yang menyatakan pengaruh, hubungan, dan menentukan. Kata kerja yang menunjukkan kemampuan kognitif yang lain dan lebih tinggi tampaknya belum dikenal oleh mahasiswa. Pengenalan lebih mendalam tentang kata-kata kerja yang menunjukkan tingkat berpikir kognitif perlu diajarkan pada matakuliah yang sesuai seperti Evaluasi Pembelajaran dan Perencanaan Pembelajaran. IV. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan terjadi terutama pada orientasi pada masalah, memperoleh informasi, penyelidikan kelompok, dan menyajikan hasil karya. Diperoleh nilai rata-rata pada posttest mencapai 78,28 pada rentang 70,0-85,0 dengan peningkatan 77,27% dibandingkan hasil pretest. Hasil belajar rata-rata mahasiswa pada LKM untuk siklus 1 adalah 3,60, pada siklus 2 sebesar 3,75 dan pada siklus 3 adalah 3,90 dengan nilai rata-rata total sebesar 3,75 (nilai maksimum 5,0). Dalam proses pembelajaran mahasiswa menggunakan tingkat kognitif memahami, menerapkan dan menganalisis yang dinilai sesuai dengan tingkat berpikir taksonomi Bloom pada laporan LKM mahasiswa pada setiap siklus. Kiranya perlu pengembangan lebih seksama kegiatan percobaan atau praktikum pada perkuliahan listrik magnet. Perlu pengembangan perkuliahan agar lebih melibatkan mahasiswa dalam kegiatan praktikum atau percobaan dengan menyiapkan alat-alat percobaan yang lebih memadai, dan juga pengamatan pada pembangunan karakter. DAFTAR PUSTAKA 1. Amien, M. 1988. Buku pedoman laboratorium dan petunjuk praktikum IPA untuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Depdikbud. 2. Djojonegoro, W. 1993. Pengajaran MIPA di sekolah dasar dan menengah menyongsong kemajuan IPTEK dimasa depan: sebuah sumbangan pemikiran. Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA IKIP Bandung, (1) 1-8. 3. Boediyono. 2002. Pengembangan silabus kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta: Depdiknas Pusat. 4. Rohadi, Nyoman (2004). Interview about instances dalam mengeksplorasi keragaman konsepsi siswa tentang fenomena fisika. Exacta Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, II no. 1, 20-24. Nyoman Rohadi Halaman 122

5. Hinduan, A. 1999. Konstruktivisme dan implikasinya dalam pengajaran. Makalah pada Penataran dan Lokakarya Calon Penatar Metodologi Menajar MIPA. UNIB-HEDS Project, 7-13 Septenber 1997 di Universitas Bengkulu. 6. Nur, Mohamad. 2010. Model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) berbasis keterampilan berpikir dan berkarakter. Surabaya, PSMS UNESA Nyoman Rohadi Halaman 123