Mengukur Efisiensi Relatif Pialang Bursa Berjangka Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Data Envelopment Analysis, Technical Efficiency, Scale Effficiency

CLASTERING PROGRAM STUDI TEKNIK DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

Y u s t i n a N g a t i l a h Teknik Industri FTI-UPNV Jatim

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

PENGUKURAN EFISIENSI PERUSAHAAN DENGAN METODE DEA ( DATA ENVELOPMENT ANALYSIS ) (Studi Kasus Di : PT.Trakindo Utama Surabaya Branch East Area) SKRIPSI

Pengukuran Efisiensi Produksi Dengan Metode DEA (Data Envelopement Analysis) Di Divisi Wire Rod Mill PT.XYZ

1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO

Pengukuran Efisiensi Produksi dengan Metode Data Envelopement Analysis di Divisi Wire Rod Mill

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

3 KERANGKA PEMIKIRAN. Konsep Efisiensi Produksi

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

PENGUKURAN EFISIENSI BANK BUMN DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

PENENTUAN NILAI PRODUKTIVITAS RELATIF TIAP KANTOR LAYANAN DARI PT BANK XXXX DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PROGRAM STUDI S 1 DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Mengukur Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank-bank besar di Jepang masih beroperasi di atas skala efisiensi minimum, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang diinginkan sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik 2010). Oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

9 Universitas Indonesia Efisiensi relatif..., RR. Retno Wulansari, FE UI, 2010.

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Perhitungan KPI Frazelle

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkanya paket kebijakan Menteri Keuangan pada Desemeber 1983 yang

PENGUKURAN EFISIENSI RELATIF PERUSAHAAN YAKULT DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI WILAYAH SURABAYA SKRIPSI OLEH :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

EFISIENSI BUS DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPEMENT ANALYSIS (DEA)

6.4.2 Hasil seleksi Provinsi dengan metode SAA 100 BAB 7 KESIMPULAN 107 DAFTAR PUSTAKA 109

ANALISIS EFISIENSI DISTRIBUSI PEMASARAN PRODUK DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Tabel 2. 1 penelitian terdahulu

Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2013

EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

PENERAPAN METODE DEVELOPMENT ENVELOPMENT ANALYSIS DALAM MENGEVALUASI EFISIENSI UNIT PRODUK GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS ABSTRAK

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

EVALUASI DUA TAHAP EFISIENSI CABANG BANK MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS EFISIENSI DISTRIBUSI PEMASARAN DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kinerja Beberapa Bank Syariah Berdasar Tingkat Efisiensi Melalui Pengukuran DEA

APLIKASI DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) UNTUK PENGUKURAN EFISIENSI AKTIVITAS PRODUKSI.

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

1. Dr. Dra. Zuzy Anna, M.Si 1. Ine Maulina, S.Pi,. M.T 2. Ir. Hj. Nia Kurniawati, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN) dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

MEI LINA QURUTA AYUN B / I

EFISIENSI PENGELOLAAN EKONOMI DAERAH DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI DAERAH. Disusun Oleh: Ivantia S. Mokoginta Miryam L.

BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN. PT Millennium Penata Futures berdiri pada tahun PT Millennium

Oleh: Irdam Ahmad dan Budi Wibowo

PERANCANGAN PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN LITERATUR

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Tahun 2012

Efisiensi Relatif Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

ANALISIS EFISIENSI KINERJA MENGGUNAKAN MODEL DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PADA PT XYZ

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi pada 6 Bank Umum Syariah terdaftar di BI tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan lain dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Salah satu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

ANALISA EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS MESIN HEAT TREATMENT DI PT. XYZ ABSTRAK

EFISIENSI KINERJA BAZNAS BOGOR DAN SUKABUMI: PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

EFISIENSI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ABSTRAK

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Gambar 1 Konsep Efisiensi dan Produktivitas

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PERUSAHAAN FURNITURE DENGAN PENDEKATAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

PENDAHULUAN Industri perbankan memegang peranan yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting, dan sangat

STRATEGI PEMASARAN BERAS DI KILANG PADINADINDA DESA PASIE JAMBU KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT

PROFIL DAN KINERJA UMKM PANGAN OLAHAN PEREMPUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGUKURAN KINERJA BANK-BANK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS TESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROFIL INDUSTRI ASURANSI UMUM INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BIAYA PADA BANK UMUM PENYALUR KUR DAN BANK UMUM NON PENYALUR KUR DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. yang bertumpu pada mekanisme ekonomi pasar seimbang diarahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral

54 Universitas Indonesia Efisiensi relatif..., RR. Retno Wulansari, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Mengukur Efisiensi Relatif Pialang Bursa Berjangka Jakarta Oleh: Nurlisa Arfani Kinerja pialang yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat efisiensi pialang dalam menjalankan bisnisnya. Pialang dikatakan efisien apabila ia memiliki score efisiensi relatif (Epp) sebesar 100%. Sedangkan pialang terbaik (best-practice) adalah pialang efisien yang memiliki nilai cross efficiency (Cp) terbesar tetapi memiliki nilai FPI terkecil. Industri perdagangan berjangka (futures trading) telah disahkan sejak 15 Desember 2000 yang ditandai dengan berdirinya Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), bursa ini diharapkan sebagai salah satu sektor ekonomi yang dapat mempercepat pemulihan perekonomian Indonesia yang sedang dilanda krisis. Salah satu ujung tombak dalam mensukseskan perdagangan berjangka adalah perusahaan pialang berjangka, perusahaan inilah yang mengenalkan dan memasarkan kontrak-kontrak tersebut kepada para investor (nasabah). Pembinaan terhadap pialang sangat diperlukan, pembinaan ini di samping untuk meningkatkan volume perdagangan juga bermanfaat untuk mewujudkan kegiatan perdagangan berjangka yang teratur, wajar, efisien, dan efektif serta dalam suasana persaingan yang sehat. Guna mendukung perkembangan perdagangan berjangka, pialang yang ada haruslah beroperasi secara efisien sehingga dapat menghasilkan perdagangan yang efisien pula. Pengukuran kinerja absolut perusahaan pialang yang bergerak di bidang jasa ini sangat sulit dilakukan, hingga saat ini pengukuran tersebut belum memiliki format yang baku di BAPPEBTI. Di samping itu, mengingat usia perdagangan berjangka yang relatif masih muda, praktek-praktek bisnis yang dijalankan para pialang yang terbukti mampu meningkatkan kinerja pialang masih sedikit dan sulit ditemukan. BAPPEBTI disamping sebagai pengawas perdagangan berjangka juga berfungsi sebagai badan pembina perdagangan berjangka yang antara lain berperan untuk meningkatkan kinerja pialang dalam menggunakan sumber daya internal (antara lain sumber daya manusia dan modal) maupun dalam meningkatkan persaingan yang sehat di antara sesama pialang sehingga akan tercipta pasar perdagangan bursa berjangka yang handal dan efisien dalam operasionalnya. Untuk memudahkan pembinaan terhadap kinerja para pialang tersebut, maka penulis mencoba menginvestigasi model pengukuran kinerja perusahaan pialang yang lebih fleksibel dan lebih sederhana yang mampu menentukan pialang dengan praktek terbaik dalam menjalankan aktifitasnya. Pialang ini dapat digunakan sebagai sebagai tolok ukur bagi pialang lainnya karena telah terbukti berhasil secara efektif menerapkan proses operasional yang baik. Lebih lanjut pengukuran efisiensi relatif ini dapat dimanfaatkan juga merating pialang-pialang tersebut. Adapun ukuran kinerja yang dimaksud dalam tulisan ini adalah efisiensi relatif dari masing-masing pialang dan metode pengukuran yang digunakan adalah metode DEA (Data Envelopment Analysis) yaitu suatu metoda non parametrik, yang membandingkan masukan dengan hasil yang dicapai oleh masing-masing pialang. Metode ini nyatanya telah berhasil digunakan untuk mengukur efisiensi relatif dari suatu entitas yang beroperasi pada bidang yang sama dengan menggunakan sumber Page 1/5

daya yang relatif sama dan jenis keluaran yang sama pula. Pengukuran efisiensi relatif pialang sebagaimana dimaksudkan diatas sangat dibutuhkan sebagai dasar bagi pialang untuk memperbaiki kinerjanya dengan melakukan proses benchmarking. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menghitung efisiensi relatif suatu pialang terhadap pialang lainnya. Variabel input dan output yang akan dianalisis merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja pialang dalam memasarkan kontrak berjangka pada tahun 2002. Setelah diperoleh pialang dengan efisiensi terbaik (best-practice), maka selanjutnya dilakukan proses benchmarking. Praktek-praktek terbaik yang diterapkan pialang tersebut dijadikan acuan oleh pialang lain yang kurang efisien untuk diimplementasikan di lingkungan kerjanya sesuai dengan budaya perusahaan, kondisi dan karakteristik dari pialang tersebut. Dengan demikian diharapkan kinerja para pialang dapat ditingkatkan secara bersama-sama dalam waktu yang relatif lebih singkat. SEKILAS KONSEP PENGUKURAN EFISIENSI RELATIF DAN BENCHAMRKING Pembahasan tentang pengukuran efisiensi relatif bermula dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Farrel (1957) yang menjelaskan bahwa sebuah garis batas produksi (production frontier) adalah sebuah hubungan teknologi yang menggambarkan output maksimum yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan yang efisien dari berbagai penggunaan kombinasi input dalam beberapa periode. Sebagai penyederhanaan, konsep tersebut dapat dilihat melalui Gambar 1 di bawah ini. Dari gambar terlihat bahwa titik-titik A, B, C, D dan E adalah lima perusahaan yang menghasilkan satu output y yang sama jenisnya dengan menggunakan dua input x1 dan x2 yang sama pula jenisnya. Evaluasi efisiensi dari kelima perusahaan tersebut dimulai dari pengumpulan data hasil observasi dan menarik garis lurus diantara hasil observasi yang terdekat dengan sumbu, yang selanjutnya dapat kita bungkus (envelope) hasil observasi tersebut sehingga mendapatkan garis batas Q-Q. Perusahaan A, C dan E adalah perusahaan yang paling efisien dan menunjukan sebagai perusahaan dengan praktek bisinis terbaik untuk dapat dijadikan referensi bagi perusahaan lainnya. Berdasarkan definisi dari garis batas produksi di atas, jelas bahwa tidak ada perusahaan yang menghasilkan nilai seperti titik k yang berada di bawah garis Q-Q karena perusahaan seperti ini tidak layak secara teknis. Pada sisi lain, sebuah perusahaan yang beroperasi pada titik B atau berada diatas garis Q-Q akan inefisien secara teknis karena titik a menggambarkan output yang sama yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dengan menggunakan faktor rasio input, akan tetapi dengan jumlah input yang lebih kecil. Farrel menyatakan bahwa rasio Oa/OB sebagai ukuran nyata inefisiensi teknis dari perusahaan pada titik B serta menunjukan ratio dari input yang secara teknis dibutuhkan terhadap input yang digunakan secara aktual untuk menghasilkan satu unit output yang ditunjukan oleh aktual input. Satu hal yang perlu dicermati akan kekurangan dari pendekatan Farrel di atas adalah asumsi Constant Return to Scale (CRS) yang menyatakan bahwa skala produksi tidak mempengaruhi efisiensi. Memperhatikan bahwa suatu teknologi dapat juga membawa Variabel Return to Scale (VRS), membuka kemungkinan bahwa skala produksi mempengaruhi efisiensi. Gambar 2 menunjukan perbedaan nilai efisiensi yang diukur dengan asumsi CRS dan VRS. Dari gambar Gambar tersebut menunjukan lima perusahaan yang sama-sama menghasilkan satu input y dengan satu input x. Garis batas berdasarkan CRS ditunjukan oleh garis lurus melewati C, yang mana garis Page 2/5

batas bedasarkan VRS ditunjukan oleh garis yang melaui A, D, E. Titik avrs pada garis batas menunjukan berapa banyak input x yang benar-benar dibutuhkan untuk menghasilkan nilai output y yang sama, dan menjadi titik referensi dari perusahaan B. Total teknikal efisiensi menunjukan hubungan antara maksimum produktifitas dengan produktifitas observasi. Titik acrs menunjukan penggunaan input yang perlu jika perusahaan dalam kondisi efisien secara teknis dan beroperasi pada ukuran yang optimal. Dari gambar terlihat bahwa seluruh perusahaan pada kondisi inefisien dalam ukuran (scale inefficient), kecuali perusahaan C yang berada pada garis batas CRS dan memiliki nilai output per input terbesar. Dengan demikian perusahaan B harus meningkatkan skalanya untuk mengurangi inefisiensi karena skala yang terlalu kecil. Efisiensi relatif secara matematis dalam bentuk persamaan linier pertama sekali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dengan bentuk sebagaimana dibawah ini : Model ini dikenal sebagai model DEA Primal CCR. yang dikenal dengan program garis batas (envelopment program). Dimana w0 adalah efisiensi relatif suatu DMU. w0 tersebut adalah suatu nilai yang jika dikalikan dengan input x, maka akan menghasilkan nilai maksimum pengurangan input untuk menghasilkan nilai output yang sama. Sedangkan?j adalah suatu variabel yang menekankan seberapa besar kemungkinan untuk membuat suatu DMU baru (virtual DMU) dari DMU yang sedang dihitung efisiensi relatifnya, sebagai kombinasi dari DMU lainnya.?j harus dihitung untuk semua n DMU tersebut dalam suatu kumpulan yang empiris. Untuk DMU yang efisien?j sama dengan satu karena model tersebut tidak menemukan beberapa kombinasi dari DMU lain yang lebih efisien. Model tersebut diatas mengasumsikan hipotesa CRS teknologi. Pemilihan hipotesisi ini diambil apabila kita menganggap ukuran (scale) dari sebuah DMU tidak berpengaruh pada nilai efisiensinya. Nilai efisieni yang didapat dari model CCR ini pada kenyataanya berisikan nilai efisiensi skala (scale efficiency) dan efisiensi teknis (technical efficiency). Salah satu kelebihan dari pengukruan efisiensi relatif dengan metode DEA ini adalah diperolehnya suatu peer group/peer unit untuk masing-masing pialang yang relatif kurang efisien. Untuk mengetahui peer unit/peer group dari masing masing DMU atau pialang yang relatif kurang efisien maka dapat dilihat dari nilai variabel slack atau surplus dari masing-masing fungsi pembatas, di mana nilai dari variabel slack atau surplus dari peer unit adalah 0,00. Dikatakan demikian sebab dengan nilai variabel slack atau surplus yang sama dengan 0,00 maka DMU tersebut telah mampu menghasilkan output sebesar nilai input yang digunakannya. Disamping itu untuk metode ini dapat pula menentukan DMU dengan praktik terbaik (best practice) dengan melakukan perhitungan lebih lanjut dari model CCR DEA dengan model cross efficiency dan False Positive Index (FPI). Pialang yang dikatakan baik apabila nilai efisiensi relatifnya 100%, nilai cross efisiensinya tertinggi serta nilai FPI yang rendah. Secara garis besar kerangka kerja proses pengukuran efisiensi relatif sebagai dasar proses benchmarking ditunjukan oleh gambar 3. APLIKASI PADA PIALANG BURSA BERJANGKA JAKARTA Page 3/5

Mengingat data yang digunakan dalam tulisan ini meliputi data keuangan pialang yang tidak dipublikasikan maka nama dari pialang disamarkan menjadi hurup A sampai L Data Input dan Ouput yang dikumpulkan ditunjukan pada Tabel 1. Selanjutnya dengan bantuan software paket statistik SPSS diukur pengaruh variabel-variabel ini, dengan hasil yang ditunjukan oleh Tabel 2. Mengingat seluruh variabel pengaruhnya cukup signifikan maka seluruh variabel langsung menjadi input dan output pada model DEA CCR. Model DEA CCR pada tulisan ini diselesaikan dengan bantuan software paket LP LINDO yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Demikian juga hasil pengukuran nilai cross efficiency dan FPI dapat dilihat Pada Tabel 3, sedangkan target input dan output pialang yang inefisien dapat dilihat pada Tabel 4. ANALISIS Dari hasil pengolahan data dengan SPSS terhadap data sebagaimana Tabel 1, diperoleh bahwa variabel-variabel yang dipilih memang memiliki faktor loading (eigenvectors) yang cukup tinggi (diatas 0.5) sebagaimana ditunjukan oleh Tabel 2, sehingga seluruhnya dapat diikutsertakan dalam langkah perhitungan selanjutnya. Selanjutnya dari nilai skor efisiensi relatif pialang pada Tabel 3 dapat kita lihat bahwa ada tiga pialang yang berkerja secara efisien yaitu pialang J,K,L pialang lainnya belum menunjukan nilai efisiensi yang optimal. Lebih-lebih pialang I dengan nilai efisiensi realtif terendah. Namun mengingat ada lebih dari dua pialang yang efisiensi relatifnya 100% maka : Selanjutnya perlu dianalisis hasil cross efficiencymasing-masing pialang khususnya pialang yang relatif efisien. Dan agar diketahui pialang mana yang paling baik untuk dibenchmarking maka perlu juga dianalisis nilai FPI masing-masing pialang. Dari Tabel 3, dapat dilihat konsistensi nilai efisiensi pialang tersebut sehingga diperoleh urutan best practice pialang sebagai mana ditunjukan oleh urutan pada Tabel 3 tersebut. Pialang best practice adalah pialang L dengan nilai Epp 100%, Cp tertinggi 0,9256 serta FPI terendah 0,0744. Nilai ini menunjukan bahwa pialang L telah melakukan upaya kedalam yang optimal dengan nilai Epp 100% dan upaya keluar yang optimal dengan nilai Cp tertinggi sehingga FPInya menjadi terendah. Pengukuran ini juga memberikan hasil berupa target input dan output dari pialang yang inefisien sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa masih banyak pialang yang kelebihan sumber daya untuk menghasilkan output yang telah dihasilkan saat ini. Dengan metode ini proses benchmarking selanjutnya menjadi sederhana karena langsung dapat diarahkan kepada pialang yang memliki praktek bisinis terbaik yaitu pialang L, di samping pialang J, dan K yang juga memiliki efisiensi relatif sebesar 100%. Tabel 5 berikut berisikan inventarisasi praktek bisnis masing-masing pialang yang disadur dari laporan masing-masing pialang. Praktek bisnis yang dijalankan Pialang L yang sangat perlu diperhatikan untuk meningkatkan kinerja pialang lain, yaitu : a. pelatihan secara kontinu baik bagi para nasabahnya maupun untuk wakil pialangnya. Bagi nasabah pelatihan ini bermanfaat sebagai acuan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam pemilihan investasi, bagi pialang bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi untuk memperoleh nasabah potensial dan untuk meningkatkan ketajaman analisis dalam penyaluran amanat nasabah. b. fasilitas dan sarana yang lengkap untuk memudahkan kegiatan pelayanan kepada nasabah dengan menggunakan sistem komputer pada proses administrasi dan pemantauan pergerakan harga di bursa secara online. Para nasabah juga disuguhi informasi lengkap Page 4/5

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) mulai dari ringkasan berita pasar, sampai berbagai referensi tentang perdagangan berjangka. c. giat melakukan seminar secara teratur untuk menggaet nasabah melalui acara talkshow di stasiun radio. Kegiatan sosialisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan nasabah mengenai perdagangan berjangka di bursa yang sebagai besar berlandaskan kepada kepercayaan nasabah. KESIMPULAN Kinerja pialang yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat efisiensi pialang dalam menjalankan bisnisnya. Pialang dikatakan efisien apabila ia memiliki score efisiensi relatif (Epp) sebesar 100%. Sedangkan pialang terbaik (best-practice) adalah pialang efisien yang memiliki nilai cross efficiency (Cp) terbesar tetapi memiliki nilai FPI terkecil. Karena hal ini menunjukan pialang tersebut telah menggunakan sumber daya internalnya secara maksimal untuk mendapatkan output yang optimal dibandingkan pialang lainnya ditinjau. Nilai efisiensi relatif yang ditunjukan pialang yang merupakan anggota BBJ, hanya tiga yang efisien (J,K,L) sedangkan pialang yang lainnya relatif kurang efisien disamping terdapat satu pialang yang memilki skor efisiensi di bawah 50%, hal ini menunjukkan kinerjanya sangat kurang dibanding yang lainnya. Pialang yang paling baik kinerjanya dan cocok untuk dijadikan benchmark (best practice) dari hasil tulisan ini adalah pialang L yang memiliki praktek-praktek terbaik untuk diaplikasikan oleh pialang lainnya, antara lain pelatihan secara kontinu baik bagi para nasabahnya maupun untuk wakil pialangnya, memiliki fasilitas dan sarana yang lengkap untuk memudahkan kegiatan pelayanan kepada nasabah dan giat melakukan seminar secara teratur, di samping memiliki latar belakang dan pengalaman yang cukup baik di bidang perdagangan fisik dari komoditi yang diperdagangkan di bursa. Selanjutnya kerangka kerja pengukuran efisiensi relatif dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dapat digunakan secara terus menerus untuk memantau dan melaporkan kemajuan upaya peningkatan kinerja para pialang secara bersama-sama oleh Badan yang berwenang mangawasi pialang ini. Proses ini dapat diterapkan juga untuk organisasi lainnya secara lebih luas. Page 5/5