BAB VI PENUTUP. mengenai bagaimana khalayak meresepsi tayangan tragedi Mina 2015.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V. Refleksi Hasil Penelitian

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode reception analysis. Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai konsumsi sehari hari seperti makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

ANALISIS RESEPSI PEMBACA RAMALAN ZODIAK DI ASK FM LIGHTGIVERS

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dianggap pasif karena pengaruh media pada saat itu didukung oleh munculnya

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat.

BAB IV PENUTUP. penonton Tuli (DAC Jogja) dan komunitas penonton non-tuli (MM Kine

Annisa Anggun 1 Indah Suryawati 2 ABSTRACT

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit

POLIGAMI DALAM FILM (ANALISIS RESEPSI AUDIENS TERHADAP ALASAN POLIGAMI DALAM FILM INDONESIA TAHUN )

KUESIONER PENGARUH PEMBAWA ACARA RADIO SHOW TV ONE TERHADAP MINAT MENONTON MAHASISWA FISIP USU

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah YouTube, yang berbentuk komunikasi massa audio visual. YouTube tidak

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

ABSTRAK. Nama : Anike Puspita Yunita NIM : D2C Judul : Persepsi Khalayak tentang Aksi Demonstrasi FPI di Surat Kabar Suara Merdeka

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, peran media massa sangat penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi semakin tinggi, maka beragam upaya dengan teknologi. pendukungnya pun semakin canggih. Manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

BAB III METODELOGI PENELITIAN. data menggunakan kata dan baris kalimat. Muhammad Nazir mendefenisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. kekuatan terbesar dalam membuat agenda setting bagi permisanya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan pada akhirnya informasi yang disampaikan oleh media, harus dipahami dalam

BAB IV PENUTUP. bab sebelumnya, selanjutnya pada bab ini terdapat beberapa poin

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dan masyarakat tak dapat di pisahkan, maka itu ada istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian reception analysis yang menggunakan model encodingdecoding

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam sturuktur sosial tidak lagi di taati, pranata sosial atau lembaga sosial,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB IV PENUTUP. Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS RESEPSI TOKOH ANGEL DI SITKOM TETANGGA MASA GITU? Oleh: Rani Oktavia Putri ( ) AB

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. konsep acara yang sama namun dengan kemasan yang sedikit berbeda dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB I PNDAHULUAN. digunakan dan berkembang, persentuhannya dengan bahasa-bahasa lain

MOTIVASI KHALAYAK DALAM MENONTON PROGRAM INFOTAINMENT SILET DI RCTI SKRIPSI. Disusun oleh : Indriyas Ratna Setyawati FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENERIMAAN KHALAYAK TERHADAP EKSPLOITASI WILAYAH DOMESTIK PESOHOR DALAM TALKSHOW HITAM PUTIH. Destika Fajarsylva Anggraini

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini, masyarakat kita disuguhi berulang-ulang berita

Hambatan. Komunikasi Massa. Sesi 8. Universitas Pembangunan Jaya

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB IV ANALISIS DATA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN TENTANG APLIKASI TRANSPORTASI ONLINE DI SURABAYA

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi telah ditunjang dengan kemajuan teknologi informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan tentunya pemerintah telah memberikan batasan-batasan dalam

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Ada beberapa catatan yang patut ditambahkan terkait dengan seluruh temuan dalam penelitian ini, yang selanjutnya akan merangkai utuh tesis yang berjudul Tayangan Tragedi Mina 2015 : Dalam Resepsi Calon Jamaah Haji Asal Kota Padang. Di Bab V telah diuraikan melalui analisa dekoding pembahasan mengenai bagaimana khalayak meresepsi tayangan tragedi Mina 2015. Pertanyaannya setelah mengetahui resepsi khalayak adalah mengapa? Jadi, penulis tak akan berhenti pada jawaban tergesa-gesa tersebut namun juga akan membahas hal-hal dibaliknya. Tidak hanya itu saja, dalam sub ini penulis juga akan memaparkan catatan lainnya sebagai benang merah dari bab-bab sebelumnya, sebagai abstraksi besar dari tesis ini. Oleh karena itu, setelah menganalisa bagaimana resepsi khalayak terhadap tayangan tragedi Mina 2015, penulis ingin menekankan bahwa khalayak secara umum dan dominan berada dalam posisi resepsi oposisi. Khalayak memang memiliki kecenderungan lain untuk meresepsi tayangan tragedi Mina 2015 secara terdominasi-hegemoni maupun negosiasi, namun kuatnya nilai-nilai budaya Minangkabau dan nilai-nilai Islam yang dipegang teguh dan dianut oleh calon jamaah haji asal Padang yang memiliki latar belakang budaya Minangkabau 97

membuat semacam way of life dari setiap tidakan dan perilakunya, termasuk dalam hal ini dalam meresepsi tayangan tragedi Mina 2015. Artinya, tidak semua khalayak dapat dengan mudah terbawa oleh arus teks/wacana atau kode-pesan yang dibawa oleh media massa khususnya Metro Tv yang beberapa waktu lalu cukup intens menanyangkan tragedi Mina tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan tayangan tragedi Mina 2015 bukan tidak mungkin bisa disisipi sebagai upaya propaganda dari media yang sangat sarat nuansa politisnya. Jangan-jangan tayangan ini hanyalah topeng dari upaya propaganda terselubung yang sedang dilakukan Metro TV melalui tayangan tragedi Mina 2015, terutama dalam mengejar rating, bisa saja demikian. Namun akhirnya posisi khalayak tetap beroposisi dengannya. Di sini dapat dilihat bahwa seperti yang sudah dipahami dalam konsep-konsep pemikiran yang telah dijelaskan di awal bahwa khalayak memiliki kuasa sendiri dalam proses dekoding. Artinya, setiap khalayak memiliki otoritas atau kekuasaan berpikir, berpendapat, berpihak yang tak bisa diganggu gugat. Kecenderungan umum resepsi khalayak yang didapati dalam penelitian ini yakni beroposisi. Atau Stuart Hall menyebutnya juga sebagai penerimaan diferensial (differential decoding) yakni dimana khalayak dapat melawan pengaruh ideologis dan dominannya media massa. Pada satu sisi khalayak dapat menerima kode-pesan yang disampaikan dari tayangan tragedi Mina 2015, tetapi pada sisi lain khalayak memiliki pemahaman di luar kode-pesan tersebut; misalnya tentang media itu sendiri, atau bisa jadi tentang apapun di luar media 98

tersebut yang mana lebih kontekstual. Khalayak juga memahami bahwa industri televisi (media) tidak hanya berorientasi mencari laba, tetapi juga memiliki kepentingan. Atau dalam ungkapan lain: media syarat kepentingan. Istilah kepentingan di sini tidak melulu harus dimaknai sebagai kepentingan ekonomi mencari laba saja, tetapi juga dapat dimaknai sebagai kepentingan politis dari orang-orang yang berada di balik media. Maka benar saja, hal tersebut terlihat jelas dalam pendapat calon jamaah haji dalam prosesi wawancara mendalam. Pemikiran ini bisa jadi sangat berpengaruh ketika khalayak meresepsi, dan sepertinya juga akan menjadi persoalan lain di mana resepsi khalayak tidak jauh dari hal ini. Misalnya, ada khalayak yang menilai siapa (tokoh) yang berada di balik media (Metro TV). Jadi, bagaimana khalayak menempatkan tayangan tragedi Mina 2015 dalam meresepsi, akhirnya membuat mereka cenderung untuk melihat siapa penguasa atau pemilik media. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kecurigaan khalayak terhadap persoalan ekonomi politik sudah menjadi satu bagian tersendiri dalam keseluruhan proses resepsi tayangan tragedi Mina. Maka dari itu, entitas media menjadi sebuah pertimbangan besar bagi khalayaknya ketika membaca/meresepsi pesan-pesan/teks media. 99

6.2 Saran Pada akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini dapat disempurnakan di kemudian hari. Hal ini karena terdapat keterbatasan dalam pembahasan ataupun keluputan yang penulis lakukan dalam penelitian ini. Perbincangan seputar khalayak dan program televisi tidak akan begitu saja habis dalam hitungan tahun. Demikian luas dan menariknya kajian khalayak serta kajian budaya di Indonesia yang mana dapat bersentuhan dengan kajian dalam bidang akademis lainnya seharusnya akan memperbanyak dan memperluas penelitian lain. Sebagai penutup, penulis berharap agar di kemudian hari hasil penelitian ini dapat lebih disempurnakan lagi atau minimal mendekati kata tersebut oleh peneliti-peneliti pengkaji khalayak. Hal ini disebabkan banyak keterbatasan pembahasan yang mungkin saja luput dalam penelitian ini. Meski demikian, diskusi tentang khalayak tidak akan selesai begitu saja apalagi jika sudah menyangkut persoalan identitas yang begitu kompleks. Di samping itu, kajian khalayak pun tidak kalah kompleks dibanding kajian-kajian lainnya dalam kajian media dan budaya. Dalam penelitian ini tidak membicarakan bagaimana media merumuskan pesan-kode kepada khalayak (enkoding), akan tetapi mencari tahu bagaimana khalayak mengkonsumsi sampai dengan meresepsi media (dekoding) dari pesan-pesan/teks media melalui produksinya. Apalagi pada penelitian ini terdapat beberapa pengambilan keputusan untuk membatasi kriteria pemilihan informan atau subjek penelitan (khalayak), sehingga dalam beberapa hal 100

penelitian ini bisa saja dianggap kurang begitu menarik. Akan tetapi, itulah warna lain yang ingin penulis hadirkan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, besar harapan jika penelitian-penelitian yang selanjutnya akan dilakukan hendaknya tidak membatasi secara ketat khalayak-khalayak yang akan dilibatkan. Karena peran khalayak dalam penelitian atau kajian khalayak sungguh sangat penting dan menentukan di samping penelitian pada media itu sendiri. Paling tidak, variasi pemilihan khalayak akan membuat warna lain dalam penelitian yang akan datang. Selain itu, semacam sebuah penegasan kembali, sejalan dengan tujuan dan semangat dari kajian budaya (cultural studies), bahwa dengan tulisan ini penulis berharap dapat membongkar topeng industri media yang telah membangun dan memelihara status quo terhadap masyarakat. Secara khusus semangat penulis lewat tulisan ini adalah membongkar relasi kuasa dan juga hegemoni wacana oleh Metro TV kepada khalayak televisi yang dilakukan melalui tayangan Tragedi Mina 2015. Melalui penelitian ini peneliti juga berpesan kepada khalayak, agar dalam memaknai pesan suatu tayangan media dengan baik, khalayak diharapkan dapat mengerti dan memahami setiap kode-kode pesan yang dicoba disampaikan oleh program/ tayangan tersebut secara lebih mendalam. Sebab, pemahaman terhadap kode demi kode tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pemaknaan keseluruhan pesan yang disampaikan oleh suatu tayangan. Penting bagi para khalayak untuk terlebih dahulu memaknai setiap hal yang disampaikan oleh tayangan/ program media secara lebih mendalam. Sebab, dengan memberikan 101

pemaknaan yang lebih mendalam terhadap tayangan media, sekiranya akan menghindarkan khalayak dari tujuan-tujuan bernada negatif yang ingin dicapai dari penayanganya tersebut. Diharapkan untuk ke depannya khalayak dapat memahami terlebih dahulu tentang ada apa sebenarnya dibalik penayangan sebuah tayangan media dan tidak menerima mentah-mentah begitu saja apa pun yang ditayangkan oleh media. Sebab, dibalik penayangan suatu tayangan pasti ada hal-hal tertentu yang dicoba disembunyikan oleh tayangan tersebut dari khalayaknya. Karena pada dasarnya media itu tidak bebas nilai (pamrih) dan memiliki berbagai kepentingan. 102