Fery Budianto * )., ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI SKRIPSI

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK YANG MENGIKUTI PROGRAM PLAYGROUP

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih,

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIYAH 50 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

Pengaruh Permainan Futsal Modifikasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 4-5 Tahun

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya yang dalam perkembangannya akan mengalami suatu perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Tumbuh kembang

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua.

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Pengaruh Permainan Edukatif Terhadap Perkembangan Pada Anak Di PAUD Cinta Bunda Desa Baran Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

PEMBERIAN STIMULUS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 5 TAHUN GIVING STIMULUS OF CHILDREN DEVELOPMENT AGES 3-5 YEARS OLD ABSTRAK

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

RELATIONSHIP OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EDUCATIONAL TOYS WITH DEVELOPMENT OF PRESCHOOL CHILDREN IN THE VILLAGE OF JOMBOR CEPER KLATEN

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang

ISSN Vol 5, November 2014

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

: RIZKA RATNA NURVITASARI

Hesti Dian Permata * ), Sri Hartini M.A.,** ), Rahayu Astuti*** )

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

Makalah By UNKNOWN. March 26. Edit Ms Word by Zahrotun Nisa PTIK_

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PRAKTEKPENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DI PAUD ANGGREK KABUPATEN PATI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 2 TAHUN DI DESA JEBOL KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA. Manuscript.

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU ABSTRAK

METODE PROYEK BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

PENGARUH SENAM IRAMA TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK ANAK USIA 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

Rewinda Avin Pangestika 1, Erni Setiyorini 1.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI VERBAL DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 116 BANGETAYU WETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kognitif yang berhubungan dengan fungsi intelektual (Syaodih, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN JURNAL. Oleh

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

HUBUNGAN STIMULASI DINI SENSORIS DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 2-3 TAHUN DI PAUD A LESTARI SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

HUBUNGAN ANTARA LATIHAN SENAM IRAMA DENGAN KEMAMPUAN GERAKAN TERKOORDINASI ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh Anisa Ayu Lestari ( )

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DENGAN PENDIDIKAN IBU

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TUGAS PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI TK INSAN CENDEKIA TULANGAN SIDOARJO TAHUN 2016 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN BITUNG KECAMATAN AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam

Transkripsi:

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN ANTARA YANG IKUT PAUD DENGAN YANG TIDAK IKUT PAUD DI KELURAHAN BANDARHARJO SEMARANG UTARA Fery Budianto * )., Ns. Sri Haryani S, S.Kep** ), Achmad Solechan, M.Si., M.Kom*** ) * ) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ** ) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang *** ) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ABSTRAK Anak adalah inividu yang unik dan bukanlah miniatur orang dewasa sehingga tidak dapat diperlakukan seperti orang dewasa. Anak memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang terutama perkembangan motorik kasar. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi, sebagai variabel independen dan variabel dependen. Jumlah sampel 80 responden, sampel anak yang ikut PAUD berjumlah 40 responden ini menggunakan total sampling Hasil penelitiannya menunjukan kategori melebihi sebanyak 31 anak dengan nilai presentase 38.8 dan kategori normal sebanyak 9 anak dengan nilai presentase 11.2. Sedangkan sampel anak yang tidak ikut PAUD berjumlah 40 responden ini menggunakan proporsionate simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan kategori melebihi sebanyak 8 anak dengan nilai presentase 10.0, kategori normal sebanyak 22 anak dengan nilai presentase 27.5, dan kategori terlambat sebanyak 10 anak dengan nilai presentase 12.5. Analisis menggunakan kolmogorov smirnov didapatkan bahwa variabel perkembangan motorik kasar didapatkan berdistribusi tidak normal dengan p = 0,000 (<0,05), uji korelasi yang digunakan adalah mann-whitney dan diketahui p value = 0,000 (<0,05) dan nilai Z -4,744 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara perkembangan motorik kasar pada anak usia 4-6 tahun antara yang mengikuti PAUD dengan anak yang tidak mengikuti PAUD di kelurahan Bandarharjo Semarang. Kata Kunci : Tumbuh Kembang Anak dan Perkembangan Motorik Kasar ABSTRACT Children are unique individual that aren t adult miniature so it can t be regarded as adult. Children need special interest to optimize development and growth specially coarse motoric development. Motoric development mean controlling body movement by center nerve, nerve, and coordinated muscle. Control comes from reflection development and mass activities when delivering. This descriptive correlation study consist of independent and dependent variable. 80 respondents considered as total sample was participated in this study, consist of 40 children in early preschool and 40 children with no early preschool. Result show 31 children (38,8) classified as exceed category and 9 children (11,2) classified as normal category. 40 children with no early preschool considered as proportionate simple random sample was participated in this study. Result show 8 children (10) classified as exceed category, 22 children (27,5) classified as normal category, and 10 children (12,5) as late category. Analyze with Kolmogorov smirnov it can conclude that coarse motoric variable was abnormal distribution with p value = 0,000 (<0,05), correlation test used was mannwhitney with p value = 0,000 (<0,05) and value of Z -4,744 so can conclude that there was a difference coarse motoric development in children 4-6 years old between early preschool and no early preschool in subdistrict Bandarharjo Semarang. Keywords : Child development, Gross motor development 1

PENDAHULUAN Anak adalah inividu yang unik dan bukanlah miniatur orang dewasa sehingga tidak dapat diperlakukan seperti orang dewasa. Anak memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur organ dalam otak. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yang bersifat progresif, teratur dan koheren (Hurlock, 2000,hlm.1). Seorang anak merupakan harapan orang tua sebagai penerus dan sesuai dengan tumpuan masa depan bangsa. Untuk mendapatkan anak yang sehat, cerdas dan sesuai dengan tumbuh kembangnya yang membutuhkan pemenuhan semua kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritualnya. Tumbuh kembang yang optimal bertujuan untuk menjadikan anak menjadi manusia yang berkualitas dengan tidak hanya sekedar tumbuh secara fisik namun juga berkemampuan untuk berdaya guna dan berhasil guna baik bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa serta umat manusia. Oleh karena itu, masa anak perlu mendapatkan perhatian (Cahyani dalam Hurlock, 2000,hlm.2). Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir (Wong, 2009, hlm.465). Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak belum bisa melakukan tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Bahayanya penyebab terlambatnya perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak. Kurangnya stimulasi terjadi karena terlambatnya motorik kasar yang disebabkan gangguan organis di otak yang berupa dispraxia yaitu mempunyai gangguan di pusatpusat tertentu yang mengalami kesulitan meski sudah terlatih (Tedjasaputra, 2003, hlm.466). Jumlah balita Indonesia yang sangat besar memiliki potensi yang tinggi jika dikembangkan secara optimal. Sebaliknya, kondisi ini juga dapat menjadi perhatian yang lebih dari berbagai pihak. Pendapat tersebut sangat beralasan. Mengapa demikian, karena perkembangan anak yang optimal pada usia dini akan menjadi penentu bagi tahap-tahap perkembangan yang selanjutnya (Rilantono dalam Nugroho, 2011, hlm.2 ). Berkaitan dengan hal yang diatas, Jalal dalam Nugroho (2009, hlm.2) menjelaskan bahwa beberapa penelitian menyebutkan bahwa masa usia dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Perkembangan kecerdasan anak berlangsung sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan. Sekitar 50 kapasitas kecerdasan yang dimiliki orang dewasa diperoleh ketika anak berusia 4 tahun, 80 diperoleh ketika anak yang berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berusia sekitar 18 tahun. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir berusia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulasi (rangsangan) pendidikan, untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki proses pendidikan yang lebih lanjut. Usia dini merupakan masa peka untuk menerima stimulasi (rangsangan) dan sangat menentukan bagi perkembangan individu selanjutnya (Aqib, 2011, hlm.14). Sedangkan menurut UU Nomor 20 Tahun (2003) pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakuan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1 ayat 14). Selain itu pada pasal 28 ayat 3 tertulis pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanakkanak (TK), Raudatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tutiek Herlina (2010) menyimpulkan bahwa presentase berkembangan pada anak usia 4-5 2

tahun yang ikut PAUD memiliki perkembangan normal sebanyak 79,3, sedangkan anak yang tidak ikut PAUD memiliki perkembangan normal sebanyak 51,60 hal itu menyatakan perkembangan anak yang ikut PAUD lebih banyak daripada yang tidak ikut PAUD. Hasil Chi-Square menyimpulkan adanya perbedaan perkembangan anak antara yang ikut PAUD dan tidak ikut PAUD di Desa Tepas, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Dari hasil penelitian Sari (2007) bahwa perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah tanpa PAUD didapatkan lulus 83,4 sektor motorik kasar. Sedangkan anak dengan ikut PAUD didapatkan lulus 100 sektor motorik kasar, maka dari itu pendidikan itu sangat penting dan sudah terbukti bahwa anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan perkembangan motoriknya lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Dari hasil studi pendahuluan di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara, masih ada anak usia 4-6 tahun yang tidak mengikuti program PAUD. Dari hasil wawancara pada lima orang yang memiliki anak usia pra sekolah 4-6 tahun dua orang tua diantaranya mengatakan bahwa pendidikan PAUD itu sangat penting karena menambah pengetahuan dan ketrampilan anak, serta melatih anak untuk mengembangkan motorik kasarnya. Sedangkan hasil wawancara pada tiga orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun mengatakan bahwa anak tidak perlu mengikuti program PAUD (TK) karena akan merepotkan orang tua, dari segi waktu dan biaya, karena mereka berpendapat bahwa selalu disibukkan dengan pekerjaan dan tidak sempat mengantar anak untuk sekolah di PAUD (TK). Mereka menginginkan anaknya langsung Sekolah Dasar (SD) saja demi menghemat biaya. Berdasarkan hasil observasi pengamatan yang di lakukan kelurahan Bandarharjo Semarang Utara, pada tiga anak usia 4, 5 dan 6 tahun yang tidak ikut PAUD (TK), rata-rata mengalami perlambatan pada perkembangan motorik kasarnya. Dimana pada usia tersebut anak-anak belum bisa lompat jauh dengan baik, berdiri satu kaki selama 5 detik dan melompat dengan satu kaki dengan baik. Sedangkan pada anak yang mengikuti sekolah PAUD (TK) rata-rata dapat melakukan tersebut seperti melempar bola ke atas, lompat jauh, berdiri satu kaki 1-6 detik dan dapat melompat dengan satu kaki dengan baik. Berdasarkan dari permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang adakah Perbedaan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 4-6 Tahun Antara yang Ikut PAUD dengan yang tidak ikut PAUD di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara? METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah comparative study atau studi perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari faktor-faktor apa, atau situasi bagaimana yang menyebabkan timbulnya suatu peristiwa tertentu. Rancangan penelitian yang digunakan cross sectional, mengambil tempat Tempat penelitiannya adalah di wilayah Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 Maret sampai 30 April 2013. Populasi penelitian ini adalah keluarga dan anak prasekolah di usia 4-6 tahun di Kelurahan Bandarharjo Semarang pada tahun 2013. Sampel berjumlah 80 orang. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel penelitian ini adalah Proporsionate Simple Random Sampling, pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi (Hidayat, 2007, hlm.32). Dalam pengumpulan data menggunakan Lembar Observasi Denver II (Adriana, 2011, hlm.25). Lembar observasi yang dimodifikasi dari lembar Denver II berisi 9 item. Uji untuk normalitas data menggunakan Kolmogorof-Smirnov, jumlah sampel yang digunakan lebih dari 50 responden. Sedangkan uji hipotesis penelitian Perbedaan perkembangan motorik kasar pada anak usia 4-6 tahun antara yang ikuti PAUD dengan yang tidak ikuti PAUD di Bandarharjo Semarang Utara digunakan uji mann-whitney. 3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Tahun 2013 Umur Jumlah Persentase 4 5 6 19 35 26 23,8 43,8 32,5 Total 80 100,0 Berdasarkan Tabel 5.1 diatas, menunjukkan bahwa dari 80 responden berdasarkan umur terbanyak 5 tahun dengan jumlah 35 responden (43,8). 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Tahun 2013 Jenis Kelamin Jumlah Persentase Perempuan Laki-Laki 38 42 47,5 52,5 Total 80 100,0 Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa dari 80 responden terbanyak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42 responden (52,5 ). 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di Kelurahan Bandarharjo Semarang UtaraTahun 2013 Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase PAUD Tidak PAUD 40 40 50,0 50,0 Total 80 100,0 Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, bahwa dari 80 responden berdasarkan pendidikan terakhir antara PAUD dan tidak PAUD menunjukkan nilai frekuensi yang sama yaitu 40 responden (50,0). 4. Perkembangan motorik kasar Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Perkembangan Motorik Kasar Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Tahun 2013 Perkembangan Jumlah Persentase Motorik Kasar Melebihi Normal Terlambat 39 31 10 48,8 38,8 12,5 Total 80 100,0 Berdasarkan Tabel 5.4 diatas, menunjukkan bahwa dari 80 responden memiliki perkembangan motorik kasar terbanyak dalam kategori melebihi dengan jumlah 31 responden (48,8). 5. Umur Responden Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Umur Responden Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Tahun 2013 Umur Responden Perkembangan Motorik Kasar Melebih Normal Terlambat Total i 4 Frekuensi 11 7 1 19 23.8 13.8 8.8 1.2 5 Frekuensi 26 4 5 35 43.8 32.5 5.0 6.2 6 Frekuensi 2 20 4 26 32.5 2.5 25.0 5.0 Tot Frekuensi al 39 31 10 80 100.0 48.8 38.8 12.5 Berdasarkan Tabel 5.5 diatas, bahwa dari 80 responden berdasarkan umur terhadap perkembangan motorik kasar menunjukkan frekuensi terbanyak umur 5 tahun dengan kategori melebihi sebanyak 26 responden (32,5). 4

42 6. Jenis Kelamin Responden Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Responden Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Tahun 2013 Jenis Kel Perekembangan Motorik Kasar Melebi Total hi Normal Terlambat Laki-Laki Frekuensi 16 19 7 42 Presentas e 20.0 23.8 8.8 52.5 Perempua Frekuensi n 23 12 3 38 Presentas e 28.8 15.0 3.8 47.5 Total Frekuensi 39 31 10 80 Presentas e 48.8 38.8 12.5 100.0 Berdasarkan Tabel 5.5 diatas, bahwa dari 80 responden berdasarkan jenis kelamin terhadap perkembangan motorik kasar menunjukkan frekuensi terbanyak pada jenis kelamin perempuan dengan kategori melebihi sebanyak 23 responden (28,8). 7. Pendidikan Terakhir Responden Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara Tahun 2013 Pendidikan Terakhir Perkembangan Motorik Kasar Total Responden Melebihi Normal Terlambat PAUD Frekuensi 31 9 0 40 50.0 38.8 11.2.0 Tidak Frekuensi 8 22 10 40 PAUD 50.0 10.0 27.5 12.5 Total Frekuensi 39 31 10 80 100.0 48.8 38.8 12.5 Berdasarkan Tabel 5.7 diatas, bahwa dari 80 responden berdasarkan pendidikan terakhir terhadap perkembangan motorik kasar menunjukkan anak yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik kasar sebagian besar dalam kategori melebihi sebanyak 31 responden (38,8), sedangkan anak yang tidak mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik kasar terbanyak dalam kategori normal sebanyak 22 responden (27,5). Perkembangan motorik kasar pada anak yang ikut PAUD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar sebagian besar dalam kategori melebihi sebanyak 31 responden (38,8), perkembangan motorik kasar kategori normal sebanyak 9 responden (11,2) dan tidak ada perkembangan motorik kasar kategori terlambat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perkembangan motorik kasar dalam kategori melebihi yang artinya anak dapat melakukan tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua. Ini terjadi karena sebagian besar anak usia 4-6 tahun sudah bisa melakukan pergerakan motorik kasar seperti anak dapat lompat jauh sesuai dengan garis yang di tentukan oleh pemeriksa, anak dapat berdiri 1 kaki 1 detik, anak dapat berdiri 1 kaki 2 detik, anak dapat melompat dengan 1 kaki, anak dapat berdiri 1 kaki 3 detik, anak dapat berdiri 1 kaki 4 detik, anak dapat berdiri 1 kaki 5 detik, anak dapat berjalan tumit ke jari kaki dan anak dapat berdiri 1 kaki 6 detik. Berdasarkan hasil penelitian diatas yang menunjukkan sebagian besar perkembangan motorik kasar dalam kategori melebihi, hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) dinyatakan berhasil. Sesuai dengan Kepmendikbud No. 0486/U/1992 BAB II Pasal 3 Ayat 1, tujuan penyelenggaraan TK yaitu membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta anak didik untuk pertumbuhan serta perkembangan di Taman kanak- kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Supartini, 2004, hlm.41). Pembinaan dalam PAUD dapat memberikan berbagai stimulus perkembangan motorik kasar bagi anak dimana stimulus didapatkan oleh pendidik atau guru. Dari hasil observasi peneliti didapatkan bahwa guru selalu melatih perkembangan motorik kasarnya pada saat dihari olahraga tertentu yang di laksanakan secara terus-menerus, sehingga menghasilkan motorik kasar dalam kategori melebihi yang artinya anak dapat melakukan tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua. Kategori normal artinya 5

anak dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan usianya dan tidak ada kategori keterlambatan berarti perkembangan motorik kasar yang ikut PAUD itu sangat baik. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir (Wong, 2009, hlm.465). Motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh (Soetjiningsih, 1995, hlm.30). Menurut Adriana (2011) Anak usia 4-6 tahun sudah bisa melakukan pergerakan motorik kasar sebagai berikut : melempar bola tangan ke atas, lompat jauh, berdiri 1 kaki 1 detik, berdiri 1 kaki 2 detik, melompat dengan 1 kaki, berdiri 1 kaki 3 detik, berdiri 1 kaki 4 detik, berdiri 1 kaki 5 detik, berdiri 1 kaki 6 detik. Perkembangan motorik kasar pada anak yang tidak ikut PAUD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak dalam kategori normal sebanyak 22 responden (27,5), perkembangan motorik kasar kategori terlambat sebanyak 10 responden (12,5) dan perkembangan motorik kasar kategori melebihi sebanyak 8 responden (10,0). Anak yang tidak ikut pendidikan anak usia dini (PAUD), hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak dalam kategori normal yang artinya anak dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan usianya, hal ini terjadi karena responden sebagian besar mampu melakukan pergerakan motorik kasar sebagai berikut : melempar bola tangan ke atas, lompat jauh, berdiri 1 kaki 1 detik, berdiri 1 kaki 2 detik, melompat dengan 1 kaki, berdiri 1 kaki 3 detik, berdiri 1 kaki 4 detik, berdiri 1 kaki 5 detik, berdiri 1 kaki 6 detik. Sedangkan hasil penelitian perkembangan motorik kasar kategori terlambat artinya anak tidak bisa melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda. Hal itu terjadi dimana pada usia tersebut anak-anak belum bisa lompat jauh dengan benar, berdiri satu kaki selama 6 detik dan melompat dengan satu kaki dengan benar karena anak kurang mendapat stimulasi. Kurangnya mendapat stimulasi dapat disebabkan karena anak tidak ikut pendidikan anak usia dini (PAUD), meskipun sebenarnya stimulasi juga dapat diperoleh dari bimbingan orang tua di rumah terdapat juga yang mengalami motorik kasar kategori terlambat. Hasil penelitian perkembangan motorik kasar dalam kategori melebihi yang artinya anak dapat melakukan tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena anak telah mendapat stimulasi dari orang tua di rumah dengan faktor lingkungan yang mendukung untuk dilakukan stimulasi selain faktor gizi, genetik, keluarga, umur, sosio ekonomi dan sebagainya. Perkembangan motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakangerakan tubuh yang memacu adrenalin. Unsur yang menentukan dalam perkembangan motorik adalah otot, saraf dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan perannya masingmasing secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang dan saling melengkapi dengan unsur-unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna (Tutiek, 2010, 9). Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor bawaan dan lingkungan. Faktor bawaan adalah sifat yang diturunkan kedua orang tuanya, misalnya bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan, dan sebagianya. Adapun faktor lingkungan adalah pengaruh luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut misalnya kesehatan gizi, pola asuh, pendidikan, dan lain sebagainya (Supartini, 2004, hlm.20). Aqib (2011, hlm.61) menjelaskan hasil penelitian mengemukakan bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak berlangsung sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan. Sekitar 50 kapasitas kecerdasan yang dimiliki orang dewasa diperoleh ketika anak berusia 4 tahun, 80 diperoleh ketika anak yang berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berusia sekitar 18 tahun sehingga para ahli menyebutkan periode perkembangan masa kanak-kanak sebagai masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali perkembangan kehidupan manusia. 6

Anak yang tidak mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) berarti anak tidak melalui pemberian stimulasi (rangsangan) pendidikan oleh guru, untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki proses pendidikan yang lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir berusia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulasi (rangsangan) pendidikan, untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki proses pendidikan yang lebih lanjut. Usia dini merupakan masa peka untuk menerima stimulasi (rangsangan) dan sangat menentukan bagi perkembangan individu selanjutnya (Aqib, 2011, hlm.14). Pada anak usia prasekolah untuk meningkatkan perkembangan otaknya dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian stimulasi, stimulasi adalah rangsangan yang datangnya dari luar anak, anak yang mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari pada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi dapat berupa latihan atau permainan, pemberian stimulasi diberikan sedini mungkin akan lebih efektif apabila sesuai dengan tahap perkembangan anak (Soetjiningsih, 1995, hlm.27). 8. Distribusi Hasil Uji Statistik Uji Analisis Tabel 5.9 Test Statistics a Perkembangan Motorik Kasar Mann-Whitney U 440.000 Wilcoxon W 1260.000 Z -4.744 Asymp. Sig. (2- tailed).000 Berdasarkan uji mann whitney, diketahui p value = 0,000 (<0,05) dan nilai Z sebesar - 4,744 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara perkembangan motorik kasar pada anak usia 4-6 tahun antara yang ikut PAUD dengan anak yang tidak ikut PAUD di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara. Hasil penelitian menjelaskan ada perbedaan perkembangan motorik kasar pada anak yang ikut PAUD dengan anak yang tidak ikut PAUD. Hal ini terjadi karena dengan ikut PAUD pada jalur formal ini seperti TK Aisyiyah Bustanul Athfal 08, anak akan mendapatkan stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan-kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Kemungkinan ada sebagian anak yang ikut pada PAUD jalur nonformal seperti Play Group (Kelompok Bermain), TPA (Tempat Penitipan Anak) sehingga anak mempunyai kemempuan motorik kasar yang melebihi ketika di TK. Sedangkan anak yang tidak ikut PAUD anak kurang mendapat stimulasi sejak dini, kebanyakan orang tua kurang mengetahui tentang motorik kasar sehingga membiarkan anaknya dapat berkembang dengan sendirinya tanpa distimulasi. Sebagian anak belum cukup berani bahkan tidak percaya diri untuk melakukan tugas perkembangan motorik kasarnya sehingga reaksi anak menimbulkan rasa ingin menangis dan menolak untuk melakukanya sehingga perkembangan motorik kasarnya menjadi terhambat. Sesuai hasil penelitian anak yang tidak ikut PAUD meskipun sebagian besar perkembangan motorik kasarnya normal, namun ada 10 anak yang perkembangan motorik kasarnya terlambat dan hanya 9 anak yang perkembangan motorik kasarnya melebihi itu artinya bahwa perkembangan motorik kasar yang ikut PAUD lebih bagus daripada yang tidak ikut PAUD. Hasil penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan Tutiek Herlina (2010) menyimpulkan bahwa presentase berkembangan pada anak usia 4-5 tahun yang ikut PAUD memiliki perkembangan normal sebanyak 79,3, sedangkan anak yang tidak ikut PAUD memiliki perkembangan normal sebanyak 51,60 hal itu menyatakan perkembangan anak yang ikut PAUD lebih banyak daripada yang tidak ikut PAUD. Hasil Chi-Square menyimpulkan adanya perbedaan perkembangan anak antara yang ikut PAUD dan tidak ikut PAUD di Desa Tepas, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. 7

Hasil penelitian juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007) bahwa perkembangan motorik kasar pada anak prasekolah tanpa PAUD didapatkan lulus 83,4 sektor motorik kasar. Sedangkan anak dengan ikut PAUD didapatkan lulus 100 sektor motorik kasar, maka dari itu pendidikan itu sangat penting dan sudah terbukti bahwa anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan perkembangan motoriknya lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Kemampuan motorik adalah kemampuan dari unsur kematangan gerak tubuh yang pengendaliannya dilakukan oleh pusat motorik di otak, dalam dua bentuk yaitu motorik halus dan motorik kasar yang diukur dengan menggunakan lembar DDST. Sedangkan motorik kasar merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh (Soetjiningsih, 1995, hlm.30). Faktor-faktor yang mendasari perkembangan motorik kasar dalam kategori melebihi, normal dan terlambat yaitu faktor internal seperti genetik dimana masing-masing potensi anak berbeda, terdapat anak yang mudah tanggap terhadap rangsangan dan sebaliknya. Selain itu juga faktor eksternal yang paling berpengaruh yaitu lingkungan pengasuhan atau asuhan dari orang tua dan stimulasi dari lingkungan keluarga dimana adanya keterlibatan orang tua dan keluarga memfasilitasi kebutuhan anak terhadap perkembangannya. Sedangkan adanya perbedaan perkembangan motorik kasar pada anak yang ikut PAUD dan yang tidak ikut PAUD ini dapat dipengaruhi oleh faktor pendukung dimana PAUD mendapatkan stimulasi yang lebih dari pendidik atau guru. Di sarankan untuk orang tua mengikutsertakan anaknya di PAUD terdekat karena usia dini sangat peka menerima stimulasi yang sangat menentukan bagi perkembangan individu anak sehingga perkembangan motorik kasar anak akan lebih baik maka dari itu anak diwajibkan ikut PAUD sebelum masuk proses pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini (PAUD) suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir berusia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulasi (rangsangan) pendidikan, untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki proses pendidikan yang lebih lanjut. Usia dini merupakan masa peka untuk menerima stimulasi (rangsangan) dan sangat menentukan bagi perkembangan individu selanjutnya (Aqib, 2011, hlm.14) Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan-kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal (Aqib 2011, hlm.13). Anak usia prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensipotensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah. Taman kanak- kanan adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Supartini, 2004, hlm.41). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik kasar pada anak yang ikut PAUD di Bandarharjo Semarang sebagian besar dalam kategori Melebihi sebanyak 31 responden (38,8) dan tidak ada keterlembatan, Perkembangan motorik kasar pada anak yang tidak ikut PAUD di Bandarharjo Semarang terbanyak dalam kategori Normal sebanyak 22 responden (27,5) dan ada keterlambatan, dan ada perbedaan perkembangan motorik kasar pada anak yang ikut PAUD dengan anak yang tidak ikut PAUD di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara. SARAN 1. Bagi Institusi Memperkenalkan PAUD pada jalur pendidikan formal sebagai salah satu menstimulasi tumbuh kembang anak untuk melakukan aktivitas sesuai dengan usianya agar terhindar dari perkembangan yang terlambat dan tercapainya perkembangan 8

lebih baik atau normal bahkan melebihi dari usianya. 2. Bagi PAUD Diharapkan para guru di tempat pendidikan formal Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal, Raudatul Athfal, atau bentuk lainnya yang sederajat selalu meningkatkan kompetensi dalam bidangnya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan perkembangan anak dan dapat memberikan stimulasi pada anak, guna membantu dalam memberikan asuhan pada anak kelompok umur prasekolah dalam mencapai perkembangan motorik kasar yang optimal. 3. Bagi Orang Tua Disarankan untuk orang tua mengikutsertakan anaknya ke PAUD sejak di usia dini, sehingga perkembangan motorik kasar anak akan berkembang sesuai dengan tahapnya. Maka dari itu bagi orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun untuk diwajibkan ikut PAUD sebelum masuk proses pendidikan lebih lanjut agar anak memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan Sekolah Dasar. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dalam penelitian ini memerlukan pendekatan yang baik kepada anak agar peneliti tidak dianggap orang asing. Peneliti jangan hanya melakukan observasi pada saat penelitian saja tanpa melihat pemberian stimulasi yang dilakukan orang tua di rumah tapi juga melakukan wawancara kepada orang tua tentang stimulasi yang telah diberikan. Lembar observasi menggunakan Denver II ini dianjurkan tiaptiap umur untuk anak usia 4 tahun sendiri, 5 tahun sendiri dan 6 tahun sendiri, sehingga akan mudah mengukur motorik kasarnya sesuai dengan tahapan usianya. DAFTAR PUSTAKA Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba Medika Depdikbud. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta Hidayat, A A. (2007).Metode penelitian kebidanan & teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika Hurlock, EB. (2000). Buku ajar perkembangan anak. Edisi I. Jakarta: Erlangga Nugroho, Heru Santoso. (2009). Denver Developmental Screening Test. Jakarta: EGC Sari, Prasetyatna. (2007). Studi Perbedaan Perkembangan Anak dari Play group dan tidak Play group. Magetan: Karya Tulis Ilmiah Kebidanan Politeknik Kesehatan Magetan Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC Supartini. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Tedjasaputra, Mayke S. (2001). Bermain dan permainan untuk pendidikan anak usia dini. Jakarta: PT Grasindo Tutiek, Herlina. (2010). Perbedaan perkembangan anak usia 4-5 tahun antara yang ikut PAUD dan tidak ikut PAUD. di peroleh tanggal 15 Desember 2012 Wong, et al. (2009). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta; EGC Aqib, zainal. (2011). Pedoman Teknik Penyelenggaraan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Bandung: Nuansa Aulia 9