Dalam Acara Deklarasi Pembangunan Zona Integritas. Menuju Wilayah Bebas Korupsi

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

SAMBUTAN DAN PENGARAHAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DALAM ACARA PENANDATANGANAN DOKUMEN PAKTA INTEGRITAS di

Ombudsman Republik Indonesia. Oleh YUNAFRI, SH. MHUM KEPALA PERWAKILAN OMBUDSMAN R.I SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN. Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang. Ombudsman Republik Indonesia menerangkan bahwa Reformasi

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2012

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 462/KMK.09/2004 TENTANG

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Usulan Strategi Makro REFORMASI BIROKRASI dan PENGAWASAN NASIONAL Pemerintahan Jokowi JK

BUPATI POLEWALI MANDAR

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BAGIAN I OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

PENGUATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/706/KPTS/013/2012 TENTANG

2012, No1294.

2 Korupsi di Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

Maret 2018 PELAYANAN PUBLIK PERPUSTAKAAN UMUM : BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

SOSIALISASI PEDOMAN MENTERI PAN DAN RB NOMOR 20 TAHUN 2012

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS (ZI) MENUJU WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM) KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KEPUTUSAN NOMOR : 70 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENETAPAN ZONA INTEGRITAS KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR

BAB I P E N D A H U L U A N

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

RANCANGAN PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah

Menteri adalah Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Transkripsi:

SAMBUTAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA Danang Girindrawardana Dalam Acara Deklarasi Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi Yth. Bapak Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB Yth. Bapak Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Yth. Bapak dan Ibu Pimpinan Lembaga Pemerintah dan Lembaga Negara Yth. Bapak dan Ibu undangan. Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Ombudsman Republik Indonesia, sebagai lembaga Negara yang mendapatkan amanat sebagai lembaga pengawas pelayanan publik, menyambut baik pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Kami memandang bahwa Zona Integritas sangat diperlukan bukan hanya bagi pemerintah namun juga lebih penting lagi adalah bagi masyarakat, karena apabila semua instansi pelayanan public menerapkan Zona Integritas akan bisa diharapkan kualitas pelayanan public meningkat. Saat ini kita menyaksikan Pencanangan Pembangunan Zona Integritas di lingkungan Kementerian PAN dan RB, maka sebenarnya ini adalah sebuah deklarasi yang sangat penting bahwa sejak saat ini seluruh individu dalam instansi Kementerian PAN dan RB adalah aparatur - aparatur yang dideklarasikan penuh dengan integritas. 1

Kami memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Menteri PAN & RB bersama jajaran atas inisiatif mengembangkan konsep Zona Integritas ini dan mengaplikasikannya dalam dimensi yang lebih luas. Tentu saja harapan kami agar Menteri PAN & RB bisa memaksa instansi Kementerian dan Lembaga Negara yang lain, termasuk seluruh Pemerintah Daerah melakukan hal yang sama, bukan hanya mendorong tetapi memastikan hal itu terjadi. Integritas dalam wilayah individu bisa dipahami sebagai individu yang memiliki kesatuan sikap mental + pikiran + tindakan yang selaras dengan nilai-nilai baik dan diyakini bermanfaat bagi dirinya sendiri dan organisasi sebagai bagian penting dari suatu lingkungan yang lebih besar. Dalam konsep tentang integritas terdapat kombinasi dari nilai-nilai kejujuran, loyalitas, komitmen dan niat perbaikan. Nilai-nilai ini bukan hanya berada didalam sikap mental atau pikiran diri individu tetapi musti muncul dalam bentuk tindakan yang kongruen. Sementara itu integritas dalam konteks organisasi adalah kesatuan integritas individu ditambah dengan nilai-nilai organisasi yang wajib diadopsi oleh setiap individu dalam organisasi itu. Tantangan yang perlu dijawab adalah bagaimana integritas dalam diri pribadi individu yang berada di dalam organisasi tersebut bisa selalu sejalan dengan nilai-nilai organisasi. Karena integritas individu-individu adalah refleksi performansi kinerja organisasi. Dengan pencanangan zona integritas bisa diharapkan terdapat perbaikan nyata di masa depan sebagai sebuah pondasi yang harus sangat kokoh yang dipegang teguh oleh para penyelenggara pemerintahan. Dengan integritas yang kokoh, bisa diharapkan terwujudnya pemerintahan yang bersih, berwibawa dan memiliki kinerja tinggi dalam penyelenggaraan pelayanan public. Dalam kesempatan ini, ijinkan kami menyampaikan beberapa harapan yang perlu kami haturkan dan perlu dipikirkan bahwa keberhasilan mewujudkan pemerintahan yang bersih dengan konsep Zona Integritas akan sangat dipengaruhi oleh, antara lain: 1. Kuantitas cukup penting. Bukan hanya kualitas aplikasi di sebuah pilot project instansi pemerintah, tetapi juga dari sisi kuantitas yaitu seberapa banyak diaplikasikan oleh seluruh instansi pemerintah. Semakin banyak Zona Integritas untuk mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi yang diaplikasikan akan semakin meningkatkan kredibilitas pemerintahan karena penyelenggaraan pelayanan public pasti akan semakin meningkat berkualitas. 2

2. Integritas sebaiknya menjadi obat anti alergi. Karena pada umumnya kita masih menderita alergi; yaitu misalnya alergi mencontoh praktek baik yang dilakukan orang lain. Ada sebuah kegundahan yang muncul dalam benak kami, jika hari ini Kementerian PAN & RB mencanangkan Zona Integritas di lingkungan sendiri, apakah kemudian dalam waktu dekat Kementerian lain akan mencanangkannya juga? 3. Zona Integritas prioritas di Tempat-tempat Strategis. Pencanangan ZI dan WBK dimasa kini, sebaiknya ditantangkan untuk aplikasi di lingkungan Kementerian, Lembaga Negara dan BUMN strategis yang dalam kinerjanya sangat mempengaruhi percepatan pertumbuhan kesejahteraan dan keadilan sosial. Investigasi Ombudsman Republik Indonesia menunjukkan terdapat praktek-praktek perumusan kebijakan public yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional karena telah nyatanyata berpihak kepada kepentingan sekelompok orang. 4. Integritas adalah Sustainability Commitment. Perlu dipahami bahwa integritas tidak terpisahkan dengan komitmen pucuk pimpinan. Masalahnya adalah pucuk pimpinan pemerintah dan pemerintah daerah adalah pejabat politik dengan batasan masa tugas. Maka Kementerian PAN dan RB perlu memikirkan cara agar sistem integritas yang sudah disusun oleh pimpinan sebelumnya bisa langgeng dan diperbaiki secara berkelanjutan. 5. Integritas sebagai Result Oriented Commitment untuk saya dan Anda. Masih terdapat budaya senang menugaskan namun susah mencontohkan. Berbagai Kementerian dan Lembaga Negara cenderung menciptakan program-program yang dipaksakan untuk diberlakukan di entitas pemerintahan daerah namun bukan untuk dilakukan oleh Kementerian atau Lembaga Negara itu sendiri; contoh Kebijakan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) yang juga menjadi amanat UU Pelayanan Publik, No 25 Tahun 2009, sudah lebih dari separo jumlah Pemerintah Daerah telah menjalankan PTSP meskipun belum sempurna, tetapi tidak ada satupun Kementerian dan Lembaga Negara yang melaksanakannya. 6. Penegakan kode etik sebagai Integrity Defence. Tentu nilai-nilai integritas bukan sekedar dicanangkan tetapi sekaligus perlu dipraktekkan dan terdapat pengawasan dalam upaya penegakan integritas itu. Karena masalah integritas tidak diatur dalam peradilan pidana, perdata atau tata Negara, maka salah satu entry point untuk penegakan integritas adalah perlu susunan kode etik yang disepakati bersama dan 3

dijaga dengan baik oleh entitas dewan kode etik untuk memastikan bahwa pelanggaran terhadap integritas adalah pelanggaran terhadap kode etik yang pantas diberi ganjaran. Perlu dipikirkan bagaimana entitas pemerintahan bisa mengadopsi hal ini. 7. Perbaikan hubungan pemerintah dengan masyarakat. Perlu dipercepat perumusan strategi implementatif agar keterlibatan masyarakat benar-benar menjadi bagian baik dalam rangka perumusan kebijakan public dan penyediaan Pejabat Pengelola Pengaduan Masyarakat, hal ini merupakan salah satu amanat UU Pelayanan Publik No 25 Tahun 2009, namun saat ini masih perlu upaya keras yang luar biasa untuk segera mewujudkan Peraturan Pemerintah tentang pelayanan public yang sampai hari ini belum terwujud. Demikian, pesan-pesan yang kami haturkan dalam kesempatan yang berbahagia ini. Sekali lagi kami mengucapkan selamat kepada Menteri PAN dan RB atas Deklarasi Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi di lingkungan Kementerian PAN dan RB. Semoga memercik inspirasi dan mendorong instansi lain agar segera mengadopsi best practice yang kita saksikan hari ini. Atas kurang lebihnya, kami mohon maaf dan haturkan terima kasih. Wassalammualaikum,wr.wb. Jakarta, Hotel Sahid, 17 April 2012 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Ketua, DANANG GIRINDRAWARDANA 4

Lampiran Sambutan Ketua Ombudsman RI Sekilas tentang Ombudsman Republik Indonesia Sebelum era reformasi, penyelenggaraan negara dan pemerintahan dipenuhi dengan praktik maladministrasi antara lain terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan tampaknya keadaan tersebut sampai sekarang masih terus berlanjut di era reformasi ini. Oleh sebab itu, reformasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan adalah conditio sine qua non demi terlaksananya penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif, effisien, jujur, bersih, terbuka, dan bebas dari praktik KKN. Penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya akan tercapai dengan peningkatan mutu aparatur penyelenggara negara/pemerintahan dan dengan menegakkan asas-asas pemerintahan umum yang baik. Untuk terwujudnya penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik dan upaya peningkatan pelayanan publik dan penegakan hukum, keberadaan lembaga pengawas eksternal yang efektif sangat diperlukan, apalagi mengingat kenyataan yang ada bahwa pengawasan internal yang dilakukan oleh lembaga pemerintah belum berjalan dengan baik dan jauh dari harapan masyarakat. Berdasarkan data dari Ombudsman RI, selama satu dasawarsa Ombudsman di Indonesia dengan berbagai keterbatasan (terutama sumber daya dan finansial), telah dapat menyelesaikan 8500 pengaduan masyarakat atau rata2 850 pengaduan /tahun. Angka tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan dengan Ombudsman di negara Yunani, dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, dapat menyelesaikan rata-rata 11.000 pengaduan masyarakat/tahun. Itulah sebabnya, untuk mengoptimalkan fungsi, tugas dan wewenang lembaga Ombudsman di Indonesia, diperlukan sebuah undang-undang yang mengatur lembaga tersebut, sesuai dengan amanat TAP MPR-RI Nomor VII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Salah satu rekomendasi dimaksud adalah perintah pembentukan undang-undang tentang Ombudsman. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia lebih memperkuat konsep ombudsman yang sudah tertanam di bumi tanah air kita selama hampir satu dasawarsa. Selain landasan hukumnya lebih kuat (landasan Keppres menjadi UU), juga kekuasaan dan wewenangnya pun 5

menjadi lebih besar, lebih kuat dan lebih luas. Pada sisi lain bentuknya juga berubah dari sebuah Komisi yang mandiri berubah menjadi lembaga negara yang mandiri dan permanen. Ombudsman RI merupakan lembaga negara mandiri yang menganut dan memegang teguh asas-asas Ombudsman universal. Dean Gotherer, seorang pakar Ombudsman dari Amerika dalam bukunya Ombudsman Legislative Resource Document menyatakan adanya 60 (enampuluh) asas-asas universal dalam konsep Ombudsman. Asas-asas yang paling utama adalah independence, impartiality, fairness, a credible review process and confidenciality. Asas independent merupakan hal yang esensial, dan dimuat sebagai sifat Ombudsman RI di dalam Pasal 2 UU Nomor 37 Tahun 2008 yang berbunyi: Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya. Asas-asas universal lainnya dapat juga dilihat pada Pasal 29 ayat (1) yang menyebutkan : Dalam memeriksa laporan, Ombudsman wajib berpedoman pada prinsip-prinsip independen, non-diskriminasi, tidak memihak, dan tidak memungut biaya, dan juga Pasal 30 ayat (1) yang mengatur bahwa Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan wajib menjaga kerahasiaan, kecuali demi kepentingan umum. Selain asas-asas universal yang diadopsi oleh Ombudsman RI, menurut Pasal 3 UU Nomor 37 Tahun 2008, Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan kepada asas-asas kepatutan, keadilan, non diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan, dan kerahasiaan. Landasan berpijak Ombudsman RI adalah dilihat dari tujuan Ombudsman RI itu sendiri. Pasal 4 UU Nomor 37 Tahun 2008 mengariskan secara jelas mengenai tujuan Ombudsman, yakni: a. mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil dan sejahtera; b. mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; c. meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik; 6

d. membantu menciptakan dan meningkatkan uapaya untuk pemberantasan dan pencegahan praktik-praktik maladministrasi, diskriminasi, korupsi, kolusi serta nepotisme; e. meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, serta supremasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan. Dalam konteks mewujudkan good governance dan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN, posisi Ombudsman RI adalah sebagai lembaga negara yang bertugas melakukan pencegahan terhadap praktik maladministrasi dan KKN melalui fungsi pengawasan eksternal terhadap pelayanan umum. Hal tersebut dikarenakan pelayanan umum merupakan entry point bagi praktik KKN, karena dari pelayanan publiklah interaksi antara warga negara dan penduduk dengan aparat penyelenggara negara dan pemerintahan berlangsung, dan dari situlah praktik KKN (terutama korupsi) dimulai. Mewujudkan good governance dengan melakukan langkah represif melalui penegakan hukum seperti yang selama ini dilakukan oleh KPK, Kejaksaan dan Polri tidak akan efektif, tanpa upaya pencegahan terhadap praktik maladministrasi dan KKN melalui fungsi pengawasan eksternal oleh Ombudsman RI. Di sinilah letak penting dan strategisnya peran Ombudsman RI dalam mewujudkan good governance. Sebelum reformasi, penyelenggaraan negara dan pemerintahan beroreintasi kepada kewenangan yang diwarnai praktik Maladministrasi (pengunaan kewenangan yang berlebihan, penyalahgunaan kewenangan, penundaan berlarut, peyimpangan prosedur, konflik kepentingan, tidak kompeten dan banyak mengarah terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme), sehingga mutlak diperlukan reformasi birokrasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan demi terwujudnya penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur, bersih, terbuka serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya dapat tercapai dengan peningkatan mutu aparatur penyelenggara negara dan pemerintahan dan penegakan asas-asas pemerintahan umum yang baik. Untuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan upaya meningkatkan pelayanan publik dan penegakan hukum diperlukan keberadaan lembaga pengawas eksternal yang secara efektif mampu mengontrol tugas penyelenggara negara dan pemerintahan. 7

Pengalaman keberadaan pengawasan internal yang dilakukan oleh pemerintah sendiri (inspektorat jenderal) dalam implementasinya ternyata belum memenuhi harapan masyarakat, baik dari sisi objektifitas maupun akuntabilitasnya. Dari kondisi di atas, Ombudsman RI diberikan tugas membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme serta meningkatkan perlindungan hak masyarakat agar memperoleh pelayanan publik, keadilan, dan kesejahteraan sehingga diharapkan dapat terwujud adanya zona integritas menuju wilayah bebas korupsi pada setiap kementerian/lembaga, terutama penyelenggara pelayanan publik. Catatan Poin-poin Kewenangan Ombudsman Republik Indonesia Ombudsman Republik Indonesia yang sebelumnya bernama Komisi Ombudsman Nasional sejak tahun 2000, dilahirkan kembali dengan Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2008 dan diperkuat dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Bahwa kedua Undang-undang tersebut adalah upaya nyata pembenahan yang dilakukan Negara demi terciptanya perbaikan kualitas pelayanan publik. Kedua buah Undang-undang tersebut memberikan kewenangan terhadap Ombudsman Republik Indonesia dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelaksanaan pelayanan publik oleh Penyelenggara Negara dan Pemerintah. Kewenangan-kewenangan tersebut kami sampaikan sebagai berikut: 1. Berwenang menjatuhkan rekomendasi yang sifatnya wajib dilaksanakan (legally binding) oleh penerima rekomendasi (Ayat 1, Pasal 38, UU 37 Tahun 2008). 2. Berwenang mengajukan saran perubahan atau perbaikan terhadap peraturan perundangundangan yang menyangkut masalah pelayanan publik baik kepada Presiden, DPR, serta Kepala Daerah dan DPRD, termasuk pelayanan publik yang dilakukan oleh BUMN, BUMD dan BHMN. 8

3. Berwenang untuk menjatuhkan sanksi sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 4. Berwenang menghadirkan secara paksa Terlapor, Pelapor ataupun Saksi yang telah dipanggil 3 (tiga) kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan (Pasal 31 UU 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI dan MOU antara Ombudsman Republik Indonesia dengan Kepolisian RI). 5. Dapat melakukan pemeriksaan ke objek pelayanan publik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pejabat atau instansi yang dilaporkan, (Pasal 34, UU 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI). 6. Berwenang memeriksa dokumen-dokumen terkait yang diperlukan dari instansi manapun untuk melakukan pemeriksaan laporan atau berdasarkan inisiatif investigasi sendiri oleh Ombudsman (huruf b, ayat 1, pasal 8 UU 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI). 7. Ancaman pidana bagi setiap orang yang menghalangi Ombudsman dalam melakukan pemeriksaaan, dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.1 milyar (Pasal 44, UU 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI). 8. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Ombudsman Republik Indonesia diperkuat dengan pasal imunitas, yaitu tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut atau digugat di muka pengadilan (Pasal 10, UU 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI). ------------------------------------------------ 9