BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Hukum Waris Adat bersifat pluralisme menurut suku-suku

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA 1 Oleh : Erni Bangun 2

BAB I PENDAHULUAN. lainnya sejalan dengan kebudayaan masyarakat masing-masing. 1 Banyak faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. ratus) pulau-pulau yang tersebar di nusantara, masyarakat Indonesia terbagai

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibentuklah peraturan hukum untuk mengatur kepentingan manusia. 1

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEWARISAN DITINJAU DARI SISTEM HUKUM KEKERABATAN ADAT

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ADAT STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB I PENDAHULUAN. tata cara pergaulan hidup kemasyarakatan termasuk mempertanggung

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan adanya konsep dan asas-asas hukum yang berasal dari. hukum adat. Hukum adat merupakan salah satu sumber yang penting

BAB I PENDAHULUAN. istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB III METODE PENELITIAN. mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul. 1 Berdasarkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

ANALISIS TENTANG STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM KEWARISAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ADAT

TUGAS MATA KULIAH HUKUM WARIS ADAT PERBEDAAN IMPLEMENTASI HUKUM WARIS ADAT DI BERBAGAI SUKU SUKU ADAT DI INDONESIA. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

ANALISIS TENTANG STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM KEWARISAN ISLAM DAN HUKUM KEWARISAN ADAT. Akhmad Haries STAIN Samarinda

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

KEDUDUKAN JANDA DALAM HUKUM WARIS ADAT PADA MASYARAKAT PARENTAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB II PENGATURAN HUKUM PENGALIHAN TANAH YANG DIPEROLEH KARENA PEWARISAN BAGI AHLI WARIS YANG BERSTATUS DI BAWAH UMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS. (BW). Ketiganya mempunyai ciri dan peraturan yang berbeda-beda, berikut

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

Judul : Peran Perempuan dalam Penerapan Sistem hukum Waris Adat Pada Masyarakat Lampung di Kepaksian Buay Pernong

I. PENDAHULUAN. adalah satu yaitu ke Indonesiaannya. Oleh karena itu maka adat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Khatulistiwa terdiri dari beraneka ragam suku bangsa, bahasa daerah, adat, kebudayaan yang berbeda-beda dan tersebar dari Sabang

SUATU TELAAH TENTANG KEBERADAAN ANAK SUMBANG DALAM MEWARIS DI LIHAT DARI ASPEK HUKUM ADAT. Oleh : H. Iman Hidayat, SH.MH

HUKUM WARIS DI INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT

KEDUDUKAN JANDA TERHADAP HARTA BERSAMA MENURUT HUKUM WARIS ADAT JAWA

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan. Manusia harus meninggalkan dunia fana. kekayaannya beralih pada orang lain yang ditinggalkannya.

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

PENDAHULUAN. Lili Rasyidi, Hukum sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1988, hlm

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website :

Oleh : Rena Megawati. Mahasiswi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan.

1 Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, CV Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm.

Diskusi Mata Kuliah Perkumpulan Gemar Belajar Pengertian Hukum Adat, Waris dan Kedewasaan dalam Hukum Adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

SISTEM PEWARISAN APABILA PEWARIS DAN AHLI WARISNYA MENINGGAL DUNIA PADA SAAT BERSAMAAN DITINJAU BERDASARKAN KITAB UNDANG -UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai wilayah perairan yang dikelilingi oleh samudra-samudra yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Didalam masyarakat yang sedang berkembang seperti sekarang ini, kebutuhan

BAB IV HUKUM DAN SISTEM PE WARISAN ADAT

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda hanyalah sifat atau tingkat perubahannya. Perubahan pada masyarakat ada yang terlihat dan ada yang tidak terlihat, ada yang cepat dan ada yang lambat, dan perubahan-perubahan itu ada yang menyangkut hal yang fundamental dalam kehidupan masyarakat, hal ini disebabkan manusia tidak hanya merupakan kumpulan sejarah manusia melainkan tersusun dalam berbagai kelompok dan pelembagaan, sehingga kepentingan masyarakat menjadi tidak sama dan jika ada kepentingan yang sama maka mendorong timbulnya pengelompokan diantara mereka, maka dibentuklah peraturan hukum untuk mengatur kepentingan manusia. 1 Dari segi terbentuknya maka hukum dapat berupa hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, dan di Indonesia hukum tidak tertulis dikenal dengan Hukum Adat 2 yang tumbuh dari cita-cita dan alam pikiran masyarakat Indonesia, dan menurut Soepomo bahwa corak atau pola-pola tertentu dalam hukum adat yang merupakan perwujudan dari struktur kejiwaan dan cara berfikir yang tertentu adalah: 3 1. Mempunyai sifat kebersamaan yang kuat artinya manusia menurut hukum adat merupakan bentuk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat rasa kebersamaan. 2. Mempunyai corak magis religius yang berhubungan dengan pandangan hidup alam Indonesia. 1 Abdul Manan, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Meda Group, 2005), hal 71 2 Ibid hal. 19 3 R. Soepomo. Sistem Hukum Di Indonesia, Sebelum Perang Dunia Kedua, (Jakarta: Prandya Paramita, Cet. 15, 1997), hal 140-141

3. Sistem hukum itu diliputi oleh pikiran serba konkrit, artinya hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya hubunganhubungan hidup yang konkrit tadi dalam mengatur pergaulan hidup. 4. Hukum adat mempunyai sifat visual artinya hubungan-hubungan hukum hanya terjadi oleh karena ditetapkannya dengan suatu ikatan yang dapat dilihat. Bangsa Indonesia yang menganut berbagai macam agama yang berbedabeda mempunyai bentuk-bentuk kekerabatan dengan sistem keturunan yang berbeda-beda. 4 Secara teoritis sistem keturunan itu berhubungan dengan pembagian harta warisan yang ada pada masyarakat adat di Indonesia. Adapun sistem kekerabatan masyarakat adat di Indonesia dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: 5 1. Susunan kekerabatan Patrilineal, yaitu yang menarik garis keturunan dari pihak laki-laki (bapak) dimana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan wanita di dalam pewarisan. 2. Susunan kekerabatan Matrilineal, yaitu yang menarik garis keturunan dari pihak perempuan (ibu) dimana kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan pria dalam pewarisan. 3. Susunan kekerabatan Parental, yaitu dimana garis keturunan pada masyarakat ini dapat ditarik dari pihak kerabat bapak maupun dari kerabat ibu, dimana kedudukan pria maupun kedudukan wanita tidak dibedakan di dalam pewarisan. 4 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal 23 5 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: Haji Masagung, 1987), hal 129-130

Hukum Waris Adat itu meliputi aturan-aturan hukum yang bertalian dengan penerusan dan peralihan kekayaan material dan immaterial dari keturunan ke keturunan. 6 Hukum Waris Adat di Indonesia sangat dipengaruhi oleh prinsip garis keturunan pada masyarakat bersangkutan yang berpengaruh terhadap penetapan ahli waris pembagian maupun bagian harta peninggalan yang diwariskan. Adapun sistem pewarisan yang dikenal dalam hukum adat yaitu : 7 1. Sistem Pewarisan Individual, yaitu sistem pewarisan yang menentukan bahwa para ahli waris mewarisi secara perorangan. 2. Sistem Pewarisan Kolektif, yaitu sistem pewarisan yang menentukan bahwa ahli waris mewaris harta peninggalan secara bersama-sama (kolektif), sebab harta peninggalan yang diwarisi itu tidak dapat dibagibagi pemilikannya kepada masing-masing ahli waris. 3. Sistem Pewarisan Mayorat, yaitu sistem pewarisan dimana penerusan dan pengalihan hak penguasaan atas harta warisan itu dialihkan dalam keadaan tidak terbagi-bagi dari pewaris kepada anak tertua laki-laki (mayorat lakilaki) atau anak tertua perempuan (mayorat perempuan) yang merupakan pewaris tunggal dari pewaris. Salah satu sifat hukum adat termasuk hukum waris adat adalah dinamis artinya selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan pewarisan pada masyarakat sebagai suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Istilah ini dipakai untuk menyatakan perbuatan meneruskan harta 6 Ter Haar, Asas-Asas Dan Susunan Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1991), hal 202 7 Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW, (Bandung: Aditama, 2005), hal 43

kekayaan yang akan ditinggalkan pewaris atau perbuatan melakukan pembagian harta warisan kepada para warisnya, jadi ketika pewaris masih hidup, pewarisan berarti penerusan atau penunjukan dan setelah pewaris wafat pewarisan berarti pembagian harta warisan. 8 B. Rumusan Masalah Dalam pembuatan suatu karya ilmiah khususnya skripsi, maka untuk mempermudah penulis dalam pembahasan perlu dibuat suatu permasalahan sesuai dengan judul yang diajukan penulis. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana hak mewarisi anak perempuan menurut hukum adat Angkola di Sipirok? 2. Bagaimana pergeseran nilai hukum adat terhadap hak mewarisi anak perempuan pada masyarakat Angkola di Sipirok? 3. Hambatan hambatan apa yang ada dalam hak mewarisi anak perempuan pada masyarakat Angkola di Sipirok? C. Tujuan Penulisan Permasalahan hak waris dalam hukum adat ini sangat luas cakupannya dan tidak pernah habis-habisnya untuk dibicarakan karena masalahnya sangat kompleks dan sifatnya bersifat kekeluargaan, baik ditinjau dari dasar pemikiran dan pelaksanaannya di setiap daerah-daerah karena memiliki adat dan peraturan yang berbeda dan beraneka ragam. Dan secara singkat tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 8 Hilman Hadikusuma, Op.cit, hal 13

1. Untuk memenuhi dan melengkapi syarat kesarjanaan hukum pada jurusan Hukum Keperdataan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui hak mewarisi anak perempuan menurut hukum adat Angkola di Sipirok. 3. Untuk mengetahui pergeseran nilai hukum adat terhadap hak mewarisi anak perempuan pada masyarakat Angkola di Sipirok. 4. Untuk mengetahui hambatan apa yang ada dalam hak mewarisi anak perempuan pada masyarakat Angkola di Sipirok. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah : 1. Secara Teoritis Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuaan hukum keperdataan, khususnya terkait mengenai hak mewarisi anak perempuan pada masyarakat angkola di sipirok dan dikaitkan dengan hukum adat dan juga hukum waris islam dan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2. Secara praktis Memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang hak mewarisi anak perempuan pada masyarakat angkola di sipirok. kepada Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi sesama rekan-rekan mahasiswa.

E. Metode Penelitian Untuk mengetahui data yang dipergunakan dalam penulisan ini maka penulis mempergunakan 2 (Dua) metode: 1. Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan yaitu buku-buku, majalah hukum, pendapat para sarjana dan juga bahan-bahan kuliah, jurnal-jurnal hukum dan peraturan perundang-undangan yang terkait. 2. Field Research (Penelitian Lapangan) yaitu dengan melakukan kelapangan dalam hal ini penulis langsung mengadakan penelitian pada masyarakat angkola dengan mewawancarai bagaimana tentang kedudukan perempuan dalam hal pembagian harta warisan dan tentang gambaran umum masyarakat angkola di sipirok. F. Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran kepustakaan dengan membaca literature buku yang terkait dan informasi yang ada khususnya dilingkungan Universitas Sumatera Utara, tulisan (skripsi) mengenai hak waris, hak waris islam, dan hak waris dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan dengan mencari informasi dari narasumber yaitu masyarakat angkola yang berada di sipirok sebagai bahan tambahan tentang hak waris perempuan tersebut di daerah sipirok, sehingga keaslian tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan.

G. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan proses pembahasan tulisan dan membantu penulis dalam penguraiannya, maka keseluruhan dari isi skripsi ini dirangkum dalam sistematika penulisan sebagai suatu paradigma berpikir. Dengan pedoman pada sistematika penulisan karya ilmiah pada umumnya maka penulis berusaha untuk mendeskripsikan gambaran umum yang berhubungan dengan cakupan skripsi ini, sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Didalam bab ini diuraikan mengenai pendahuluan pengantar yang mengantarkan kita menuju uraian-uraian selanjutnya. Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, dan Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS ADAT Terdiri dari tentang Pengertian Dan Macam-Macam Harta Warisan, Sistem Pewarisan Menurut Hukum Adat, Unsur-Unsur Pewarisan, Pengertian Pewaris dan Ahli Waris. BAB III : KEDUDUKAN ANAK PEREMPUAN TERHADAP HARTA WARISAN Bab ini secara umum membahas tentang Kedudukan Anak Perempuan Terhadap Harta Warisan Menurut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Kedudukan Anak Perempuan Terhadap Harta Warisan Menurut Hukum Islam, Kedudukan Anak Perempuan Terhadap Harta Warisan Menurut Hukum Adat, dan Kedudukan Anak Perempuan Terhadap Harta Warisan Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 179/K/SIP/1961.

BAB IV : HAK MEWARISI ANAK PEREMPUAN MENURUT HUKUM WARIS PADA MASYARAKAT ADAT ANGKOLA DI SIPIROK Bab ini secara umum akan membahas tentang: Gambaran Umum Desa Sipirok, Tapanuli Selatan, Hak Mewarisi Anak Perempuan menurut Hukum Adat Angkola di Sipirok, Bagian Harta Untuk Anak Perempuan menurut Hukum Adat Angkola Di Sipirok, Pergeseran Nilai Hukum Adat Terhadap Hak Mewarisi Anak Perempuan Pada Masyarakat Angkola di Sipirok dan Hambatan Hak Mewarisi Anak Perempuan Pada Masyarakat Angkola di Sipirok. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir yang menutup seluruh pembahasan dalam skripsi ini, dalam bab ini penulis mencoba merumuskan kesimpulan yang merupakan inti dalam pembahasan yang diuraikan pembahasan sebelumnya pada bab-bab terdahulu yang merupakan pembahasan sebelumya, selanjutnya di ikuti dengan saran-saran seperlunya. DAFTAR PUSTAKA