BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat memenuhi tujuan yang akan dicapai.

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PERSEPSI PASIEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PADA RUMAH SAKIT ISLAM YARSI PONTIANAK Nurmalasari 1, Latifah 2

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Rosliana Dewi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang

BAB V HASIL DAN ANALISA

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN JASA KESEHATAN (STUDI PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK)

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN YANG MENGUNJUNGI SOLO GRAND MALL SURAKARTA

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH ATAS KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS PADA BANK SWASTA DI RIAU) Fenny Trisnawati & Lukman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari perusahaan. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Berikut deskripsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Statistics. Kinerja Berwujud. N Valid Missing 0 0. Mean Std. Deviation

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

III. METODOLOGI PENELITIAN

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 51-62

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanannya agar mampu bertahan dan bersaing dengan perusahaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Konsumen

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA TERHADAP LOYALITAS PASIEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI. Rosmawati

BAB III METODE PENELITIAN. survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. sebagaimana adanya yang ditemui di lapangan.

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap Pada RS. Delima Asih Sisma Medika Karawang. Abstrak

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN UNTUK MENILAI TINGKAT KEPUASAN NASABAH PT. BANK RAKYAT INDONESIA UNIT GENTENG BANYUWANGI. Rinawati Anwar Rudi Kusubagio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Adi Sopian pada tahun 2004 yang berjudul Analisis Tingkat Kepuasan

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DALAM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT JALAN RS ADENIN ADENAN MEDAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran kepuasan..., Venty Rahma Ayunda, FKM UI,

Analisis kepuasan konsumen terhadap pelayanan pada PT. Rosalia Express. Oleh : Niken Pusporini NIM F BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian, jenis penelitian, definisi konseptual, definisi operasional,

tertinggi berdasarkan susunan hirarki yang dikembangkan. Perhitungan yang pengolahan dan penilaian analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. domestik maupun di pasar internasional. Fenomena ini semakin menyadarkan para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diinginkan pelanggan sehingga kepuasan pelanggan bisa terwujud (Panca, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Non Praktek Dokter di Kuta Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I

BAB V ANALISA HASIL Analisa Hasil Tingkat Kepuasan Responden. selanjutnya adalah menganalisa hasil yang telah diperoleh berupa nilai kepuasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI SKALA PRIORITAS PERBAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI DI JAKARTA. P.H. Saragi.

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka. yang diberikan bagian Klinik Anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PENGUKURAN KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP PELAYANAN INSTITUSI PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. widya husada. Penelitian ini dilakaukan diakper widya husada

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan hukum yang

Transkripsi:

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan 2.1.1 Pengertian Pembimbing Klinik Keperawatan Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah pembimbing atau guru perawat (nurse teacher). Kegiatan pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar dalam konteks pelayanan nyata. Maksudnya mahasiswa belajar memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut. Mahasiswa belajar bekerja sesuai dengan standar pelayanan profesi keperawatan. Selama proses pembelajaran klinik keperawatan terjadi proses interaksi antara pembimbing klinik, mahasiswa, dan pasien. Ketiga komponen ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran praktek klinik keperawatan. Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek. Pembimbing klinik adalah seorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayanan atau pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah sakit (Akbar, 2006). Hal ini sesuai dengan pendapat. Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri, 12

13 penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Asyahadi, 2004). 2.1.2 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan Pusdiknakes (2004) dalam Martono (2009), menetapkan tugas yang dapat dikerjakan pembimbing klinik dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik yaitu : 1. Merumuskan tujuan pembelajaran praktek klinik 2. Menentukan indikator pencapaian target kompetensi praktek 3. Mengidentifikasi tempat praktek klinik 4. Mengidentifikasi dan menentukan peralatan atau sumber yang diperlukan selama pembelajaran praktek klinik 5. Memfasilitasi mahasiswa memperoleh target kompetensi dan alat-alat yang digunakan 6. Memecahkan masalah belajar praktek 7. Membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama mengikuti pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja mahasiswa 8. Memberikan contoh pelayanan keperawatan terhadap pasien secara nyata kepada mahasiswa 9. Melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktek klinik

14 10. Membuat laporan pembelajaran praktek klinik. 2.1.3 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan Berdasarkan Pedoman Bimbingan Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar (2010), peran pembimbing klinik yaitu sebagai narasumber, perencana, fasilitator, motivator, role model, demonstrator, evaluator dan change agent. Peran dalam bidang dunia keperawatan merupakan cara untuk menyatakan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan, penelitian dan dapat mengembangkan asuhan keperawatan dalam membina kerjasama dari tenaga kesehatan lainnya serta dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam melakukan tindakan. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam kaitannya dengan statusnya dalam masyarakat (Asmadi, 2008). Secara umum Peran dan fungsi Pembimbing klinik menurut Asmadi (2008), yaitu : 1. Sebagai educator (guru/pendidik) Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik Memberi pendidikan dan pemahaman kepada mahasiswa dalam bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan. Biasanya dalam ruang perawat dikenal dengan pembimbing klinik yang berperan dalam memberikan pendidikan kepada para mahasiswa keperawatan yang sedang menjalankan praktek keperawatannya di RS / Puskesmas.

15 2. Sebagai care giver (pemberi asuhan keperawatan) Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. 3. Sebagai Role Model Perawat sebagai pembimbing klinik harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat. Selain itu perawat juga dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik atau mahasiswa tentang bagaimana cara bertingkah laku maupun dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar. Menurut Soeratri (2013), peran seorang pembimbing klinik keperawatan sebagai educator dalam praktek klinik keperawatan dibagi menjadi 4 yaitu:

16 1. Sumber informasi Sebagai sumber informasi seorang pembimbing klinik keperawatan harus memiliki pengetahuan/keterampilan/pengalaman lebih banyak dalam hal praktek klinik keperawatan dibandingkan mahasiswa. Selain itu pembimbing klinik keperawatan juga dapat dijadikan sumber informasi yang dapat dihandalkan yang diperkaya dengan modul-modul seperti SAK sebagai acuan membimbing mahasiswa. 2. Sebagai motivator Sebagai pembimbing klinik keperawatan sebaiknya dapat menjadi motivator bagi mahasiswanya dengan menggunakan pendeketan ARDS yaitu attention (memberikan perhatian kepada mahasiswa), relevance (memiliki keterkaitan antara ilmu dengan motivasi), convidence (memiliki rasa percaya diri), satisfaction (ilmu yang diberikan kepada mahasiswa dapat menimbulkan rasa puas bagi seorang clinical instructor). 3. Sebagai Fasilitator Sebagai seorang pembimbing klinik keperawatan diharapkan tidak hanya mengajar mahasiswa tetapi mampu memfasilitasi mahasiswa untuk mencapai target kompetensi yang ditetapkan. 4. Sebagai Evaluator Pembimbing klinik keperawatan diharapkan mampu mengevaluasi apakah yang dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.

17 Pembimbing klinik keperawatan juga harus mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa dan mengevaluasi proses belajar mengajar. 2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Peran Pembimbing Klinik Keperawatan Peran dipengaruhi oleh berbagai faktor dibawah ini yang terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran. Faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal, yaitu: 1. Faktor Internal a. Pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang memperoleh informasi pula mereka menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. c. Umur Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada

18 empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa. d. Minat Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. f. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. 2. Faktor Eksternal a. Kebudayaan Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

19 lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang. b. Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru (Hannie, 2007). 2.1.5 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan Berdasarkan Pedoman Bimbingan Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar (2010), tugas seorang pembimbing klinik yaitu: 1. Melakukan orientasi ruangan, pasien, alat, tata tertib, SOP dan hal lain sesuai dengan kondisi ruangan 2. Membagi mahasiswa sesuai dengan target kompetensi dan situasi ruangan 3. Bersama CT membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa dan melakukan evaluasi 4. Menandatangani pencapaian target kompetensi mahasiswa 2.1.6 Pengukuran Peran Menurut Azwar (2005), pengukuran peran dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana responden tersebut termasuk. Menurut Riwidikdo (2009), ketentuan pembagian tersebut menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan

20 simpangan baku (standar deviasi). Apabila kita mengkategorikan dalam lima kategori, sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang, maka parameter yang digunakan yaitu: 1. Sangat baik, bila x > mean + 1,5 SD 2. Baik, bila mean + 0,5 SD < x < mean +1,5 SD 3. Cukup baik, bila mean 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD 4. Kurang baik, bila mean 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD 5. Sangat kurang Baik, bila x < mean 1,5 SD Mean adalah jumlah nilai seluruh responden dibagi jumlah responden SD= x 2 ( xi ) 2 Keterangan: n n-1 SD: Standar Deviasi xi: Jumlah seluruh nilai responden n: jumlah seluruh responden (Riwidikdo, 2009). 2.1.7 Kompetensi Pembimbing Klinik Keperawatan Menurut Soeratri (2013), seorang pembimbing klinik keperawatan harus mempunyai 4 kompetensi, yaitu:

21 1. Kompetensi professional Seorang pembimbing klinik keperawatan harus ahli dibidangnya dengan kriteria, yaitu berpendidikan formal tertentu, pernah mengikuti pelatihan tertentu dalam jenis dan jumlah yang ditetapkan dan memiliki pengalaman dalam bidang tertentu (linier) dalam kurun waktu tertentu. Kompetensi yang harus dimiliki yaitu menguasasi materi keilmuan, merencanakan melaksanakan dan melakukan penelitian. 2. Kompetensi pedagogic Pembimbing klinik keperawatan harus mempunyai kemampuan merancang kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi kegiatan pembelajaran, mengelola kelas, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Kompetensi kepribadian Pembimbing klinik keperawatan harus memiliki nilai, komitmen, etika professional yang mempengaruhi perilaku terhadap sejawat, mahasiswa dan karyawan lainnya. Sub kompetensi yang harus dimiliki yaitu empati, berpandangan positif, genuine (bersikap wajar dan terbuka) serta berorientasi pada tujuan. 4. Kompetensi sosial Pembimbing klinik keperawatan memiliki kemampuan melakukan hubungan sosial dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sub kompetensi yang harus dimiliki, yaitu menghargai keragaman budaya, menyajikan pendapat, menghargai pendapat orang lain dan membangun suasana kelas.

22 2.1.8 Kriteria Pembimbing Klinik Keperawatan Pembimbing klinik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut (Hidebrand, 1971 dalam Asyahadi, 2004): 1. Profesional dalam keterampilan yang diajarkan 2. Mendorong mahasiswa untuk mempelajari keterampilan baru 3. Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah) 4. Memberikan umpan balik segera 5. Mengatur stress para mahasiswa 6. Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada kegagalan 7. Sabar dan mendukung 8. Memberi penghargaan dan dukungan positif 9. Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahankan rasa harga diri 10. Mendengar aktif 11. Memberi kesempatan untuk istirahat 12. Mengamati respon peserta didik 13. Memberi pujian Sedangkan berdasarkan pedoman bimbingan mahasiswa keperawatan/ kebidanan RSUP Sanglah Denpasar (2010), kriteria seorang pembimbing klinik yaitu: 1. pembimbing klinik ditentukan oleh bidang keperawatan masing-masing rumah sakit

23 2. Latar belakang pendidikan D3 Keperawatan ditambah pengalaman kerja minimal 5 tahun dibidangnya atau S1/D4 Keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 3 tahun 3. Memiliki sertifikat pembimbing klinik. 2.1.9 Karakteristik Pembimbing Klinik Keperawatan Menurut Ngalim (2007), karakteristik dari seorang pembimbing klinik yang efektif dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu : 1. Pengetahuan dan kompetensi klinik Pengetahuan dan kompetensi klinik disini meliputi pengetahuan akan ilmu keperawatan yang dimiliki pengajar harus luas dan memahaminya secara mendalam. Disamping ilmu keperawatan yang diberikan kepada peserta didik, pengajar juga harus memiliki pengetahuan akan materi-materi yang berhubungan dengan hal itu. Kemampuan untuk menganalisa teori dan mengumpulkannya dari berbagai sumber, menitikberatkan pada pemahaman, kemauan untuk mendiskusikan dengan peserta didik mengenai pandangan atau pendapat yang berkaitan dengan bimbingan. Pengajar klinik yang efektif juga berperan sebagai perawat pelaksana (clinician). Mempertahankan kompetensi klinik sangat penting, diantaranya untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. 2. Hubungan interpersonal dengan peserta didik Kemampuan dalam berinteraksi dengan para peserta didik dan tenaga kesehatan lain juga merupakan perilaku dari pengajar yang efektif. Disamping itu

24 kemampuan untuk menyatukan kelompok-kelompok dari peserta didik ke dalam kesatuan dan membangun respek serta mengadakan hubungan yang baik antara pengajar dengan peserta didik. 3. Kemampuan membimbing Kemampuan dalam membimbing termasuk diantaranya kemampuan kebutuhan proses bimbingan bagi peserta didik, merencanakan bahan bimbingan (plan instruction) dalam tiap-tiap bagian atau pokok bahasan dan tujuan yang harus dicapai, dan mengevaluasi proses bimbingan. Seorang pengajar yang efektif juga memberikan informasi yang terstruktur, memberikan penjelasan yang lengkap dan langsung kepada peserta didik, menjawab pertanyaan secara jelas, mendemonstrasikan prosedur dan beberapa proses perawatan lainnya dengan efektif. Pembimbing klinik juga harus mampu mengkomunikasikan atau mentransfer pengetahuan ke peserta didik. 4. Karakteristik pribadi Karakteristik pribadi dapat mengasosiasikan antara dinamisasi dari program studi dengan semangat untuk pengajaran di area klinik. Pengamatan yang tajam atau kepandaian dalam memutuskan dan semangat tersebut bisa didapat jika merasa nyaman bekerja dengan para peserta didik dan memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan mengajarnya dan keterampilan kliniknya. Penelitian lain menyatakan karakteristik lainnya yaitu bersahabat, dapat memahami, mendukung, dan

25 bersemangat tinggi, kejujuran, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan keterbatasan serta kekurangan dalam pengetahuan. 2.2 Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan 2.2.1 Pengertian Kepuasan Menurut Kotler dalam Supranto (2006), kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Kepuasan pelanggan adalah merupakan evaluasi purna beli dimana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan (Irawan, 2007). Menurut Oliver dalam Tjiptono (2007), kepuasan adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Day dalam Azrul (2006), menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma atau kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. 2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Menurut Hidayat (2007), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar hal ini kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan klinik dalam proses pembelajaran yaitu:

26 1. Persepsi Mahasiswa Cara pandang mahasiswa terhadap materi yang diberikan, baik materi secara langsung dimeja kuliah maupun materi saat pelaksanaan bimbingan lapangan. Persepsi mahasiswa disini dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: pengetahuan, kebudayaan, sikap dan motivasi 2. Profesionalisme Dosen/Pendidik Kemampuan pembimbing untuk memberikan bimbingan yang berkualitas, kemampuan atas pengetahuan, keramah-tamahan, kesopanan dan kemampuan komunikasi yang baik. 3. Akses Informasi Kemudahan dalam memperoleh akses informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa bepengaruh pada kepuasan mahasiswa terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar. Informasi memegang peran yang penting dalam menyokonng kelancaran proses pembelajaran, sehingga apa yang menjadi tujuan dan target mahasiswa akan terpenuhi. 4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar mahasiswa maupun yang mendukung proses bimbingan sangat mempengaruhi kepuasan mahasiswa. Sarana dan prasarana yang lengkap serta modern sangat diharapkan agar mehasiswa merasakan kenyamanan dalam proses bimbingan.

27 2.2.3 Tingkat Kepuasan Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada tiga tingkat kepuasan yaitu bila penampilan kurang dari harapan maka pelanggan tidak puas, bila penampilan sebanding dengan harapan maka pelanggan puas, dan apabila penampilan melebihi harapan maka pelanggan merasa sangat puas atau senang (Wijono, 2009). Puas atau tidak puas tergantung pada sikap terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atau tidak senang) dan tingkatan daripada evaluasi (baik atau tidak) untuk dirinya, melebihi atau di bawah standar (Wijono, 2009). 2.2.4 Komponen Tingkat Kepuasan Kotler dalam Supranto (2006), menentukan lima komponen yang menentukan kualitas mutu pelayanan (dimensi kepuasan). Kelima dimensi ini dikenal sebagai SERQUAL (Irawan, 2002). Konsep ini paling banyak dipakai sekarang yaitu : 1. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Dalam bimbingangan klinik reliability dapat berupa kemampuan dosen atau pengajar dalam memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan. Dalam hal ini yaitu kemampuan pembimbing klinik keperawatan dalam memberikan pelayanan kepada mahasiwa yang dapat berupa bimbingan dalam pelaksanaan praktek klinik keperawatan 2. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi :

28 kesigapan petugas dalam melayani klien, kecepatan petugas dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan klien. Dalam bimbingangan klinik komponen responsiveness dapat berupa kemauan dari dosen membantu mahasiswa dan memberikan jasa dengan cepat dan berkualitas, termasuk dalam menanggapi keluhan yang dihadapi mahasiswa. Dalam hal ini peran pembimbing klinik diharapkan dapat memberikan pelayanan berupa bimbingan yang cepat dan berkualitas. 3. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dalam bimbingangan klinik komponen assurance dapat berupa kemampuan pembimbing klinik untuk memberikan keyakinan kepada mahasiswa bahwa jasa yang diberikannya telah sesuai dengan ketentuan dan berkualitas, kemampuan atas pengetahuan, kualitas keramah-tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam memberikan pelayanan 4. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan kepada pelanggan yaitu meliputi kemudahan pelanggan memanfaatkan jasa, kemampuan komunikasi untuk menyampaikan informasi pada pelanggan dan pemahaman terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam bimbingangan klinik komponen emphaty dapat berupa kesediaan pembimbing klinik untuk lebih

29 peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada mahasiswa serta kemampuan CI dalam berkomunikasi 5. Tangibles, meliputi penampilan fisik seperti gedung dan ruangan, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. Dalam bimbingangan klinik komponen tangibles dapat berupa persepsi mahasiswa terhadap penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi yang diperoleh selama praktek klinik keperawatan. 2.2.5 Pengukuran Tingkat Kepuasan Pengukuran kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa). Produk dikatakan bermutu apabila produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya. Mengukur tingkat kualitas jasa berarti mengevaluasi/membandingkan kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Metode yang sampai saat ini dianggap paling tepat untuk mengukur kualitas jasa adalah dengan menggunakan kuesioner kepuasan pelanggan (Supranto, 2006). Cara terbaik untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan yang sudah disusun dalam bentuk kuesioner adalah dengan menanyakan secara langsung kepada para pelanggan yang sudah berpengalaman menggunakan jasa tertentu. Dalam hal ini mutu produk dari jasa tersebut adalah mutu dari pelaksanaan praktek keperawatan, sehingga objek dari mutu tersebut adalah mahasiswa keperawatan. Untuk mengukur tingkat kepuasan mahasiswa tentang praktek klinik keperawatan dapat dilakukan menanyakan secara

30 langsung kepada mahasiswa yang praktek di tempat tersebut. Mahasiswa diwawancarai dari dua segi yaitu dari harapan mahasiswa dan dari kenyataan yang dia alami. Menurut Riwidikdo (2009), ketentuan pembagian kategori suatu skor penelitian menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi). Apabila kita mengkategorikan dalam lima kategori, sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang, maka parameter yang digunakan yaitu: 1. Sangat puas, bila x > mean + 1,5 SD 2. Puas, bila mean + 0,5 SD < x < mean +1,5 SD 3. Cukup puas, bila mean 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD 4. Kurang puas, bila mean 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD 5. Sangat kurang puas, bila x < mean 1,5 SD Mean adalah jumlah nilai seluruh responden dibagi jumlah responden SD= x 2 ( xi ) 2 Keterangan: n n-1 SD: Standar Deviasi xi: Jumlah seluruh nilai responden n: jumlah seluruh responden (Riwidikdo, 2009).

31 2.2.6 Teknik Analisa Tingkat Kepuasan 1. Metode ServQual Menurut Irawan (2007), metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan indeks kepuasan pelanggan dengan metode ServQual. Dengan metode ini, dilakukan pengukuran terhadap lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible, kemudian 5 dimensi ini dijabarkan dalam atribut yang total berjumlah 22 atribut. Tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk selalu menggunakan 22 atribut tersebut. Atribut dapat ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan kondisi dari industri masing-masing. Salah satu ciri khas dari indeks kepuasan pelanggan yang dihasilkan oleh ServQual ini adalah perhitungan berdasarkan gap. (Irawan, 2007). 2. Analisa kuadran/importance-performance Analysis Untuk menganalisis data Tingkat Kepuasan dipergunakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif, John A. Martila and John C, James, 1977 dalam Supranto (2006), dengan menggunakan Importance-Performance Analysis atau Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja/kepuasan pelanggan. Dalam hal ini digunakan skala likert. Untuk tingkat kepentingan/harapan pasien terdiri dari sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, dan tidak penting. Sedangkan untuk kinerja/pengalaman diberikan lima penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.

32 Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh rerata skor tingkat kinerja/ pengalaman, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh rerata skor tingkat harapan/kepentingan. Selanjutnya hasil perhitungan rata-rata skor tersebut diplot nilainya pada Diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y) dimana X merupakan rerata dari rerata skor tingkat kinerja/ pelaksanaan dan Y rerata dari rerata skor tingkat harapan kepentingan. Diagram Kartesius Kinerja/pengalaman (x) Harapan/kepentinga n (y) PRIORITAS UTAMA A PRIORITAS RENDAH C PERTAHANKAN B BERLEBIHAN D Sumber: John A. Martila and John C, James (1977) dalam Supranto (2006) Gambar 1. Diagram Kartesius Keterangan : A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi keputusan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/tidak puas B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

33 C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan (Supranto, 2006). 2.2.7 Pengertian Praktek Lapangan Klinik Keperawatan Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2011). Menurut Poerwadarminta (2004), dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Klinik adalah rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para pasien, sehingga parktek lapangan klinik keperawatan adalah tindakan mandiri yang dilakukan mahasiswa keperawatan di rumah sakit melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya. Lingkungan belajar klinik adalah suatu sarana yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan dasar-dasar pengetahuan teori ke

34 dalam pembelajaran dengan menerapkan berbagai keterampilan intelektual dan psikomotor yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan (Hidayat, 2007). Menurut Akbar (2006), pembelajaran klinik adalah proses belajar mengajar di klinik atau rumah sakit pendidikan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang nyata dalam mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu lingkungan belajar klinik di rumah sakit sangat membantu dalam proses pembelajaran praktek. 2.2.8 Metode Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Ngalim, 2007): 1. Metode Observasi Metode yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini meliputi : a. Observasi lapangan b. Field trip (studi lapangan) c. Ronde keperawatan d. Metode demonstrasi 2. Metode bedside teaching Merupakan metode bimbingan yang dilakukan di samping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.

35 3. Metode nursing clinic Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip dan prosedur perawatan dari pasien. 4. Metode penugasan membuat catatan dan laporan tertulis (eksperensial) Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik. 5. Metode studi asuhan keperawatan (Nursing care study) Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. 2.3 Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan Peran seorang pembimbing klinik dalam praktek lapangan klinik keperawatan memegang peran penting dalam menciptakan proses pembelajaran mahasiswa keperawatan. Seorang pembimbing klinik adalah seorang perawat yang dipilih karena mempunyai pemahaman tentang konsep keperawatan baik teori maupun praktis, sehingga terampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik yang benar-benar memahami peran dan fungsinya dalam

36 membantu kegiatan mahasiswa. Peran pembimbing klinik dapat diukur melalui pandangan mahasiwa yang praktek di ruangan tersebut. Peran pembimbing klinik berkaitan dengan kepuasan mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktek klinik keperawatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2000) dalam Irawan (2007), yang menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Hasil dari membandingkan harapan dengan kenyataan tersebut dapat dinilai melalui pandangan seseorang. Kepuasan mahasiswa yang dalam hal ini sebagai customer yang berkaitan dengan peran pembimbing klinik adalah kepuasan terhadap pelaksanaan praktek klinik. Kepuasan tentang pelaksanaan praktek klinik dikaitkan dengan peran seorang pembimbing klinik yaitu, sebagai sumber informasi memiliki pengetahuan/ keterampilan/ pengalaman lebih banyak dalam hal praktek klinik keperawatan dibandingkan mahasiswa. Sebagai motivator dapat memberikan motivasi bagi mahasiswanya. Sebagai Fasilitator seorang pembimbing klinik keperawatan mampu memfasilitasi mahasiswa dan sebagai Evaluator mampu mengevaluasi apakah yang dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.