melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I LATAR BELAKANG

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DIWILAYAH PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO TAHUN 2014 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

6. Umur Responden :...Tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai 2 Juni 2012.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

I. PENENTUAN AREA MASALAH

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) kadang disebabkan oleh Mycobacterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB 5 HASIL. Kelurahan Gandaria Selatan, Puskesmas Kelurahan Cipete Selatan, Puskesmas


BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas (bronchus), atau langsung ke organ tubuh lainnya. 1 Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 Indonesia negara terbesar ketiga di dunia dengan jumlah penderita TB sekitar 528 kasus. Sampai tahun 2009, WHO mencatat jumlah penderita TB menurun sekitar 429 kasus. 3 Data Global Report WHO 2010, seluruh total kasus TB Indonesia tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana penderita TB baru BTA positif 169.213 kasus, penderita TB BTA negatif 108.616 kasus, penderita TB Extra Paru 11.215 kasus, penderita TB kambuh 3.709 kasus, dan penderita pengobatan ulang di luar kasus kambuh 1.978 kasus. 4 Jumlah kasus TB meningkat dan banyak munculnya pandemi HIV atau AIDS dalam permasalahan TB. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Penderita TB di Jawa Tengah pada tahun 2011, berkisar 55% dengan angka kesembuhan penderita sebesar 85%. 6 Angka penemuan ini masih di bawah target nasional (70%). Di Kota Semarang penemuan kasus TB juga meningkat dari tahun 2010 sebanyak 146 kasus menjadi 186 kasus di tahun 2011. 6 Salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman TB yaitu lingkungan rumah tinggal. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1-2 jam hingga berhari-hari dan dapat berminggu-minggu. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan tuberkulosis yaitu kepadatan hunian yang melebihi kapasitas rumah dengan luas kamar tidur minimal 8 m 2 dan dipakai lebih dari 2 orang tidur, kelembaban udara di dalam rumah

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas penerangan kurang dari 60 lux, tidak adanya ventilasi rumah untuk pergantian sirkulasi udara di dalam rumah dengan minimal 10% luas lantai, lantai rumah yang masih tidak kedap air atau masih berupa tanah dan lembab, dinding rumah masih menggunakan papan dan bambu yang tidak kedap air dan kebiasaan membuka jendela yang jarang dilakukan oleh warga pada pagi dan siang hari. 13 Penelitian yang dilakukan pada penderita TB Paru di wilayah Puskesmas Karangmojo II tahun 2006 diketahui bahwa 13 rumah (93%) kondisinya tidak sehat. Ada hubungan antara langit-langit, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap dapur, pencahayaan dan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit TB Paru. 5 Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi, disimpulkan ada hubungan antara kepadatan hunian, ventilasi dan pencahayaan dengan kejadian TB. Data Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 penemuan kasus TB BTA+ di Kota Semarang sebanyak 1.213 kasus. Puskesmas Kedungmundu merupakan Puskesmas dengan kasus TB paru tertinggi di Kota Semarang yaitu sebanyak 78 kasus. Puskesmas Kedungmundu berada di Kecamatan Tembalang, yang mempunyai 7 wilayah kerja dengan penderita TB BTA positif pada bulan Januari sampai Juni tahun 2012 sebanyak 30 kasus. Hasil observasi 20 rumah di tiga kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu tentang kondisi rumah tinggal masih banyak rumah yang berdekat-dekatan antara satu rumah dengan rumah yang satunya, dinding rumah sudah banyak yang permanen atau bertembok yang tidak mudah terbakar dan kedap air, tetapi masih ada juga dinding rumah yang semi permanen atau dinding rumah baru sebagian permanen (tembok yang tidak mudah terbakar) dan papan, jarang membuka jendela pada siang hari, dan keadaan lantai rumah sudah banyak yang kedap air

atau sudah berbahan keramik, tegel, atau semen, tetapi masih ada juga lantai rumah yang tidak kedap air atau masih tanah. Berdasarkan latar belakang di atas perlu diteliti hubungan faktor lingkungan rumah tinggal seperti kepadatan hunian kamar tidur, kelembaban rumah ruang keluarga, pencahayaan ruang keluarga, ventilasi rumah, lantai rumah, dinding rumah dan keadaan daun jendela rumah dengan kejadian tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : Adakah hubungan faktor lingkungan rumah tinggal dengan kejadian tuberkulosis? C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan faktor lingkungan rumah tinggal dengan kejadian tuberkulosis. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kepadatan hunian kamar tidur b. Mendeskripsikan kelembaban ruang keluarga c. Mendeskripsikan pencahayaan ruang keluarga d. Mendeskripsikan ventilasi rumah e. Mendeskripsikan jenis lantai rumah f. Mendeskripsikan dinding rumah g. Mendeskripsikan keadaan daun jendela h. Mendeskripsikan kejadian TB Paru i. Menganalisis hubungan antara kepadatan hunian kamar tidur dengan j. Menganalisis hubungan antara kelembaban ruang keluarga dengan

k. Menganalisis hubungan antara pencahayaan ruang keluarga dengan l. Menganalisis hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian m. Menganalisis hubungan antara lantai rumah dengan kejadian n. Menganalisis hubungan antara dinding rumah dengan kejadian o. Menganalisis hubungan antara keadaan daun jendela dengan D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Memberikan kebijakan pada instansi pemerintah atau Puskesmas untuk mendapat data tentang kejadian tuberkulosis berdasarkan kondisi rumah sehingga bisa dilakukan tindak lanjut. b. Menambah pengetahuan masyarakat agar bisa melakukan pencegahan tuberkulosis. 2. Manfaat teoritis Menambah kepustakaan dan agar bisa diteliti lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian (originalitas) Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel bebas yaitu kepadatan hunian, kelembaban rumah, pencahayaan dalam rumah, ventilasi rumah, lantai rumah, dinding rumah, jendela, dan lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, serta kontrol pada pasien suspek yang hasil pemeriksaan dahaknya BTA negatif sedang yang sebelumnya adalah tetangga penderita yang tidak terkena TB Paru

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti (th) 1. Hanizah Adnani, Asih Mahastuti (2007) Judul Hubungan Kondisi Rumah Dengan Penyakit TBC Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Karangmojo II Tahun 2003-2006 Desain studi Case Control Variabel Penelitian Langit-langit, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap dapur, pencahayaan dan kepadatan hunian Hasil Ada hubungan kondisi rumah, langit-langit, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap dapur, pencahayaan dan kepadatan hunian dengan penyakit TBC Paru Kejadian TBC Paru 2. Fauzi Aditya Putra (2012) Hubungan Karakteristik Individu Dan Lingkungan Dengan Kejadian TBC Paru Pada Pasien Yang Berkunjung di Puskesmas Bandarharjo Semarang Cross Sectional karakteristik individu, sosial ekonomi dan karakteristik lingkungan kejadian TBC Paru Ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, status ekonomi, kepadatan hunian, ventilasi, dan pencahayaan dengan kejadian TBC Paru 3. Tri Aryani (2007) Hubungan Antara Pendidikan, Pengtahuan Penderita Klinis TBC Paru BTA (- ) Tentang Pencegahan Penyakit TBC Paru Dengan Kondisi Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Gubug I Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Cross Sectional Pendidikan, pengetahuan tentang penyakit TBC paru Kondisi rumah (pencahyaan, lantai, ventilasi) Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pencahayaan, ada hubungan antara pengetahuan dengan pencahayaan, tidak ada hubungan antara pendidikan dan pengetahuan dengan ventilasi, tidak ada hubungan ungan antara pendidikan dengan lantai, ada hubungan antara pengetahuan dengan lantai.