HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMENORHEA REMAJA PUTERI PADA SISWA KELAS X SMK TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Metode yang

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI. Nanik Nur Rosyidah

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

ANALISIS TINGKAT KECEMASAN IBU KEHAMILAN PERTAMA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Akademi Farmasi Yamasi Makassar Terhadap Penanganan Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

Lies Indarwati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS I SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG MENSTRUASI

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU PENANGANAN SINDROM PRA HAID PADA SISWI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI YOGYAKARTA II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI MADRASAH ALIYAH PUTRI PUI TALAGA TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE PADA IBU USIA TAHUN DI DESA DUYUNGAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SISWA DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

Hubungan Antara Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenorea dengan. Penanganan Dismenorea pada Siswi Kelas XI Di SMA N 6 Cirebon Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SINDROM PRA MENSTRUASI DI SMA NEGERI 2 KEJURUAN MUDA TAHUN STIKes Bina Nusantara ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

Immanuel Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Desember 2015 ISSN X

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012 Oleh : Mamlukah, SKM.,M.Kes SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK Pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan hal penting sebagai upaya pemeliharaan kesehatan remaja puteri agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang diantaranya menghadapi premenstrual syndrome. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah hanya mencapai 30%, yang salah satunya berhubungan dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode descriptive analytic dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak sebanyak 468 responden siswa remaja puteri. Sampel sebanyak sebanyak 82 responden yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer melalui kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan uji chi square pada teknik analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 sebesar termasuk kategori baik (75,6%), lebih dari setengahnya sikap menghadapi premenstrual syndrome remaja puteri sebesar 69,5% termasuk kategori positif, dan ditemukan ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 (p 0,014). Saran yang diajukan pada penelitian ini diantaranya pada pihak sekolah dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan sikap menghadapi premenstrual syndrome melalui pengembangan kurikulum pembelajaran untuk mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Kata Kunci : Pengetahuan Kespro, Sikap menghadapi premenstrual syndrome.

PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terusmenerus (Departemen Kesehatan RI, 2010). Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh pemerintah salah satunya dilaksanakan melalui kegiatan kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada lakilaki dan perempuan. (Undang-Undang Kesehatan RI No 36 pasal 47, 2009). Kesehatan reproduksi pada remaja salah satunya menyangkut pemerolehan informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai upaya pemeliharaan kesehatan remaja agar terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat. Sebagaimana menurut UU Kesehatan No 36 pasal 136 tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak usia sekolah dan remaja berhak mendapatkan pendidikan kesehatan melalui sekolah dan madrasah dan maupun luar sekolah untuk meningkatkan kemampuan hidup anak dalam lingkungan hidup yang sehat sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja salah satunya adalah lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu orang tua atau orang yang berhubungan dengan remaja perlu mengetahui ciri perkembangan jiwa remaja, pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja serta masalah maupun gangguan jiwa remaja. Pengetahuan tersebut dapat membantu mendeteksi secara dini bila terjadi perubahan yang menjurus kepada hal yang negatif (Depkes RI, 2008). Wanita mengalami periode menstruasi atau haid, mulai dari usia remaja hingga menopause. Ketika seorang anak perempuan remaja, peristiwa yang menandai pubertas adalah menstruasi yang pertama (menarche). Haid atau menstruasi merupakan proses keluarnya darah yang terjadi secara periodik atau siklis endometrium. Pada saat haid sering muncul keluhan khususnya para wanita muda usia produktif. Sayangnya tidak semua anak perempuan mendapatkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama menstruasi sehingga dapat melakukan persiapan yang cukup untuk mengenali dan menyambutnya (Kasdu, 2008). Sindroma pramenstruasi merupakan gangguan yang umum terjadi pada wanita pada pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama siklus menstruasi. Gejala-gejala tersebut ada yang bersifat cukup berat dan parah atau sangat berat, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Sebanyak 80% dari wanita usia produktif telah mengalami perubahan secara fisik dan emosional. Sekitar 40% dari wanitawanita dari usia yang produktif mengalami gejala-gejala premenstrual cukup untuk mempengaruhi hidup mereka sehari-hari sampai taraf tertentu, dan sebanyak 3% sampai 5% yang mengalami kelemahan cukup parah. Sebanyak 20-40% wanita usia produktif mengalami beberapa gejala sindroma pramenstruasi (PMS) cukup berat dan sebesar 5% bersifat sangat berat

yang sangat menggangu kehidupan mereka (Saryono, 2009). Wanita yang mengalami sindroma Premenstrual, perlu waspada ada kemungkinan terjadi endometriosis dalam tubuh. Jika disertai pendarahan sebelum masa haid kemungkinan kelainan di rahim/selaput dinding rahim, seperti myoma uteri (Kasdu, 2008). Penanganan pada remaja putri yang mengalami sindroma pramenstruasi adalah dengan mengatur pola makan yang memenuhi gizi seimbang, sehingga kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi terpenuhi, terutama zat besi yang dibutuhkan saat remaja sedang haid. Penanganan lain dapat dilakukan dengan memeriksakan ke tenaga kesehatan (Kasdu, 2008). Penyebab yang pasti dari sindrom Premenstrual tidak diketahui tetapi berhubungan dengan faktor-faktor sosial, budaya, biologi, dan psikis. Sindrom Premenstrual terjadi pada sekitar 70-90% wanita pada usia subur lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun (Medicastore, 2009). SMK Farmasi YPIB Majalengka merupakan salah satu SMK yang belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dari tenaga kesehatan. Padahal kesehatan reproduksi penting diketahui remaja puteri diantaranya masalah gangguan menstruasi. Hasil pendahuluan berdasarkan observasi melalui wawancara terhadap siswi SMK Farmasi YPIB Majalengka didapatkan dari 10 siswi terdapat sebanyak 3 orang (30%) mengetahui masalah Premenstrual yang diduga pernah mengalami gangguan menstruasi, lebih tinggi dibandingkan dengan siswi di SMK AK-YPPT sebanyak 6 orang (60%). Timbulnya gangguan menstruasi salah satunya berkaitan dengan tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan sikap remaja dalam menghadapi permasalahanpermasalahan masalah reproduksi yang diantaranya Premenstrual sindrom. Hubungan pengetahuan dengan sikap remaja pada kesehatan reproduksi menurut Prawirohardjo (2011) dinyatakan bahwa remaja putri membutuhkan informasi atau pendidikan tentang proses dan kesehatan selama menstruasi, terutama sindroma pramenstruasi beserta penanganannya. Remaja putri akan mengalami kesulitan menghadapi menstruasi seperti halnya Premenstrual sindrom jika sebelumnya mereka belum pernah mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya atau dengan ibu atau keluarga. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Dengan Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012, secara rinci: Diketahuinya gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012. Diketahuinya gambaran sikap menghadapi Premenstrual syndrome remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi Premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian descriptive analytic dengan desain cross sectional. Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu seluruh remaja puteri SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun akademik 2011/2012 sebanyak 468 responden. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebagian remaja puteri SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun akademik 2011/2012 sebanyak 82

responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling (Notoatmodjo, 2002) yaitu besarnya sampel yang telah ditentukan sebanyak 82 responden diambil secara acak dengan dikocok melalui undian dari anggota populasi sebanyak 468 responden. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan melalui uji coba kuesioner pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri sebanyak 13 pertanyaan dan sikap menghadapi Premenstrual syndrome sebanyak 10 pertanyaan yang dilakukan terhadap 15 remaja puteri. Uji validitas dilakukan terhadap responden di lokasi penelitian yang mempunyai ciri dan karakteristik sama dengan responden penelitian.dengan skala ukur dari hasil nilai Corrected Item Total Correlation. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur (Sugiyono, 2009). Pengujian reliabilitas instrumen untuk mendapatkan nilai r Alpha Cronbach dilakukan dengan Teknik Belah Dua (Split Half) yang dianalisa dengan rumus Spearman Brown Pada uji reliabilitas maka dilakukan dengan skala ukur dari hasil nilai Alfa Cronbach. Menurut Nunally dalam Sugiyono (2009) suatu pertanyaan dinyatakan reliabel jika r alpha > 0.6 atau > r tabel. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan α : 0,05. Pengumpulan data dilakukan di SMK Farmasi YPIB Majalengka. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 Pengetahuan Kesehatan f % Reproduksi Kurang 20 24.4 Baik 62 75.6 Total 82 100.0 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa siswa remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 yang berpengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi sebanyak 20 orang (24,4%) dan siswa remaja puteri yang berpengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi sebanyak 62 orang (75,6%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 sebagian besar (75,6%) termasuk kategori baik. 2. Gambaran Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Gambaran Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Remaja Puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 Sikap Menghadapi f % Premenstrual Syndrome Negatif 25 30,5 Positif 57 69,5 Total 82 100.0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa siswa remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 yang bersikap negatif dalam menghadapi premenstrual syndrome sebanyak 25 orang (30,5%) dan siswa remaja puteri yang bersikap positif dalam menghadapi premenstrual syndrome sebanyak 57 orang (69,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap menghadapi premenstrual syndrome remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 lebih dari setengahnya (69,5%) termasuk kategori positif. 3. Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri dengan Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri dengan Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka Tahun 2012 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome Total Chi Square Negatif Positif n % n % n % Kurang 11 55,0 9 45,0 20 100,0 ρ 0,014 Baik 14 22,6 48 77,4 62 100,0 Total 25 30,5 57 69,5 82 100, 0 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri siswa remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 yang kurang dengan sikap negatif dalam menghadapi premenstrual syndrome lebih dari setengahnya sebanyak 11 orang (55,0%) dan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri yang kurang dengan sikap positif dalam menghadapi premenstrual syndrome kurang dari setengahnya sebanyak 9 orang (45,0%). Hasil perbandingan menunjukkan bahwa proporsi remaja puteri yang memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi lebih besar (55,0%) untuk bersikap negatif dalam menghadapi premenstrual syndrome dibandingkan proporsi remaja puteri yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi dengan sikap positif dalam menghadapi premenstrual syndrome (45,0%). Perbedaan proporsi ini bermakna, dibuktikan dari hasil uji statistik melalui perhitungan Chi Square dengan alpha (0,05) didapatkan nilai ρ value 0,014 < alpha (0,05), maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012.

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 sebagian besar (75,6%) termasuk kategori baik. Tingkat pengetahuan remaja puteri berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian menunjukkan bahwa pemahaman remaja puteri mengenai kesehatan cukup baik. Keadaan ini terjadi sebagai dampak pengetahuan kesehatan yang didapatkan remaja dari hasil proses pembelajaran kesehatan reproduksi yang diajarkan di sekolah dapat diterima siswa dengan baik. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Suci (2010) di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010 sebagian besar (87,2%) mayoritas remaja dengan pengetahuan baik. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Zulaikha (2010) di SMAN 5 Surakarta didapatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri yang mempunyai nilai baik di atas rata-rata sebesar 66,67%. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja sangat penting agar remaja memiliki sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya (Widyastuti, 2009). Hasil penelitian di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 dapatkan bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi termasuk kategori cukup baik akan tetapi belum optimal, yaitu masih ada sebagian remaja puteri dengan pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi yang merupakan faktor penghambat pendidikan kesehatan remaja. Hal ini salah satunya dapat diupayakan melalui pemberian layanan konseling kesehatan bagi remaja puteri untuk mengatasi sekitar permasalahan reproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap menghadapi premenstrual syndrome remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 lebih dari setengahnya (69,5%) termasuk kategori positif. Pencapaian sikap remaja puteri dalam menghadapi premenstrual syndrome berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian masih belum optimal. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya beberapa sikap negatif remaja dalam mengahadapi premenstrual syndrome seperti kekurangsesuaian faktor stress yang menunjukkan kurangnya penanganan dan pencegahan dini terhadap premenstrual syndrome. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suci (2010) di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010 didapatkan hanya 46,8% remaja mayoritas bersikap positif. Sedangkan hasil penelitian Zulaikha, (2010) di SMAN 5 Surakarta didapatkan sikap menghadapi premenstrual syndrome pada remaja putri yang mempunyai nilai baik di atas rata-rata hanya sebesar 53,13%, lebih rendah dibandingkan hasil penelitian ini (69,5%). Sindroma pramenstruasi merupakan gangguan yang umum terjadi pada wanita pada pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama siklus menstruasi. Gejala-gejala tersebut ada yang bersifat cukup berat dan parah atau sangat berat, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (Saryono, 2009). Hasil penelitian di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 didapatkan bahwa sikap remaja puteri dalam menghadapi premenstrual syndrome masih belum optimal, karena masih banyak remaja puteri yang bersikap kurang mampu dalam menangani maupun mencegah gejala premenstrual syndrome secara dini sehingga memperbesar resiko terjadinya premenstrual syndrome. Oleh karena itu perlu diupayakan perbaikan sikap remaja puteri ke arah yang positif diantaranya melalui pemberian informasi yang benar tentang penanganan sindroma pramenstruasi, sebagaimana menurut Kasdu (2008) salah satunya pemberian informasi pola makan yang memenuhi gizi seimbang, sehingga kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi terpenuhi, terutama zat besi yang dibutuhkan saat remaja sedang haid.

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 (ρ 0,014 ) Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suci (2010) di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010 ditemukan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja dalam menghadapi sindrom premenstruasi (p 0,004). Demikian halnya sesuai dengan hasil penelitian Zulaikha (2010) di SMAN 5 Surakarta ditemukan ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri dengan sikap mengehadapi premenstrual syndrome (r 0,614). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003). Menurut Wiknjosastro (2006), wanita yang baik keseimbangan psikoemosionalnya menganggap menstruasi sebagai hal yang wajar, tidak mudah menderita sindrom premenstruasi. Sebaliknya, wanita psikoneurotik yang menganggap menstruasi sebagai suatu kelainan, lebih mudah menunjukkan gejala-gejala yang berlebihan. Menurut Prawirohardjo (2011) bahwa remaja putri membutuhkan informasi atau pendidikan tentang proses dan kesehatan selama menstruasi, terutama sindroma pramenstruasi beserta penanganannya. Remaja putri akan mengalami kesulitan menghadapi menstruasi seperti halnya Premenstrual sindrom jika sebelumnya mereka belum pernah mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya atau dengan ibu atau keluarga. Hasil penelitian di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome. Hal ini terjadi karena remaja puteri yang memiliki pengetahuan kurang rata-rata bersikap negatif dalam menghadapi premenstrual syndrome. Sehingga hasil penelitian ini diinterpretasikan bahwa semakin kurang tingkat pengetahuan remaja puteri tentang kesehatan reproduksi akan semakin negatif sikap remaja puteri dalam menghadapi premenstrual syndrome, dan sebaliknya semakin baik tingkat pengetahuan remaja puteri tentang kesehatan reproduksi akan semakin positif sikap remaja puteri dalam menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 termasuk kategori baik (75,6%). Kemudian Lebih dari setengahnya sikap menghadapi premenstrual syndrome remaja puteri di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 termasuk kategori positif (69,5%). Sehingga Ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja puteri dengan sikap menghadapi premenstrual syndrome di SMK Farmasi YPIB Majalengka tahun 2012 (p 0,014) SARAN Kepada instansi pendidikan terkait Diharapkan pihak sekolah dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan sikap menghadapi premenstrual syndrome. Diantaranya melalui pengembangan edukasi premenstrual syndrome dalam kurikulum pembelajaran, sehingga kerjasama antara dinas kesehatan dan pendidikan model edukasi mampu mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Dengan harapan siswa putri yang memasuki usia remaja mendapatkan akses informasi tentang kesehatan reproduksi yang benar sebagai bekal dalam menghadapi premenstrual syndrome, sehingga mempunyai sikap yang positif terhadap reaksi perubahan fisik atau psikologis.

DAFTAR PUSTAKA Aulia. 2009. Kupas Tuntas Menstruasi. Yogyakarta: Milestone Publishing House. Budiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran sebagai Pengantar. Jakarta: EGC. Depkes RI, 2008. Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja. Jakarta : Litbang Depkes RI.. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Depkes RI. Fauzi. 2008. Kesehatan Reproduksi Remaja. Http://www.kesrepro.info. Update : 17 Maret 2010. Gulo, 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grasindo Hurlock. 2002. Psikologi Perkembangan. Jakarta : EGC Kasdu, 2008. Solusi Program Wanita Dewasa. Jakarta : Pustaka Pembangunan. Nusantara. Llewellyn, Derek.2005. Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publishing. Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Medicastore, 2009. Sindrom Premenstruasi. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. Prawirohardjo, S. 2007.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saryono. 2009. Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto. Solita, S. 2003. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta : BPFE Suci Dewi, A. 2010. Hubungan pengetahuan dengan sikap remaja dalam menghadapi sindrom premenstruasi di SMP Al-Azhar Medan Tahun 2010. Medan : Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunarto, Kamanto.1999. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Sutanto, PH. 2010. Analisis Univariat, Analisis Bivariat. Modul Kedua. FKM UI Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya.

Wijaya. 2008. Atlas Teknik Kebidanan, (alih bahasa). Jakarta : EGC. Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP. Varney, H. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Zulaikha, Fatikah Loyda Fitasari. 2010. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Puteri Terhadap Sikap Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMAN 5 Surakarta. Surakarta : Prodi DIV Kebidanan FK Universitas Surakarta.