BAB 5 HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

No.Responden FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB V HASIL. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, Nama Klub Tempat Latihan Jumlah Anggota

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL MUKA.. HALAMAN JUDUL...

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

RIWAYAT HIDUP PENULIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik (Desmita, 2005) yang didukung dengan aktivitas olahraga dan aktivitas

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 5 HASIL. 29 Hubungan antara..., Wita Rizki Amelia, FKM UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. medali pada sejumlah kegiatan perlombaan seperti Sea Games, Asean Games,

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu aktivitas yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN. Penelitian yang berjudul : Hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran pada siswa kelas XI SMAN 1 Palimanan.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Aria Novitasari, FKM UI, Universitas Universitas Indonesia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan teknik

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabelvariabel,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Transkripsi:

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.. Gambaran Umum 5... Lokasi Penelitian Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan selesai dibangun pada Juni 96. Stadion renang dengan kapasitas 8000 penonton ini direnovasi ulang pada tahun 988. Saat ini, Stadion Renang Gelora Bung Karno memiliki 2 kolam latihan/tanding, kolam loncat indah dan renang indah, dan kolam renang anak. Tersedia pula kantin yang terletak di bagian belakang stadion. Kolam latihan/tanding memiliki ukuran 50 x 25 meter dengan kedalaman 3 meter. Sedangkan kolam loncat indah memiliki 5 papan loncat dengan ketinggian yang berbeda-beda dan kedalaman kolam 5 meter. 5..2. Karakteristik Responden Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang yang berumur minimal 3 tahun, pernah mengikuti kejuaraan, dan terdaftar sebagai anggota salah satu klub renang, loncat indah, renang indah, atau polo air yang berlatih di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan. 5.2. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran variabel-variabel yang diteliti, meliputi jenis kelamin, umur, pengetahuan gizi, pengetahuan suplemen vitamin dan mineral, pengetahuan minuman energi, konsumsi suplemen vitamin dan mineral, konsumsi minuman energi, jarak tempuh renang 2 menit, dan tingkat kebugaran jasmani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil analisis univariat sebagai berikut : 36

37 5.2.. Jenis Kelamin Tabel 5.. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan 62 37 62.6 37.4 Total 99 00 Responden laki-laki lebih banyak dibandingkan responden perempuan, yaitu sejumlah 62 orang (62.6%). 5.2.2. Umur Hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata umur atlet adalah 6.45 ± 2.395 tahun (95% CI : 5.94-6.89). Umur termuda adalah 3 tahun dan umur tertua adalah 20 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur atlet adalah 5.94 sampai dengan 6.89 tahun. 5.2.3. Tingkat Pengetahuan Gizi Tabel 5.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Gizi Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Tingkat Pengetahuan Gizi Jumlah Persentase Baik Kurang 57 42 57.6 42.4 Total 99 00 Hasil analisis didapatkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan gizi baik lebih banyak dibandingkan responden dengan tingkat pengetahuan gizi kurang, yaitu sejumlah 57.6%.

38 5.2.4. Tingkat Pengetahuan Suplemen Vitamin dan Mineral Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Suplemen Vitamin dan Mineral Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Tingkat Pengetahuan Suplemen Vitamin dan Mineral Baik Kurang Jumlah 40 59 Persentase 40.4 59.6 Total 99 00 Hasil analisis didapatkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan suplemen vitamin dan mineral kurang lebih banyak dibandingkan responden dengan tingkat pengetahuan suplemen vitamin dan mineral baik, yaitu 59.6%. 5.2.5. Tingkat Pengetahuan Minuman Energi Tabel 5.4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Minuman Energi Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Tingkat Pengetahuan Minuman Energi Baik Kurang Jumlah 58 4 Persentase 58.6 4.4 Total 99 00 Hasil analisis didapatkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan minuman energi baik lebih banyak dibandingkan responden dengan tingkat pengetahuan minuman energi kurang, yaitu sebanyak 58.6%.

39 5.2.6. Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral Tabel 5.5. Distribusi Responden Menurut Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral Ya Tidak Jumlah 74 25 Persentase 74.7 25.3 Total 99 00 Hasil analisis didapatkan bahwa responden yang mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral, yaitu sejumlah 74.7%. 5.2.6.. Jenis Suplemen yang Dikonsumsi Tabel 5.6. Jenis Suplemen yang Dikonsumsi oleh Responden Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Jenis Suplemen Jumlah Persentase Vitamin B Kompleks Vitamin C Kalsium Hemaviton Pollenenergy Clorofil Double X CDR Enervon-C High Disert Natur-E Vitamin A Immunocal Neurobion Becom-C Imboost Ester C Vitacimin You-C000 Double-K Amiro Redoxon Berroca 7 3 8 5 2 2 3 3 7 2 2 3 2 2 2 9.4 4. 0.8 6.7 2.7 2.7 4. 4. 23.0 2.7 2.7 4. 2.7 2.7 2.7

40 C-00 Sangobion Evion Total 74 00 Hasil analisis didapatkan bahwa sebanyak 23.0% responden mengonsumsi suplemen berupa Enervon-C, yang merupakan modifikasi dari vitamin C. 5.2.7. Konsumsi Minuman Energi Tabel 5.7. Distribusi Responden Menurut Konsumsi Minuman Energi Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Konsumsi Minuman Energi Jumlah Persentase Ya Tidak 20 79 20.2 79.8 Total 99 00 Hasil analisis didapatkan bahwa responden yang tidak mengonsumsi minuman energi lebih banyak dibandingkan dengan responden yang mengonsumsi minuman energi, yaitu sebanyak 79.8%. 5.2.7. Jenis Minuman Energi yang Dikonsumsi Tabel 5.8. Jenis Minuman Energi yang Dikosumsi oleh Responden Di Stadion Renang gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Jenis Minuman Energi Jumlah Persentase Kratingdaeng M-Susu Extra Joss Hemaviton 4 3 7 6 20.0 5.0 35.0 30.0 Total 20 00 Hasil analisis didapatkan bahwa minuman energi yang lebih banyak dikonsumsi adalah Extra Joss, yaitu sebanyak 35.0%.

4 5.2.8. Jarak Tempuh Renang 2 Menit Hasil analisis didapatkan rata-rata jarak tempuh renang selama 2 menit adalah 728.97 ± 67.645 meter (95% CI : 696.53-762.4). Jarak tempuh minimal adalah 450 meter dan jarak tempuh maksimal adalah 350 meter. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata jarak tempuh renang atlet adalah 696.53 meter sampai dengan 762.4 meter. 5.2.9. Tingkat Kebugaran Jasmani Tabel 5.9. Distribusi Responden Menurut Tingkat Kebugaran Jasmani Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Tingkat Kebugaran Jasmani Jumlah Persentase Baik Kurang 79 20 79.8 20.2 Total 99 00 Hasil analisis didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik, yaitu sebanyak 79.8%. 5.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen (jenis kelamin, umur, pengetahuan gizi, pengetahuan suplemen vitamin dan mineral, pengetahuan minuman energi, konsumsi suplemen vitamin dan mineral, dan konsumsi minuman energi) dengan variabel dependen (kebugaran jasmani). Berikut ini adalah hasil analisis bivariat :

42 5.3.. Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral dengan Kebugaran Jasmani Tabel 5.0. Distribusi Responden Menurut Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral dan Kebugaran Jasmani Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Kebugaran Jasmani Konsumsi Suplemen vitamin Total Baik Kurang dan Mineral n % n % n % Ya 58 78.4 6 2.6 74 00.0 Tidak 2 84.0 4 6.0 25 00.0 Total 79 79.8 20 20.2 99 00.0 P value 0.75 Hasil analisis hubungan antara konsumsi suplemen vitamin dan mineral dengan kebugaran jasmani diperoleh bahwa responden yang memiliki kebugaran baik lebih banyak pada responden yang tidak mengonsumsi suplemen (84.0%). Sedangkan responden dengan kebugaran kurang lebih banyak pada responden yang mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral (2.6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.75 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kebugaran jasmani antara atlet yang mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral dengan atlet yang tidak mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral (tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi suplemen vitamin dan mineral dengan kebugaran jasmani). 5.3.2. Konsumsi Minuman Energi dengan Kebugaran Jasmani Tabel 5.. Distribusi Responden Menurut Konsumsi Minuman Energi dan Tingkat Kebugaran Jasmani Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Kebugaran Jasmani Konsumsi Minuman Energi Baik Kurang Total n % n % n % Ya 9 95.0 5.0 20 00.0 Tidak 60 75.9 9 24. 79 00.0 Total 79 79.8 20 20.2 99 00.0 P value 0.3 Hasil analisis hubungan antara konsumsi minuman energi dengan kebugaran jasmani diperoleh bahwa responden yang memiliki kebugaran baik lebih banyak pada responden yang mengonsumsi minuman energi (95.0%). Sedangkan

43 responden dengan kebugaran kurang lebih banyak pada responden yang tidak mengonsumsi minuman energi (24.%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.3 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kebugaran jasmani antara atlet yang mengonsumsi minuman energi dengan atlet yang tidak mengonsumsi minuman energi (tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi minuman energi dengan kebugaran jasmani). 5.3.3. Umur dengan Kebugaran Jasmani Tabel 5.2. Distribusi Rata-Rata Tingkat Kebugaran Jasmani Menurut Umur Responden Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Kebugaran Mean SD P value N Baik Kurang 6.65 5.50 2.402 2.88 0.05 79 20 Rata-rata umur atlet yang memiliki kebugaran baik lebih tua dibandingkan dengan atlet yang memiliki kebugaran kurang, yaitu 6.65 ± 2.402 tahun. Dapat dikatakan bahwa ada kecenderungan semakin tua umur, semakin baik pula tingkat kebugaran jasmaninya. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.05, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan rata-rata umur antara atlet yang memiliki kebugaran jasmani baik dengan atlet yang memiliki kebugaran jasmani kurang. 5.3.4. Jenis Kelamin dengan Kebugaran Jasmani Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Kebugaran Jasmani Responden Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Kebugaran Jasmani Jenis Kelamin Baik Kurang Total n % n % n % Laki-laki 5 82.3 7.7 62 00.0 Perempuan 28 75.7 9 24.3 37 00.0 Total 79 79.8 20 20.2 99 00.0 P value 0.596

44 Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan kebugaran jasmani diperoleh bahwa responden yang memiliki kebugaran baik lebih banyak pada responden laki-laki (82.3%). Sedangkan responden dengan kebugaran kurang lebih banyak pada responden perempuan (24.3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.596 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kebugaran jasmani antara atlet laki-laki dengan perempuan (tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kebugaran jasmani). 5.3.5. Pengetahuan Gizi dengan Kebugaran Jasmani Tabel 5.4. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Gizi dan Tingkat Kebugaran Jasmani Responden Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Kebugaran Jasmani Pengatahuan Gizi Baik Kurang Total n % n % n % Baik 45 78.9 2 2. 57 00.0 Kurang 34 8.0 8 9.0 42 00.0 Total 79 79.8 20 20.2 99 00.0 P value.000 Hasil analisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebugaran jasmani diperoleh bahwa responden yang memiliki kebugaran baik lebih banyak pada responden dengan pengetahuan gizi kurang (8.0%). Sedangkan responden dengan kebugaran kurang lebih banyak pada responden dengan pengetahuan gizi baik (2.%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=.000 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kebugaran jasmani antara atlet dengan pengetahuan gizi baik maupun kurang (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan kebugaran jasmani).

45 5.3.6. Pengetahuan Suplemen Vitamin dan Mineral dengan Kebugaran Jasmani Tabel 5.5. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Suplemen Vitamin dan Mineral dan Tingkat Kebugaran Jasmani Responden Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Kebugaran Jasmani Pengatahuan Suplemen Total Baik Kurang Vitamin dan Mineral n % n % n % Baik 33 82.5 7 7.5 40 00.0 Kurang 46 78.0 3 22.0 59 00.0 Total 79 79.8 20 20.2 99 00.0 P value 0.767 Hasil analisis hubungan antara pengetahuan suplemen vitamin dan mineral dengan kebugaran jasmani diperoleh bahwa responden yang memiliki kebugaran baik lebih banyak pada responden dengan pengetahuan suplemen vitamin dan mineral baik (82.5%). Sedangkan responden dengan kebugaran kurang lebih banyak pada responden dengan pengetahuan suplemen vitamin dan mineral kurang (22.0%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.767 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kebugaran jasmani antara atlet dengan pengetahuan suplemen vitamin dan mineral baik maupun kurang (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan suplemen vitamin dan mineral dengan kebugaran jasmani). 5.3.7. Pengetahuan Minuman Energi dengan Kebugaran Jasmani Tabel 5.6. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Minuman Energi dan Tingkat Kebugaran Jasmani Responden Di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009 Kebugaran Jasmani Pengatahuan Minuman Energi Baik Kurang Total n % n % n % Baik 49 84.5 9 5.5 58 00.0 Kurang 30 73.2 26.8 4 00.0 Total 79 79.8 20 20.2 99 00.0 P value 0.260 Hasil analisis hubungan antara pengetahuan minuman energi dengan kebugaran jasmani diperoleh bahwa responden yang memiliki kebugaran baik lebih banyak

46 pada responden dengan pengetahuan minuman energi baik (84.5%). Sedangkan responden dengan kebugaran kurang lebih banyak pada responden dengan pengetahuan minuman energi kurang (26.8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.260 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kebugaran jasmani antara atlet dengan pengetahuan minuman energi baik maupun kurang (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan minuman energi dengan kebugaran jasmani).

BAB 6 PEMBAHASAN 6.. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, di antaranya adalah desain penelitian yang menggunakan metode cross sectional, yaitu seluruh variabel yang diamati akan diperiksa pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung dan dimulai hanya satu kali saja, sehingga data yang dihasilkan dapat tidak valid untuk menggambarkan suatu kecenderungan. Selain itu, data yang dihasilkan dari pengisian kuesioner--yang merupakan instrumen penelitian--dapat tidak valid karena pengisian kuesioner tergantung pada situasi dan kondisi responden. Dalam hal analisis data, penelitian ini menggunakan uji statistik chi square yang hanya dapat melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Dengan demikian, tidak dapat diketahui variabel independen mana yang paling mempengaruhi variabel dependen. Keterbatasan lainnya yaitu secara teoritis banyak faktor yang berhubungan dengan kebugaran jasmani, antara lain umur, jenis kelamin, hereditas, aktifitas fisik, latihan, pengetahuan, kebiasaan merokok, kadar hemoglobin, IMT (indeks massa tubuh), persen lemak tubuh, konsumsi suplemen (termasuk minuman energi), status kesehatan, dan tekanan darah. Karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka variabel yang diteliti dibatasi hanya meliputi umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, pengetahuan suplemen vitamin dan mineral, pengetahuan minuman energi, konsumsi suplemen vitamin dan mineral, dan konsumsi minuman energi seperti yang tercantum dalam kerangka konsep penelitian ini. Keterbatasan dalam variabel penelitian ini mungkin mengakibatkan hasil yang diperoleh belum menggambarakan keadaan yang sebenarnya. 47

48 6.2. Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral Lebih dari 50% responden mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral. Hal ini dapat dikarenakan responden meyakini bahwa konsumsi suplemen vitamin dan mineral dapat meningkatkan performance mereka. Penelitian Sobal & Marquart (994) menunjukkan bahwa 37% atlet usia SMA mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral karena diyakini dapat meningkatkan performance. Kim & Keen juga menyatakan bahwa 35.8% atlet usia 6-9 tahun mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral. O Dea menambahkan sebanyak 48.7% atlet mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral guna meningkatkan performance mereka. Penelitian Zeigler et al (2003) menunjukkan bahwa 7% atlet yang berusia 6 tahun mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral. Nieper (2005) menyatakan bahwa 25% atlet muda meyakini konsumsi suplemen vitamin dan mineral akan meningkatkan performance. Sebagai tambahan, penelitian Scofield & Unruh (2006) juga menunjukkan bahwa sebanyak 9.4% atlet berusia 4-9 tahun mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral (McDowall, 2007). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa suplemen vitamin dan mineral dikonsumsi untuk alasan lain. Erdman et al (2006) menyatakan bahwa konsumsi suplemen vitamin dan mineral dapat meningkatkan energi, menjaga kesehatan, dan pencegahan dari defisiensi. Froiland et al (2004) menyatakan bahwa konsumsi suplemen vitamin dan mineral dapat mencegah penyakit dan meningkatkan massa otot. Kristiansen et al (2005) menambahkan bahwa konsumsi suplemen vitamin dan mineral dapat mempercepat masa penyembuhan (McDowall, 2007). 6.3. Konsumsi Minuman Energi Sebagian besar responden tidak mengonsumsi minuman energi. Hal ini mungkin karena tidak ada efek yang menguntungkan bagi atlet dengan mengonsumsi minuman energi. Sejalan dengan penelitian ini, penelitian Crowley

49 & Wall (2004) menunjukkan bahwa 43.% atlet usia sekolah tidak mengonsumsi minuman energi. Berbeda halnya dengan penelitian ini, penelitian O Dea (2003) di Inggris menunjukkan bahwa sebanyak 42.3% atlet yang berusia -8 tahun mengonsumsi minuman energi karena diyakini dapat meningkatkan sport performance. Burns et al (2004) juga menyatakan hal yang serupa, yaitu konsumsi minuman energi dapat meningkatkan sport performance. Calfee & Fadale (2006) menambahkan pernyataan yang sama. Penelitian Zeigler et al (2003) menujukkan bahwa 35% atlet mengonsumsi minuman energi (McDowall, 2007). 6.4. Kebugaran Jasmani Sebagian besar responden memiliki kebugaran jasmani yang baik. Hal ini mungkin dikarenakan responden rutin melakukan aktifitas fisik. Selain latihan renang, responden juga melakukan latihan fisik sebelum latihan. Selama latihan intensif, seorang atlet akan mengalami adaptasi morfologi dan fungsional. Perubahan akibat adaptasi terhadap latihan pada seorang atlet salah satunya adalah ukuran jantung menjadi lebih besar dibanding non atlet (Irawati, 99). Membesarnya ukuran jantung akan meningkatkan volume jantung sehingga oksigen yang diangkut darah meningkat (VO 2 max tinggi). Tingginya VO 2 max menyebabkan tingkat kebugaran jasmani menjadi baik. Penelitian yang dilakukan oleh Indranita (2002) menunjukkan bahwa tingkat kebugaran jasmani pada atlet pelajar SMP dan SMA adalah baik. Penelitian lainnya dilakukan oleh Pratiwi (2004) terhadap pelatih renang yang merupakan mantan atlet. Hasil yang ditunjukkan juga memiliki kebugaran jasmani yang baik. Kebugaran jasmani jika ditinjau berdasarkan umur, nilai rata-rata untuk atlet dengan kebugaran baik adalah 6.65 tahun. Nilai p=0.05, artinya umur memiliki hubungan bermakna dengan kebugaran jasmani seseorang. Hubungan umur dengan kebugaran jasmani menunjukkan ada hubungan yang signifikan dan memiliki pola positif, artinya semakin tua umur, semakin baik kebugaran jasmani seseorang. Hasil penelitian ini tidak membuktikan teori bahwa kebugaran jasmani

50 berbanding terbalik dengan umur. Karena pada proses penuaan (bertambahnya usia) menyebabkan terjadinya penurunan faal organ transport dan utilisasi oksigen, serta penurunan massa otot yang berkurang menjadi faktor penting yang menurunkan VO 2 max (Morehouse, 972; Klissouras, 973; Sharkey, 979 dalam Moeloek, 984). Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, kebugaran jasmani, yang dilihat berdasarkan jarak tempuh, pada laki-laki lebih baik dibandingkan pada perempuan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0.596 (p>0.05), artinya tidak ada perbedaan tingkat kebugaran jasmani yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Menurut teori Sharkey (2003), setelah usia pubertas nilai daya tahan kardiovaskular pada wanita lebih rendah 5-20% daripada pria. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan maximal mascular power yang berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin, kapasitas paru, dan sebagainya (Sharkey, 2003; Situmeang, 2005). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nieper (2005), yang menunjukkan bahwa sebanyak 75% atlet laki-laki memiliki kebugaran yang baik. Berdasarkan pengetahuan gizi, kebugaran jasmani yang baik lebih banyak pada responden dengan pengetahuan gizi yang kurang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=.000 (p>0.05), artinya tidak ada perbedaan tingkat kebugaran jasmani yang signifikan antara responden dengan tingkat pengetahuan gizi baik maupun kurang. Hal ini membenarkan teori yang dikemukakan oleh Wardlaw (999), yang menyatakan bahwa kebugaran jasmani seseorang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan. Penelitian Crowley & Wall (2004) membenarkan hasil penelitian ini. Sebanyak 28.7% atlet yang mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral tidak disebabkan oleh pengetahuan gizi yang baik (Crowley & Wall, 2004). Berdasarkan pengetahuan suplemen vitamin dan mineral, kebugaran jasmani yang baik lebih banyak pada responden dengan pengetahuan suplemen vitamin dan mineral yang baik pula. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.767 (p>0.05), artinya tidak ada perbedaan tingkat kebugaran jasmani yang signifikan antara responden dengan tingkat pengetahuan suplemen vitamin dan mineral baik

5 maupun kurang. Hal ini tidak membenarkan teori yang dikemukakan oleh Wardlaw (999), yang menyatakan bahwa kebugaran jasmani seseorang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan. Sebaliknya, teori yang dikemukakan oleh Burke (2006) terbukti dalam penelitian ini. Kebugaran jasmani yang baik, berdasarkan pengetahuan minuman energi, lebih banyak pada responden dengan pengetahuan minuman energi yang baik pula. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.260 (p>0.05), artinya tidak ada perbedaan tingkat kebugaran jasmani yang signifikan antara responden dengan tingkat pengetahuan minuman energi baik maupun kurang. Hal ini tidak membenarkan teori yang dikemukakan oleh Wardlaw (999), yang menyatakan bahwa kebugaran jasmani seseorang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan. Sebaliknya, teori yang dikemukakan oleh Burke (2006) terbukti dalam penelitian ini, bahwa kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang minuman energi yang baik pula. 6.5. Hubungan Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral dengan Kebugaran Jasmani Hasil uji statistik antara konsumsi suplemen vitamin dan mineral dengan kebugaran jasmani diperoleh nilai p=0.75 (p>0.05), artinya tidak ada perbedaan kebugaran jasmani yang signifikan antara atlet yang mengonsumsi dengan atlet yang tidak mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral. Greandjean (983) menyatakan bahwa banyak atlet yang perhatian terhadap asupan vitamin dan mineral dan sering menggunakan suplemen gizi untuk alasan kebugaran (Frohnauer et al, 2008). Hasil tersebut membenarkan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa suplemen vitamin dan mineral tidak meningkatkan kebugaran jasmani atlet (Burke & Deakin, 2006). Hal ini diperkuat lagi dengan pernyataan dari Jim Mann dan Stewart Truswell, yaitu konsumsi suplemen vitamin dan mineral secara rutin tidak menunjukkan adanya peningkatan kebugaran, kecuali pada kasus dimana atlet mengalami defisiensi vitamin dan mineral (Mann & Truswell, 2007). Vasankari et al juga tidak menunjukkan adanya peningkatan kebugaran dengan mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral (Miller, 2007).

52 Berbeda halnya dengan penelitian ini, beberapa penelitian lain menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi suplemen vitamin dan mineral dengan kebugaran jasmani. Patterson et al (992) menyatakan bahwa suplemen vitamin dan mineral dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Pernyataan serupa dikemukakan oleh Lyle et al (998) (Greger, 200). Penelitian Huang et al (2006) pada atlet Canadian Olympic menunjukkan bahwa 69% atlet Atlanta dan 74% atlet Sydney mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk meningkatkan kebugaran. Sebanyak 77% atlet Singapore, menurut penelitian Slater et al (2003), dilaporkan mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk menunjang kebugaran jasmani (McDowall, 2007). 6.6. Hubungan Konsumsi Minuman Energi dengan Kebugaran Jasmani Hasil uji statistik antara konsumsi minuman energi dengan kebugaran jasmani diperoleh nilai p=0.3 (p>0.05), artinya tidak ada perbedaan kebugaran jasmani yang signifikan antara atlet yang mengonsumsi dengan atlet yang tidak mengonsumsi minuman energi. Penelitian yang dilakukan O Dea & Abraham (200), lebih dari 400 atlet muda yang mengonsumsi minuman energi sebelum berlatih olahraga. Mereka meyakini bahwa minuman energi dapat meningkatkan kebugaran(mcdowall, 2007). Malinauskas et al (2007) menemukan sebanyak 5% atlet muda mengonsumsi minuman energi dan memberikan dampak positif berupa peningkatan kebugaran jasmani. Miller (2008) juga menambahkan bahwa kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh konsumsi minuman energi yang sesuai (Paddock, 2008). Hal ini tidak dibenarkan oleh Eichner et al (999), yang menyatakan bahwa atlet muda tidak seharusnya mengonsumsi minuman energi karena masih belum jelas efek apa sajakah yang dapat membahayakan tubuh (Burke & Deakin, 2006). Scholey & Kennedy (2004) menyatakan bahwa minuman energi meningkatkan mood seseorang, bukan kebugaran jasmani. Fornicola (2007) menambahkan bahwa minuman energi hanya akan meningkatkan kewaspadaan dan bersifat sesaat. Penelitian Moncada & Jimenez (2005) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi minuman energi dengan peningkatan

53 kebugaran jasmani (Paddock, 2008). Fry et al (2006) menambahkan dengan pernyataan bahwa tidak ada efek antara konsumsi minuman energi dengan kebugaran jasmani ((Frohnauer et al, 2008).