Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu e

dokumen-dokumen yang mirip
bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB III METODOLOGI. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: dan Googlemaps, 2009) Peta Kota Bandung Tanpa Skala.

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Allah atas penganugrahan kekhusyukan pada hambanya atas dasar usaha. ketenangan jasad adalah dengan meminimalisasi sesuatu yang dapat

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

5.2 Konsep Citra Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruang yang memberikan kesan menyegarkan, nyaman dan menonjolkan suasana alami namun teta

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

MATA DIAFRAGMA VISUALISASI DENAH DENAH STUDIO

Bab 4 KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN


KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BEAUTY CLINIC DAN WELLNESS CENTER. Penggabungan 2 fungsi dalam 1 bangunan

BAB IV KONSEP STYLE DESAIN INTERIOR

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

BAB VI KONSEP RANCANGAN

Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan)

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PUSAT MEDITASI DI BANTUL

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB.I PENDAHULUAN. karena semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang industri baik dari

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan

International Fash on Institute di Jakarta

1. Serambi dan Badan Gereja Badan gereja merupakan tempat dimana umat Gereja mengikuti Misa dan kegiatan yang berhubungan dengan acara di Gereja St. M

Studi Antropometri TEMPAT DUDUK HAIR TREATMENT

Kewirausahaan II. Menjalankan Usaha ( Bagian 4 ) Disain / Renovasi / Eksterior / Interior Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG MIKRO, MESO, DAN MAKRO 1

BAB 1 PENDAHULUAN 3, , ,59. 14,16 Rata-rata ,29 8,85

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB III PERANCANGAN RUMAH SAKIT ANAK DI BANDUNG

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

Konsep BAB V KONSEP. 5.1 Kerangka Konsep. 5.2 Konsep Young Dynamic

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB V. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis yang telah. dikemukakan pada bab bab terdahulu mengenai hubungan rancangan suasana toko

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas, ada masalah-masalah terkait kenyamanan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. beli konsumen di D besto cafe Payakumbuh. Hasil penelitian ini menunjukkan

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN

03FDSK. Dasar Dasar Desain 2. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III ELABORASI TEMA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR V.1. Konsep Perencanaan Interior Aspek Manusia : Bagan 5.1. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Manusia 54

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu elemen manusia, dan elemen teori konsep utama. Enlightenment, dalam bahasa Indonesia merupakan pencerahan adalah tujuan utama dari semua penganut umat Buddha. 55

Enlightenment melibatkan kesadaran, pikiran, dan indera dari manusia dalam prosesnya. Path sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki arti jalan. Jalan adalah sebuah lintasan, sebuah hal yang harus ditempuh oleh seseorang sebelum menuju ke tempat tujuannya, dalam hal ini adalah pencerahan. Jalan merupakan wujud sebuah proses. Proses dalam hal ini, adalah proses yang dibutuhkan dalam pencapaian pencerahan. yaitu : Terdapat batasan ruang lingkup dalam konsep Path to Enlightenment, Faktor kesadaran yang distimulasi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indera sentuhan. Faktor filosofi tindakan dan sikap yang dibutuhkan dalam proses pencapaian pencerahan. Faktor proses dari kegelapan batin menuju pencerahan. V.1.1. Konsep Citra Konsep citra di dalam konsep Path to Enlightenment adalah sebuah gambaran citra yang mewakili konsep itu sendiri. Konsep citra yang ingin dicapai adalah sebuah ruangan yang memiliki suasana keheningan, kedamaian, dan ketenangan. Suasana ruangan seperti hal tersebut adalah suasana yang sangat menunjang seseorang untuk 56

berkonsentrasi, dan membentuk kesadaran pikiran dalam tujuannya mencapai sebuah pencerahan. V.1.2. Konsep Bentuk Konsep bentuk yang akan digunakan adalah bentuk geometris. Bentuk geometris adalah bentuk yang representatif terhadap konsep Path to Enlightenment. Bentuk geometris seperti segi empat, dan segitiga, melambangkan sebuat keseimbangan, kemurnian. Hal ini adalah salah satu hal yang harus disadari, dan diterapkan di dalam jalan seseorang untuk mencapai pencerahan, yaitu keseimbangan batin, kemurnian batin dan pikiran untuk mencapai sebuah pencerahan. V.1.3. Konsep Material Dalam usaha seseorang menuju pencerahan, terdapat proses panjang di dalamnya, dari hati yang masih penuh dengan kegelapan batin sampai menuju pencerahan. Hal ini diterapkan di dalam konsep material, yaitu proses transformasi material dari material bertekstur kasar, hingga menuju tekstur halus. Proses transformasi material ini tidak hanya mempengaruhi indera manusia secara visual, namun juga secara sentuhan langsung, yang menimbulkan stimulasi rasa kepekaan, mulai dari sangat peka, peka, sedikit peka, dan sangat tidak peka. Mulai dari entrance yang memiliki tekstur kasar, yang menimbulkan kepekaan tinggi merupakan simbol dari sebuah kegelapan batin, kemelekatan. Begitu tiba di area 57

beribadah, tekstur halus yang tidak menimbulkan kepekaan tinggi dalam indera sentuhan diaplikasikan, hal ini merupakan simbol dari tercapainya pencerahan, ketika indera kita merasakan sesuatu yang tidak ada, namun ada, dan sesuatu yang ada, namun tidak ada. V.1.4. Konsep Penghawaan Konsep penghawaan yang digunakan adalah memaksimalkan penghawaan alami yang didukung oleh letak site. Penghawaan dengan memperbanyak, dan memperbesar bukaan di dalam ruang ibadah, sehingga menimbulkan thermal comfort yang berhubungan dengan indera sentuhan terhadap temperatur. V.1.5. Konsep Pencahayaan Konsep pencahayaan yang digunakan adalah konsep pencahayaan yang dipusatkan ke area altar. Sehingga menimbulkan pencahayaan yang terarahkan, terpusatkan. Selain itu, hal ini juga berfungsi sebagai letak dari point of view, sesuatu yang utama di dalam Vihara, yaitu altar. Pada siang hari pencahayaan akan memaksimalkan pencahayaan alami yang terdapat di site, dan pada malam hari pencahayaan akan memaksimalkan pencahayaan buatan dengan bantuan sistem indirect lighting, karena sistem ini menimbulkan efek cahaya yang halus, dan juga dapat mempertegas bentuk ruangan. V.1.6. Konsep Akustik 58

Konsep akustik adalah hal penting karena mempengaruhi indera pendengaran manusia, yang mempunyai peran penting dalam konsentrasi seseorang dalam proses perjalanan menuju sebuah pencerahan. Akustik yang akan digunakan adalah melalui bukaan penghawaan, maka suara juga secara otomatis akan masuk ke dalam ruangan. Hal ini kembali dilakukan dengan memaksimalkan site, penanaman pohon dengan jarak dekat, sehingga menimbulkan suara gesekan daun, dan pembuatan kolam di sekeliling vihara yang membentuk mirip terasering, sehingga dapat terdengar suara air mengalir. V.1.7. Konsep Aroma Konsep aroma dimasukkan karena aroma adalah hal yang dirasakan oleh indera penciuman. Konsep aroma yang digunakan adalah aroma natural, yang memberikan kesan natural, murni dari alam, dan juga menenangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan site, membuka bukaan, supaya bau tanaman-tanaman tertentu yang memiliki wangi khas dan menenangkan dapat masuk ke dalam, selain itu juga karena site terletak di kota Bogor, kota hujan, bau hujan juga dapat masuk ke dalam. Pengaplikasian aroma buatan, seperti dupa aroma terapi juga dapat dilakukan jika dibutuhkan. 59

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR V.1. Konsep Perencanaan Interior Aspek Manusia : Bagan 5.1. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Manusia 54

Aspek Konsep Utama Theravada : Bagan 5.2. Kerangka Pikir Konsep dari Aspek Theravada Konsep ini muncul dari tiga elemen penting dalam interior yaitu elemen manusia, dan elemen teori konsep utama. Enlightenment, dalam bahasa Indonesia merupakan pencerahan adalah tujuan utama dari semua penganut umat Buddha. 55

Enlightenment melibatkan kesadaran, pikiran, dan indera dari manusia dalam prosesnya. Path sendiri dalam bahasa Indonesia memiliki arti jalan. Jalan adalah sebuah lintasan, sebuah hal yang harus ditempuh oleh seseorang sebelum menuju ke tempat tujuannya, dalam hal ini adalah pencerahan. Jalan merupakan wujud sebuah proses. Proses dalam hal ini, adalah proses yang dibutuhkan dalam pencapaian pencerahan. yaitu : Terdapat batasan ruang lingkup dalam konsep Path to Enlightenment, Faktor kesadaran yang distimulasi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indera sentuhan. Faktor filosofi tindakan dan sikap yang dibutuhkan dalam proses pencapaian pencerahan. Faktor proses dari kegelapan batin menuju pencerahan. V.1.1. Konsep Citra Konsep citra di dalam konsep Path to Enlightenment adalah sebuah gambaran citra yang mewakili konsep itu sendiri. Konsep citra yang ingin dicapai adalah sebuah ruangan yang memiliki suasana keheningan, kedamaian, dan ketenangan. Suasana ruangan seperti hal tersebut adalah suasana yang sangat menunjang seseorang untuk 56

berkonsentrasi, dan membentuk kesadaran pikiran dalam tujuannya mencapai sebuah pencerahan. V.1.2. Konsep Bentuk Konsep bentuk yang akan digunakan adalah bentuk geometris. Bentuk geometris adalah bentuk yang representatif terhadap konsep Path to Enlightenment. Bentuk geometris seperti segi empat, dan segitiga, melambangkan sebuat keseimbangan, kemurnian. Hal ini adalah salah satu hal yang harus disadari, dan diterapkan di dalam jalan seseorang untuk mencapai pencerahan, yaitu keseimbangan batin, kemurnian batin dan pikiran untuk mencapai sebuah pencerahan. V.1.3. Konsep Material Dalam usaha seseorang menuju pencerahan, terdapat proses panjang di dalamnya, dari hati yang masih penuh dengan kegelapan batin sampai menuju pencerahan. Hal ini diterapkan di dalam konsep material, yaitu proses transformasi material dari material bertekstur kasar, hingga menuju tekstur halus. Proses transformasi material ini tidak hanya mempengaruhi indera manusia secara visual, namun juga secara sentuhan langsung, yang menimbulkan stimulasi rasa kepekaan, mulai dari sangat peka, peka, sedikit peka, dan sangat tidak peka. Mulai dari entrance yang memiliki tekstur kasar, yang menimbulkan kepekaan tinggi merupakan simbol dari sebuah kegelapan batin, kemelekatan. Begitu tiba di area 57

beribadah, tekstur halus yang tidak menimbulkan kepekaan tinggi dalam indera sentuhan diaplikasikan, hal ini merupakan simbol dari tercapainya pencerahan, ketika indera kita merasakan sesuatu yang tidak ada, namun ada, dan sesuatu yang ada, namun tidak ada. V.1.4. Konsep Penghawaan Konsep penghawaan yang digunakan adalah memaksimalkan penghawaan alami yang didukung oleh letak site. Penghawaan dengan memperbanyak, dan memperbesar bukaan di dalam ruang ibadah, sehingga menimbulkan thermal comfort yang berhubungan dengan indera sentuhan terhadap temperatur. V.1.5. Konsep Pencahayaan Konsep pencahayaan yang digunakan adalah konsep pencahayaan yang dipusatkan ke area altar. Sehingga menimbulkan pencahayaan yang terarahkan, terpusatkan. Selain itu, hal ini juga berfungsi sebagai letak dari point of view, sesuatu yang utama di dalam Vihara, yaitu altar. Pada siang hari pencahayaan akan memaksimalkan pencahayaan alami yang terdapat di site, dan pada malam hari pencahayaan akan memaksimalkan pencahayaan buatan dengan bantuan sistem indirect lighting, karena sistem ini menimbulkan efek cahaya yang halus, dan juga dapat mempertegas bentuk ruangan. V.1.6. Konsep Akustik 58

Konsep akustik adalah hal penting karena mempengaruhi indera pendengaran manusia, yang mempunyai peran penting dalam konsentrasi seseorang dalam proses perjalanan menuju sebuah pencerahan. Akustik yang akan digunakan adalah melalui bukaan penghawaan, maka suara juga secara otomatis akan masuk ke dalam ruangan. Hal ini kembali dilakukan dengan memaksimalkan site, penanaman pohon dengan jarak dekat, sehingga menimbulkan suara gesekan daun, dan pembuatan kolam di sekeliling vihara yang membentuk mirip terasering, sehingga dapat terdengar suara air mengalir. V.1.7. Konsep Aroma Konsep aroma dimasukkan karena aroma adalah hal yang dirasakan oleh indera penciuman. Konsep aroma yang digunakan adalah aroma natural, yang memberikan kesan natural, murni dari alam, dan juga menenangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan site, membuka bukaan, supaya bau tanaman-tanaman tertentu yang memiliki wangi khas dan menenangkan dapat masuk ke dalam, selain itu juga karena site terletak di kota Bogor, kota hujan, bau hujan juga dapat masuk ke dalam. Pengaplikasian aroma buatan, seperti dupa aroma terapi juga dapat dilakukan jika dibutuhkan. 59