KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
ZONA NYAMAN BERAKTIFITAS IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG

NILAI PREDICTED MEAN VOTE (PMV) PADA BANGUNAN DENGAN SISTEM PERKONDISIAN UDARA CAMPURAN (Studi Kasus: Gereja Katedral Semarang)

Hermawan Dosen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer UNSIQ Wonosobo

PENGARUH LUASAN BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SISWA PADA BANGUNAN SD NEGERI SUDIRMAN 1 KOTA MAKASSAR

PREDIKSI KENYAMANAN TERMAL DENGAN PMV DI SMK 1 WONOSOBO

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.

Kuliah Terbuka Jurusan Arsitektur, Universitas Soegrijapranata, Semarang, 9 Nopember 1996

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

Seminar Nasional IENACO ISSN:

ASPEK KENYAMANAN TERMAL PADA PENGKONDISIAN RUANG DALAM

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HIJAU GEDUNG KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-quran dan hadist-hadist diantaranya dalam surat An-Nuur ayat ke-36

PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG)

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

KONDISI KENYAMANAN THERMAL BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG. Dwi Suci Sri Lestari. Abstrak

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

Seminar Nasional IENACO ISSN:

EFEKTIVITAS VENTILASI BAWAH TERHADAP KENYAMANAN DAN PMV (PREDICTED MEAN VOTE) PADA GEREJA KATEDRAL, SEMARANG

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

EFEK WARNA DINDING TERHADAP PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

KAJIAN BUKAAN TERHADAP PENDINGINAN ALAMI RUANGAN PADA BANGUNAN KOLONIAL DI MALANG

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney

STUDI KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MASJID JAMI AL-MUBAROK KABUPATEN TANGERANG

Gambar 1.1 Suhu dan kelembaban rata-rata di 30 provinsi (BPS, 2014)

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN)

STUDI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS TK TUNAS MUDA X IKKT JAKARTA BARAT

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB

Evaluasi Desain Asrama Siswa dalam Aspek Kenyamanan Termal pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) SMA Negeri Olahraga (SMANOR) Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS MAHASISWA (STUDI KASUS RUANG KELAS 303 JURUSAN TEKNIK MESIN UNS)

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH DENGAN PENGKONDISIAN BUATAN. THERMAL COMFORT Of LECTURE ROOM WITH ARTIFICIAL CONDITIONING

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

Pengaruh Bukaan terhadap Kenyamanan Termal Siswa pada Bangunan SMP N 206 Jakarta Barat

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH TEPI SUNGAI Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL RUANG KULIAH PADA GEDUNG SEKOLAH C LANTAI 2 POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

REDESAIN RUSUNAWA MAHASISWA PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO DENGAN PENDEKATAN KENYAMANAN TERMAL

Pengembangan RS Harum

BAB V KONSEP PERANCANGAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

MODEL VENTILASI ATAP PADA PENGEMBANGAN RUMAH SEDERHANA DI LINGKUNGAN BERKEPADATAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

EFEK PENGGUNAAN BATU ALAM PADA FASAD RUMAH TINGGAL TERHADAP PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

ANALISIS KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DIATAS PANTAI TROPIS LEMBAB Studi Kasus Rumah Atas Pantai Desa Kima Bajo, Kabupaten Minahasa Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

KUALITAS PENERANGAN ALAMI BANGUNAN GEREJA BLENDUK SEMARANG. Dwi Suci Sri Lestari

KINERJA PENERAPAN MODEL JENDELA ADAPTIF PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DI MALANG JURNAL ILMIAH

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL RUANG SEKOLAH SMA NEGERI DI KOTA PADANG

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

Kenyamanan Termal Ruang Kelas di Sekolah Tingkat SMA Banjarmasin Timur

ANTISIPASI ARSITEK DALAM MEMODIFIKASI IKLIM MELALUI KARYA ARSITEKTUR

Artikel dalam buku Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga: Suatu Bahasan tentang Indonesia, PT Raja Grafindo

Gedung Perkuliahan Jurusan Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

KINERJA TERMAL RUMAH TRADISIONAL UMA KBUBU THERMAL PERFORMANCE OF TRADITIONAL HOUSE UMA KBUBU

Transkripsi:

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG Adela Carera * dan Eddy Prianto Laboratorium Teknologi Bangunan, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131. * Email: adelacarera@gmail.com Abstrak Salah satu bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang terdapat dikawasan Kota Lama yang juga menjadi ikon Kota Semarang adalah Gereja Blendug. Arsitektur bangunan ini mengadopsi Arsitektur Belanda pada masa lalu, yang berhasil merespon kondisi iklim setempat ( tropis ). Kenyamanan thermal jemaat bagi jemaat tentu saja terkait dengan faktor iklim tropis. Seperti : desain awal yang menerapkan sistem penghawaan alami, penerangan alami, hingga pada pertimbangan orientasi bangunan. 6 (enam) faktor pencipta kenyamanan thermal PMV (Predicted Mean Vote) adalah aspek suhu, kecepatan udara, kelembapan, suhu radiasi matahari rata-rata, jenis aktivitas, jenis pakaian. Dalam perkembangan saat ini kenyataannya sistem penghawaan yang diaplikasikan adalah sistem penghawaan gabungan, yaitu penghawaan alami ( lubang ventilasi ) dan penghawaan buatan (AC). Sejauh mana karakter kenyamanan thermal bagi penghuni bangunan ini menjadi tujuan dari penelitian. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan melakukan pengukuran langsung insitu. Sedangkan pengolahan datanya mengunakan software dari Ingvar Holmer yg mengacu pada teori PMV. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah; pertama karakter kenyamanan termal untuk jemaat mencapai kondisi nyaman (indeks PMV mendekati 0) pada aktivitas ibadah pagi hari dibandingkan dengan aktivitas ibadah pada siang hari. Kedua kenyamanan didapatkan pada zona tempat duduk yang mendekati perlubangan ventilasi. Dan ketiga, zona yang jauh dari lubang ventilasi direkomendasikan agar jemaat tidak mengenakan baju yang berlengan panjang. Kata kunci: Bangunan Ibadah, Kenyamanan thermal, Kota Lama, PMV, Semarang 1. PENDAHULUAN Pada dasarnya arsitektur merupakan suatu wadah kegiatan manusia agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan secara nyaman. Dengan kata lain salah satu fungsi utama sebuah bangunan adalah untuk pemenuhan kenyamanan baik fisik maupun psikis bagi pengguna bangunan. Menurut Karyono (1999), sebuah karya arsitektur harus memenuhi tiga sasaran, yaitu bangunan merupakan produk dari suatu karya seni (work of art), bangunan harus memberikan kenyamanan fisik maupun psikis terhadap pengguna atau penghuni, dan bangunan harus hemat dalam penggunaan energi. Kenyamanan fisik terdiri dari kenyamanan ruang, kenyamanan penglihatan, kenyamanan pendengaran, dan kenyamanan thermal (Karyono,1999). Kenyamanan thermal didefinisikan perasaan yang berkaitan derat dengan lingkungan thermalnya dimana perasaan tersebut menunjukkan suatu lingkungan dengan keadaan mulai dari sangat dingin, dingin, sampai perasaan lingkungan thermal yang sangat panas. Salah satu bangunan yang ada di kawasan Kota Lama adalah bangunan Gereja Blenduk. Menurut Purwanto (2004), bahwa keseluruhan bangunan yang ada dikawasan itu perancangan arsitekturnya belum menyesuaikan dengan iklim di indonesia, sehingga mengakibatkan kondisi tidak nyaman bagi penghuni dalam melakukan kegiatan didalamnya. Penelitian lebih detail dari Lestari (1994), terhadap Gereja Blenduk dinyatakan dalam kondisi tidak nyaman, dimana yang bersangkutan membatasi penelitiannya hanya aspek penghawaan alami saja tanpa melibatkan aspek manusia didalamnya. Hasil penelitiannya diketahui bahwa kondisi interior bangunan gereja blenduk kurang nyaman digunakan untuk melaksanakan kegiatan peribadatan, karena Corrected Effective Temperature (CET) interior sebesar 29ºC-30.2ºC, sedangkan menurut standart SNI (2015) kondisi kenyamanan thermal dipersyaratkan memiliki Temperatur Efektif sebesar 22ºC 27ºC. Terkait dengan thermal daerah tropis yang menggunakan skala PMV, bahwa faktor perilaku udara yang masuk kedalam bangunan menjadi aspek terpenting dalam menciptakan kenyamanan karena Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 15

g c) Karakter Kenyamanan Thermal (Carera dan Prianto) salah satunya efek dari desain bukaan dindingnya (Prianto dkk, 2001), (Prianto dan Depecker, 2002). Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam penelitian ini kami tertarik untuk mengamati profil kenyamanan thermal bangunan gereja Blendug dimana kondisi saat ini menggunakan kombinasi penghawaan (gabungan antara penghawaan alami dan pemakaian AC) serta melibatkan aspek manusia dan aktivitas didalamnya. PMV (Predicted Mean Vote) merupakan teori tersebut melibatkan faktor dominan dari alam (suhu, suhu radiasi rata-rata, kecepatan udara, kelembapan) dan faktor pilihan manusia (aktivitas dan jenis pakaian) yang mempengaruhi kenyamanan thermal (Fanger,1970; Hemawan, 2014; Prianto, 2012). PMV merupakan indeks yang, yang mengindikasikan sensasi dingin (cold) dan hangat (warmth) yang dirasakan oleh manusia pada skala +3 sampai -3 (Lippsmeier, 1994). Tujuan prinsipal dari penelitian ini adalah mengetahui karakter kenyamanan thermal bagi penghuni bangunan Gereja Blendug (dalam melakukan aktivitas peribadatan) dalam batasan kondisi ruangan ber-ac (penghawaan gabungan). Sedangkan pertanyaan penelitiannya adalah zona tempat duduk mana yang lebih nyaman, serta rekomendasi apa yang ditujukan bagi penghuni untuk mencapai tujuan nyaman. 2. METODOLOGI Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan di dalam Gereja Blenduk pada saat diadakan kegiatan peribadatan, pada hari Minggu pukul 09.00 hingga pukul 11.00. Dimana kondisi fisik ruang jemaat Gereja Blenduk terdapat 4 buah standfloor AC, sedangkan posisi jendelnya dalam keadaan tertutup, dan lubang ventilasi bawah jendela masih dalam keadaan original (dibiarkan terbuka). Untuk itu kondisi semacam ini kami sebut dengan kondisi penghawan gabungan ( Lihat Gambar.01). Kami mengelompokkan posisi jemaat kedalam 5 zonasi / titik ukur ( T2, T3, T4, T5, T6). a) b ) b) Gambar 1.a) Suasana kegiatan penghuni dalam Gereja Blenduk pada saat dilakukan pengukuran, b) Denah Zonasi tempat duduk para jemaat, c) Bentuk lubang ventilasi Alat ukur digital yang digunakan dalam melakukan pengukuran iklim mikro adalah Thermohydrometer Luxtron, dimana dalam satu alat ini dapat digunakan untuk mengukur suhu udara ruang dalam dan luar, kecepatan aliran udara, kelembapan, dan intensitas cahaya. Sedangkan untuk mengitung kenyamanan thermal dengan PMV menggunakan software PMV 2008 ver. 1.0 Ingvar Holmer dari JAVA applet for ISO 7730 yang disediakan oleh beberapa website yang telah tersedia di internet. 16 ISBN 978-602-99334-5-1

Gambar 2. Alat pengukuran dan software yang digunakan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2015 pada saat musim kemarau. Berdasarkan hasil pengukuran suhu ruang dengan suhu radiasi matahari di daerah tropis hampir sama atau tidak memiliki selisih yang jauh. Suhu ruangan dalam yang ber-ac pada jam 09.00-11.00 berada pada kisaran ukuran minimal, yaitu sebesar 20 ºC. Pegerakan udara didalam ruang pada tiap titik dianggap sama yaitu sebesar 0,1 m/s. Variabel personal yaitu variabel aktivitas dan jenis pakaian didapat dari pengamatan dan pendataan langsung dilapangan. Untuk aktivitas dalam ruang ibadah adalah berdiri dengan nilai metabolisme 70 met, dan duduk dengan nilai metabolisme 58met. Jemaat melaksakan ibadah secara umum menggunakan pakaian yaitu, baju lengan panjang celana pendek dengan nilai Clothing Insulations (0,5 Clo). Kondisi ruangan dibawah penggunaan AC menyala sebesar 20ºC. Berikut tabel perhitungan PMV untuk mengetahui karakter kenyamanan thermal bagi penghuni/ jemaat dengan beberaga ragam aktivitas ( duduk dan berdiri ). 3.1. Karakter Kenyamanan Thermal untuk Jemaat Berposisi Berdiri Tabel 1. Perhitungan PMV, Jemaat Berdiri, Baju Lengan Panjang Celana Panjang Gambar 3. Grafik perhitungan PMV, Jemaat Berdiri, Baju Lengan Panjang Celana Panjang Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 17

Karakter Kenyamanan Thermal (Carera dan Prianto) Berdasarkan grafik perhitungan PMV diatas ( lihat Tabel 1 dan gambar 3 ), kondisi kenyamanan termal ( PMV ) untuk aktivitas berdiri menunjukkan bahwa: Berdasarkan perbedaan waktu, menunjukkan bahwa rata-rata PMV seluruh jemaat posisi berdiri mendekati nyaman ada pada jam 09.00 ( PMV rata-rata 2,12) dan naik secara signifikan hingga mencapai 2,56 pada jam 11.00. Hal ini disebabkan meningkatnya suhu ruangan (MRT) dari 32 ºC pada jam 09.00 hingga 35ºC pada jam 11.00, dan peningkatan rata-rata suhu udara dari 31,5 ºC pada jam 09.00 hingga 32,4 ºC pada jam 11.00. Berdasarkan posisi jemaat dalam melakukan aktivitasnya menunjukkan bahwa PMV terendah berdasarkan waktu : pada jam 09.00 didapatkan pada posisi T4(1,92), T5 pada jam 10.00 (2,05) dan T6 pada jam 11.00 (2,56). Sedangkan tertinggi berdasarkan waktu didapatkan T5 pada jam 09.00 (2,28), T4 pada jam 10.00 (2,31), dan T3 pada jam 11 ( 2,86). Artinya posisi T4, T5, T6 adalah zonasi tempat duduk yang relatif nyaman dibanding T2 dan T3. Hal itu terjadi karena posisi tersebut lebih mendekati lobang ventilasi alami ( cek gambar 1c) dibanding dengan posisi titik lainnya. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian Prianto (2001 dan 2002), yang menyatakan bahwa kenyamanan thermal di daerah tropis sangat dipengaruhi oleh aspek ventilasi udara dalam ruangan. Mencermati kajian diatas dapat disimpulkan bahwa jemaah dengan posisi berdiri pada posisi T2 dan T3 pun dapat mendapatkan sensasi kenyamana lebih baik bilamana yang bersangkutan menggunakan baju tidak lengan panjang. 3.2 Karakter Kenyamanan Thermal untuk Jemaat Berposisi Duduk Tabel 2. Perhitungan PMV, Jemaat Duduk, Baju Lengan Panjang Celana Panjang Gambar 4. Grafik perhitungan PMV,Jemaat Duduk, Baju Lengan Panjang Celana Panjang Berdasarkan grafik perhitungan PMV diatas ( lihat Tabel 2 dan gambar 4 ), kondisi kenyamanan termal ( PMV ) untuk aktivitas duduk menunjukkan bahwa: Berdasarkan perbedaan waktu, menunjukkan bahwa rata-rata PMV seluruh jemaat posisi duduk mendekati nyaman ada pada jam 09.00 ( PMV rata-rata 1,79) dan naik secara signifikan hingga mencapai 2,40 pada jam 11.00. Hal ini disebabkan meningkatnya suhu 18 ISBN 978-602-99334-5-1

ruangan (MRT) dari 32 ºC pada jam 09.00 hingga 35ºC pada jam 11.00, dan peningkatan rata-rata suhu udara dari 31,5 ºC pada jam 09.00 hingga 32,4 ºC pada jam 11.00. Berdasarkan posisi jemaat dalam melakukan aktivitasnya menunjukkan bahwa PMV terendah berdasarkan waktu : pada jam 09.00 didapatkan pada posisi T4(1,59), T5 pada jam 10.00 (1,71) dan T6 pada jam 11.00 (2,23). Sedangkan tertinggi berdasarkan waktu didapatkan T5 pada jam 09.00 (1,95), T4 pada jam 10.00 (1,98), dan T3 pada jam 11 ( 2,53). Artinya posisi T4, T5, T6 adalah zonasi tempat duduk yang relatif nyaman dibanding T2 dan T3. Hal itu terjadi karena posisi tersebut lebih mendekati lobang ventilasi alami ( cek gambar 1c) dibanding dengan posisi titik lainnya. Mencermati kajian diatas dapat disimpulkan bahwa jemaah dengan posisi duduk pada posisi T2 dan T3 pun dapat mendapatkan sensasi kenyamana lebih baik bilamana yang bersangkutan menggunakan baju tidak lengan panjang. 4. KESIMPULAN Sensasi kenyamanan untuk penghuni pada aktivitas bangunan gereja blendug di kawasan kota lama ini diukur dengan standart kenyamanan PMV yang mempertimbangkan 6 aspek yaitu suhu, suhu radiasi rata-rata, kecepatan udara, kelembapan, jenis aktivitas dan jenis pakaian. Aspek ragam aktivitas untuk jemaatnya dalam melakukan peribadatan secara prinsip terdiri dari 2 jenis, yaitu peribadatan dengan posisi berdiri dan peribadatan dengan posisi duduk. Sensasi kenyamanan menjadi lebih baik ( mendekati nyaman/ nilai PMV mendekati 0, pada aktivitas peribadatan ini mengarah secarah signifikan kearah hangat ( + menjauhi angka 0) sesuai dengan perubahan waktu. Artinya aktivitas peribadatan pagi cenderung lebih nyaman daripada siang hari. Sensasi kenyamanan cenderung tercipta pada zona tempat duduk ( terdapat 5 zona tempat duduk dalam pengukuran ini), yang mendekati perlubangan ventilasi alami ( T4, T5,T6). Sedangkan zona tempat duduk yg jauh dari perlubangan ventilasi alami (T2,T3) direkomendasikan pada penghuninya untuk berpakaian baju lengan tidak panjang. Secara kuantitatif sensasi nyaman PMV yang terjadi pada suasana aktivitas peribadatan di Gereja Blenduk pada rentang 1,79-2,4 dimana berdasarkan skala PMV masuk dalam kondisi hangat. DAFTAR PUSTAKA Fanger, P.O., (1970). Thermal Comfort., Danish Technical Press, Copenhagen Hermawan., (2014). Prediksi Kenyamanan Termal dengan PMV di SMK 1 Wonosobo dalam Jurnal PPKM UNSIQ I. pp.13-20. Karyono, T.H., (1999). Arsitektur : Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi., Catur Libra Optima Lestari, Dwi.S.S. (1994). Kondisi Kenyamanan Termal Bangunan Gereja Blenduk Semarang. ITB : Bandung Lippsmeier, George., (1994). Bangunan Tropis., Erlangga, Jakarta Prianto, E dan Depecker,P., (2002). Characteristic of airflow as the effect of balcony, opening design and internal division on indoor velocity: A case study of traditional dwelling in urban living quarter in tropical humid region, Energy and Buildings, Volume 34, Issue 4, pp. 401-409 Prianto, E. ( 2012). Dasar-Dasar Teori Kenyamanan Termal. Buku Ajar Fisika Bangunan Arsitektur UNDIP. SEMARANG Prianto,E., Jachet,I., Depecker,P., dan Peneau, J-P., (2001). Contribution of N3S Numerical Simulation in Investigating the Influence of Balcony on Traditional Building to Obtain Maximum Indoor Velocity, Volume, Number 3, pp.101-112, Purwanto, L.M.F.(2004). Kenyamanan Thermal Pada Bangunan Kolonial Belanda di Semarang dalam Dimensi Teknik Arsitektur Volume 32, No. 2. Surabaya : Universitas Kristen Petra. SNI T 03-6572-2001., (2015). http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/6237. Diakses: 30 Agustus 2015, jam 20.15. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 19