BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB II LANDASAN TEORITIS

CASH and RECEIVABLES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II BAHAN RUJUKAN. dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa dan kejadian-kejadian yang setidaktidaknya

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

REKAP SOAL UN SMK AKUNTANSI 2008/ /2010

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut

BAB II BAHAN RUJUKAN

Catatan 31 Maret Maret 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Klassifikasi Piutang. mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan untuk menarik

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Modul Tujuh: ASPEK KEUANGAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lapoaran keuangan anatara lain para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, investor, karyawan, dan masyarakat. Menurut Harahap (2004:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah Neraca, Laporan rugi Laba, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan posisi Keuangan. Sedangkan Riyanto (2001:15) menyatakan laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai adanya keuangan suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, nilai hutang, dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan keuangan laba/rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu biasanya dalam satu tahun.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan. Data-data keuangan ini digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. 2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut Sawir (2005:2) adalah sebagai berikut: a. menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, b. laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, c. laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas di masa depan. Dari pengertian di atas tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumbersumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 3. Jenis-jenis Laporan Keuangan Pada waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan menyajikan laporan keuangan guna memenuhi kebutuhan para pihak yang berkepentingan atas suatu perusahaan ini. Mengenai laporan keuangan yang disajikan dan disusun oleh manajemen sesuai Ikatan Akuntan Indonesia,

(2007:2) menyatakan laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. a. Neraca (Balance Sheet) Pendapat Skousen (2001:41) yang dimaksud dengan neraca adalah laporan sumber-sumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban perusahaan (hutang), dan perbedaan antara yang dimiliki (harta) dan apa yang dipinjam (hutang) yang disebut ekuitas. Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya goodwill, hak patent, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva juga dapat digolongkan seperti di bawah ini. 1) Harta lancar yaitu harta yang berupa uang tunai yang dapat digunakan dalam jangka pendek 2) Investasi jangka panjang yaitu pernyertaan atau penanaman modal pada perusahaan lain dalam jangka panjang untuk memperoleh pendapatan

3) Harta tetap yaitu kekayaan perusahaan yang pemakainya dalam waktu lama serta mempunyai nilai material. 4) Harta tetap tidak berwujud yaitu hak istimewa yang dimiliki oleh perusahaan yang mempunyai nilai tetapi tidak mempunyai nilai fisik 5) Harta lain-lain yaitu harta yang tidak dapat dikelompokkan dalam empat jenis aktiva di atas. Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah seperti di bawah ini. 1) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Kas meliputi koin, uang kertas, cek yang diterima dari langganan dan simpanan perusahaan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank bersangkutan. Dalam prakteknya, perusahaan biasanya bisa memiliki beberapa rekening. Misalnya, satu untuk pembayaran kas umum dan satu lagi untuk pembayaran gaji. 2) Investasi jangka pendek (marketable securities), adalah investasi yang sifatnya sementara dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang sementara tidak dibutuhkan alat operasional perusahaan. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek adalah: deposito di bank, surat-surat berharga yang berwujud saham, sertifikat bank dan lain-lain investasi yang mudah diperjualbelikan. 3) Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam bentuk wesel yang diatur dalam undang-undang (suatu utang formal). Sepanjang piutang wesel diperkirakan akan

tertagih dalam setahun, maka diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. 4) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kreditur) sebagai akibat dari penjualan barang secara kredit. Piutang dagang ini diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang dagang biasanya disajikan dalam neraca sebesar nilai realisasinya, yaitu nilai normal piutang dikurangi dengan cadangan kerugian piutang. 5) Persediaan, untuk perusahaan dagang yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih berada di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufacturing, persediaan yang dimiliki meliputi: persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasional perusahaan, yang secara terus menerus akan diperoleh atau diproduksi untuk dijual. 6) Pendapatan yang masih harus diterima, adalah pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum menerima pembayaran sehingga merupakan tagihan. 7) Biaya dibayar di muka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya atau jasa tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini.

Menurut Skousen (2001:42): Hutang adalah kewajiban untuk membayar kas, pemindahan asset lain atau memberikan jasa-jasa ke orang lain. Sedangkan menurut Munawir (2004:18) Hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasl dari kreditur. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang lancar meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurang aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan hutang lancar yang lain. Hutang lancar dapat dibagi atas: 1) hutang dagang yaitu hutang yang timbul karena adanya transaksi pembelian secara kredit dimana pelunasannya harus dilakukan dalam jangka pendek, 2) hutang pajak yaitu kewajiban perusahaan yang harus segera dilunasi kepada pemerintah atas pajak yang dikenakan, 3) hutang dividen yaitu bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham, 4) pendapatan yang diterima dimuka,

Hutang jangka panjang adalah kewajiban sekarang yang timbul dari kegiatan atau transaksi yang lalu, yang jatuh temponya lebih dari satu tahu ditinjau dari tanggal neraca. Modal menggambarkan bagian pemilik perusahaan atau kekayaan perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara aktiva dikurangi hutang. Menurut Munawir (2004:19) Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. b. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau yang didapat dalam suatu periode. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:10) laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut yaitu pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. c. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan modal adalah ringkasan tentang perubahan modal yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Maka dapat diketahui bahwa laporan perubahan ekuitas memberikan informasi mengenai tambahan atau pengurangan ekuitas selama periode tertentu. Penambahan ekuitas berasal dari investasi dan laba sedangkan pengurangan ekuitas biasanya karena kerugian atau pengambilan pribadi. d. Laporan Arus Kas Dalam laporan ini yang dicantumkan semua transaksi dan keterjadian perusahaan yang mempunyai konsekuensi kas. Laporan arus kas menggambarkan keadaan masa yang akan datamg, karena informasinya dapat digunakan untuk melakukan prediksi di masa yang akan datang. e. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. B. Piutang 1. Pengertian dan Klasifikasi Piutang

Penjualan kredit merupakan strategi yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan untuk menarik langganan-langganan baru. Menurut Riyanto (2001:85) penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Piutang secara umum dapat didefinisikan sebagai tagihan yang timbul atas penjualan barang atau jasa secara kredit. Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Menurut Wild (2005:260) Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Menurut Mulyadi (2002:87) piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam siklus kegiatan perusahaan. Jadi secara umum piutang timbul dari transaksi penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul ketika suatu perusahaan memberi pinjaman uang kepada perusahaan lain dan menerima promes/wesel, melakukan suatu jasa, ataupun beberapa tipe transaksi lainnya yang menciptakan suatu hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang berutang. Piutang mencatat dengan mendebet akun piutang usaha (account receivable) dan diklasifikasikan dalam neraca

sebagai aktiva lancar. Menurut Kieso (2002:386) piutang diklasifikasikan dalam neraca baik sebagai piutang dagang atau non dagang. a. Piutang dagang (trade receivable) Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Kieso (2002:386) mengemukakan bahwa piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan biasa disubklasifikasikan menjadi piutang usaha dan wesel tagih. 1) Piutang usaha (account receivable) Piutang usaha berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan biasanya dapat ditagih dalam waktu 30-60 hari. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu. Dalam melakukan penjualan kredit, perusahaan biasanya menawarkan diskon sebagai syarat pembayaran, biasanya 2/10, n/30. Ini berati pelanggan memberikan diskon tunai 2% apabila membayar dalam 10 hari dari hari penjualan, bila tidak maka pelanggan harus membayar penuh dalam kurun waktu 30 hari. Misalkan penjualan $ 1,000 dengan syarat 2/10, n/30 untuk mencatat penjualan dan piutang usaha ada 2 metode yaitu metode kotor dan metode bersih, (Kieso, 2002).

Metode Kotor Debet Kredit Piutang usaha $ 1,000 Penjualan $ 1,000 Apabila sebesar $ 300 diterima dalam periode diskon Kas $ 294 Diskon penjualan $ 6 Piutang usaha $ 300 Pembayaran sebesar $ 700 diterima setelah periode diskon Kas $ 700 Piutang usaha $ 700 Metode Bersih Debet Kredit Piutang usaha $ 980 Penjualan $ 980 Apabila sebesar $ 294 diterima dalam periode diskon Kas $ 294 Piutang usaha $ 294 Pembayaran sisanya sebesar $ 700 diterima setelah periode diskon Kas $ 700 Diskon penjualan yang tidak diambil Piutang usaha $ 14 $ 686 Retur dan potongan penjualan Dalam bisnis yang normal beberapa barang akan dikembalikan oleh pelanggan dan beberapa potongan harus diberikan untuk faktor-faktor seperti kerusakan barang yang terjadi selama pengiriman, barang yang terbuang bahkan cacat, atau pengiriman jumlah atau jenis barang yang tidak benar. Ketika potongan diperlukan, penjualan bersih dan piutang usaha dikurangi. 2) Wesel tagih (notes receivable)

Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih mempunyai ciri-ciri yaitu ketentuan pembayaran yang berkelanjutan, jaminan keamanan melebihi faktur penjualan dan dokumen perdagangan komersial lainnya, dasar formal untuk membentuk bunga. Wesel tagih dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu wesel tagih berbunga dan wesel tanpa bunga. a) Wesel tagih berbunga (interst bearing notes) Wesel tagih tidak berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terutang pada tingkat khusus. Pada wesel ini tercantum persen bunga dan jangka waktu pelunasannya. Pada saat jatuh tempo pihak yang memegang wesel menerima sejumlah nilai nominal dan bunga yang telah tertulis pada wesel. b) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing notes) Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantum persen bunga tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. Jadi nilai sekarang merupakan selisih antara nominal dan bunga yang dimasukkan dalam wesel tersebut yang disebut bunga implisit atau bunga efektif. b. Piutang nondagang (nontrade receivable)

Piutang nondagang dan piutang menghasilkan digolongkan ke dalam piutang lain-lain. Pendapat Mulyadi (2002:87) piutang nondagang timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar, seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga. 2. Penilaian Kerugian Piutang Biasanya sebagian besar dari penjualan kredit dipastikan tidak akan tertagih. Beban operasi yang muncul karena tidak tertagihnya piutang dinamakan beban piutang tak tertagih (uncollectiblle account expense), beban piutang macet (bad debt expense), atau beban piutang ragu-ragu (dobtful account expense). Faktor-faktor yang mengakibatkan piutang tak tertagih adalah (1) debitur pailit, (2) debitur telah meninggal dunia, (3) debitur melarikan diri. Piutang tak tertagih atau piutang ragu-ragu tentunya mengakibatkan berkurangnya piutang perusahaan yang akhirnya mengurangi aktiva lancar dan pada akhirnya akan menganggu likuiditas perusahaan. Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih yaitu metode penyisihan dan metode penghapusan langsung. a. Metode penyisihan atau metode cadangan

Penghapusan piutang tak tertagih akan dilakukan apabila tersedia bukti positif mengenai ketidaktertagihan sebagian besar atau seluruh piutang. Piutang tak tertagih akan dihapus dengan mendebit perkiraan penyisihan yang sebelumnya telah dibentuk dan mengkredit piutang usaha. Baridwan (2000:127) menyatakan bahwa Perhitungan kerugian piutang atas dasar saldo piutang dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : 1. jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang, 2. cadangan ditambah dengan persentase tertentu dari saldo piutang, 3. jumlah cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan analisa umur piutang. Contoh 1. PT Citra Jaya pada tanggal 31 Desember 2005 mempunyai saldo piutang sebesar Rp 20.000.000,00 dan cadangan kerugian piutang menunjukkan saldo kredit Rp 50.000,00. Persentase kerugian piutang ditetapkan sebesar 2% dari saldo piutang, maka: Kerugian piutang 2% x rp 20.000.000,00 Rp 400.000,00 Cadangan kerugian piutang Rp 50.000,00 Kerugian piutang yang dibebankan tahun 2005 Rp 350.000,00 Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2005 yaitu: Kerugian Piutang Cadangan kerugian Piutang Debet Rp 350.000,00 kredit Rp 350.000,00 Contoh 2.

Cadangan ditambah dengan persentase tertentu dari saldo piutang yang dibebankan dihitung dengan cara mengalihkan persentase tertentu dar saldo cadangan kerugian piutang. Dari data di atas maka kerugian piutang yang dibebankan adalah sebesar: Kerugian piutang sebesar 2% x Rp 20.000.000,00 = Rp 400.000,00 Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2005 yaitu: Kerugian Piutang Cadangan Kerugian Piutang Debet Rp 400.000,00 Kredit Rp 400.000,00 Contoh 3. Jika jumlah cadangan dinaikan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan analisa piutamg maka kerugian piutang dengan cara membuat daftar umur piutang atau biasa disebut dengan analisa umur piutang. Daftar ini berisi informasi mengenai piutang masing-masing debitur dengan jumlah kelompok piutang yang belum jatuh tempo. Setelah daftar di buat taksiran maka taksiran kerugian piutang ditentukan dengan cara menetapkan persentase berdasarkan pada pengalaman masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang. Setelah itu dibandingkan dengan saldo cadangan kerugian piutang. Dari contoh di atas saldo rekening piutang PT Citra Jaya menunjukkan jumlah sebesar Rp 20.000.000,00 dapat dirinci berdasarkan pada daftar berikut ini:

PT CITRA JAYA ANALISA UMUR PIUTANG 31 Desember 2000 (Dalam Ribuan Rupiah) Nama Jumlah Beban jatuh tempo Lewat Jatuh Tempo (Hari) 1-30 31-60 61-90 91-180 181-365 >365 UD Maju 2.500 1.500-1.000 - - - - Toko Indah 1.500 - - - - - 500 1.000 PT Risa 1.750 - - - 1.500 250 - - UD Sanjaya 1.250 - - - - - 1.250 - PT Sinar 2.000 1.000 1.000 - - - - - Basri 2.000 1.500-500 - - - - UD Polka 2.250 1.000 500 - - 750 - - PT Harmoni 1.750 1.750 - - - - - - CV Jaya 2.500 1.250-1.000 - - - - UD Sari 2.500 1.250 1.500 - - - - - Jumlah 20.000 9.250 3.000 2.500 1.500 1.750 1.750 1.000 Sumber Baridwan 2000:130 Pihak PT Citra Jaya menetapkan persentase kerugian sebagai berikut: Belum jatuh tempo 0,5% Lewat jatuh tempo 1-30 hari 1% Lewat jatuh tempo 31-60 hari 2% Lewat jatuh tempo 61-90 hari 5% Lewat jatuh tempo 91-180 hari 10% Lewat jatuh tempo 181-365 hari 20% Lewat jatuh tempo >365 hari 30% Maka taksiran kerugian piutang dapat disususn sebagai berikut:

PT CITRA JAYA TAKSIRAN KERUGIAN PIUTANG Kelompok Umur Jumlah Persentase Kerugian Piutang Taksiran kerugian Piutang Belum jatuh tempo Rp 9.250.000 0,5% Rp 46.250 Lewat 1-30 hari Rp 3.000.000 1% Rp 30.000 Lewat 31-60 hari Rp 2.500.000 2% Rp 50.000 Lewat 61-90 hari Rp 1.500.000 5% Rp 75.000 Lewat 91-180 hari Rp 1.000.000 10% Rp 100.000 Lewat 181-365 hari Rp 1.175.000 20% Rp 350.000 >365 hari Rp 1.000.000 30% Rp 300.000 Jumlah Rp 20.000.000 Rp 351.250 Sumber Baridwan 2000:130 Berdasarkan Tabel di atas maka kerugian piutang tahun 2005 yaitu: Jumlah kerugian piutang Rp 351.250,00 Cadangan kerugian piutang Rp 50.000,00 Kerugian piutang yang dibebankan Rp 301.250,00 Maka jurnalnya yaitu: Kerugian Piutang Cadangan kerugian piutang Debet Rp 301.250,00 Kredit Rp 301.250,00 b. Metode penghapusan langsung (direct write off method) Dengan metode ini maka jumlah kerugian tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak ada rekening cadangan kerugian piutang. Apabila suatu piutang telah diyakini telah dapat ditagih, maka piutang langsung dihapuskan dengan mendebet kerugian piutang dan mengkredit piutang.

3. Penghapusan Piutang a. Metode penyisihan atau metode cadangan Debet Kredit Pencatatan pada akhir periode Kerugian piutang xxx Cdangan kerugian piutang xxx Periode piutang tidak dapat ditagih, piutang dihapuskan sebesar jumlah yang diyakini. Cadangan kerugian piutang xxx Piutang Xxx Piutang yang dihapuskan dibayar kembali oleh debitur Kas xxx Cadangan kerugian piutang xxx b. Metode penghapusan langsung Debet Kredit Pencatatan pada akhir periode Tidak ada jurnal - - Periode piutang tidak dapat ditagih, piutang dihapuskan sebesar jumlah yang diyakini. Kerugian piutang xxx Piutang xxx Piutang yang dihapuskan dibayar kembali oleh debitur Piutang xxx kerugian piutang xxx Pada saat penerimaan piutang Kas xxx Piutang xxx 4. Pengukuran Kebijakan Piutang Usaha Kebijakan piutang usaha dapat dinilai dengan perputaran piutang dimana posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut, yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Menurut Munawir

(2004:75) Makin tinggi rasio perputaran piutang (ratio turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau ratio semakin rendah berarti ada kelebihan investasi (over investment) dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut. C. Tingkat Rasio Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas Suatu perusahaan harus mempertahankan sumber kas yang mencukupi untuk membayar seluruh tagihannya yang sah pada saat tagihan itu jatuh tempo. Perusahaan yang tidak dapat mempertahankannya akan mengalami kesulitan likuiditas dan berada dalam kondisi keuangan yang sangat serius. Menurut Horne (2005:135) rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Menurut Riyanto (2001:25) likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial-nya yang segera harus dipenuhi. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo dan dalam menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban perusahaan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar

daripada hutang jangka pendeknya. Jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada saat tertentu merupakan kekuatan membayar kewajiban jangka pendek dari perusahaan yang bersangkutan. 2. Pengukuran Tingkat Likuiditas Menurut Riyanto (2001:332) rasio-rasio dalam likuiditas adalah current ratio, cash ratio, acid test ratio (quick ratio), dan working capital to total assets ratio. a. Rasio lancar (Current Ratio) Rasio umum yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan adalah current ratio yang memberikan ukuran kasar tentang likuditas perusahaan, sebagaimana yang dikemukakan Wals (2003:106) Perhitungan rasio ini didasarkan pada perbandingan sederhana antara total aktiva lancar dan kewajiban lancar. Aktiva lancar merupakan jumlah likuid, misalnya kas, yang tersedia untuk bisnis. Sementara kewajiban lancar memberikan indikasi kebutuhan akan kas di masa depan. Menurut Horne (2005:135): Rasio lancar adalah aktiva lancar dibagi kewajiban lancar. Ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban lancar dengan aktiva lancar perusahaan. Sawir (2005:8) mengatakan: Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo uang.

Aktiva lancar Rasio Lancar = x 100% Hutang Lancar b. Cash Ratio (Rasio kontan) Cash Ratio yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang segera dapat diuangakan. Kas + Efek Cash Ratio = x 100% Hutang Lancar c. Acid test Ratio (Rasio Cair atau Quick Ratio) Menurut Sartono (2000:62) quick ratio (acid test ratio) adalah rasio antara aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi hutang lancar. Rasio ini mengukur solvabilitas jangka pendek tetapi tidak memperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang liquid. Sedangkan menurut Horne (2005:69) acid test ratio memberikan ukuran yang mendalam tentang likuiditas daripada rasio lancar. Aktiva lancar - Persediaan Quick Ratio = x 100% Hutang Lancar d. Working Capital to Total Assets Working capital to total assets digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Working capital to

total assets adalah kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets). Aktiva lancar-hutang lancar Working capital to total assets= x100% Total Aktiva D. Analisis Kebijakan Piutang terhadap Tingkat Likuiditas Piutang sebagai bagian dari modal kerja yang selalu mengalami perputaran. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti makin kecil tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan sebaliknya, makin pendek syarat pembayaran kredit maka makin pendek pula terikatnya modal kerja dalam piutang, sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin besar. Tingkat perputaran piutang ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah dan lamanya piutang yang akan diberikan kepada pelanggan. Oleh karena itu, suatu sistem pengelolaan dan pengawasan terhadap piutang sangatlah penting, karena tanpa dilakukannya pengawasan, piutang akan menumpuk menjadi suatu tingkat yang berlebihan dan akan mengakibatkan arus kas akan menurun, dan piutang tak tertagih akan menutupi laba dari penjualan. Piutang adalah pos penting dalam perusahaan karena merupakan bagian akhir lancar yang likuid dan selalu dalam keadaan berputar. Dengan mengetahui

bagaimana tingkat perputaran piutang pada PT Inalum Kuala Tanjung, kita dapat mengukur pengaruh kebijakan piutang terhadap likuiditas perusahaan. Untuk menilai kebijakan piutang usaha salah satu yang dipergunakan adalah perputaran piutang yaitu mengkonversikan piutang menjadi kas dalam jangka waktu satu tahun. Dapat dicari dengan: Penjualan Perputaran piutang = Rata-rata piutang E. Tinjauan Penelitian Terdahulu Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan penulis berbentuk deskriptif yang bersifat penjelasan kuantitatif tentang analisis kebijakan piutang usaha, menghitung tingkat rasio likuiditas, dan menganalisis piutang usaha yang meningkatkan likuiditas. TABEL 2.1 TABEL TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Nama Tahun Judul Kesimpulan J. Melda D 2007 Penggaruh Piutang berpengaruh Simamira Perputaran Piutang positif dengan kuat terhadap Likuiditas terhadap likuiditas perusahaan pada PT pada PT Pertani Pertani (Persero) (Persero) wilayah wilayah Sumatera Sumatera Bagian Bagian Utara. Utara. Martinus K D 2006 Analisis Efektifitas Pengelolaan piutang Pengelolaan Piutang atas penjualan kredit

Elsrimawaty Silitonga atas Penjualan Kredit dan Pengaruhnya terhadap Profitabilitas pada PT AKARI Indonesia Cabang Medan. 2007 Akuntansi Piutang pada PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PERSERO) Medan sudah efektifitas dan berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada PT AKARI Indonesia Cabang Medan. Penyajian Piutang PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PERSERO) Medan cukup baik sesuai dengan akuntansi yang berlaku secara umum. F. Kerangka Konseptual GAMBAR 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL Laporan Keuangan PT Inalum Kuala Tanjung 2006 sampai 2008 Kebijakan piutang perusahaan Tingkat Likuiditas (rasio lancar, cash ratio, Acid test ratio/rasio cair, dan working capital to total assets)

Laporan keuangan PT Inalum Kuala Tanjung tahun 2006 sampai 2008 digunakan untuk menganalisis kebijakan piutang dan untuk menghitung rasiorasio likuiditas. Kebijakan piutang yang merupakan salah satu cara untuk melihat bagaimana pengelolaan piutang perusahaan. Menilai kebijakan piutang dengan menggunakan perputaran piutang akan mempengaruhi nilai dari aktiva lancar yang akan dipergunakan untuk menjaga tingkat likuiditas perusahaan (kemampuan memenuhi kewajiban perusahaan tepat pada waktunya). Tingkat likuiditas dapat dicari dengan menggunakan rasio-rasio likuiditas yaitu rasio lancar, cash ratio, acid test ratio (rasio cair), dan working capital to total assets. Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi kewajiban lancar dengan aktiva lancar perusahaan. Cash ratio kemampuan perusahaan membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan kas. Rasio cair mengukur solvabilitas jangka pendek. Working capital to total assets menghitung modal kerja yang dimiliki perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets). Analisis tingkat kebijakan piutang usaha dipergunakan untuk meningkatkan likuiditas dengan melihat pengaruh perputaran piutang usaha dengan tingkat rasio-rasio likuiditas.