SKRIPSI PENYUSUNAN RENCANA HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) DI PT PANGAN RAHMAT BUANA, SENTUL - BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI PENYUSUNAN RENCANA HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) DI PT PANGAN RAHMAT BUANA, SENTUL - BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

BAB I PENDAHULUAN. olahan susu. Produk susu adalah salah satu produk pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SKRIPSI PENYUSUNAN DRAF MANUAL PRE-REQUISITE HACCP DAN DRAF MANUAL HALAL UNTUK PKIS SEKAR TANJUNG. Oleh : RIZKI RAMADHANI F

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

I. PENDAHULUAN. maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan

HANS PUTRA KELANA F

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

I. PENDAHULUAN. Mutu sudah menjadi isu penting dalam menciptakan keunggulan perusahaan di

PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

PROYEK AKHIR SISTEM MANAJEMEN MUTU PERUSAHAAN SARI ROTI. PT NIPPON INDOSARI CORPINDO,Tbk.

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

BAB I PENDAHULUAN. laba yang diinginkan, menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

Click to edit Master title style Kuliah Program Magister Profesi Teknologi Pangan IPB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri makanan dan minuman di Indonesia pada saat ini semakin

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia berada pada posisi yang strategis antara dua benua dan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

STANDAR MUTU PRODUK OLAHAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA PENGOLAHAN KEFIR PERTAPAAN BUNDA PEMERSATU GEDONO DI SALATIGA SKRIPSI MIRA HOTRI

BAB I PENDAHULUAN I.1.

A. Latar Belakang Masalah

HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) SEBAGAI MODEL KENDALI DAN PENJAMINAN MUTU PRODUKSI PANGAN

A.PENDAHULUAN B.SKEMA PENJAMINAN KEAMANAN DAN MUTU BERDASARKAN PP NO. 28 TH.2004 C.SKEMA PENJAMINAN MUTU LAINNYA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tahun 2015 menjadi langkah utama PT. Charoen Pokphand - Food Division

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN. produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saat ini hampir semua orang membutuhkan camilan atau

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah salah satu

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

Company Profile. PT Ardena Artha Mulia

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi yang semakin cepat menimbulkan pesatnya

Lampiran 1. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau

PROSES PENGOLAHAN ROTI TAWAR DAN ROTI MANIS DI RAMAYANA BAKERY SURABAYA

Pelaksanaan Sistem Pengawasan Standart Mutu Pangan Kemasan Kripik Pisang Agung Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Di Kabupaten Lumajang JURNAL

APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

VERIFIKASI PENERAPAN GMP DAN SSOP MELALUI PENGUJIAN PRODUK PADA UNIT PENGOLAHAN YOGURT DI SALAH SATU KOPERASI PETERNAK SAPI (KPS) DI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN PANGAN FUNGSIONAL

Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang

BAB IV MANAJEMEN MUTU TERPADU

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

UPAYA MENINGKATKAN PENGENDALIAN KUALITAS KEAMANAN PANGAN UKM MELALUI PENERAPAN PRINSIP HAZARD ANALYSIS & CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP)

MEMPELAJARI SISTEM PENGENDALIAN MUTU?ADA PROSES PRODUKSI SAUS EMULSI DAN SAUS NON-EMULSI DI PT. SUBA INDAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dikonsumsi. Kualitas produk yang baik serta harga yang

Undang-undang Pangan No. 7/1996

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

0 Master 17 Desember 2014

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PERIKANAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

Kata kunci: GMP, HACCP, Pangan siap saji, danger zone

Analisa Mikroorganisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Mutu

LAMPIRAN: 2. Bagaimanakah tingkat keamanan produk perusahaan dan apakah sudah. pemerintah yaitu SNI, GMP dan HACCP?

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

SKRIPSI PENYUSUNAN RENCANA HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) DI PT PANGAN RAHMAT BUANA, SENTUL - BOGOR Oleh: CHITRA ANNISA MAHARANI F24103033 2008 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PENYUSUNAN RENCANA HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) DI PT PANGAN RAHMAT BUANA, SENTUL - BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: CHITRA ANNISA MAHARANI F24103033 2008 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Chitra Annisa Maharani. F24103033. Penyusunan Rencana Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) di PT Pangan Rahmat Buana, Sentul - Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Winiati P. Rahayu. RINGKASAN PT Pangan Rahmat Buana termasuk salah satu industri roti berskala menengah yang cukup berkembang di Indonesia. Saat ini PT Pangan Rahmat Buana telah menerapkan prinsip-prinsip persyaratan dasar untuk HACCP berupa GMP dan SSOP dan tengah menyusun dokumentasi untuk program HACCP. Hal tersebut dikarenakan beberapa customer yang berasal dari institusi menuntut adanya perbaikan dan pembangunan dalam hal jaminan keamanan pangan selain untuk meningkatkan kualitas produk itu sendiri. Good Manufacturing Practices (GMP) adalah cara memproduksi pangan yang baik yang dirancang untuk seluruh jenis operasi pengolahan yang tidak ditujukan untuk memonitor pengendalian bahaya, tetapi sebagai persyaratan minimal sanitasi dan pengolahan umum yang perlu diterapkan pada semua bangunan pengolahan pangan. Prosedur SSOP merupakan alat bantu dalam penerapan GMP karena berisi tentang perencanaan tertulis untuk menjalankan GMP, syarat agar penerapan GMP dapat dimonitor, dan adanya tindakan koreksi jika terdapat komplain, verifikasi, dan dokumentasi (FDA, 1995). Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem yang mengidentifikasikan bahaya spesifik yang mungkin timbul dalam mata rantai produksi makanan dan tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut dengan tujuan menjamin keamanan pangan. Proses pengumpulan informasi di dalam kegiatan magang ini dilakukan dengan 5 metode yaitu pengamatan keadaan umum perusahaan, review terhadap penerapan GMP dan SSOP, penyusunan rencana HACCP, pendokumentasian SOP untuk bagian Purchasing, Sales and Marketing, dan Human Resources Development, dan studi pustaka. Setelah dilakukan review terhadap pelaksanaan GMP dan SSOP kemudian dibuat revisi terhadap manual-manual GMP dan SSOP serta penyusunan manual pengendalian hama. Revisi juga dilakukan terhadap formulir yang terkait dengan pelaksanaan GMP dan SSOP, seperti formulirformulir audit GMP dan sanitasi. Rencana HACCP disusun mulai dari pembuatan denah tata letak dan layout produksi pabrik, perevisian dokumen struktur organisasi, pembuatan tabel kualifikasi, tugas, tanggung jawab tim HACCP, dan penyusunan HACCP Plan melalui 7 prinsip HACCP. Dokumentasi yang dilakukan pada bagian Purchasing, Sales and Marketing, dan Human Resources Development adalah berupa revisi SOP untuk ketiga bagian tersebut, pengumpulan formulir-formulir di tiap bagian tersebut, dan pendistribusian kepada ketiga bagian tersebut dan General Manager. Proses pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan tersebut kemudian diolah agar dapat menganalisis masalah yang terjadi dan berusaha memberikan saransaran yang sesuai untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan keamanan pangan di dalam perusahaan.

Pelaksanaan GMP dan sanitasi di PT Pangan Rahmat Buana masih harus ditingkatkan lagi agar dapat menunjang keberhasilan sistem HACCP yang akan diterapkan. PT Pangan Rahmat Buana belum memiliki unit water treatment dan pengolahan limbah yang memadai. Perusahaan juga belum mempunyai gudang khusus untuk menyimpan kemasan dan loker khusus untuk menyimpan bahan toksik. Komitmen manajemen dalam memfasilitasi dan mengawasi pelaksanaan GMP dan SSOP perlu ditingkatkan agar dapat meningkatkan semangat kerja dan kedisiplinan karyawan. Seharusnya manajemen dapat memberikan fasilitas yang memadai untuk menunjang pelaksanaan GMP dan SSOP. Perusahaan perlu mendaftar fasilitas yang dibutuhkan tersebut dan menyusunnya dalam skala prioritas dalam jangka pendek maupun panjang. Jadwal sanitasi masih belum dapat dilaksanakan dengan baik dikarenakan pembagian tugas yang belum efisien dan belum dilakukan pengawasan yang ketat. Kedisiplinan karyawan dalam mengenakan masker dan mensanitasi tangannya seharusnya lebih diawasi dengan ketat. Tim HACCP sebaiknya mulai melakukan pertemuan untuk mereview rencana HACCP secara keseluruhan dan mulai mengimplementasikannya. Bagian-bagian Purchasing, Sales and Marketing, dan Human Resources Development perlu mulai melakukan sosialisasi terhadap dokumen-dokumen SOP yang telah direvisi agar karyawan dapat memahami pekerjaan dan tanggung jawabnya dengan baik.

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Chitra Annisa Maharani, dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1985 sebagai anak pertama dari Bapak Anja Yonis Ramli dan Ibu Itje Sukmawati Dewi (Alm.). Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Islam Al-Hasanah pada tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTP Islam Al-Hasanah dan selesai pada tahun 2000. Penulis mengikuti pendidikan tingkat menengah atas di SMUN 90 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Bulan Juli 2003, penulis diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB melalui jalur USMI. Pada saat menempuh pendidikan SMU, penulis pernah menjadi Ketua Divisi Ilmu Pengetahuan Alam Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMUN 90 Jakarta dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler majalah SMUN 90 Jakarta. Semasa kuliah di IPB, penulis merupakan anggota HIMITEPA ITP-IPB. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan diantaranya menjadi Panitia Kegiatan Latihan Dasar Penelitian (LDP) Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMUN 90 Jakarta (2002), Seksi Publikasi dan Dokumentasi Lomba Cepat Tepat Ilmu Pangan (LCTIP XIII, 2005), Seksi Dana Usaha BAUR 2005, Seksi Acara Open Your Horizon yang diadakan oleh BEM Fateta (2003), dan Seksi Public Relation the 4th National Student Paper Competition (2005). Penulis juga mengikuti beberapa seminar dan pelatihan, diantaranya adalah Seminar FGW Student Forum pada tahun 2005, Presenter dalam National Student s Paper Competition (NSPC 2006), dan Pelatihan Auditor Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) tahun 2007.

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri pangan saat ini sudah selayaknya semakin menyadari akan pentingnya penerapan jaminan keamanan pangan. Hal ini didorong oleh semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap kualitas produk-produk pangan yang dikonsumsi. Penyebaran informasi yang sangat cepat melalui media massa mengenai kasus-kasus keracunan pangan dan bahaya-bahaya yang dikandung dalam bahan pangan menyebabkan masyarakat semakin teredukasi dan selektif dalam memilih produk-produk pangan yang beredar di pasaran. Maskur (2007) menyebutkan bahwa sepanjang empat tahun terakhir, industri jasa boga (katering) dan produk makanan rumah tangga menjadi penyebab terbesar keracunan pangan yaitu 31%, diikuti oleh pangan olahan sebesar 20%, jajanan 13%, dan lain-lain 5%. Akan tetapi jumlah kasus keracunan makanan yang diberitakan di media massa tidak sebanyak laporan yang diterima oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), yang disebabkan terbatasnya jumlah media massa yang tersedia dalam bentuk online dan tidak semua lokasi di Indonesia dapat terjangkau oleh pemberitaan media massa (Siswono, 2006). WHO (1998) di dalam Cahyono (2007) menyebutkan bahwa perbandingan antara kasus keracunan pangan yang dilaporkan dan yang sebenarnya terjadi adalah 1 : 10 untuk negara maju dan 1 : 25 untuk negara berkembang. Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakatnya. Di Indonesia, salah satu upaya pemerintah untuk melindungi konsumen dan produsen akan pangan yang sehat dan aman adalah dengan memberlakukan Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Bagian Keempat: Pengamanan Makanan dan Minuman), Undang- Undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Pemerintah Indonesia juga telah memiliki Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Namun Cahyono (2007) menyebutkan gambaran keamanan

pangan saat ini di Indonesia adalah masih ditemukan beredarnya produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan, masih banyak dijumpai kasus keracunan makanan, masih rendahnya tanggung jawab dan kesadaran produsen serta distributor tentang keamanan pangan yang diproduksi, dan masih kurangnya kepedulian dan pengetahuan konsumen terhadap keamanan pangan. Dampak buruk keracunan pangan bagi masyarakat adalah kerugian ekonomis, sakit atau meninggal pada korban keracunan, berkurangnya produktivitas kerja maupun terancamnya status kesehatan masyarakat dalam jangka panjang (Siswono, 2006). Adanya kasus-kasus mengenai keracunan pangan di seluruh dunia menyebabkan berbagai negara telah mengangkat isu keamanan pangan ke dalam dunia perdagangan. Beberapa negara menjadikan masalah keamanan pangan sebagai isu yang perlu diatur secara wajib (mandatory) dan negara lain ada yang mengaturnya secara sukarela (voluntary). Di Indonesia sendiri, Badan Standarisasi Nasional (BSN) masih mengatur masalah keamanan pangan secara sukarela, dan BPOM baru mewajibkan prerequisite sistem keamanan pangan melalui sertifikasi Cara Produksi Pangan yang Baik (Thaheer, 2005). Oleh karena keamanan pangan menjadi sangat penting di dunia perdagangan, industri pangan harus dapat menjamin produk-produknya aman untuk dikonsumsi, sehingga mampu bersaing dengan industri sejenisnya dan bahkan mampu mengekspor produknya. Produk yang aman merupakan persyaratan yang dituntut konsumen di samping penampilan, cita rasa, dan harga. Produsen memiliki tanggung jawab untuk memenuhi harapan konsumen tersebut (Mortimore dan Wallace, 1995). Untuk itulah sistem Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) mulai diterapkan di banyak negara di dunia. HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang mendasarkan pada kesadaran atau perhatian bahwa bahaya (hazard) akan timbul pada berbagai titik atau tahap produksi, tetapi dapat dilakukan tindakan pengendalian untuk mengontrol bahaya. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen risiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive)

yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan pangan yang aman. Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan tindakan pencegahan daripada mengandalkan kepada pengujian produk akhir. Di Australia, sistem HACCP telah dipadukan dengan ISO 9000:2000 yang diterbitkan International Organization of Standardization (ISO), dan disebut sebagai Safe Quality Food (SQF) 2000 (Thaheer, 2005). Saat ini sistem HACCP pun telah diintegrasikan ke dalam sistem mutu lain seperti ISO 15161:2001 dan ISO 22000:2005. Badan Standarisasi Nasional telah mengadopsi sistem HACCP dari Codex dan menerbitkannya melalui dokumen SNI 01-4852-1998. Pelaksanaan sistem HACCP tak pernah lepas dari pelaksanaan persyaratan-persyaratan dasar (prerequisite program). Sistem jaminan mutu keamanan pangan harus diawali dengan pelaksanaan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP). Di Indonesia, GMP dikenal dengan nama Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) yang telah diatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23/Menkes/SK/I/1978 dan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) yang diatur melalui Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.5.1639 tanggal 30 April 2003. Produk roti merupakan salah satu jenis produk pangan yang cukup digemari di Indonesia. Saat ini roti bahkan sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai pengganti nasi saat sarapan, terutama dikarenakan kepraktisan dan sebagai variasi dalam mengkonsumsi pangan. Teknologi pembuatan roti telah dikenal cukup lama dan termasuk teknologi pengolahan paling awal yang diterapkan manusia. Industri yang memproduksi roti juga beragam jenisnya mulai dari industri skala kecil hingga besar, dikarenakan pembuatan roti dapat dilakukan secara manual maupun otomatis (menggunakan mesin). Namun cara pengolahan roti juga membutuhkan penanganan yang baik jika industri menginginkan adanya penerapan keamanan pangan, terutama karena umur simpan roti yang cukup singkat, sekitar 3 5 hari pada suhu ruang.

PT Pangan Rahmat Buana termasuk salah satu industri roti berskala menengah yang cukup berkembang di Indonesia. Produk yang dihasilkan pun beragam jenisnya dengan merek produk yang paling terkenal saat ini adalah Le Gitt. Saat ini PT Pangan Rahmat Buana telah menerapkan prinsip-prinsip persyaratan dasar untuk HACCP berupa GMP dan SSOP dan tengah menyusun dokumentasi untuk program HACCP dikarenakan beberapa customer yang berasal dari institusi menuntut adanya perbaikan dan pembangunan dalam hal jaminan keamanan pangan selain untuk meningkatkan kualitas produk itu sendiri. B. TUJUAN Kegiatan magang memiliki tujuan umum memperluas wawasan mahasiswa mengenai industri pangan, melatih mahasiswa dalam menyusun sistem HACCP di industri pangan, menambah wawasan mengenai teknologi pembuatan roti dan jaminan mutu dalam skala industri, dan meningkatkan kemampuan dalam menyusun kerangka berpikir, memahami, dan memecahkan masalah. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah penyempurnaan panduan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP) untuk industri, merapikan sistem dokumentasi untuk Standard Operational Procedure (SOP) bagian Purchasing, Sales and Marketing, dan Human Resources Development, memberikan saran untuk memperbaiki sistem keamanan pangan, dan menyusun rencana sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Berdasarkan kegiatan dan data-data yang diperoleh selama proses magang maka disusunlah skripsi ini.

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. KONDISI UMUM PT Pangan Rahmat Buana adalah sebuah badan usaha (perseroan) yang didirikan pada tanggal 23 Januari 2001 dengan SIUP No. 8050/09-04/PB/XI/95. Perusahaan ini didirikan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia dengan akta No. 8 tertanggal 25 Oktober 2001. Manajemen PT Pangan Rahmat Buana yang dimiliki oleh Alwin Arifin dikelola oleh Cut Sjahrain Arifin sebagai Direktur Utama dan Hanafi Vivekananda sebagai General Manager. Gedung pabrik PT Pangan Rahmat Buana dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Pabrik PT Pangan Rahmat Buana (tampak depan) PT Pangan Rahmat Buana beroperasi mulai Agustus 2002 dan bergerak dalam bidang pengolahan pangan dengan hasil produksi berupa roti (bakery). Untuk meningkatkan mutu, rasa, kelembutan dan tekstur, metode yang digunakan dalam memproduksi roti adalah metode sponge and dough untuk sebagian besar jenis produk, namun ada pula proses produksi yang menggunakan metode straight dough. Jenis bakery yang sedang diproduksi saat ini adalah: (1) white bread (roti tawar), yang terdiri atas roti tawar sandwich, special bread, roti tawar kupas, dan roti tawar oatmeal, (2) sweet bread (roti manis), yang mempunyai beragam isi, yaitu coklat, keju, kornet, jagung krim, srikaya, coklat kacang, pisang coklat, pisang keju, (3) tear-off bread (roti sobek), yang terdiri atas roti sobek susu, roti sobek isi coklat, dan roti sobek isi coklat keju, (4) bun, yang terdiri atas hotdog dan burger, dan (5)