Kata kunci: GMP, HACCP, Pangan siap saji, danger zone
|
|
- Deddy Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) DAN PERENCANAAN SISTEM HACCP (HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT) UNIT PENYELENGGARA MAKANAN DI RUMAH SAKIT Amiroh 1, Parlin Dwiyana 1, Kusindrati Sudibyo 1 1 Program Studi D3 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta Alamat korespondensi D3 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta Jl.Raya Pondok Gede No Kramat Jati ABSTRAK Produk penyelenggara maka di rumah sakit yaitu maka siap saji. Maka tersebut dimaksudkan untuk mencapai status kesehatan yang optimal bagi pasien melalui pemberian diet yang tepat. Konsumen maka tersebut adalah populasi berisiko (orang sakit atau individu dengan daya tahan terbatas) sehingga jami keama pangan produk harus diperhatikan. Salah satu sistem untuk menjamin keama pangan yaitu sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan sistem audit GMP unit penyelenggara maka di rumah sakit, (2) mengevaluasi pemenuhan persyaratan pre-requisite HACCP pada unit penyelenggara maka di rumah sakit, (3) menyusun rencana HACCP steak ayam,(4) menyusun rekomendasi rencana HACCP. Hasil evaluasi GMP menunjukkan bahwa masih ada beberapa parameter yang belum memperoleh nilai sempurna. Parameter yang dimaksud antara lain (a) Tatatertib memasuki ruang pengolahan; (b) yang masih fluktuatif bahkan kadang-kadang diatas persyaratan; (c) Belum memasukkan faktor suhu sebagai salah satu faktor pengendalian keama pangan bagi penerimaan ayam segar; (d) maka saat distribusi masuk ke dalam wilayah bahaya (danger zone) yaitu 51 C. Hal ini dapat ditolerir jika waktu distribusi kurang dari 4 jam. Terdapat 5 (lima) titik kritis yang harus dikendalikan untuk penerapan sistem HACCP produk steak ayam di rumah sakit Haji Jakarta. Titik kritis yang dimaksud yaitu (a) pengecekan suhu ayam pada tahap proses penerimaan;(b) pengecekan menjelang dada ayam; (c) pengecekan menjelang ayam berbumbu; (d) pengecekan menjelang ayam hasil pan frying; serta (e) pengecekan suhu pegas air di ruang pewadahan (platting) menjelang penempatan steak ayam. Kata kunci: GMP, HACCP, Pangan siap saji, danger zone PENDAHULUAN Kegiatan pokok pelaya gizi di rumah sakit meliputi: penyelenggaraan maka, pelaya gizi rawat inap, konsultasi dan penyuluhan gizi serta penelitian dan pengembangan gizi terapan. Penyelenggaraan maka adalah suatu rangkaian kegiatan sejak perencanaan menu, pengadaan bahan maka, penerimaan,, persiapan, pengolahan, penyajian hingga pedistribusian maka kepada pasien. Produk penyelenggaraan maka di rumah sakit yaitu maka siap saji yang ditujukan bagi orang sakit. Maka siap saji adalah maka hasil proses dengan cara atau metode tertentu untuk langsung disajikan. Maka tersebut dimaksudkan untuk mencapai status kesehatan yang optimal bagi pasien melalui pemberian diet yang tepat. Maka siap saji tersebut ditujukan untuk konsumsi populasi beresiko (orang sakit atau individu dengan daya tahan terbatas) sehingga jami keama pangan produk harus diperhatikan. Salah satu maka siap saji yang diproduksi oleh unit penyelenggara Rumah Sakit Haji yaitu steak ayam. Proses pembuatan steak ayam dilakukan selama dua hari. Hari pertama proses persiapan dan melalui bertahap. Hari kedua, proses pengolahan sampai dengan distribusi. Pemanasan yang dilakukan lebih ditujukan untuk memberikan citarasa dan aroma. Dengan demikian produk ini sangat berisiko terjadi bahaya terutama bahaya biologi. Sistem Hazard Analysis Critical Control Ponit (HACCP) merupakan sistem pengendalian keama pangan berdasarkan tindakan pencegahan, sehingga sangat cocok untuk diterapkan sebagai sistem pengendalian keama pangan produk tersebut. Sebelum penerapan sistem HACCP, perlu pemenuhan persyaratan dasar (Pre-requisite) yang pada dasarnya mirip dengan diskripsi GMP (Good Manufacturing Practices). Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk menyusun panduan audit GMP yang sistematis dan terdiskripsi dengan baik sehingga evaluasi pemenuhan persyaratan GMP atau pre-requisite terukur dengan jelas. Selanjutnya perlu disusun rencana HACCP khusunya steak ayam untuk membantu unit penyelenggara maka di rumah sakit menerapkan keama pangan secara konsisten. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan penelitian yang dipergunakan dalam penelitian terdiri dari: (1) Form audit (check list) yang dikembangkan dari Peraturan Menteri Kesehatan 1
2 Republik Indonesia Nomor: 1096/MenKes/PER/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga; untuk mengetahui pemenuhan persyaratan dasar sistem HACCP unit penyelenggara maka di rumah sakit; (2) Lembar kertas kerja untuk deskripasi produk; (3) Lembar kertas kerja untuk mengidentifikasi potensi dan analisa bahaya serta mengembangkan tindakan pencegahan; (4) Lembar kertas kerja untuk menentukan titik kritis; (5) Lembar kertas kerja pengendalian mutu. Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian terdiri dari; (1) thermometer tusuk untuk mengetahui suhu ayam saat diterima maupun suhu proses pemasakan; (2) hygrometer untuk mengetahui suhu dan kelembaban yang diterapkan pada bahan baku basah maupun kering. Metode Penelitian 1. Pengembangan Sistem Audit GMP Sistem audit GMP dikembangkan berdasarkan hasil penelitian Amiroh (2013) dan Astuti Yuana (2013). Kedua peneliti mendasarkan audit GMP pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1096/MenKes/PER/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga. Susu panduannya mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Maka Republik Indonesia tahun 2003 Nomor: HK tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (BPOM, 2003) yaitu sebagai berikut: pendahuluan yang berisi penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan oleh auditor sebelum melaksanakan audit; formulir pemeriksaan sarana produksi; kriteria penilaian masing-masing komponen; cara penilaian; dan tindak lanjut/saran perbaikan. 2. Evaluasi Pemenuhan Persyaratan Pre-Requisite Program HACCP Evaluasi pemenuhan pre-requisite program HACCP dilakukan menggunakan panduan audit yang telah tersusun. Hasil audit dibandingkan dengan persyaratan standar yang telah ditentukan yaitu Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor: 1096/MenKes/PER/VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga. Evaluasi dilakukan terhadap kesenjangan antara hasil audit dan persyaratan. Data diperoleh dengan cara mengamati keadaan nyata di unit penyelenggara maka di rumah sakit, wawancara dan pencatatan data yang ada di rumah sakit. 3. Menyusun Rencana HACCP Rencana HACCP disusun melalui 5 (lima) langkah awal persiapan yaitu membentuk tim HACCP; mendeskripsikan produk; mengidentifikasi tujuan penggunaan; menyusun diagram alir; dan memverifikasi diagram alir di lapangan. Selanjutnya melakukan 7 (tujuh) langkah berikutnya yaitu mendaftar semua potensi bahaya; menganalisa bahaya tersebut serta mengembangkan tindakan pencegahannya; menentukan CCP (Critical Control Point) dan tindakan pencegahannya; menetapkan batas kritis; menetapkan prosedur monitoring; menetapkan tindakan koreksi; menetapkan prosedur verifikasi; serta mengembangkan sistem pencatatan dan pembukuan data (record keeping system). 4. Menyusun Rekomendasi Penerapan HACCP Rekomendasi untuk penerapan HACCP produk pada unit penyelenggara maka di rumah sakit disusun berdasarkan hasil verifikasi dan validasi sistem HACCP yang akan disusun. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengembangan Sistem Audit GMP Hasil pengembangan sistem audit GMP, terbentuk panduan dengan susu pendahuluan yang berisi penjelasan tentang persiapan yang harus dilakukan oleh auditor sebelum melaksanakan audit; formulir pemeriksaan sarana produksi; kriteria penilaian masingmasing parameter; cara penilaian; dan tindak lanjut/saran perbaikan. Ada 15 parameter yang harus dinilai yaitu (1) Bangu dan Fasilitas, (2) Lingkungan Dapur Gizi, (3) Ruang Pengolahan Maka, (4) Peralatan Memasak, (5) Fasilitas Sanitasi (6) Penyimpa Bahan Baku, (7) Pewadahan (platting), (8) Pengendalian Proses (9) Manajemen Pengawasan, (10) Pengendalian Hama, (11) Hygiene Karyawan, (12) Tempat Penyajian dan Etiket, (13) Distribusi Maka, (14) Pelatihan Karyawan, serta (15) Pencatatan dan Dokumentasi. 2. Hasil evaluasi pemenuhan persyaratan Prerequisite program HACCP Hasil evaluasi GMP menunjukkan bahwa masih ada beberapa parameter yang belum memperoleh nilai sempurna. Parameter yang dimaksud antara lain (a) Ruang pengolahan, terutama tatatertib memasuki ruang pengolahan, kadang-kadang masih ada karyawan yang tidak berkepentingan berada di dalam ruang tersebut; ruang persiapan, ruang pengolahan, ruang pemorsian dan ruang pewadahan (platting) masih menyatu (tidak bersekat); (b) Penyimpa bahan baku, terutama dingin, masih fluktuatif bahkan kadang-kadang diatas persyaratan. Saat pengamatan yaitu 8 C; (c) Pengendalian proses, faktor suhu sebagai salah satu faktor pengendalian keama pangan bagi penerimaan ayam segar belum masuk ke dalam komponen standar spesifikasi; (d) Distribusi maka, suhu maka saat distribusi masuk ke dalam wilayah bahaya (danger zone) yaitu 51 C. Kondisi ini memudahkan mikroba berkembang biak. Kondisi dapat ditolerir jika waktu berada di wilayah bahaya tersebut kurang dari 4 jam (Jorge H, 2000). 3. Penyusu rencana HACCP Hasil kajian disarankan yang menjadi anggota tim HACCP yaitu kepala instalasi gizi, peggungjawab pengolahan, peggungjawab gizi rawat inap dan petugas gudang. Mereka inilah yang dianggap paling memahami mata rantai proses produksi. Steak ayam dideskripsikan sebagai pangan siap santap yang terbuat dari ayam fillet, dilumuri dengan bumbu, ditumis dan selanjutnya ditambah dengan saos. Steak ayam diperuntukkan bagi pasien yang berdiet biasa dan maka lunak. Diagram alir pembuatan steak ayam dapat dilihat pada Gambar 1. 2
3 Gambar 1. Diagram alir pembuatan steak ayam Hasil analisis bahaya terhadap tahap proses yang tergambar pada diagram alir produk, diperoleh bahwa tahap proses yang berisiko yaitu 1). Penerimaan ayam. ayam saat penerimaan >5⁰ C. dimana mikroba tumbuh subur (danger zone ); 2). Penyimpa dingin untuk dada ayam, ayam fillet berbumbu maupun ayam hasil panfrying. yang digunakan berfluktuasi dan pernah mencapai suhu 8⁰ C, kelembaban 90 %, kondisi dimana mikroba tumbuh subur; 3). Proses pemanasan baik saat pemanasan pan frying maupun pemanasan bersama saos. Belum terdapat Standard Operational Procedure (SOP) untuk proses pemanasan sehingga dikhawatirkan pemanasannya tidak konsisten; 4). Platting (pewadahan). Di ruang platting terdapat pegas air (Bain Marie) untuk mempertahankan maka tetap panas, tetapi sering mengalami gangguan. Hasil analisis Critical Control Point (CCP) terhadap empat proses tersebut, yang termasuk CCP adalah penerimaan ayam, dingin dan platting. Batas kritis (Critica Limit/CL) untuk proses penerimaan ayam yaitu standar spesifikasi ayam yang telah ditetapkan RS Haji dan suhu ayam saat diterima. Standar spesifikasi telah disusun berdasarkan peraturan yang ada (SNI) sehingga hal itu menjadi batas kritis yang harus dipenuhi. Secara umum, kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan mikroba adalah antara 5 63⁰ C atau sering disebut sebagai daerah berbahaya (danger zone ). Oleh karena itu suhu saat ayam diterima harus < 5 ⁰C untuk menjamin tidak ada pertumbuhan mikroba pada ayam yang diterima. Batas kritis tahap proses dada ayam, ayam berbumbu dan ayam hasil pan frying yaitu tempat harus selalu < 5 ⁰C. Seperti diuraikan di atas bahwa kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan mikroba adalah antara 5 63⁰ C, maka untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada ayam, tempat harus bersuhu < 5 ⁰ C. Batas kritis tahap proses platting yaitu suhu pegas air harus selalu > 65 ⁰C agar maka yang dipanaskannya bersuhu minimal 65 ⁰C sehingga pertumbuhan mikroba terhambat (di luar danger zone). Jika suhu maka di bawah 65 ⁰C (ada di wilayah danger zone) agar pertumbuhan mikroba tidak melewati batas aman maka tidak boleh lebih dari 4 jam. Hal ini mengacu pada sepuluh petunjuk yang dikeluarkan oleh WHO dimana salah satunya yaitu jika ingin menyiapkan pangan sebaiknya disimpan pada suhu 5 60 ⁰C tidak lebih dari empat atau lima jam (Rahayu, 2011). Pemantauan (monitoring) CCP dan CL mencakup elemen-elemen apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana monitoring akan dilakukan. Jika pada saat monitoring ditemukan bahwa CL tidak terpenuhi, maka dilakukan tindakan koreksi. Selanjutnya perlu dilakukan verifikasi yang dimaksudkan untuk menjamin bahwa rencana yang telah disusun dapat mengendalikan keama pangan secara efektif. Tindakan verifikasi yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu pemeriksaan secara berkala terhadap total mikroba maupun salmonella yang terdapat pada ayam saat diterima; kalibrasi termometer pengukur maupun pegas air. Prosedur monitoring, tindakan koreksi, dan verifikasi tergambar pada Tabel 2. Agar dapat menerapkan sistem HACCP produk steak ayam, unit penyelenggara maka rumah sakit Haji direkomendasikan untuk menyempurnakan beberapa hal antara lain a) perlu adanya tata tertib memasuki ruang pengolahan dan ruang pewadahan (platting); sebaiknya ada sekat (terpisah) antara ruang persiapan, ruang memasak dan ruang pewadahan (platting); b) tempat bahan baku khususnya dan pegas air perlu diperbaiki sehingga pencapaian suhu sesuai dengan yang dikehendaki; c) perlu penyempurnaan standar spesifikasi bahan baku khususnya ayam sehingga memenuhi persyaratan keama pangan; d) sebaiknya suhu maka dapat dipertahankan dibawah 5 C atau diatas 65 C. Jika terpaksa tidak dapat dikendalikan sedemikian itu, maka paling lama 4 jam maka tersebut berada di antara suhu 5 65 C. 3
4 Tabel 2. Prosedur Verifikasi CCP CL Monitoring Tindakan Koreksi Verifikasi Apa Siapa Bagaimana Di mana Kapan 1 Sesuai spesifikasi ayam segar. Mutu ayam penerimaan Bandingkan dengan standar spesifikasi. penerima an Saat barang (ayam) datang Menolak ayam yang datang, melapor ke pembelian Secara berkala dilakukan pengujian TPC dan Salmonella pada ayam yang diterima ayam saat penerimaan pegas air > 65 C ayam pendi-ngin pendi-ngin steak ayam Petugas plattig Ukur suhu ayam menggunak an thermometer tusuk Mempertah ankan suhu pegas ruang platting Sela-ma plattig steak ayam Melapor ke teknisi untuk segera memperbaiki kerusakan (dalam hal ini ketidak tepatan suhu) Kalibrasi termometer pengukur Kalibrasi termometer pengukur suhu pegas KESIMPULAN Hasil analisis justifikasi dalam rangka menyusun panduan audit, ditetapkan ada 15 parameter yang harus dievaluasi. Parameter yang dimaksud antara lain: Bangu dan Fasilitas; Lingkungan dapur gizi; Ruang Pengolahan Maka; Peralatan Memasak; Fasilitas Sanitasi; Penyimpa Bahan Baku; Pemorsian; Pengendalian Proses; Manajemen Pengawasan; Pengendalian Hama; Hygiene Karyawan; Kemasan dan etiket; Distribusi Maka; Pelatihan Karyawan; serta Pencatatan dan Dokumentasi. Hasil evaluasi GMP menunjukkan bahwa masih ada beberapa parameter yang belum memperoleh nilai sempurna. Parameter yang dimaksud antara lain (a) Ruang pengolahan, (b) Penyimpa bahan bakuterutama dingin, (c) Pengendalian proses; dan Distribusi maka. Terdapat 5 (lima) titik kritis yang harus dikendalikan untuk penerapan sistem HACCP produk steak ayam di Rumah Sakit Haji Jakarta. Titik kritis yang dimaksud yaitu (a) pengecekan suhu ayam pada tahap proses penerimaan; (b) pengecekan menjelang dada ayam, (c) pengecekan suhu menjelang ayam berbumbu; (d) pengecekan menjelang ayam hasil pan frying; serta (e) pengecekan suhu pegas air di ruang pewadahan (platting) menjelang penempatan steak ayam. Jika unit penyelenggara maka Rumah Sakit Haji telah siap untuk menerapkan sistem HACCP khususnya produk steak ayam, maka ada beberapa hal yang perlu disempurnakan yaitu antara lain a) perlu adanya tata tertib memasuki ruang pengolahan dan ruang pewadahan (platting); sebaiknya ada sekat (terpisah) antara ruang persiapan, ruang memasak dan ruang pewadahan (platting); b) tempat bahan baku khususnya dan pegas air perlu diperbaiki sehingga pencapaian suhu sesuai dengan yang dikehendaki; c) perlu penyempurnaan standar spesifikasi bahan baku khususnya ayam sehingga memenuhi persyaratan keama pangan; d) sebaiknya suhu maka dapat dipertahankan dibawah 5 C atau diatas 65 C. Jika terpaksa tidak dapat dikendalikan sedemikian itu, maka paling lama 4 jam maka tersebut berada di antara suhu 5 65 C. DAFTAR PUSTAKA Amiroh, 2013, Pengembangan Sistem Cara Produksi Maka Enteral yang Baik (CPMEB) dan Aplikasinya di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta, skripsi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Aritog I, 2011, Penyelenggaraan maka manajemen sistem pelaya gizi swakelola dan jasaboga di instalasi gizi rumah sakit. Grafina Mediacipta. Astuti Yuana, 2013, Gambaran Penerapan Cara Produksi Frozen Food Yang Baik Di PT. X, Tahun 2013, Karya Tulis Ilmiah, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MH. Thamrin, Jakarta [BPOM]. Badan Pengawas Obat dan Maka Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Maka Republik Indonesia Nomor: HK tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). Jakarta: Badan POM Republik Indonesia. 4
5 [BPOM]. Badan Pengawas Obat dan Maka Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keama, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta: Badan POM Republik Indonesia. Dewanti-Hariyadi R HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pendekatan Sistemik Pengandalian Keama Pangan. Dian Rakyat. Jakarta. Ewen CDT, Barry SM, Judy DG, Debra S, John H, Charles AB Outbreaks where food workers have been implicated in the spread of foodborne disease.part 7. Barriers to reduce contamination of food by workers J Food Prot 73 (8) [10 September 2012]. Hariyadi P, Dewanti-Hariyadi R Memproduksi Pangan yang Aman. Dian Rakyat. Jakarta. [JCI]. Joint Commission International Accreditation Standards for Hospital th edition. Januari 2013]. Kementerian Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1096/Men/Kes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Menteri kesehatan. Rahayu WP Keama Pangan untuk Mendukung Industri Jasaboga. Di dalam: Rahayu WP dkk, Keama Pangan Peduli Kita Bersama. IPB Press, Bogor. 5
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
III. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 meliputi tahap penyusunan pedoman dan panduan audit CPMEB, pelaksanaan uji coba dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian terhadap kecukupan Sistem Keamanan Pangan untuk Industri Jasa Boga dilakukan dengan pengambilan data di beberapa instansi terkait yaitu Direktorat
Lebih terperinciPRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI
PRINSIP PENERAPAN HACCP DI INDUSTRI PANGAN SIAP SAJI BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Pedoman
Lebih terperinci4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A
4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) Di Katering A Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa sebuah proses produksi dari
Lebih terperinciTUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt
TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri berbasis rumah tangga yang bergerak dalam bidang pengolahan bahan pangan asal ternak dan supermarket.
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP
90 4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP Checklist Standard Sanitation Operational Procedur (SSOP) (Lampiran 4) menunjukkan nilai akhir 83. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017
- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciGambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut
A. Penerapan Cara Peoduksi Perikanan laut yang Baik (GMP/SSOP/HACCP) HACCP merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia, dimana persyaratan itu harus memenuhi syarat-syarat bagi kesehatan hidup manusia. Syarat-syarat makanan yang baik diantaranya
Lebih terperinciNur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang
Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id Materi Sosialisasi GMP dan Keamanan Pangan 11/17/2011 1 HACCP
Lebih terperinciEVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL. Oleh: TIMOR MAHENDRA N C
EVALUASI RISIKO BAHAYA KEAMANAN PANGAN (HACCP) TUNA KALENG DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL Oleh: TIMOR MAHENDRA N C 34101055 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan layur (Trichiurus sp.) adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia terutama di perairan Palabuhanratu.
Lebih terperinciPengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
Pengantar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) 1 Pendahuluan Teknologi Dampak positip pengawetan peningkatan tampilan peningkatan gizi kecepatan penyajian > Dampak pengiring?? 2 Kemungkinan selama
Lebih terperinciBAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN
- 18 - BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN A. PENYELENGGARAAN 1. Peserta, Penyelenggara, Penanggung Jawab dan Pembina Teknis a. Peserta pelatihan adalah setiap orang dan/atau pengusaha/pemilik/penanggung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan hasil perikanan memegang peranan penting dalam kegiatan pascapanen, sebab ikan merupakan komoditi yang sifatnya mudah rusak dan membusuk, di samping itu
Lebih terperinciSISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN
SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:
Lebih terperinciMETODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
3. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu penilaian program kelayakan dasar (pre requisite program), evaluasi penerapan program Hazard Analysis Critical
Lebih terperinci11/22/ Menentukan CCP. 1. Menyusun TIM HACCP. 8. Menetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP Prinsip Mendeskripsikan produk
!"#"$$% &!'#(!"#"$ ('"$" 12 LANGKAH APLIKASI HACCP (CODEX) 1. Menyusun TIM HACCP 2. Mendeskripsikan produk 3. Identifikasi Penggunaan Produk 4. Menyusun Diagram Alir 5. Melakukan Verifikasi Diagram Alir
Lebih terperinciKAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F
KAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F02495040 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciKAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F
KAJIAN AWAL SISTEM PENGAWASAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI SOSlS DAN DELICATESSEN Dl PT. SOELINA INTER KARYA PROCESSING, JAKARTA OLEH DESIAFIA F02495040 1999 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU
Lebih terperinciPENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT
SKRIPSI PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUK CROISSANT DI PT. CIPTAYASA PANGAN MANDIRI PULOGADUNG JAKARTA Oleh ABDUROHMAN F02400012 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. MAKANAN ENTERAL
II. TINJAUAN PUSTAKA A. MAKANAN ENTERAL Pemberian makanan yang tepat pada pasien akan meningkatkan kualitas hidup, mencegah malnutrisi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Ditinjau dari teksturnya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM CARA PRODUKSI MAKANAN ENTERAL YANG BAIK (CPMEB) DAN APLIKASINYA DI RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD JAKARTA AMIROH
PENGEMBANGAN SISTEM CARA PRODUKSI MAKANAN ENTERAL YANG BAIK (CPMEB) DAN APLIKASINYA DI RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD JAKARTA AMIROH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinci2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciThe Hazard Analysis and Critical Control Point System
The Hazard Analysis and Critical Control Point System HACCP merupakan metode yang rasional & alamiah untuk penjaminan mutu makanan. Sistem ini terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak asasi setiap orang untuk keberlangsungan hidupnya. Makanan adalah unsur terpenting dalam menentukan
Lebih terperinciHAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PENGELOLAAN MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG
Iffa Z. dan Sudarmaji, HACCP pada Pengelolaan Makanan di Rumah Sakit HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PENGELOLAAN MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM LUMAJANG Hazard Analysis
Lebih terperinciAnalisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian
Analisis Risiko Pengolahan Hasil Pertanian Tekn. Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi Risiko Risiko merupakan ketidakpastian (risk is uncertainty) dan kemungkinan terjadinya hasil yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PENGENDALI HAMA PENYAKIT DAN MUTU IKAN
Lebih terperinciMATERI III : ANALISIS BAHAYA
MATERI III : ANALISIS BAHAYA (Prinsip HACCP I) Tahap-tahap Aplikasi HACCP 1 1. Pembentukan Tim HACCP 2. Deskripsi Produk 3. Indentifikasi Konsumen Pengguna 4. Penyusunan Bagan alir proses 5. Pemeriksaan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data
20 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar dalam mengulas berita tentang keamanan pangan. Ulasan berita tersebut menjadi tajuk utama, khususnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumen masa kini lebih cerdas dan lebih menuntut, mereka mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai gizi yang tinggi, harga terjangkau, rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian menjamur. Berbagai variasi bumbu dan metode penyajian pun dapat dijumpai. Seiring dengan perkembangan jaman,
Lebih terperinciPANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.03 RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.03 RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 SURAT KEPUTUSAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan produk-produk pangan untuk tetap dapat hidup dan. menyehatkan, aman untuk dikonsumsi dan praktis untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pangan di era globalisasi merupakan salah satu industri yang perkembangannya cukup pesat dan berdampak besar dalam kemajuan era globalisasi itu sendiri. Pangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan
52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian mengenai Manfaat Hasil Belajar Manajemen Sistem Penyelenggaraan
Lebih terperinciKAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG
KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG SKRIPSI ELLYTA WIDIA PUTRI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
13 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia kuliner saat ini di Indonesia khususnya di Semarang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Jenis-jenis industri kuliner yang ada di Semarang sangat beraneka ragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan modal pokok dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negara. Pemerintah telah telah merencanakan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan
Lebih terperinciSosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012
Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012 Issue : Kemampuan petani didalam menjamin mutu dan keamanan pangan segar yg dihasilkan relatif
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu proses berfikir dari menemukan masalah, mengumpulkan data, baik melalui tinjauan pustaka maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan
Lebih terperinciSistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya
Standar Nasional Indonesia SNI 01-4852-1998 Sistem analisa bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya Badan Standardisasi i Nasional - BSN Standar ini merupakan adopsi secara
Lebih terperinciTATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA
5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA
Lebih terperinciAnalisa Mikroorganisme
19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging
Lebih terperinciTugas Mutu dan Keamanan Pangan. Rencana Kerja Jaminan Mutu HACCP Ebi Furay / Udang Goreng Tepung
Tugas Mutu dan Keamanan Pangan Rencana Kerja Jaminan Mutu HACCP Ebi Furay / Udang Goreng Tepung Disusun oleh : Gardinia Nugrahani 22030112130017 Devi Elvina Rachma 22030112130043 Normasari Yustitie 22030112140049
Lebih terperinciFORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :
Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN
Lebih terperinciSKRIPSI PENYUSUNAN RENCANA HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) DI PT PANGAN RAHMAT BUANA, SENTUL - BOGOR
SKRIPSI PENYUSUNAN RENCANA HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) DI PT PANGAN RAHMAT BUANA, SENTUL - BOGOR Oleh: CHITRA ANNISA MAHARANI F24103033 2008 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciIII. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi
III. METODA KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan
Lebih terperinci2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai negara termasuk Indonesia. Ditinjau dari aspek keamanan pangan, globalisasi tersebut dapat memperbesar
Lebih terperinciISBN Petunjuk Sederhana MEMPRODUKSI PANGAN YANG AMAN 2009 Dian Rakyat, Indonesia. Diterbitkan oleh DIAN RAKYAT - Jakarta Anggota IKAPI
---- ISBN 979-523-978-3 Petunjuk Sederhana MEMPRODUKSI PANGAN YANG AMAN 2009 Dian Rakyat, Indonesia Diterbitkan oleh DIAN RAKYAT - Jakarta Anggota IKAPI Manager Proyek Assc. Manager Proyek Penulis Editor
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi optimal seperti vitamin, mineral,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENYUSUNAN PEDOMAN CPMEB Penetapan aspek dan parameter. Proses dan hasil penetapan aspek serta parameter CPMEB dapat dilihat pada Lampiran 3 yang berisi perbandingan peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, makhluk hidup membutuhkan makanan, karena dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal.
Lebih terperinciMEMPELAJARI SISTEM PENGENDALIAN MUTU?ADA PROSES PRODUKSI SAUS EMULSI DAN SAUS NON-EMULSI DI PT. SUBA INDAH
MEMPELAJARI SISTEM PENGENDALIAN MUTU?ADA PROSES PRODUKSI SAUS EMULSI DAN SAUS NON-EMULSI DI PT. SUBA INDAH Oleh : PAULA SINTA CHRISTANTI P 31.1114 1998 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciAPLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN
APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES, SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN TITIK KENDALI KRITIS PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI KOPERASI PETERNAK BANDUNG SELATAN SKRIPSI DINNI RAHMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga setiap orang perlu dijamin dalam memperoleh pangan yang bermutu dan aman. Penyediaan pangan
Lebih terperinciCARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)
CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA TUJUAN KHUSUS Memberikan
Lebih terperinciPERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**
PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 1. Jaminan Mutu Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan
Lebih terperincig. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi
g. Pemeliharaan dan Program Higiene Sanitasi Fokus Menghindari Pencemaran dan Penurunan Mutu Produk Pemeliharaan dan Pembersihan Prosedur Pembersihan dan Sanitasi Program Pengendalian Hama (Mencegah, Pemasangan
Lebih terperinciCPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)
CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR3 TAHUN2017 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETENSI KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1
PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1 WAHYUNI AMELIA WULANDARI 2, WIWIT ESTUTI 3 dan GUNAWAN 2 2 BPTP Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Kota Bengkulu 38119 3
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Katering merupakan suatu industri jasa boga dalam melayani pemesanan makanan pada jumlah yang banyak. Pola hidup yang semakin berkembang dan serba cepat mengakibatkan
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PELATIHAN FOOD SERVICE MANAGEMENT
LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN FOOD SERVICE MANAGEMENT PUTRI RONITAWATI PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017 1. Latar Belakang Food service merupakan salah satu
Lebih terperinciA.PENDAHULUAN B.SKEMA PENJAMINAN KEAMANAN DAN MUTU BERDASARKAN PP NO. 28 TH.2004 C.SKEMA PENJAMINAN MUTU LAINNYA
A.PENDAHULUAN B.SKEMA PENJAMINAN KEAMANAN DAN MUTU BERDASARKAN PP NO. 28 TH.2004 C.SKEMA PENJAMINAN MUTU LAINNYA From surveys [1] to several parts in West Jawa (Bandung, Subang, Garut, Purwakarta, Sukabumi,
Lebih terperinciPalembang Zuhri, Tangerang Christiyanto, 2002
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang dikonsumsi dapat berasal dari kafe, restoran, kantin, dan industri katering yang sudah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN PERATURAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SELAKU OTORITAS
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata I (S1) Disusun Oleh :
PENGUKURAN PERFORMANSI MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN UNTUK MENENTUKAN CORRECTIVE & PREVENTIVE ACTION BERDASARKAN IMPLEMENTASI ISO 22000 : 2005 DENGAN MENGGUNAKAN METODE PDCA (Studi Kasus di PT. Mayora Indah
Lebih terperinciParancangan Sistem HACCP dan OPRP di PT. X
Parancangan Sistem HACCP dan OPRP di PT. X Glory Leuw 1*, Kriswanto Widiawan 2 Abstract: The design of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) and OPRP (Operational Pre Requisite Program) systems
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di PT. Graha Insan Sejahtera yang berlokasi di salah satu Perusahaan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jalan Muara
Lebih terperinciGMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik
GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini perkembangan zaman yang diingiringi dengan inovasi-inovasi dalam bidang pangan khususnya. Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA
PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan 1 PROSEDUR Direktorat
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciBAB III METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan BAB III METODE PELAKSANAAN Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai bulan Maret - Juni 2016 di UKM tahu bakso EQ di Perumahan Singkil Rt 02 Rw 05, Singkil,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA
Lebih terperinciDAFTAR ISI... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv vii xiv xx BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
Lebih terperinciHANS PUTRA KELANA F
KAJIAN SISTEM MANAJEMEN TERPADU (ISO 9001:2000 DAN ISO 22000:2005) DI PERUSAHAAN GULA RAFINASI MELALUI MAGANG DI PERUSAHAAN JASA KONSULTASI, PREMYSIS CONSULTING, JAKARTA HANS PUTRA KELANA F24104051 2009
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 sampai dengan 5 Juni 2013 di PT. Awindo Internasional Jakarta. PT. Awindo Internasional terletak
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 1-5 ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 1-5 ISSN : 2088-3137 ANALISIS BAHAYA DAN PENENTUAN TITIK PENGENDALIAN KRITIS PADA PENANGANAN TUNA SEGAR UTUH DI PT. BALI OCEAN ANUGRAH LINGER
Lebih terperinciClick to edit Master title style Kuliah Program Magister Profesi Teknologi Pangan IPB
Click to edit Master title style Kuliah Program Magister Profesi Teknologi Pangan IPB RIA dan STUDI KASUSNYA PIAGAM BINTANG KEAMANAN PANGAN Winiati P. Rahayu Pendahuluan Department of Food Science and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Makanan juga
Lebih terperinciPENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS
PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS Rina Febriana, Guspri Devi Artanti 2 Abstrak : secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciPENYIAPAN KELAYAKAN PERSYARATAN DASAR DAN PENYUSUNAN RENCANA HACCP
PENYIAPAN KELAYAKAN PERSYARATAN DASAR DAN PENYUSUNAN RENCANA HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) UNTUK PRODUKSI MI KERING PADA PT KUALA PANGAN DI CITEUREUP, BOGOR AGUS SUDIBYO SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciRUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA
RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA 1 TUJUAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MEMAHAMI LATAR BELAKANG KONSEP MUTU MAHASISWA MEMAHAMI MASALAH YANG TERJADI DI MASYARAKAT MAHASISWA MEMAHAMI PENGERTIAN MUTU
Lebih terperinciPENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol., No., November 2009 PENERAPAN HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DALAM PENYELENGGARAAN WARUNG MAKAN KAMPUS Rina Febriana, Guspri Devi Artanti 2 Abstrak
Lebih terperinciPANDUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT AULIA TAHUN 2015
PANDUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT AULIA TAHUN 2015 I. PANDUAN PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN II. PANDUAN PELAYANAN GIZIRAWAT INAP III. PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN IV. PANDUAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinci