PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIA TODDLER DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIAPRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

Katinawati*) Ns. Sri Haryani, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes, Biomed**) ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP RESPON PENERIMAAN OBAT PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

DAMPAK TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RS. ISLAM KLATEN. Widiawati, Suyami.

PENGARUH TERAPI BERMAIN ROLE PLAY TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH SAAT PEMBERIAN OBAT ORAL DI RSUD TUGUREJO SREMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun


FLORENTIANUS TAT 1, SELFIANA A. SING 2. Abstract

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

Pengaruh Permainan Edukatif Terhadap Perkembangan Pada Anak Di PAUD Cinta Bunda Desa Baran Sukoharjo

JURNAL ARIF FIRMANTO J. ATISINA NIM :

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TEMPERAMEN PADA ANAK USIA SEKOLAH AKIBAT HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD AMBARAWA

Hubungan Antara Peran Orang Tua 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TODDLER

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MARTHA AYU RACHMADANI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

Keyword: Parenting, The States of Cooperative in Children, Children Aged 6-12 years old

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK COMMUNICATION WITH IMPACT OF NURSE HOSPITALISASI IN CHILDREN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

EFEKTIFITAS LINGKUNGAN TERAPETIK TERHADAP REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

I. PENDAHULUAN Hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak- anak, terutama selama tahun-tahun awal, sangat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN PELIBATAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

EFEKTIVITAS TERAPI BERMAIN PUZZLE DENGAN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSUD 45 KUNINGAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

EFEKTIVITAS BERMAIN TERHADAP STRES HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH YANG SEDANG DIRAWAT DI RRI ANAK RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2012

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

Transkripsi:

PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIA TODDLER DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Dwi Andik Santoso*), Sri Haryani S.**), Wulandari Meikawati***) *) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. ***) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Semarang. ABSTRAK Seorang perawat yang merawat dan menangani klien harus memiliki kemampuan melakukan pendekatan dan komunikasi kepada anak karena sesuai dengan karakteristik perkembangan, sering kali sulit diajak kerja sama. Oleh karena itu, perawat harus menggunakan komunikasi terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku kooperatif anak usia toddler di RSUD Tugurejo Semarang. Variabel bebas penelitian ini adalah komunikasi terapeutik sedangkan variabel terikat adalah perilaku kooperatif. Desain penelitian ini adalah pre-experiment designs dengan rancangan one group pre and post test design, jumlah sampel 38 responden dengan tekhnik Consecutive sampling. Untuk mengetahui pengaruh penerapan komunikasi terapeutik terhadap perilaku kooperatif digunakan uji t paried. Berdasarkan hasil uji t paried diperoleh bahwa nilai p=0,000 (<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penerapan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku kooperatif anak usia toddler Hasil penelitian perilaku kooperatif sebelum penerapan komunikasi terapeutik perawat 7 anak (18,4%) berkategori kurang kooperatif. Sedangkan sesudah penerapan komunikasi terapeutik perawat tidak ditemukan responden dengan kategori kurang kooperatif. menunjukkan terdapat pengaruh penerapan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku kooperatif anak usia toddler. Rekomendasi hasil penelitian adalah menggunakan kelompok kontrol untuk mengetahui tingkat keberhasilan antara kelompok kontrol dan kelompok kasus. Kata Kunci : Perilaku kooperatif, komunikasi terapeutik, toodler. ABSTRACT A nurse is caring for and handling the client must have ability to approach and communication to children because according to characteristics of development, it is often difficult to work with. Therefore, nurses must use therapeutic communication. The aim of this analyze is to know the effect of application of therapeutic communication the nurse to cooperative behavior in toddler age in RSUDTugurejo Semarang. The study design was a pre-experiment designs with design one group pre and post test design, the total of sample are 38 respondents by consecutive sampling technique. To determine the effect of application of therapeutic communication for cooperative behavior paried t test was used. Based on the test results obtained by that paried t p value = 0.000 (<0.05), it can be concluded that no effect of application of therapeutic communication nurse to cooperative behavior toddler age children study the cooperative behavior before the application of therapeutic communication nurse 7 children (18.4%) categorized less cooperative. Meanwhile, after the application of therapeutic communication the nurse was not found respondents with less cooperative category. shows the effect of application of therapeutic communication are nurses on cooperative behavior toddler age children. It concludes that there is use a control group to determine the success rate between the case and control groups. Key words: Cooperative behavior, therapeutic communication, toodler 1

PENDAHULUAN Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun) (Hidayat, 2008, hlm.6). Dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak, perawat memegang peran penting untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang terkait dengan perawatan anak di rumah sakit. Fokus intervensi keperawatan dilakukan untuk meminimalkan stressor, memberikan dukungan psikologis pada anak dan anggota keluarga selama hospitalisasi (Supartini, 2004, hlm.195) Respon anak terutama pada usia toddler terhadap kejadian yang menegangkan seperti dirawat di rumah sakit (hospitalisasi), mekanisme pertahanan primer toodler adalah regresi. Toddler juga merasa kehilangan kendali berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan rutinitas, ketergantungan dan takut terhadap cedera atau nyeri pada tubuh (Adriana, 2011, hlm.69). Salah satu indikator perkembangan anak dapat diketahui dari kemampuann berkomunikasi. Tingkat perkembangan anak dalam beraktivitas dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk berkomunikasi (Machfoedz,2009,hlm.121). Komunikasi adalah suatu proses, maka harus terjadi umpan balik dari penerima pesan terhadap pengirim pesan, yang merupakan umpan balik atas proses yang dilaksanakan (Supartini, 2004, hlm.75). Perkembangan komunikasi pada tahap usia toddler khususnya usia 3 tahun bersifat sangat egosentris, rasa ingin tahu sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai meningkat, dan mudah merasa kecewa. Pada anak usia toddler memiliki sifat sangat egosentris seperti ketidakmampuan untuk menempatkan sendiri di tempat orang lain, pemikiran didominasi oleh apa yang mereka lihat dan rasakan dengan pengalaman lainnya. Anak berada diantara sensoris-motorik dan praoperasional, yaitu anak mulai mengembangkan sebab-akibat dan menginterprestaikan benda atau kejadian (Supartini, 2004). Selain itu anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan kemampuan bahasa mulai meningkat seperti memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan rasa cemas dalam menggali perasaan dan pikiran anak disaat melakukan komunikasi (Nurhasanah, 2009, hlm.98). Seorang perawat yang merawat dan menangani klien anak harus memiliki kemampuan melakukan pendekatan dan komunikasi kepada anak karena sesuai dengan karakteristik perkembangannya, sering kali sulit diajak kerja sama. Oleh karena itu, perawat harus menggunakan teknik komunikasi terapeutik (Supartini, 2004, hlm.74). Komunikasi terapeutik antara perawat dan anak adalah hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik. Dalam proses membina hubungan terapeutik perawat harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dalam menyadari dan mengidentifikasi masalah dan membantu pemecahan masalah (Stuart & Sundeen, 1987, hlm.103, dalam Dalawi, 2009, hlm.101). 2

Selama ini di rumah sakit komunikasi terapeutik dan interaksi antara perawat dengan pasien belum optimal. Perawat akan masuk ke kamar pasien seperti mengganti infus, merawat luka, memberikan suntikan, memberikan obat dan menunggu apabila ada panggilan dari pasien (Rahayu, 2007, 3). Perilaku kooperatif adalah respons atau reaksi anak terhadap rangsangan atau stimulus untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama seperti dalam pengukuran suhu, pemberian obat oral/ cair anak tidak merasa takut atau cemas. Di RSUD Tugurejo Semarang jumlah anak yang dirawat pada tahun 2012 sebanyak 1824 anak yang terdiri dari 985 laki-laki dan 839 perempuan, sedangkan jumlah anak usia toddler sebanyak 951 anak yang terdiri dari 506 laki-laki dan 445 perempuan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku kooperatif anak usia toddler. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah praeksperimen (pre-experiment designs) dengan rancangan one group pre and post design, untuk memperoleh perilaku kooperatif sebelum dan sesudah penerapan komunikasi terapeutik perawat. Penelitian dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang dan dilaksanakan dimulai pada tanggal 18 Maret sampai 21 April 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak todddler yang dirawat di ruang melati RSUD Tugurejo Semarang pada rata-rata 2 bulan sebelumnya yaitu sejumlah 57 anak, dengan jumlah sampel sebanyak 38 anak. Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk mengetahui pengaruh perilaku kooperatif sebelum dan sesudah penerapan komunikasi terapeutik perawat. Data dianalisa dengan secara kuantitatif yaitu statistik deskriptif dalam bentuk analisa presentase berdasarkan data yang terkumpul. Analisa presentase untuk mengetahui pengaruh perilaku kooperatif sebelum dan sesudah penerapan komunikasi terapeutik perawat. Selanjutnya dilakukan analisa univariat dan bivariat. HASIL PENELITIAN Dalam hal ini akan dijabarkan hasil pengumpulan dan analisa data dari penelitian yang dilakukan sejak tanggal 18 Maret sampai 21 April 2013. Hasil penelitian dianalisa dalam 2 bagian, yaitu analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk menganalisa terhadap distribusi frekuensi dan presentasi pada setiap variabel, sedangkan analisa bivariat untuk mengetahui pengaruh perilaku kooperatif sebelum dan sesudah penerapan komunikasi terapeutik. Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2013 (n=38) Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%) 1 13 34,2 2 15 39,5 3 10 26,3 Total 38 100,0 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah responden paling banyak adalah pada usia 2 tahun sebanyak 15 anak (39,5%) sedangkan jumlah responden yang paling sedikit pada usia 3 tahun sebanyak 10 anak (26,3%). Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2013 (n=38) Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki laki 18 47,4 Perempuan 20 52,6 Total 38 100,0 3

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 20 anak (52,6%). Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Kooperatif sebelum dan sesudah penerapan komunikasi terapeutik di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2013 (n=38) Kategori Kurang Kooperatif Pre Frekue Present nsi ase (%) 7 18,4 Post Frekue Present nsi ase (%) 0 0 Kooperatif 31 81,6 38 100,0 Jumlah 38 100,0 38 100,0 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah responden kurang kooperatif sebelum penerapan komunikasi terapeutik sebanyak 7 anak (18,4%). Sesudah dilakukan penerapan komunikasi terapeutik tidak ditemukan responden dengan kategori kurang kooperatif. Berdasarkan hasil analisis uji t Paried diperoleh bahwa nilai p = 0,000 (<0,05), hal ini berarti terdapat pengaruh penerapan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku kooperatif anak usia toddler. PEMBAHASAN 1. Umur Dalam penelitian ini, usia responden anak 1-3 tahun (toddler). Jumlah responden terbanyak adalah pada usia 2 tahun sebanyak 15 anak (39,5%) sedangkan jumlah responden yang paling sedikit pada usia 3 tahun sebanyak 10 anak (26,3%). Usia adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Pada tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis bahwa bertambahnya usia seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang atau dewasa (Mubarak, 2011, hlm. 83). Penelitian yang mendukung menurut penelitian (Rahma dan Puspasari, 2008 hlm 7), menunjukkan pada peningkatan perilaku kooperatif berdasarkan umur, yang paling tinggi adalah pada anak umur 4 tahun dan 5 tahun. Menurut Hidayat (2009, hlm.81) menunjukkan semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin kompleks dan sempurna yang dapat dilihat dari perkembangan bahasa. 2. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 18 anak (52,6%) dan jumlah responden perempuan sebanyak 20 anak (52,6%). Jenis kelamin (sex) adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Menurut Notoadmodjo (2001) yang menyatakan bahwa angka kesakitan lebih tinggi dikalangan perempuan sehingga perempuan lebih banyak datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Penelitian yang mendukung menurut penelitian (Rahma dan Puspasari, 2008 hlm 7), menunjukkan terdapat peningkatan perilaku kooperatif berdasarkan jenis kelamin, yang paling tinggi adalah anak yang berjenis kelamin perempuan. 3. Perilaku Kooperatif Sebelum dan Sesudah Penerapan Komunikasi Terapeutik a. Perilaku Kooperatif Sebelum penerapan Komunikasi Terapeutik Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penerapan komunikasi terapeutik terdapat 4

responden berkategori kurang kooperatif sebanyak 7 anak (18,4%). Hasil penelitian ini mendukung (Syamsuddin AB, 2010, hlm.4), didapatkan anak sebelum diberi penerapan komunikasi terapeutik mengalami kecemasan sebanyak 5 orang. Hasil penelitian juga didapatkan anak toddler berkategori kurang kooperatif disebabkan oleh anak memiliki pengalaman masa lalu (dipasang infus) dan reaksi hospitalisasi seperti menolak perhatian yang diberikan orang lain dan tidak bekerja sama dengan perawat. Reaksi anak usia toddler terhadap hospitalisasi, reaksi yang bersifat individual seperti kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Sesuai dengan sumber stresnya, sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan (Supartini, 2004, hlm.190). Area utama toddler dalam hal rutinitas mencakup makan, tidur, toileting, dan bermain. Jika rutinitas tersebut terganggu maka dapat terjadi kesulitan di salah satu atau semua area. Meskipun regresi ke bentuk perilaku awal mungkin tampaknya dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman toddler. Ketergantungan yang harus dipatuhi merupakan ciri utama dari peran sakit dan berperan pada berbagai contoh negativisme toddler (Wong, 2008, hlm.757). b. Perilaku Kooperatif Sesudah penerapan Komunikasi Terapeutik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sesudah dilakukan penerapan komunikasi terapeutik tidak ditemukan responden dengan kategori kurang kooperatif. Penelitian ini mendukung (Ahmad Barokah, 2012. Hlm. 43), menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kooperatif anak sesudah diberikan terapi bermain puzzle adalah 65,66%. Dari total responden diperoleh data yang mempunyai rata-rata nilai rendah 2 orang (6,1%), sedang 15 orang (45,4%), dan tinggi 16 orang 48,5%). Penelitian yang mendukung menurut (Ilyas Putri Redhian, 2011. Hlm.8), menunjukkan menjalin hubungan yang bersifat terapeutik dengan pasien anak. Menurut perawat perlu dijalin hubungan yang baik antara perawat dengan pasien anak karena akan memperlancar saat melakukan tindakan medis. Menurut salah satu orangtua pasien, seringnya perawat berkomunikasi hanya saat visit saja atau saat mengganti infuse dan sebagainya. Hubungan yang terjalin antara perawat dengan pasien akan berakhir saat pasien anak sudah diperbolehkan untuk pulang oleh dokter. Menurut Suryani (2005, dalam Nurhasanah, 2009, hlm.66) komunikasi terapeutik berfungsi untuk mengembangkan pribadi pasien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan pasien. Berkomunikasi terapeutik juga memberikan kontribusi dalam menggunakan pelayanan kesehatan atau perawatan kepada anak dan sebagai sarana untuk mempercepat proses penyembuhan. Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien menjelaskan dan mengurangi beban pikiran, 5

perasaan, mengurangi keraguan dan mempererat interaksi kedua pihak antara perawat dan pasien sehingga dapat membantu dilakukannya tindakan yang efisien (Machfoedz, 2009, hlm.105). Komunikasi perawat di rumah sakit juga bertujuan agar pelayanan keperawatan yang diberikan berjalan efektif. Intervensi yang penting dilakukan petugas yang merawat anak di rumah sakit pada prinsipnya untuk meminimalkan stressor, mencegah perasaan kehilangan, meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan dan nyeri serta memaksimalkan manfaat perawatan di rumah sakit. Terapi komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengatasi kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit. Hubungan perawat dengan pasien yang terapeutik adalah pengalaman perbaikan emosi bagi klien. Dalam hal ini, perawat memakai dirinya secara terapeutik dan memakai berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah yang positif (Dalawi, E., Rochimah, Gustina, Roselina,E., Banon, E., 2009, hlm.122). KESIMPULAN Sebelum penerapan komunikasi terapeutik 7 anak (18,4%) kurang kooperatif dan sesudah penerapan komunikasi tidak ditemukan anak berkategori kurang kooperatif. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan komunikasi terapeutik perawat terhadap perilaku kooperatif anak usia toddler. Rekomendasi: Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan kelompok kontrol untuk mengetahui tingkat keberhasilan antara kelompok kontrol dan kelompok kasus, serta menambahkan variabel terikat seperti faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kooperatif anak usia toddler seperti umur, lingkungan dan status kesehatan anak. DAFTAR PUSTAKA Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika Barokah, Ahmad. (2012). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle terhadap Perilaku Kooperatif Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi. Skripsi. Stikes Telogorejo Semarang Dalawi, E., Rochimah, G., Roselina, E., Banon, Endang.(2009). Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans InfoMedia Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Jakarta: Salemba Medika Machfoedz, Ircham. (2009). Komunikasi Keperawatan (Komunikasi Terapeutik). Yogyakarta: Ganbik Mubarak, Wahit I. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo. (2001). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Nurhasanah, Nunung. (2009). Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan. Jakarta: TIM Rahma & Dewi Puspasari, Ni Putu. 2009. Tingkat Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) melalui Terapi Bermain Selama Menjalani Perawatan Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Surya Medika 6

Rahayu. (2007). Harapan Pasien. http://ksh.co.id/newsdetail diperoleh tanggal 24 April 2012 Redhian, Ilyas Putri. (2011). Komunikasi terapeutik Perawat dengan Pasien Anak dan Orangtua. Semarang : Universitas Diponegoro Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Syamsuddin, AB. (2010). Peranan Komunikasi Terapeutik Dalam Menanggulangi Rasa Takut Anak Usia 6-12 Tahun Pada Perawatan Gigi. Makassar: Media Kesehatan Gigi Wong D.L,. eathon M. H,. Wilson D,. Winkelstein m. L,. Schwatz P. (2008). Buku Ajar Pediatrik. Jakarta: EGC 7