BAB I PENDAHULUAN. (1.4) Kegunaan penelitian; (1.5) Keaslian penelitian dan (1.6) Batasan istilah;

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PERWUJUDAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DALAM PERCEPATAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN KOTA

1. BAB I PENDAHULUAN. diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN I- 1

PROFIL IPAL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi. Hasil yang diharapkan 1 unit IPLT dibangun dan dapat beroperasi mulai tahun 2018 Rincian Kegiatan

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,

BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI

BAB III TINJAUAN WILAYAH

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

MEWUJUDKAN SANITASI KOTA BANJARMASIN 50 AL, 90 PS, 90 DR DAN 100 AM TAHUN

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

CARA PERHITUNGAN SPM Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Bab 4 Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

dan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun Jika tingkat pertumbuhan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA GUNUNG PANGGUNG KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman

BUPATI POLEWALI MANDAR

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KUTA KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PROSPEK PENGELOLAAN SAMPAH NON-KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

KINERJA KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI LOKASI DAUR ULANG SAMPAH TAMBAKBOYO (Studi Kasus: Kabupaten Sleman)

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang

KATA PENGANTAR. bertujuan untuk mewujudkan perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup yang berkelanjutan,

ANALISIS PENGELOLAAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

TUGAS AKHIR RP

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab Pendahuluan ini diuraikan hal-hal pokok yang menjelaskan tentang: (1.1) Latar belakang; (1.2) Rumusan masalah; (1.3) Tujuan penelitian; (1.4) Kegunaan penelitian; (1.5) Keaslian penelitian dan (1.6) Batasan istilah; (1.7) Kerangka Konseptual Penelitian. I.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota besar di Indonesia setiap tahun meningkat secara tajam. Kemampuan Pemerintah untuk mengelola sampah hanya mencapai 40,09% di perkotaan dan 1.02% di perdesaan (Tuti Kustiah, 2005: 3), sehingga diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah yang di perkotaan khususnya tidak menyimpan potensi permasalahan yang akan berdampak di masa mendatang. Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan (Tuti Kustiah, 2005: 1). Lebih jauh lagi, penanganan sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya masalah sosial, seperti amuk massa, bentrok antar warga dan pemblokiran fasilitas TPA (Hadi, 2004). Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang ke TPA salah satunya 1

disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sunguh sejak dari sumber (Tuti Kustiah, 2005: 3). Kawasan Perkotaan Yogyakarta, merupakan wilayah perkotaan (urban) Yogyakarta, yang meliputi wilayah Kota Yogyakarta dan wilayah administratif Kabupaten Sleman di bagian utara dan wilayah administratif Kabupaten Bantul di sebelah Selatan. Mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi DI Yogyakarta No. 2 Tahun 2010, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kawasan Perkotaan Yogyakarta mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang mencakup wilayah kota Yogyakarta dan sebagian wilayah Kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan di wilayah Kabupaten Bantul serta Kecamatan Depok, Ngemplak, Ngaglik, Mlati dan Gamping di wilayah Kabupaten Sleman. Wilayah ini merupakan wilayah pengembangan sistem pelayanan Kota Yogyakarta yang melayani kota-kota Berbah, Kalasan, Prambanan, Pakem, Cangkringan, Sedayu serta Sentolo. Sistem pegelolaan persampahan di wilayah Kota Yogyakarta dan sekitarnya (Kawasan Perkotaan Yogyakarta/KPY), ditangani oleh masing-masing daerah kabupaten/kota, yaitu Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan sebagian Kabupaten Bantul. Untuk wilayah yang berada didalam wilayah KPY tersebut, sampahnya secara bersama-sama dibuang kelokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Pada gambar 1.1 dan 1.2 ditunjukkan sebagian aktivitas pembuangan sampah. 2

Gambar I.1. Pengambilan sampah dari rumah ke rumah di kawasan Jl. Kabupaten Gamping Gambar I.2. Tempat Pembuangan Sampah Sementara di Maguwoharjo - Depok Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Piyungan terletak di Kabupaten Bantul, ± 16 km sebelah tenggara pusat Kota Yogyakarta. Tepatnya di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pembangunan TPA ini dilakukan pada tahun 1992 dan mulai dioperasikan tahun 1995 di atas tanah seluas 13 hektar dengan kapasitas 2,7 juta meter kubik sampah. Masa penggunaannya diperkirakan mencapai 10 tahun, dengan asumsi persentase daur ulang 20%. Apabila persentase daur ulangnya dapat ditingkatkan menjadi 50 % maka masa penggunaannya bisa mencapai 13 tahun. TPA Piyungan dikembangkan dalam tiga tahapan, tahap I dengan kapasitas sampah sebesar 200.000 meter kubik yang berakhir pada tahun 2000. Tahap II dengan kapasitas sampah sebesar 400.000 meter kubik yang berakhir pada tahun 2006 dan tahap III dengan kapasitas sampah sebesar 700.000 meter kubik pada tahun 2014. Sampah yang masuk ke TPA Piyungan dihasilkan warga tiga wilayah di Yogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, yang dalam seharinya bisa mencapai 200-300 ton sampah. 3

Metoda pengolahan sampah di TPA Piyungan didesain menggunakan sistem Sanitary Landfill, yaitu tumpukan sampah dilapisi dengan timbunan tanah, serta terdapat kolam pengolahan leachate, pipa pengendali gas buang, sistem drainase dan lapisan kedap air. Saat ini, operasional di TPA Piyungan dilakukan secara control landfill / open dumping. Penutupan sampah dengan tanah tidak dilakukan atau dilakukan tidak secara periodik (kadang-kadang). Melihat kondisi usia dan kemampuan/daya tampung TPA serta kecenderungan pasokan langsung sampah ke TPA yang semakin meningkat, diperlukan evaluasi terhadap strategi penyediaan infrastruktur sampah di Perkotaan Yogyakarta yang diharapkan mampu mereduksi volume sampah yang dimulai pada skala lingkungan permukiman. I.2 Rumusan Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai perkembangan wilayah cukup pesat. Hal ini ditandai dengan fenomena aglomerasi di perkotaan Yogyakarta pada beberapa dekade terakhir. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor utama penyebab fenomena tersebut. Kepadatan penduduk di wilayah DIY dalam periode 1970-2000 telah meningkat sebesar 84%, dari 532 jiwa per km 2 (1970) menjadi 979 orang per km 2 (2000). Peningkatan tersebut selain disebabkan oleh pertambahan penduduk alami juga dikarenakan adanya migrasi secara konsisten mulai tahun 1980-2000 yang sebagian besar didominasi oleh migran berusia 15-29 (Sukamdi dalam Rum Giyarsih, 2012). Hal ini mempertegas peran Kota Yogyakarta yang dikenal 4

sebagai pusat pendidikan, kebudayaan, pusat pemerintahan, dan daerah pariwisata. Disamping mobilitas permanen atau migrasi, dinamika penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta juga ditandai pula dengan menonjolnya mobilitas penduduk non permanen baik penglaju (commuter) maupun sirkulasi. Perkembangan fungsi Kota Yogyakarta yang semakin tinggi intensitasnya dihadapkan pada keterbatasan lahan yang mengakibatkan sulitnya memperoleh lahan untuk mewadahi tuntutan kehidupan kota, maka perkembangan Kota Yogyakarta akhirnya mengarah ke daerah pinggiran kota, yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Bantul dan Sleman. Aglomerasi di Kota Yogyakarta yang terbentuk dari konsentris pengembangan / monosentris Yogyakarta-Sleman-Bantul yang dalam Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi DIY Tahun 2009-2029 disebut dengan Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Arahan pengembangan dari Kawasan Perkotaan Yogyakarta adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Fenomena aglomerasi perkotaan (pertumbuhan kota yang melampaui batas-batas administratif yang dipicu oleh pertumbuhan perkotaan) ini telah mengubah hubungan antara pusat kota dan daerah baru dan merupakan pemicu bagi integrasi ekonomi pedesaan dan perkotaan. Aglomerasi yang terjadi di Kota Yogyakarta telah menimbulkan perkembangan pesat dari bangunan, infrastruktur, dan perubahan penggunaan lahan dari non-perkotaan ke fitur perkotaan. Sistem pengelolaan persampahan di wilayah Kota Yogyakarta dan sekitarnya (Kawasan Perkotaan Yogyakarta/KPY), ditangani oleh masing-masing daerah kabupaten/kota, yaitu Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan 5

sebagian Kabupaten Bantul. Untuk wilayah yang berada di dalam wilayah KPY tersebut, sampahnya secara bersama-sama dibuang kelokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Pengelolaan persampahan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak negatif yang mungkin ditimbulkan, dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mewujudkan penyelenggaraan kebersihan di wilayah perkotaan. Permasalahan persampahan perkotaan ini, banyak dialami oleh pemerintah daerah lainnya di Indonesia, mulai dari tingkat pengumpulan sementara, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhirnya. Realitas permasalahan di atas pada umumnya menyangkut sistem manajemen persampahan. Pengelolaan sampah yang tidak memperhatikan dan tidak memiliki sistem pengelolaan yang baik akan menimbulkan dampak yaitu berkurangnya tingkat pelayanan baik dari kualitas maupun kuantitasnya serta degradasi lingkungan akibat tidak berfungsinya prasarana dan sarana persampahan yang ada. Penyediaan Infrastruktur sampah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta menjadi prioritas dan strategis untuk dilaksanakan pemerintah DIY, khususnya untuk mereduksi timbulan sampah yang langsung dibawa ke TPA Piyungan dan mewujudkan penanganan sampah yang dimulai dari skala permukiman. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: 1. Seperti apa capaian kinerja pengelolaan sampah ramah lingkungan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta? 6

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat diduga mempengaruhi pencapaian kinerja tersebut? I.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang akan dicapai adalah: 1. Mendeskripsikan kondisi dan capaian kinerja pengelolaan sampah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat diduga mempengaruhi pencapaian kinerja pengelokaan sampah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. I.4 Kegunaan Penelitian Maksud penelitian ini adalah melakukan evaluasi terhadap kinerja penyediaan infrastruktur persampahan persampahan yang dilakukan berbasis spasial. Gambaran/data-data tersebut akan digunakan sebagai bahan evaluasi kebijakan beserta upaya intervensi/pengembangan infrastruktur persampahan di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. I.5 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian adalah suatu langkah awal dalam usaha mewujudkan suatupenelitian yang asli tanpa unsur penjiplakan atau plagiat. Hal tersebut akan menjadi dasar keabsahan penelitian yang akan dilakukan. Keaslian penelitian dalam subab ini dijelaskan melalui tabel berikut: 7

Tabel I.1. Keaslian Penelitian NO TH PENULIS JUDUL TUJUAN METODE HASIL 1 2008 Bambang Riyanto 2 2013 Pramarta, dkk Prospek Pengelolaan Sampah Nonkonvensional di Kota Kecil (Studi Kasus di Gunung Kidul) Analisis Pengeloaan Sampah di Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Mengetahui prospek Pengelolaan Sampah Nonkonvensional di Gunung Kidul Menghitung dump truck dan armroll truck yang dibutuhkan untuk mengangkut sampah yang dihasilkan di Kecamatan Klungkung ke tempat pembuangan akhir setempat. Metode Distribusi frekuensi dan deskripsi kualitiatif. Teknik Sampling simple random sampling Metode Penelitian Survai data Primer dan Sekunder. Analisis faktor menejemen pengelolaan sampah Prospek Pengelolaan Sampah Nonkonvensional dipengaruhi oleh lima aspek, yaitu: 1. Aspek sistem teknik operasional 2. Sistem kelembagaan 3. Sistem pembiayaan 4. Sistem peraturan 5. Peran serta masyarakat Besar timbulan sampah yang dihasilkan di Kecamatan Klungkung pada tahun 2011 s/d 2016 diprediksi akan meningkat menjadi. Kebutuhan kendaraan pengangkut sampah adalah berupa dump truck sebanyak 8 unit dan arm roll truck sebanyak 3 unit. Jumlah trip yang diperlukan untuk dump truck adalah 26 trip/hari dari tahun 2012 2015, 27 trip/hari untuk tahun 2016, sedangkan untuk arm roll truck adalah 2 trip/hari dari tahun 2012 sampai tahun 2016. 8

NO TH PENULIS JUDUL TUJUAN METODE HASIL 3 2010 Kisworo Analisis Kebutuhan Perlatan Angkut Berdasarkan Timbulan Sampah di Kelurahan bejen Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. 4 2011 Rizal, M. Analisis Pengeloaan Persampahan Perkotaan (Studi Kasus pada Kelurahan Boya, Kec. Banawa, Kab. Donggala) 1. Mengetahui jumlah timbulan sampah di kelurahan Bejen 2. Mengetahui Kesesuian antara sarana prasarana yang ada dengan timbulan sampah yang dihasilkan Mengetahui pelaksanaan pengelolaan sampah di Kota Donggala serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode Penelitian Survai Banyaknya timbunan sampah sebesar 1,759 liter jiwa perhari. Sarana dan Prasarana belum mencukupi. Observasi dan Survai wawancara Pengelolaan sudah cukup baik. Faktor yang mempengarhui adalah partisipasi masyarakat, tingkat pendidikan dan jumlah tenaga keberhasihan. 9

I.6 Batasan Istilah Persampahan/sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun bukan logam yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Dalam penelitian ini, pengertian sampah dibatasi hanya pada sampah rumah tangga (domestik) dan sejenisnya. Pewadahan Sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara yang dilakukan oleh penghasil sampah (sumber sampah) dengan menggunakan tempat sampah yang besarnya disesuaikan dengan volume sampah yang dihasilkan. Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI, 2002). Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari surnber sampah menuju tempat pembuangan akhir. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman 10

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi; Kawasan Perkotaan Yogyakarta adalah kawasan strategis provinsi yang merupakan kesatuan ruang mencakup Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan sebagian Kabupaten Bantul selanjutnya disebut kawasan. I.7 Kerangka Konsepsual Penelitian berikut: Kerangka konsepsual penelitian ini digambarkan secara skematis sebagai 11

DATABASE SPASIAL INFRASTRUKTUR PERSAMPAHAN DI DI YOGYAKARTA REKAP DATABASE STATISTIK SOSIAL KEPENDUDUKAN DI DI YOGYAKARTA Ekstrakting Data KPY Ekstrakting Data KPY Metode Geoprocessing menggunakan CLIP Kewenangan Kab/ Kota: 1. Container 2. TPSS 3. Depo 4. LDUS Kewenangan Provinsi: 1. TPST 3R 2. TPA Jumlah Penduduk Per Desa di KPY, DIY Estimasi Jumlah Timbunan Sampah Per Orang di KPY, DIY Cek data Rekap Tabulasi Infrastruktur Persampahan KPY SURVEI 1. Kondisi Keberadaan 2. Kondisi Kapasitas TOTAL PRODUKSI SAMPAH DI KPY Total Kapasitas Tempat Sampah di KPY Per Desa Joint Table Intervensi selama 2 Th DPA di PU dan BLH Evaluasi Target Capaian (RPJMD) Gambar I.3. Kerangka konsepsual penelitian 12