Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

dokumen-dokumen yang mirip
PERSATUAN AKTUARIS INDONESIA (THE SOCIETY OF ACTUARIES OF INDONESIA) Lokakarya Sehari. Memahami Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) : Kajian Umum

PRIORITAS PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS BPJS KESEHATAN Chairul Radjab Nasution Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan

Formulir Pendaftaran Lokakarya. Memahami Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN): Kajian Umum

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Jalan Perubahan Ketiga: Pemberantasan Kejahatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup PEMBANGUNAN SEBAGAI HAK RAKYAT

Independensi Integritas Profesionalisme

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

SISTEM PENGENDALIAN KECURANGAN (FRAUD CONTROL SYSTEM) KEP DIREKSI NO: KEP/04/012015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013

PERANAN DJSN DALAM KAJIAN DAN USULAN PEMBIAYAAN JKN YANG TEPAT

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Niken Ariati Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta, 8 Oktober 2015

Independensi Integritas Profesionalisme

Fakta Korupsi di Sektor Pengadaan Tidak ada korupsi yang ongkosnya semahal korupsi dalam pengadaan barang dan jasa (Donald Strombom, 1998) Bank Dunia

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pencegahan Kesalahan, Kecurangan & Korupsi Dalam JKN

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2014 T E N T A N G

Kebijakan Manajemen Risiko

Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas. Good Governance is Commitment and Integrity

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

11 Program Prioritas KIB II

PROGRAM KERJA APEKSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2015 T E N T A N G AKSI DAERAH PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

VISI DAN MISI BPJS KESEHATAN TAHUN Fachmi Idris Direktur Utama

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

Pembangunan Integritas Bisnis

PROFIL INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 1077, 2014 KEMENDAGRI. Peran Serta. Masyarakat. Perencanaan. Tata Ruang. Daerah. Tata Cara. Pencabutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 TENTANG PENGAWASAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

KATA PENGANTAR. Penyusun,

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL TIMUR

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun

TIDAK SEKEDAR TEORI TETAPI SEBUAH SOLUSI MENEKAN KORUPSI

Komite Advokasi Nasional & Daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

EVALUASI DAN IMPLEMENTASI LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN FCP (FRAUD CONTROL PLAN) DI RSST KLATEN.

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

2015, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang PerKoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tam

BAB I P E N D A H U L U A N

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Dadit Herdikiagung - Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Ristek, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Transkripsi:

Forum Dialog Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Tim Pokja Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi SJSN Jakarta, 08 Oktober 2015 1

1. DSJN berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan SJSN (UU No 40 Th 2004, pasal 7) 2. DJSN melakukan pengawasan eksternal terhadap BPJS (program dan keuangan) (UU No 24 Th 2011, pasal 39) 3. DJSN berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program Jaminan Sosial dan melakukan pengawasan eksternal terhadap BPJS (Perpres No 46 th 2014, pasal 6) 2

1. UU no 24 Th 2011 tentang Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) (Pasal 19, Pasal 52) 2. UU No 8 Th 1981 tentang Hukum Acara Pidana 3. UU No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme 4. UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 5. UU No 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 6. UU No 25 Th 2009 tentang Pelayanan Publik (Ombudsman) 7. PP 86 Th 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara Dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, Dan Penerima Bantuan Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial (Pasal 3, Pasal4) 8. Peraturan Menteri Kesehatan No 36 tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Pada SJSN 3

UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN menegaskan komitmen Negara untuk membangun dan mengembangkan SJSN di Indonesia yang mencakup setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan dan target yang diinginkan dalam pelaksanaan SJSN, diperlukan sistem operasional yang terintegrasi dengan baik, yang meliputi kebijakan, pelaksanaan teknis, termasuk sistem pelayanan dan sistem pengawasan program-program SJSN. Salah satu aspek yang perlu menjadi pembahasan utama dalam penyelenggaraan SJSN adalah potensi terjadinya Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (K3) yang jika tidak dibenahi akan berdampak negatif pada kualitas pelaksanaan dan pencapaian tujuan SJSN. DJSN berkepentingan untuk melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan atau isu-isu yang terkait dengan P3K3 dalam pelaksanaan SJSN. Kegiatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait yang berkepentingan dalam ranah P3K3 pada implementasi SJSN. 4

Tercapainya kesepakatan dan komitmen terhadap Pencegahan, Penanganan dan Penindakan Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi (P3K3) pada implementasi SJSN, dalam bentuk: a. Kebijakan; b. Panduan; dan c. Pelaksanaan. 5

Presiden Republik Indonesia DPR Dewan Perwakilan Rakyat Kementerian Kesehatan DJSN Kementerian Tenaga Kerja Pengawasan Teknis terkait Layanan Kesehatan Merancang Program Layanan kesehatan program Peserta Jaminan Kesehatan Penduduk / Karyawan FASKES Fasilitas Pelayanan Kesehatan Aspek pengawasan Teknis Pelaksanaan SJSN and BPJS BPJS Kesehatan BPJS Ketenagakerjaan Mengawasi aspek teknis ketenaga kerjaan Mengatur aturan terkait tenaga kerja TNP2K Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan Mengelola Data penduduk Kemiskinan dan Tidak Sejahtera Data kepesertaan Data orang miskin Data kepesertaan Pendanaan dan kebijakan fiskal Nomor Identitas Tunggal Data kependudukan Pengawasan pengelolaan keuangan negara Pengawasan tata kelola, keuangan, proses bisnis Sosialisasi Perencanaan dan monev pembangunan nasional Service Outsourcing Assosiasi Pengusaha Pemda Kemenkeu Kemendagri BPK OJK Kemenkominfo Bappenas Pihak Ketiga (Bank & Kantor Pos) 6

1. Kesengajaan 2. Tujuan negative 3. Niat tidak baik 4. Tujuan mencuri (illegal) SADAR / SENGAJA Korupsi Kecurangan Kolusi 1. Hilangnya Integritas lembaga 2. Power yang kuat 3. Siapa yang mengawasi pelaksanaan Sistem 4. Pengawasan mana yang dianggap paling baik 1. Ketidakjujuran pada pelaku 2. Kesalahan bisa terjadi tanpa di ketahui oleh pelaku Kesalahan individu lembaga Kesalahan Pelayanan Publik 1. Kesalahan dan itikad tidak baik secara Sistematis 2. Dapat mempengaruhi kesalahan kelembagaan 3. Menimbulkan kecurigaan TIDAK SENGAJA Sumber : Oracle White Paper on Social Services and Error, Fraud and Corruption: Using Information Technology Innovations To Battle EFC, authored by Oracle, published by ISSA, 2013 KESALAHAN KECURANGAN KORUPSI Personnel Ketidakjujuran Peserta Eksploitasi regulasi dan Sistem desain Sistem yang tidak bagus Kompleksitas dan kerumitan prosedur Penyalahgunaan Kelemahan Sistem dan aturan Sistem Jaminan Sosial yang rumit Kolusi Pengelola Jaminan, Pelayanan dan Peserta Penyuapan, Kolusi negatif 7

Jangkauan Sistem Koordinasi & Pengawasan program SJSN Kerangka kerja untuk menganalisa model K3 SJSN Indonesia Mengapa dan Apa yang terkait K3 Perilaku dan Sikap Peserta / Penerima Manfaat Health members and health service providers Labour employee and employer Kapasitas, kemampuan Badan Pelaksana Jaminan Sosial ( Keterampilan, Tata Kelola, Risiko, kepatuhan, budaya, sumber daya manusia; proses bisnis; Teknologi Informasi; dan Fasilitas Pendukung dan Prasarana ) Pengetahuan dan Kepatuhan Hukum dan peraturan SJSN (Pelaksana pihak terkait SJSN, Pihak BPJS, Peserta BPJS, & Masyarakat umum) Jangkauan Sistem Penegakan Hukum dan Aturan SJSN Arti Simbol Kuning Sistem Integrasi Informasi SJSN Indoensia Source: internal analysis Aspek Kualitas & Sistem Hukum dan Peraturan (Desain Kebijakan dan Undang undang, Desain aturan pembiayaan, aturan pelaksanaan SJSN, tata kelola) Jangkauan Dukungan Politik / Pmereintah /DPR 8

Strategi Penanganan K3 Pencegahan (Prevention) Deteksi Bagaimana Caranya..? Strategi Memperkuat fungsi Pengawasan SJSN Memperkuat Aturan penindakan K3 Transparansi data & informasi Peningkatan tata kelola SJSN Meningkatkan pengawasan internal dan eksternal Pelaporan kegiatan yang terukur Pelaporan keuangan investasi yang akurat Peningkatan Sistem operasional Pembuatan Sistem early warning Dll Strategi Audit Investigatif Risk Sampling Data verification (Check & Balance) Sistem pelaporan keuangan transaksi tertentu Pengungkapan kepemilikan Harta Pengungkapan kepemilikan terkait layanan Hotline, whistle Bowler Membangun kesadaran Anti K3 di SJSN Fungsi Internal dan LSM Pemasangan CCTV /Monitoring Dll Tindakan Represif (Law enforcement) Strategi Pembuatan Panduan Teknis Hukum K3 Koordinasi Satgas K3 di SJSN Pembentukan Pengawas Jaminan Sosial Penyidikan, Penuntutan dan peradilan Sistem pengawasan terpadu K3 Publikasi kasus kasus K3 Reward dan Punishment internal Sanksi lain yang terukur 9

Strategi Rencana dan TahapanKerja K3 (Kesalahan, Kecurangan dan Korupsi) DJSN dan tim akan merancang kerangka kerja penanganan K3 secara komprehensif terdiri dari 5 (lima) tahap: perencanaan kebijakan, pemetaan isu kunci & masalah, pengembangan, persetujuan, dan komunikasi / implementasi program K3. 1. Perencanaan Kebijakan K3 2. Pemetaan Masalah dan Isu penting K3 3. Pengembangan Rencana dan Program K3 4. Persetujuan Kebijakan & Panduan K3 5. Pelaksanaan dan Sosialiasi Komunikasi K3 Tata Kelola dan Transparansi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia Catatan : Untuk mewujudkan Kebijakan K3 dengan hasil yang baik harus ada 3 (tiga) faktor dukungan yaitu a) Dukungan pemerintah & politik legislatif dan dukungan anggaran b) Kerjasama dan dukungan Lembaga Penegakan Hukum c) Komitmen Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Tenaga Kerja dan BPJS Kesehatan) d) Dukungan semua pihak terkait Sistem Jaminan Sosial di Indonesia 10

1. Perencanaan Kebijakan Penanganan K3 SJSN Dalam tahap perencanaan, kebutuhan untuk pembuatan kebijakan K3, maka perlu diidentifikasi dan diverifikasi serta perlu disusun rencana pengembangan kebijakan, dan melanjutkan penyelesaian kesepakatan kebijakan K3 secara komprehensif Pihak terkait : DJSN 1) Identifikasi kebutuhan dan target penanganan K3 2) Melakukan Pemetaan Masalah dan Isu Utama K3 3) Membuat rencana program untuk Kebijakan K3 4) Membuat pengembangan kebijakan K3 secara berkelanjutan 11

2. Pemetaan masalah dan isu penting K3 Untuk mengetahui aspek kunci suksesnya pelaksanaan penanganan K3 di Sistem Jaminan Sosial di Indonesia. Maka diperlukan kegiatan pengumpulan data informasi di lapangan? 1. Pembuatan konsep, definisi pengertian dan pengetahuan K3 2. Mengetahui persepsi dan harapan serta pemahaman K3 dari semua lembaga terkait? 3. Menentukan isu-isu penting dan metodologi pendekatan dan strategi penanganan K3 4. Melakukan analisa pihak terkait (lembaga, masyarakat) yang berkepentingan dengan K3 5. Melakukan pemetaan dan analisa kasus, modus dan bentuk dan praktek K3 6. Menentukan dan mengumpulkan data statistik potensi / kasus praktek K3 yang terkini? 7. Menentukan pihak siapa yang terkait dalam setiap bentuk K3? 8. Menetapkan skala prioritas urgensi kasus berdasar skala kerugiannya? 9. Membuat solusi permasalahan dan kompleksitas kasus K3? 10. Membuat aturan dan landasan hukum terkait penanganan tindakan hukum K3 11. Membuat panduan teknis penanganan dan penegakan hukum K3 12. Membuat Sistem koordinasi pengawasan dan informasi K3 secara bagus 13. Memberikan rekomendasi perbaikan Sistem dan prosedur dalam mengurangi K3 Peserta: DJSN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Badan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, BPK Badan Pemeriksa Keuangan, OJK (Otoritas Jasa Keuangan ), Kementerian Keuangan, Badan Perencanaan Nasional, Pemerintah Daerah 12

3. Membuat rencana program untuk kebijakan K3 Dalam tahap pengembangan, kebijakan terkait K3 tersebut harus dibangun melalui penelitian dan survei dan diskusi dan wawancara serta lokakarya pemangku kepentingan. Hal ini penting memperoleh umpan balik yang sesuai, dan untuk dasar dalam membuat rancangan standar yang ditetapkan yang disepakati semua pihak. Sehingga kebijakan tersebut bisa dianggap ideal dan kredibel dalam pelaksanaannya 1. Pengembangan model kebijakan (penelitian, pengkajian, diskusi dan penyusunan kerangka) 2. Pemetaan isu masalah K3 lintas kegiatan meliputi : operasional, umum, layanan, keuangan, kebijakan hukum dan panduan, aspek pengakan dan penuntutan 3. Merancang Sistem koordinasi pencegahan aktivitas penindakan dan penuntutan K3 4. Membuat dan mendesain program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang 5. Membuat kebijakan dan koordinasi keterlibatan pihak terkait K3 di SJSN Indonesia 6. Membuat evaluasi dan perbaikan kebijakan K3 (diskusi kelompok, wawancara dan survey) 7. Membuat rancangan akhir Kebijakan dan Rencana Kerja K3 Peserta: DJSN, Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Badan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, BPK Badan Pemeriksa Keuangan, OJK (Otoritas Jasa Keuangan ), Kementerian Keuangan, Badan Perencanaan Nasional, Pemerintah Daerah 13

4. Persetujuan Kebijakan & Panduan K3 Dalam tahap persetujuan. Kebijakan K3 dibawa ke Dewan Jaminan Sosial Nasional sebagai pengawas dan pemangku utama kepentingan pelaksanaan penanganan K3 secara nasional dan terintegrasi 1. Meminta nasehat dan saran strategis untuk persetujuan rancangan Kebijakan K3 2. Merumuskan kembali kebijakan, atau menyempurnakan kembali (jika diperlukan) 3. Membuat keputusan akhir Kebijakan penanganan K3 yang disetujui semua pihak Peserta: DJSN 4.1 Model prosedur analisa Kebijakan 14

Hasil kebijakan K3 (Output) (jangka menengah jangka panjang) Hasil (output) dari pengembangan kebijakan K3 - Kesalahan Kecurangan dan Kebijakan di SJSN yang akan bermanfaat bagi pembangunan Sistem Jaminan Sosial di Indonesia lebih baik dan lebih kuat dengan pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel praktek 1. Potret dan Kajian Penanganan K3 SJSN Indonesia 2. Kebijakan K3 SJSN dan rancangan program kegiatan pencegahan secara komprehensif 3. Peta Jalan dan kegiatan Kerja penanganan K3 4. Rekomendasi perubahan / usulan peraturan terkait K3 5. Profil informasi lengkap K3 6. Pedoman & Panduan Pelaksanaan K3 7. Panduan metode penegakan hukum K3 8. Panduan teknis pencegahan dan penindakan K3 9. Desain program peningkatan kapasitas kelembagaan/aparat 15

No Isu dan Tantangan Utama 1 Pemahaman dan wawasan terkait K3 - Kesalahan, Kecurangan masih terbatas 2 Tidak ada kebijakan, aturan atau pihak yang jelas dan khusus terkait pelaksanaan pengawasan dan penindakan K3 3 Tidak adanya panduan teknis pelaksanaan penanganan K3 4 Masih ada peluang aturan teknis dan kelemahan pengawasan dan prosedur SJSN yang mendorong terjadinya K3 5 Tidak adanya lembaga atau fungsi khusus terkait penanganan dan penegakan hukum atau Pengawas Jaminan Sosial ( Social Security Inspector) terkait K3 6 Aspek proses kegiatan dan Sistem kepesertaan, keuangan, investasi, operasional, pelayanan BPJS dan kegiatan di pihak terkait masih banyak celah peluang terjadinya K3 7 Adanya potensi keengganan dan kurangnya dukungan pelaksanaan Sistem pencegahan atau hukuman terkait K3 8 Belum adanya program pengembangan kapasitas kelembagaan / perorangan terkait kompetensi K3 16

1. DSJN berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan SJSN (UU No 40 Th 2004, pasal 7) 2. DJSN melakukan pengawasan eksternal terhadap BPJS (program dan keuangan) (UU No 24 Th 2011, pasal 39) 17

DJSN mengharapkan keterlibatan semua pihak terkait untuk mencapai kesepakatan dan memberikan komitmen bahwa P3K3 pada implementasi SJSN. DJSN berharap kesepakatan dan komitmen harus dilakukan secara terpadu, dalam bentuk: a. Perumusan kebijakan; b. Penyusunan panduan; dan c. Pelaksanaan P3K3 pada implementasi SJSN. 18

Terima Kasih 19